Anda di halaman 1dari 14

HUKUM ACARA PERDATA

TUTORIAL KE 6

PUTUSAN DAN UPAYA HUKUM


Pengertian Putusan Hakim
PUTUSAN HAKIM
• Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Putusan hakim adalah : suatu
pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang
itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak.
• Pengertian Putusan Hakim Ridwan Syahrani, S.H. Putusan pengadilan
adalah pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang
terbuka untuk umum untuk menyelesaikan dan mengakhiri perkara
perdata.
Kewajiban Hakim Dalam Menyusun Putusan
1. Pasal 178 ayat (2) HIR, 189 ayat (2) RBg, bahwa hakim wajib
mengadili semua bagian dari gugatan
2. Pasal 178 ayat (3) HIR, 189 ayat (3) RBg, menentukan bahwa “hakim
dilarang menjatuhkan utusan atas perkara yang tidak dituntut atau
meluluskan lebih dari apa yang dituntut”
Kewajiban Hakim Dalam Menyusun Putusan
1. Pasal 178 ayat (1) HIR, 189 ayat (1) RBg, yang mengatur kewajiban hakim
dalam menyusun putusan, menentukan bahwa hakim karena jabatan wajib
menambah dasar-dasar hukum yang tidak diajukan para pihak
2. Hakim dapat menemukan hukum dari beberapa sumber hukum, yaitu
perundang-undangan, hukum tidak tertulis, yurisprudensi, dan ilmu
pengetahuan
3. Penemuan hukum ini dapat dilakukan dengan tiga cara berikut bahwa sumber
pertama adalah perundang-undangan. Namun, apabila undang-undang tidak
jelas atau bahkan tidak mengatur, hakim dapat menggali nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat (hukum tidak tertulis); Mencarinya dalam yurisprudensi;
Ilmu pengetahuan bersifat objektif serta berwibawa karena diikuti atau
didukung oleh pengikut-pengikutnya, padahal suatu putusan hakim haruslah
objektif dan berwibawa sehingga ilmu pengetahuan dapat dijadikan sumber
hukum bagi keputusan hakim
BAGIAN PUTUSAN
Bagian Putusan
1. Judul dari suatu putusan hakim adalah PUTUSAN;
2. Nomor putusan biasanya diambilkan dari nomor perkaranya, misalnya No.
35/Pdt.G/2011/PN. Smg;
3. Kepala putusan hakim berbunyi DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA;
4. Identitas;
5. Pertimbangan atau yang juga dikenal dengan istilah considerans merupakan dasar
suatu putusan;
6. Amar putusan atau dictum putusan merupakan jawaban terhadap tuntutan
penggugat yang dikemukakan dalam petitum;
7. Keterangan: setelah amar putusan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 ayat
(1) HIR, 195 ayat (1) RBg;
8. Tanda tangan hakim (majelis) dan panitera pengganti;
9. Rincian biaya perkara.
JENIS PUTUSAN
1. Putusan Sela
a.Putusan Preparatoir yi putusan persiapan mengenai jalannya
pemeriksaan guna melancarkan roses persidangan hingga tercapai
putusan akhir.
b.Putusan Interlocutoir yi putusan yang isinya memerintahkan
pembuktian, isi putusan ini mempengaruhi putusan akhir.
c.Putusan Incidentieel adalah putusan yang berhubungan dengan
insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa.
Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara, masih
bersifat formil belum menyangkut materil suatu perkara.
d.Putusan Provisionieel adalah putusan yang menjawab tuntutan
provisi, yaitu permintaan pihak yang berperkara supaya diadakan
tindakan pendahuluan untuk kepentingan salah satu pihak sebelum
putusan akhir dijatuhkan.
e.Putusan yang berkaitan dengan Kompetensi
JENIS
2. Putusan Akhir (eindvonnis )
PUTUSAN
a.Putusan Declaratoir adalah putusan yang menyatakan suatu keadaan
sebagai suatu keadaan yang sah menurut hukum. Putusan ini bersifat
hanya menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata-
mata.
b.Putusan Constitutief adalah putusan yang menciptakan suatu
keadaan hukum baru. Keadaan hukum baru tersebut dapat berupa
meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu keadaan
hukum yang baru.
c.Putusan Condemnatoir adalah putusan yang bersifat menghukum
para pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi.
3. Putusan Perdamai
4. Putusan Gugurnya gugatan
5. Putusan verstek
6. Putusan serta merta (uvb)
Sahnya Putusan Hakim
1. Pasal 179 ayat (1) HIR, 190 ayat (1) RBg menentukan sesudah
