Anda di halaman 1dari 8

Nama : Agus Sri Divayana

NIM : 010001800026

Dosen : Dr. Ning Adiasih, S.H., M.H.

“UAS HUKUM ACARA PERDATA”

1. Pengadilan Negeri mana yang berwenang menangani kasus di atas? Jelaskan


berdasarkan kompetansi absolut dan kompetensi relative ?
Jawab :
Dapat diketahui bahwa kewenangan/kompetensi absolut merupakan pemisahan
kewenangan yang menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan peradilan,
dilihat dari macamnya pengadilan, menyangkut pemberian kekuasaan untuk mengadili
(attributie van rechtsmacht). Dalam Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 dapat diketahui kompetensi absolut dari peradilan umum adalah peradilan umum
berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kasus diatas merupakan perkara wanprestasi yaitu perkara perdata, jadi peradilan
umum mempunyai kompetensi absolut menangani kasus ini. Sesuai Pasal 6 UU Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Pengadilan terdiri dari :
a. Pengadilan Negeri yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama;
b. Pengadilan Tinggi, yang merupakan Pengadilan Tingkat Banding.
Maka dapat disimpulkan Pengadilan Negeri berwenang menangani kasus di atas pada
tingkat pertama.
Kewenangan/kompetensi relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili antar
badan peradilan yang sama, tergantung pada domisili atau tempat tinggal para pihak
(distributie van rechtsmacht), terutama tergugat. Pengaturan mengenai kewenangan relatif
ini diatur pada Pasal 118 HIR. Sesuai Pasal 118 ayat (1) HIR :
“Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup wewenang
pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang
ditandatangan oleh penggugat, atau oleh wakilnya menurut pasal 123, kepada ketua
pengadilan negeri di tempat diam si tergugat, atau jika tempat diamnya tidak diketahui,
kepada ketua pengadilan negeri di tempat tinggalnya yang sebenamya.”
Dapat diketahui para tergugat Mahendra, Muchtar, Mintardja, dan Mira Mayangsari
berkediaman di daerah Bekasi. Maka disimpulkan bahwa berdasarkan kompetensi
relative, Pengadilan Negeri Bekasi berwenang menangani kasus tersebut.

2. a. Alat bukti apa saja yang dapat diajukan oleh penggugat dan tergugat untuk
menguatkan dalil mereka ?
b. Dan jelaskan kekuatan pembuktian dari alat bukti tersebut !
Jawab :
a. Alat-alat bukti yang dapat diajukan oleh penggugat dan tergugat untuk menguatkan
dalil mereka yaitu di atur dalam Pasal 164 HIR tentang alat-alat bukti yang sah
menurut hukum yaitu :
1) Pembuktian dengan surat-surat;
2) Keterangan saksi-saksi;
3) Persangkaan;
4) Pengakuan;
5) Sumpah;
b. Kekuatan pembuktian dari alat bukti tersebut yaitu :
1) Sempurna;
2) Mengikat;
3) Menentukan;
4) Diserahkan hakim;

3. Siapa yang dapat dihadirkan sebagai saksi dan peristiwa hukum apa yang dapat dia
terangkan ? Kewajiban apa yang harus dilakukan sebelum saksi memberi
keterangan ?
Jawab :
Yang dapat dihadirkan sebagai saksi dan peristiwa hukum yang dapat dia terangkan
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum seperti tercantum dalam Pasal 164 HIR harus
terbatas pada peristiwa-peristiwa yang dialami, dilihat atau didengar sendiri dan harus
pula disertai dengan alasan-alasan bagaimana diketahuinya peristiwa-peristiwa yang
diterangkan itu. Pendapat atau kesimpulan yang diperoleh dengan jalan menggunakan
pikiran bukanlah kesaksian (Pasal 171 HIR). Siapa yang dapat didengar sebagai saksi:
a. Pasal 139 HIR; kewajiban saksi memberi kesaksikan jika dipanggil dalam sidang.
b. Pasal 145 ayat 1 HIR/Psl. 172 ayat 1 RBg. : orang yang dilarang bersaksi :
1. Keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah. 2. Suami/istri meskipun sudah cerai.
3. Anak-anak belum mencapai 15 tahun.
4. orang gila, meskipun kadang-kadang ingatannya sehat.
c. Psl. 146 HIR (Ps. 174 RBg): orang-orang yang dibebaskan dari kewajiban
bersaksi.

