Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN UMUM PUTUSAN PENGADILAN DAN PENYELESAIAN

SENGKETA PERTANAHAN

A. Tinjauan Umum Putusan Pengadilan

1. Tugas dan kewajiban hakim

Hakim merupakan pilar utama dan tempat terakhir bagi pencari

keadilan dalam proses keadilan. Sebagai salah satu elemen kekuasaan

kehakiman yang menerima, memeriksa dan memutuskan perkara, hakim

dituntut untuk memberikan keadilan kepada para pencari keadilan. 1

a. Fungsi dan Tugas Hakim

Didalam Pasal 1 ayat (8) Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana disebutkan bahwa Hakim adalah pejabat peradilan negeri yang

diberi wewenang oleh Undang-undang untuk mengadili. Dengan

demikian fungsi seorang hakim adalah seorang yang diberi wewenang

oleh undang-undang untuk melakukan atau mengadili setiap perkara

yang dilimpahkan kepada pengadilan.

Dalam peradilan, tugas hakim adalah mempertahankan tata

hukum, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu

perkara. Dengan demikian yang menjadi tugas pokoknya adalah

menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan perkara

yang diajukan kepadanya, seperti yang diatur dalam pokok-pokok

1
Mujahid A. Latief, Kebijakan Reformasi Hukum, Suatu Rekomendasi (jilid II), Komisi
Hukum Nasional RI, Jakarta, 2007, hlm. 283

1
kekuasaan kehakiman tercantum pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor

48 Tahun 2009.

b. Kewajiban Hakim

Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara

(mengadili), mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk

menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas

bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal dan

menurut cara yang diatur dalam Pasal 1 ayat (9) KUHAP, hakim tidak

boleh menolak perkara dengan alasan tidak ada aturan hukumnya atau

aturan hukumnya kurang jelas. Oleh karena hakim itu dianggap

mengetahui hukum (curialus novit). Jika aturan hukum kurang jelas

maka ia harus menafsirkannya. 2

Hakim sebagai pejabat negara dan penegak hukum wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat serta dalam

mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib

mempertimbangkan pula sifat yang baik dan jahat.

Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan

apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai

derajat ketiga, atau hubungan suami istri meskipun telah bercerai,

dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa advokat, atau

panitera sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 4 tahun 2004 Jo. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.

2
Ibid., hal 122

2
Hakim Ketua dalam memeriksa perkara di sidang pengadilan

harus menggunakan bahasa Indonesia yang dimengerti oleh para

Penggugat dan Tergugat atau terdakwa dan saksi (Pasal 153 KUHAP).

Didalam praktik ada kalanya hakim menggunakan bahasa daerah jika

yang bersangkutan masih kurang paham terhadap apa yang diucapkan

atau ditanyakan si hakim.

Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa: dalam sidang

pemusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan

atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan

2. Putusan hakim dalam hukum acara perdata

Dalam Pasal 196 ayat (1) HIR/Pasal 185 ayat (1) RBG dinyatakan

bahwa keputusan yang bukan merupakan putusan akhir walaupun harus

diucapkan dalam persidangan juga, tidak dibuat secara terpisah melainkan

hanya dituliskan dalam berita acara persidangan saja.

Berdasarkan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan ada 2 (dua)

macam putusan yaitu putusan sela dan putusan akhir.

a. Putusan Sela

Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum

putusan akhir, diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan

atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara.

3
Mengenai Putusan sela disinggung dalam pasal 185

ayat (1) HIR atau Pasal 48 RV. Menurut pasal tersebut, hakim

dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang bukan

putusan akhir (eind vonnis), yang dijatuhkan pada saat proses

pemeriksaan berlangsung. Namun, putusan ini tidak berdiri

sendiri, tapi merupakan satu kesatuan dengan putusan akhir

mengenai pokok perkara. Jadi, hakim sebelum menjatuhkan

putusan akhir dapat mengambil putusan sela baik yang

berbentuk putusan preparatoir atau interlocutoir. Putusan sela

berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang

berperkara untuk memudahkan hakim menyelesaikan

pemeriksaan perkara, sebelum hakim menjatuhkan putusan

akhir. Sehubungan dengan itu, dalam teori dan praktik dikenal

beberapa jenis putusan yang muncul dari putusan sela, antara

lain:

1) Putusan Preparatoir

Putusan Preparatoir adalah putusan sela yang

dipergunakan untuk mempersiapkan putusan

akhir.Putusan ini tidak mempunyai pengaruh atas

pokok perkara atau putusan akhir karena putusannya

dimaksudkan untuk mempersiapkan putusan akhir,

misalnya: Putusan yang menolak atau menerima

penundaan sidang untuk pemeriksaan saksi-saksi.