keputusan diperbuat dengan mengingat aturan-aturan di atas maka
kedua belah pihak dipanggil masuk lagi dan keputusan diumumkan
oleh ketua
2. Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, ”Putusan pengadilan hanya sah dan
mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum.”
3. Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
4. Pasal 179 ayat (2) HIR, 190 ayat (2) RBg, ditentukan bahwa jika
pihak-pihak atau salah satu di antaranya tidak hadir pada pengumuman
putusan tersebut maka atas perintah ketua isi putusan itu diberitahukan
kepadanya oleh seorang pegawai yang berwenang untuk itu
PUTUSAN
Sifat Amar Putusan Hakim
HAKIM
1. Condemnatoir (menghukum)
2. Constitutif (mengadakan atau menimbulkan keadaan hukum yang
baru)
3. Declaratoir (menyatakan hukumnya)
Kekuatan Putusan Hakim
4. Kekuatan Mengikat
5. Kekuatan Membuktikan
6. Kekuatan Eksekutorial
• Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu (Uitvoerbaar Bij
Voorraad)
1. Pasal 180 HIR, 191 RBg menyatakan bahwa ketua pengadilan negeri
dapat memerintahkan supaya putusan itu dijalankan terlebih dahulu
meskipun ada perlawanan atau dimintakan banding, jika ada akta
autentik, suatu tulisan tangan yang menurut ketentuan yang berlaku
mempunyai kekuatan pembuktian atau sudah ada putusan dengan
kekuatan hukum pasti, demikian pula kalau ada putusan terhadap
tuntutan provisionil serta dalam suatu perselisihan hak milik
Syarat Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu (Uitvoerbaar Bij
Voorraad)
Hakim hanya dapat memberikan perintah uitvoerbaar bij voorraad apabila
dipenuhinya syarat-syarat berikut:
a. Ada akta autentik, suatu tulisan tangan yang menurut ketentuan yang berlaku
mempunyai kekuatan pembuktian;
b. Sudah ada putusan dengan kekuatan hukum pasti;
c. Ada putusan terhadap tuntutan provisional;
d. Ada suatu perselisihan hak milik
NB: Kalau syarat tersebut tidak dipenuhi, hakim dilarang memutus uitvoerbaar bij
Voorraad
Ketentuan MA tentang Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu
(Uitvoerbaar Bij Voorraad)
JENIS PUTUSAN
Mahkamah Agung mengeluarkan surat edaran (SEMA) yang berkaiatan
dengan putusan serta-merta yakni sebagai berikut :
1. SEMA Nomor 16 Tahun 1969
2. SEMA Nomor 3 Tahun 1971
3. SEMA Nomor 3 Tahun 1978
4. SEMA Nomor 3 Tahun 2000
UPAYA HUKUM
Pengertian Upaya Hukum
Upaya hukum adalah alat atau upaya yang diberikan oleh hukum
kepada pihak dalam proses untuk mencapai sesuatu atau untuk
bertindak menghadapi sesuatu. Misalnya, eksepsi adalah upaya
hukum untuk menyanggah suatu gugatan; alat bukti adalah upaya
hukum untuk membuktikan kebenaran suatu dalil; intervensi adalah
upaya hukum untuk ikut serta dalam proses; demikian pula verset,
banding, dan kasasi adalah upaya hukum untuk melawan putusan
UPAYA HUKUM
Jenis-jenis Upaya Hukum
1. Upaya hukum melawan gugatan
2. Upaya hukum mencampuri proses
3. Upaya pembuktian
4. Upaya hukum melawan putusan
5. Upaya hukum melawan sita
6. Upaya hukum melawan eksekusi
Upaya Hukum Melawan Putusan
7. Ada beberapa macam upaya hukum Biasa melawan putusan yakni terdiri dari:
a. Verset
b. Banding
c. Kasasi
2. Ada beberapa macam upaya hukum Istimewa melawan putusan yakni terdiri
dari Peninjauan Kembali dan Derden verzet
UPAYA HUKUM
Upaya Hukum Melawan Eksekusi Dan Penyitaan
1. Sita Eksekutorial
2. Sita Revindicatoir
3. Sita Jaminan (Conservatoir Beslag)
Prorogasi
Prorogasi adalah pengajuan suatu perkara (sengketa) berdasarkan suatu
persetujuan antara kedua belah pihak bersengketa kepada pengadilan
yang sesungguhnya tidak berwenang memeriksa perkara tersebut, yaitu
kepada pengadilan dalam tingkat peradilan yang lebih tinggi. Diatur
dalam Rv pada Pasal 324 sampai dengan 326 Pengadilan banding yang
memeriksa dan memutus perkara prorogasi memeriksa dan memutus
pada tingkat pertama dan terakhir. Hal ini berarti terhadap putusan
pengadilan banding dalam perkara prorogasi tidak dapat diajukan
permohonan banding, tetapi hanya dapat dimintakan kasasi.

Anda mungkin juga menyukai