Anda di halaman 1dari 2

1.

Bahwa ada 4 (empat) syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan putusan hakim yaitu
sebagai berikut:

1. Putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau inkracht (kecuali dalam hal; a.
pelaksanaan putusan serta merta; putusan yang dapat dilaksanak terlebih dahulu; b.
pelaksanaan putusan provinsi atau putusan sela; c. Pelaksanaan akta perdamaian; dan d.
pelaksanaan grosse akta).
2. Putusan tidak dijalankan oleh para pihak secara sukarela (aanmaning), padahal Ketua
Pengadilan sudah memberi peringatan kepadanya.
3. Putusan hakim bersifat condemnatoir, sehingga dalam
putusan declaratoir dan constitutief tidak perlu dieksekusi.
4. Ketua Pengadilan memimpin proses eksekusi terhadap suatu putusan hakim.

Putusan yang dapat dilakukan eksekusi pada dasarnya hanya putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap karena dalam putusan tersebut telah terkandung wujud
hubungan hukum yang tetap (res judicata) dan pasti antara pihak yang berperkara.

2. Penghukuman untuk menyerahkan sesuatu barang, mengosongkan sebidang tanah atau rumah,
melakukan suatu perbuatan tertentu, menghentikan suatu perbuatan atau keadaan adalah
penghukuman yang berbentuk eksekusi riil, sedangkan penghukuman membayar sejumlah uang
adalah penghukuman yang berbentuk eksekusi pembayaran sejumlah uang, selain itu uang
paksa (dwangsom) tidak berlaku terhadap tindakan untuk membayar sejumlah uang. eksekusi
pembayaran sejumlah uang adalah upaya hukum yang langsung datang dari pihak tereksekusi
atau pihak yang kalah (tergugat) untuk membayar sejumlah uang dari harta benda kekayaan
tergugat dengan jalan penjualan lelang harta kekayaan tergugat, sehingga mencukupi jumlah
yang harus dibayar menurut putusan hakim dan ditambah semua biaya sehubungan dengan
pelaksanaan putusan tersebut.

3. Berikut syarat-syarat melakukan perlawanan terhadap eksekusi:

1. Perlawanan terhadap eksekusi dapat diajukan oleh orang yang terkena eksekusi/tersita
atau oleh pihak ketiga atas dasar hak milik, perlawanan diajukan kepada Ketua
Pengadilan yang melaksanakan eksekusi. (Pasal 195 ayat (6) dan (7) HIR)
2. Perlawanan ini pada azasnya tidak menangguhkan eksekusi, kecuali apabila segera
nampak bahwa perlawanan tersebut benar dan beralasan, maka eksekusi ditangguhkan,
setidak-tidaknya sampai dijatuhkan putusan oleh Pengadilan. (Pasal 207 ayat (3) HIR dan
227 RBg)
3. Terhadap putusan ini dapat diajukan upaya hukum.

1. Jika perlawanan dilakukan oleh pihak ketiga (derden verzet), maka berlaku ketentuan:

 Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekusi atau sita jaminan tidak hanya dapat
diajukan atas dasar hak milik, jadi hanya dapat diajukan oleh pemilik atau orang yang
merasa bahwa ia adalah pemilik barang yang disita dan diajukan kepada Ketua
Pengadilan.
 Pemegang hak harus dilindungi dari suatu sita eksekusi dimana pemegang hak tersebut
bukan sebagai pihak dalam perkara.

Perlawanan tereksekusi terhadap sita eksekusi barang bergerak dan barang yang tidak bergerak
diatur dalam pasal 207 HIR atau pasal 225 Rbg. Perlawanan tereksekusi terhadap sita eksekusi
barang bergerak dan barang yang tidak bergerak diatur dalam pasal 207 HIR atau pasal 225 Rbg.
Terhadap putusan dalam perkara ini, permohonan banding diperkenankan.

Anda mungkin juga menyukai