Putusan yang menolak atau menerima penundaan

sidang untuk pemeriksaan saksi ahli, atau putusan

4
yang memerintahkan Tergugat supaya menghadap

sendiri dipersidangan pengadilan untuk dimintai

keterangan langsung tentang terjadinya peristiwa

hukum yang sebenarnya walaupun Tergugat telah

diwakili oleh kuasa hukumnya dan lain sebagainya.

2) Putusan Interlocutoir

Putusan Interlocutoir adalah putusan sela

yang berisi perintah untuk mengadakan

pemeriksaan terlebih dahulu terhadap bukti-bukti

yang ada pada para pihak yang sedang berperkara

dan para saksi yang dipergunakan untuk

menentukan putusan akhir. Putusan Interlocutoir ini

dapat mempengaruhi putusan akhir karena hasil dari

pemeriksaan terhadap alat-alat bukti dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

membuat keputusan akhir. Putusan Interlocutoir ini

dapat mempengaruhi putusan akhir karena hasil dari

pemeriksaan terhadap alat-alat bukti dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

membuat keputusan akhir.

3) Putusan Insidentil

Putusan Insidentil adalah putusan sela yang

berhubungan dengan insident atau peristiwa yang

dapat menghentikan proses peradilan biasa untuk

5
sementara. Misalnya Kematian kuasa dari salah satu

pihak, baik itu Tergugat maupun Penggugat.

4) Putusan provisionil

Diatur dalam Pasal 180 HIR, Pasal 191 RGB.

Disebut juga prvisionele beschikking, yakni

keputusan yang bersifat sementara atau interm

award (temporaru disposal) yang berisi tindakan

sementara menunggu sampai putusan akhir

mengenai pokok perkara dijatuhkan. Untuk

menunggu putusan akhir, putusan provisionil

dilaksanakan terlebih dahulu dengan alasan yang

sangat mendesak demi kepentingan salah satu

pihak. 3

b. Putusan akhir

Menurut H.Ridwan Syahrani, putusan akhir

(eindvonnis) adalah putusan yang mengakhiri perkara perdata

pada tingkat pemeriksaan tertentu. Perkara perdata dapat

diperiksa pada 3 (tiga) tingkat pemeriksaan, yaitu pemeriksaan

tingkat pertama di pengadilan negeri, pemeriksaan tingkat

banding di pengadilan tinggi, dan pemeriksaan tingkat kasasi di

Mahkamah Agung. Putusan akhir ditinjau dari segi sifat

amarnya (diktumnya) dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:

1) Putusan Declaratoir

3
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika, Jakarta , 2004, hlm. 20

6
Putusan declaratoir adalah putusan yang hanya

menegaskan atau menyatakan suatu keadaan hukum

semata-mata. Misalnya: putusan tentang keabsahan

anak angkat menurut hukum, putusan ahli waris

yang yang sah, putusan pemilik atas suatu benda

yang sah.

2) Putusan Constitutief (Pengaturan)

Putusan Constitutief adalah putusan yang dapat

meniadakan suatu keadaan hukum atau

menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru.

Misalnya: putusan tentang perceraian, putusan yang

menyatakan bahwa seseorang jatuh pailit, putusan

tidak berwenangnya pengadilan menangani suatu

perkara.

3) Putusan Condemnatoir (Menghukum)

Putusan Condemnatoir adalah putusan yang bersifat

menghukum pihak yang dikalahkan dalam

persidangan untuk memenuhi prestasi. Pada

umumnya putusan condemnatoir ini terjadi

disebabkan oleh karena dalam hubungan perikatan

antara Penggugat dan Tergugat yang bersumber

pada perjanjian atau undang-undang telah terjadi

wanprestasi dan perkaranya diselesaikan di

pengadilan. Misalnya:

7
a) Hukuman untuk meyerahkan sebidang tanah

beserta bangunan rumah yang berdiri diatasnya

sebagai pelunasan utang.

b) Hukuman untuk membayar sejumlah uang.

c) Hukuman untuk membayar ganti rugi.

d) Hukuman untuk menyerahkan barang-barang

jaminan baik terhadap barang-barang bergerak

maupun tidak bergerak.

