Pengertian Putusan Hakim PUTUSAN HAKIM • Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Putusan hakim adalah : suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. • Pengertian Putusan Hakim Ridwan Syahrani, S.H. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan dan mengakhiri perkara perdata. Kewajiban Hakim Dalam Menyusun Putusan 1. Pasal 178 ayat (2) HIR, 189 ayat (2) RBg, bahwa hakim wajib mengadili semua bagian dari gugatan 2. Pasal 178 ayat (3) HIR, 189 ayat (3) RBg, menentukan bahwa “hakim dilarang menjatuhkan utusan atas perkara yang tidak dituntut atau meluluskan lebih dari apa yang dituntut” Kewajiban Hakim Dalam Menyusun Putusan 1. Pasal 178 ayat (1) HIR, 189 ayat (1) RBg, yang mengatur kewajiban hakim dalam menyusun putusan, menentukan bahwa hakim karena jabatan wajib menambah dasar-dasar hukum yang tidak diajukan para pihak 2. Hakim dapat menemukan hukum dari beberapa sumber hukum, yaitu perundang-undangan, hukum tidak tertulis, yurisprudensi, dan ilmu pengetahuan 3. Penemuan hukum ini dapat dilakukan dengan tiga cara berikut bahwa sumber pertama adalah perundang-undangan. Namun, apabila undang-undang tidak jelas atau bahkan tidak mengatur, hakim dapat menggali nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat (hukum tidak tertulis); Mencarinya dalam yurisprudensi; Ilmu pengetahuan bersifat objektif serta berwibawa karena diikuti atau didukung oleh pengikut-pengikutnya, padahal suatu putusan hakim haruslah objektif dan berwibawa sehingga ilmu pengetahuan dapat dijadikan sumber hukum bagi keputusan hakim BAGIAN PUTUSAN Bagian Putusan 1. Judul dari suatu putusan hakim adalah PUTUSAN; 2. Nomor putusan biasanya diambilkan dari nomor perkaranya, misalnya No. 35/Pdt.G/2011/PN. Smg; 3. Kepala putusan hakim berbunyi DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; 4. Identitas; 5. Pertimbangan atau yang juga dikenal dengan istilah considerans merupakan dasar suatu putusan; 6. Amar putusan atau dictum putusan merupakan jawaban terhadap tuntutan penggugat yang dikemukakan dalam petitum; 7. Keterangan: setelah amar putusan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) HIR, 195 ayat (1) RBg; 8. Tanda tangan hakim (majelis) dan panitera pengganti; 9. Rincian biaya perkara. JENIS PUTUSAN 1. Putusan Sela a.Putusan Preparatoir yi putusan persiapan mengenai jalannya pemeriksaan guna melancarkan roses persidangan hingga tercapai putusan akhir. b.Putusan Interlocutoir yi putusan yang isinya memerintahkan pembuktian, isi putusan ini mempengaruhi putusan akhir. c.Putusan Incidentieel adalah putusan yang berhubungan dengan insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan prosedur peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara, masih bersifat formil belum menyangkut materil suatu perkara. d.Putusan Provisionieel adalah putusan yang menjawab tuntutan provisi, yaitu permintaan pihak yang berperkara supaya diadakan tindakan pendahuluan untuk kepentingan salah satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan. e.Putusan yang berkaitan dengan Kompetensi JENIS 2. Putusan Akhir (eindvonnis ) PUTUSAN a.Putusan Declaratoir adalah putusan yang menyatakan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang sah menurut hukum. Putusan ini bersifat hanya menerangkan, menegaskan suatu keadaan hukum semata- mata. b.Putusan Constitutief adalah putusan yang menciptakan suatu keadaan hukum baru. Keadaan hukum baru tersebut dapat berupa meniadakan suatu keadaan hukum atau menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. c.Putusan Condemnatoir adalah putusan yang bersifat menghukum para pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi. 3. Putusan Perdamai 4. Putusan Gugurnya gugatan 5. Putusan verstek 6. Putusan serta merta (uvb) Sahnya Putusan Hakim 1. Pasal 179 ayat (1) HIR, 190 ayat (1) RBg menentukan sesudah keputusan diperbuat dengan mengingat aturan-aturan di atas maka kedua belah pihak dipanggil masuk lagi dan keputusan diumumkan oleh ketua 2. Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, ”Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.” 3. Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 4. Pasal 179 ayat (2) HIR, 190 ayat (2) RBg, ditentukan bahwa jika pihak-pihak atau salah satu di antaranya tidak hadir pada pengumuman putusan tersebut maka atas perintah ketua isi putusan itu diberitahukan kepadanya oleh seorang pegawai yang berwenang untuk itu PUTUSAN Sifat Amar Putusan Hakim HAKIM 1. Condemnatoir (menghukum) 2. Constitutif (mengadakan atau menimbulkan keadaan hukum yang baru) 3. Declaratoir (menyatakan hukumnya) Kekuatan Putusan Hakim 4. Kekuatan Mengikat 5. Kekuatan Membuktikan 6. Kekuatan Eksekutorial • Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad) 1. Pasal 180 HIR, 191 RBg menyatakan bahwa ketua pengadilan negeri dapat memerintahkan supaya putusan itu dijalankan terlebih dahulu meskipun ada perlawanan atau dimintakan banding, jika ada akta autentik, suatu tulisan tangan yang menurut ketentuan yang berlaku mempunyai kekuatan pembuktian atau sudah ada putusan dengan kekuatan hukum pasti, demikian pula kalau ada putusan terhadap tuntutan provisionil serta dalam suatu perselisihan hak milik Syarat Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad) Hakim hanya dapat memberikan perintah uitvoerbaar bij voorraad apabila dipenuhinya syarat-syarat berikut: a. Ada akta autentik, suatu tulisan tangan yang menurut ketentuan yang berlaku mempunyai kekuatan pembuktian; b. Sudah ada putusan dengan kekuatan hukum pasti; c. Ada putusan terhadap tuntutan provisional; d. Ada suatu perselisihan hak milik NB: Kalau syarat tersebut tidak dipenuhi, hakim dilarang memutus uitvoerbaar bij Voorraad Ketentuan MA tentang Putusan Yang Dapat Dilaksanakan Lebih Dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad) JENIS PUTUSAN Mahkamah Agung mengeluarkan surat edaran (SEMA) yang berkaiatan dengan putusan serta-merta yakni sebagai berikut : 1. SEMA Nomor 16 Tahun 1969 2. SEMA Nomor 3 Tahun 1971 3. SEMA Nomor 3 Tahun 1978 4. SEMA Nomor 3 Tahun 2000 UPAYA HUKUM Pengertian Upaya Hukum Upaya hukum adalah alat atau upaya yang diberikan oleh hukum kepada pihak dalam proses untuk mencapai sesuatu atau untuk bertindak menghadapi sesuatu. Misalnya, eksepsi adalah upaya hukum untuk menyanggah suatu gugatan; alat bukti adalah upaya hukum untuk membuktikan kebenaran suatu dalil; intervensi adalah upaya hukum untuk ikut serta dalam proses; demikian pula verset, banding, dan kasasi adalah upaya hukum untuk melawan putusan UPAYA HUKUM Jenis-jenis Upaya Hukum 1. Upaya hukum melawan gugatan 2. Upaya hukum mencampuri proses 3. Upaya pembuktian 4. Upaya hukum melawan putusan 5. Upaya hukum melawan sita 6. Upaya hukum melawan eksekusi Upaya Hukum Melawan Putusan 7. Ada beberapa macam upaya hukum Biasa melawan putusan yakni terdiri dari: a. Verset b. Banding c. Kasasi 2. Ada beberapa macam upaya hukum Istimewa melawan putusan yakni terdiri dari Peninjauan Kembali dan Derden verzet UPAYA HUKUM Upaya Hukum Melawan Eksekusi Dan Penyitaan 1. Sita Eksekutorial 2. Sita Revindicatoir 3. Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) Prorogasi Prorogasi adalah pengajuan suatu perkara (sengketa) berdasarkan suatu persetujuan antara kedua belah pihak bersengketa kepada pengadilan yang sesungguhnya tidak berwenang memeriksa perkara tersebut, yaitu kepada pengadilan dalam tingkat peradilan yang lebih tinggi. Diatur dalam Rv pada Pasal 324 sampai dengan 326 Pengadilan banding yang memeriksa dan memutus perkara prorogasi memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir. Hal ini berarti terhadap putusan pengadilan banding dalam perkara prorogasi tidak dapat diajukan permohonan banding, tetapi hanya dapat dimintakan kasasi.