Kewajiban yang harus dilakukan sebelum saksi memberi keterangan adalah sesuai
Pasal 147 HIR, setiap orang sebelum didengar keterangannya sebagai saksi dalam
suatu perkara perdata harus disumpah lebih dahulu menurut cara yang ditetapkan oleh
agamanya masing-masing, bahwa ia akan memberikan keterangan yang mengandung
kebenaran.

4. Pengadilan Negeri telah mengeluarkan putusan akhir dan putusan sela. Apa yang
dimaksud dengan putusan-putusan tersebut ? Berikan contohnya ?
Jawab :
Putusan akhir (eind vonnis) adalah putusan pengadilan yang menyelesaikan pokok
sengketa dalam perkara. Contoh putusan akhir :
a. Dilihat dari sifatnya putusan akhir
1) Putusan Condemnatoir
Putusan Akhir yang sifatnya Penghukuman.
Contoh : Menghukum Tergugat membayar Hutang, Menghukum Tergugat
membayar ganti rugi.
2) Putusan Declaratoir
Putusan Akhir yang sifatnya Menyatakan situasi hukum baru atau Menyatakan
menghilangkan situasi hukum lama sekaligus menciptakan siatuasi hukum
baru. • Contoh : Menetapkan si Anu menjadi Ahli Waris, Menyatakan
perkawinan A dan B putus karena Perceraian.
b. Dilihat dari gugatannya
1) Putusan Konvensi dan Rekonvensi
Putusan Akhir jika ada Gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi, Gugatan
Konvensi dan Gugatan Rekonvensi akan diputus dalam satu putusan.
2) Putusan Insidentil
Putusan karena adanya gugatan insidentil. Gugatan Insidentil adalah gugatan
sampingan yang Smbul karena keadaan mendesak.
Contoh: Memohon Tergugat menghentikan pembangunan diatas tanah
sengketa.
3) Putusan Provisionil
Putusan karena adanya gugatan Provisionil. Contoh: Memohon Tergugat
membayar uang na]ah dlm kasus perceraian
c. Dilihat dari pemeriksaannya
1) Putusan Verstek
Putusan Akhir yang dikeluarkan oleh hakim jika Tergugat tidak datang dalam
pemeriksaan perkara.
2) Putusan Contradictoir
Putusan Akhir yang diberikan hakim jika ada jawab-jawaban selama proses
pemeriksaan.

Putusan Sela adalah putusan pengadilan yang dibuat dan diucapkan selama
pemeriksaan perkara itu masih berjalan dan yang tidak memberikan putusan penyelesaian
perkaranya sendiri. Contoh putusan sela yaitu :