Dalam putusan condemnatoir ini mempunyai

kekuatan mengikat terhadap salah satu pihak yang

dikalahkan dalam persidangan untuk memenuhi

prestasinya sesuai dengan perjanjian yang telah

mereka sepakati bersama ditambah dengan bunga

dan biaya persidangan dan eksekusi, yang mana

pelaksnaan eksekusi terhadap barang-barang yang

menjadi jaminan atas perikatan dapat dilaksanakan

dengan cara paksa oleh panitera pengadilan yang

dibantu oleh aparat teritorial (aparat pemerintah)

setempat.

B. Penyelesaian Sengketa Pertanahan

Masalah tanah adalah masalah yang menyangkut hak rakyat yang paling

dasar. Tanah disamping mempunyai nilai ekonomis juga berfungsi mempunyai

niilai sosial, oleh karena itulah kepentingan pribadi atas tanah tersebut

8
dikorbankan guna kepentingan umum. Ini dilakukan dengan pelepasan hak atas

tanah dengan mendapat ganti rugi yang tidak berupa uang semata akan tetapi

juga berbentuk tanah atau fasilitas lain. Beberapa permasalahan tanah, bisa

diselesaikan dengan baik oleh Kantor Pertanahan.

Begitu banya konflik dalam kehidupan sehari-hari. Entah konflik kecil

ringan bahkan konflik yang besar dan berat hal ini dialami oleh semua

kalangan. Karena hidup ini tidak lepas dari permasalahan. Tergantung

bagaimana kita menyikapinya dengan cara lapangkah, atau bahkan cara yang

kasar dan merugikan orang lain.

Pengertian sengketa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti

pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan

antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap

satu objek permasalahan.

Dapat disimpulkan sengketa tanah merupakan perebutan hak atas

kepemilikan tanah yang jelas maupun karena kepemilikan tanah yang tidak

jelas, dan sengketa tanah terjadi karena ada sebuah kepentingan dan hak.

Senada dengan itu Winardi mengemukakan adalah pertentangan atau

konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang

mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek

kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain. 4

Menurut Rusmadi Murad, pengertian sengketa tanah atau dapat

jugadikatakan sebagai sengketa hak atas tanah, yaitu timbulnya sengketa

hukum yang bermula dari pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang

berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status

4
Winardi, Aspek Hukum Sengketa Dalam Ekonomi, Setara Press, Malang 20015

9
tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh

penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang

berlaku.5

Sengketa merupakan konflik antara dua pihak atau lebih yang

mempunyai kepentingan berbeda terhadap satu atau beberapa obyek hak atas

tanah. Berikut beberapa tipologi sengketa tanah. 6

1. Pendudukan tanah perkebunan atau non perkebunan, tanah kehutanan

dan atau tanah aset pemerintah, yang dianggap tanah terlantar.

2. Tuntutan pengembalian tanah atas dasar ganti rugi yang belum selesai,

mengenai tanah-tanah perkebunan, non perkebunan, tanah bekasa

tanah partikelir, bekas tanah hak barat, tanah kelebihan maksimum

dan pengakuan hak ulayat.

3. Tumpang tindih status tanah atas dasar klaim bekas eigendom, tanah

milik adat dengan bukti girik, dan/ atau Verponding Indonesia, tanah

obyek landreform dan lain-lain.

4. Tumpang tindih putusan pengadilan mengenai sengketa tanah.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya sengketa

pertanahan adalah sebagai berikut.

1. Persediaan tanah mulai terbatas, sementara pertumbuhan penduduk

meningkat.

2. Ketimpangan struktur penguasaan, kepemilikan, pembangunan dan

pemanfaatan tanah.

3. Tanah terlantar dan resesi ekonomi.

5
Murad Rusmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. CV Mandar Maju,
Bandung 2010 Hlm 64
6
Lubis, Mhd. Yamin dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju,
Bandung 2010. Hlm 113

10
4. Plurarisme hukum tanah di masa kolonial.

5. Persepsi dan kesadaran hukum masyarakat atas penguasaan dan

kepemilikan tanah.

6. Inkonsisten kebijakan pemerintah dalam penyelesaian masalah

tanah.

7. Reformasi.

8. Kelalaian petugas dalam proses pemberian dan pendaftaran hak atas

tanah.

9. Sistem peradilan.

10. Lemahnya sistem adminitrasi pertanahan.

11. Tidak terurusnya tanah-tanah istansi dan aset pemerintahan.

Sedangkan faktor Pendorong terjadinya sengketa pertanahan menurut

Menurut Kepala Badan Pertanahan Nasional Pusat, setidaknya ada tiga hal

utama yang menyebabkan terjadinya sengketa tanah. 7

1. Persoalan administrasi sertifikasi tanah yang tidak jelas, akibatnya

adalah ada tanah yang dimiliki oleh dua orang dengan memiliki

sertifikat masing-masing.

2. Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata, ketidak seimbangan

dalam distribusi kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian

maupun bukan pertanian telah menimbulkan ketimpangan baik secara

ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal ini, masyarakat bawah

khususnya petani atau penggarap tanah memikul beban paling berat,

ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi

7
Kepala Badan Pertanahan Nasional Pusat.

11
yang cenderung kapitalistik dan liberalistik. Atas nama pembangunan

tanah-tanah garapan petani atau tanah milik masyarakat adat diambil

alih oleh para pemodal dengan harga murah.

3. Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti

formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah.

Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi banyak tanah bersertifikat

dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka

telah membelinya dari para petani atau pemilik tanah, tetapi tanah

tersebut lama ditelantarkan begitu saja. Mungkin sebagian orang

menganggap remeh dengan memandang sebelah mata persoalan

sengketa tanah ini, padahal persoalan ini merupakan persoalan yang

harus segera di carikan solusinya. Karena sengketa tanah sangat

berpotensi terjadinya konflik antar ras, suku dan agama.

Indonesia adalah negara yang berdasar hukum, maka semua aspek

kehidupan bermasyarakat diatur oleh hukum yang diwujudkan dalam peraturan

Perundang-Undangan. Masyarakat dalam suatu negara hukum akan

menyelesaikan masalahnya dalam suatu lembaga peradilan yang diatur khusus

oleh Undang-Undang. Begitu pula dengan pertanahan yang mempunyai

Undang-Undang Pokok Agrarian. Namun, sengketa tanah yang terjadi di

Indonesia tidak pernah berakhir, selalu ada permasahalan terkait masalah

kepemilikan tanah dan hak guna pakainya.

Menurut Saidin yang meyatakan bahwa pada catatan statistik pengadilan

di Indonesia, kasus-kasus sengketa pertanahan di peradilan formal menempati

urutan pertama bila dibandingkan dengan kasus-kasus lainnya. Masalah

12
sengketa tanah tidak akan ada habisnya karena tanah mempunyai arti sangat

penting bagi kehidupan manusia. 8

Faktor penyebab dari konflik di bidang pertanahan antara lain adalah

keterbatasan ketersediaan tanah, ketimpangan dalam struktur penguasaan

tanah, ketiadaan persepsi yang sama antara sesama pengelola negara mengenai

makna penguasaan tanah oleh Negara, inkonsistensi, dan ketidaksinkronisasian

antara undang-undang dengan kenyataan dilapang seperti terjadinya manipulasi

pada masa lalu yang mengakibatkan pada era reformasisekarang ini muncul

kembali gugatan, dualisme kewenangan (pusat-daerah) tentang urusan

pertanahan serta ketidakjelasan mengenai kedudukan hak ulayat dan

masyarakat hukum adatdalam sistem perundang-undangan agraria.

Faktor penyebab munculnya permasalahan tentang kasus sengketa tanah

antara lain Harga tanah yang meningkat dengan cepat, kondisi masyarakat

yang semakin sadar dan peduli akan kepentingan dan haknya, iklim

keterbukaan yang digariskan pemerintah. Dari pendapat diatas dapat

disimpulkan, faktor utama penyebab sengketa tanah adalah :

1. Luas tanah yang tersedia terbatas, tapi di sisi lain kebutuhan akan

tanahmeningkat sehingga nilai tanah lebih besar.

2. Masalah pengaturan, penguasaan, dan pemilikan yang

pengendaliannya belum efektif. Kasus konflik pertanahan seperti

sengketa tanah hampir terjadi seluruh penjuru tanah air indonesia.