a. Putusan Prepatoir
Putusan yang dikeluarkan atau diucapkan hakim yang tujuannya untuk
mempersiapkan atau memperlancar jalannya persidangan. Contoh: Sidang ditunda
minggu depan, Perintah hakim kepada panitera untuk memanggil tergugat jika
tergugat Sdak datang pada sidang 1.
b. Putusan Interlocutoir
Putusan yang dikeluarkan atau diucapkan hakim selama persidangan dengan
tujuan menyiapkan atau memperlancar jalannya persidangan dan dapat
mempengaruhi isi putusan akhir. Contoh: Sidang berikutnya mendengarkan
keterangan saksi, Perintah kepada para pihak untuk menambah alat bukti.
5. a. Apa yang dimaksud dengan Uit voorbar bij voorraad? Sebutkan dasar
hukumnya?
b. Mungkinkah penggugat mengajukan dwangsom? Jelaskan jawaban Anda.
Jawab :
a. Putusan serta merta atau “Uit voorbar bij voorraad” yang artinya adalah putusan yang
dapat dilaksanakan serta merta. Artinya,  putusan yang dijatuhkan dapat langsung
dieksekusi, meskipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dasar hukum Uit voorbar bij voorraad atau Putusan serta merta antara lain :
1) Pasal 180 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”)
2) Pasal 191 ayat (1) Reglement Voor de Buitengewesten (“RBG”)
3) Pasal 54 dan Pasal 57 Reglement Op De Rechtsvordering (“Rv), dan
4) SEMA No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij
voorraad) dan Provisionil, serta
5) SEMA No. 4 Tahun 2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta dan
Provisionil.
b. Diketahui bahwa dalam kasus tersebut penggugat menggugat para tergugat untuk
melunasi hutangnya sebesar lima miliar rupiah yang telah jatuh tempo pada 30 Januari
2018. Maka dari itu Penggugat tidak mungkin mengajukan dwangsom, karena
penerapan uang paksa (dwangsom) hanya dimungkinkan pada putusan yang amarnya
menyebutkan suatu hukuman atau perintah (condemnatoir) yang bukan merupakan
pembayaran sejumlah uang. Apabila hukuman pokok yang dijatuhkan oleh hakim
hanya pembayaran sejumlah uang, maka dwangsom tidak dapat dijatuhkan. Hal ini
diatur di dalam rumusan ketentuan Pasal 611a Rv yang sama rumusan ketentuannya
dengan Pasal 606a Rv yang pernah berlaku di Indonesia.

6. a. Dalam perkara tersebut telah diajukan upaya hukum banding, kemana banding
harus diajukan ?
b. Termasuk upaya hukum apa banding itu ? Berapa jangka waktu pengajuan
banding ?
Jawab :
a. Banding harus diajukan ke Pengadilan Tinggi Bandung Jawa Barat, Sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 51 ayat (1) UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, maka Pengadilan Tinggi
memiliki kompetensi absolut untuk mengadili perkara perdata di tingkat banding.
Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat kedua (banding) yang mengadili
perkara perdata maupun perkara pidana yang perkaranya telah diputus sebelumnya
oleh Pengadilan Negeri (pengadilan tingkat pertama). Pengadilan Tinggi
berkedudukan di ibukota provinsi. Diketahui Kota Bekasi masuk dalam provinsi Jawa
Barat maka Pengadilan Tinggi Bandung Jawa Barat berwenang untuk memeriksa dan
mengadili perkara tersebut.
b. Jangka waktu pengajuan upaya hukum banding adalah diajukan di kepaniteraan
pengadilan negeri dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung keesokan
harinya setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan kepada pihak yang tidak
hadir dalam pembacaan putusan. Apabila hari ke 14 (empat belas) jatuh pada hari
Sabtu, Minggu atau Hari Libur, maka penentuan hari ke 14 (empat belas) jatuh pada
hari kerja berikutnya.

7. Penggugat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.


a. Apa saja alasan yang dapat diajukan Tergugat dalam permohonan kasasinya?
b. Sebutkan dasar hukumnya dan berapa jangka waktu pengajuan kasasi?
Jawab :
a. Adapun alasan yang dipergunakan dalam permohonan kasasi yang ditentukan di
dalam pasal 30 UU No 14/1985 jo. UU No 5/2004 yaitu:
1) tidak berwenang (baik itu merupakan kewenangan absolut maupun kewenangan
relatif) untuk melampaui batas suatu wewenang;
2) salah menerapkan ataupun melanggar hukum yang berlaku;
3) lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang telah diwajibkan oleh peraturan perUU
yang dapat mengancam kelalaian dengan batalnya suatu putusan yang
bersangkutan atau berkaitan.
b. Sesuai Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung yaitu Permohonan kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara tertulis
atau lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang telah memutus
perkaranya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau
penetapan Pengadilan yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon.
8. a. Selain upaya hukum biasa dikenal juga upaya hukum luar biasa, apa saja yang
termasuk dalam upaya hukum luar biasa dalam perkara perdata, jelaskan?
b. Bagaimana syarat melakukan eksekusi?
Jawab :
a. Upaya hukum luar biasa antara lain :
1) Perlawanan pihak ketiga (dender verzet) terhadap sita eksekutorial
Perlawanan pihak ketiga ini terjadi bilamana dalam putusan pengadilan yang
telah merugikan kepentingan dari pada pihak ketiga, oleh karenanya pihak ketiga
itu bisa mengajukan perlawanan atas suatu putusan tersebut. Berdasarkan di dalam
Pasal 378-384 Rv dan pasal 195 (6) HIR. Dapat Dikatakan sebagai upaya hukum
luar biasa oleh pada dasarnya suatu putusan tersebut hanya mengikat para pihak
yang berperkara saja (antara pihak penggugat dan pihak tergugat tersebut) dan
tidak mengikat kepada pihak ketiga (akan tetapi di dalam hal ini hasil putusan
tersebut juga akan mengikat orang lain atau pihak ketiga, oleh karenanya dapat
dikatakan luar biasa). Denderverzet tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri yang
telah memutus suatu perkara pada tingkat pertama pengadilan.
2) Peninjauan kembali (request civil)
Yang dimaksud dengan peninjauan kembali ini adalah apabila terdapat hal-hal
ataupun keadaan yang ditentukan oleh undang-undang, terhadap suatu putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap dan dapat dimintakan peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung di dalam perkara perdata dan pidana oleh para
pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Pasal 66-77 UU no 14/1985 jo. UU no
5/2004.
b. Syarat melakukan eksekusi adalah :
1) Putusan sudah berkekuatan hukum tetap
2) Adanya permohonan dari pihak (yg menang)
3) Pelaksana adalah panitera san jurusita pengadilan negeri (dipimpin ketua pn) –
psl. 440 Rv.
9. Eksekusi jenis apa yang dapat diterapkan dalam perkara tersebut? Jelaskan !
Jawab :
Jenis Eksekusi yang dapat diterapkan dalam perkara tersebut yaitu :
1) Eksekusi membayar sejumlah uang (psl. 196 hir/ psl.207 RBG – psl. 224 HIR/258
RBG)
Eksekusi dalam hal tergugat harus membayar/melunasi hutangnya sebesar
lima miliar rupiah yang telah jatuh tempo pada 30 Januari 2018.
2) Eksekusi melakukan suatu perbuatan (psl. 225 HIR/psl. 236 RBG)
Eksekusi dalam hal Tergugat dihukum untuk membayar sejumlah uang
sebagai pengganti dari pada pekerjaan yang harus penggugat lakukan berdasar
putusan hakim yang menilai besarnya penggantian ini adalah Ketua Pengadilan
Negeri.
3) Eksekusi riil (psl. 1033 Rv)
Jika putusan pengadilan yang memerintahkan pengkosongan barang tidak
bergerak tidak dipenuhi oleh orang yang dihukum, maka Ketua akan
memerintahkan dengan surat kepada Jurusita dengan bantuan alat kekuasaan
negara, barang tidak bergerak dikosongkan oleh orang yang dihukum serta
keluarganya dan segala barang miliknya. Eksekusi dalam hal pengkosongan tanah
SHM No.0245/Pekayon-Bekasi atas nama Mahendra seluas 815 m2.

10. Sita apa yang dimungkinkan dapat dilakukan terkait dengan perkara tersebut ?
Jawab :
Sita yang dimungkinkan dapat dilakukan terkait dengan perkara tersebut yaitu
Exsecutorial Beslag (EB) adalah sita yang dimohon oleh pihak yang menang terhadap
harta milik pihak yang kalah (bergerak maupun tetap) dalam rangka melaksanakan
putusan hakim (eksekusi). Maka tanah SHM No.0245/Pekayon-Bekasi atas nama
Mahendra seluas 815 m2 dapat dimohon oleh pihak yang menang untuk di sita dalam
rangka melaksanakan putusan hakim (eksekusi).

Anda mungkin juga menyukai