Setelah diusut dan diteliti semua kasus sengketa tanah yang terjadi

menunjukkan pola sengketa yang sebangun.

8
Saidi Djakfar, Seputar Masalah Hukum Perdata Dan Agraria, Prenada Media Gruop,
Jakarta 2008 Hlm 112

13
Berbagai kasus pertanahan yang menyangkut nasib ribuan warga itu pun

dikenal memakan waktu lama dan terasa menggetirkan dalam proses

penyelesaiannya. Banyak masalah sengketa tanah yang terkadang selalu

memberikan kerugian kepada orang yangseharusnya tidak bersalah misalnya

warga (rakyat biasa) yang bersengketa dengan suatu instansi yang mempunyai

wewenang dan kekuasaan, karena carut-marutnya hukum pertanahan

Indonesian sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa.Dari mulai pungli

(pungutan liar), korupsi sampaikearah mafia pertanahan yaitu juga melibatkan

lembaga peradilan kita.

Sifat permasalahan dari suatu sengketa ada beberapa macam antara lain.

1. Masalah yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai

pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak atas tanah yang

belum ada haknya.

2. Bantahan terhadap sesuatu alas hak/bukti perolehan yang digunakan

sebagai dasar pemberian hak.

3. Kekeliruan/kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan

peraturan yang kurang/tidak benar.

4. Sengketa/masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis

(bersifat strategis).

Jadi dilihat dari substansinya, maka sengketa pertanahan meliputi pokok

persoalan yang berkaitan dengan

1. Peruntukan dan/atau penggunaan serta penguasaan hak atas tanah.

2. Keabsahan suatu hak atas tanah.

3. Prosedur pemberian hak atas tanah.

14
4. Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda

bukti haknya.

Tanah dapat definisikan menurut ilmu pastinya adalah kumpulan tubuh

alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu

menumbuhkan berbagai tanaman dan sebagai tempat makhluk hidup lainnya

untuk melangsungkan kehidupan.

Sengketa tanah banyak terjadi karena adanya sebuah benturan

kepentingan antara siapa dengan siapa. Sadar akan pentingnya tanah untuk

tempat tinggal atau kepentingan lainnya menyebabkan tanah yang tidak jelas

kepemilikannya diperebutkan bahkan ada yang sudah jelas kepemilikan nyapun

masih ada yang diperubutkan, hal ini terjadi karena masyarakat sadar akan

kepentingan dan haknya, selain itu harga tanah yang semakin meningkat.

Menurut Rusmadi Murad timbulnya sengketa hukum yang bermula dari

pengaduan sesuatu pihak (orang atau badan) yang berisi keberatan-keberatan

dan tuntutan hak atas tanah, baik terhadap status tanah, prioritas, maupun

kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara

administrasi sesuai dengan ketentuan.9

Peraturan yang berlaku kasus pertanahan itu timbul karena adanya klaim,

pengaduan atau keberatan dari masyarakat (perorangan atau badan hukum)

yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan tata usaha Negara

di bidang pertanahan yang telah ditetapkan oleh Pejabat tata usaha Negara di

lingkungan Badan Pertanahan Nasional, serta keputusan pejabat tersebut

9
Murad Rusmadi, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah. CV Mandar Maju,
Bandung 2010 Hlm 68

15
dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tersebut. Dengan

adanya klaim tersebut, mereka ingin mendapat penyelesaian secara

administrasi dengan apa yang disebut koreksi serta merta dari Pejabat yang

berwenang untuk itu. Kewenangan untuk melakukan koreksi terhadap suatu

keputusan tata usaha Negara di bidang pertanahan (sertifikat atau surat

Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah), ada pada Kepala Badan Pertanahan

Nasional.

Kasus pertanahan dapat berupa permasalahan status tanah, masalah

kepemilikan,masalah bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak

dan sebagainya.

C. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam

bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif,

baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu

sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan,

ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Pengertian di atas

mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai

pengertian dari perlindungan hukum diantaranya:

Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang

laindan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

Sedangkan menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau

upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh

16
penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan

ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia 10.

Menurut Muchsin, “perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk

melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-

kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia” 11.

Mengenai pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

perlindungan hukum adalah Sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang

akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen,

berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari

sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan

jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.Rasa keadilan dan

hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan

keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki

tercapainya masyarakat yang aman dan damai.Keadilan harus dibangun sesuai

dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan

negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan

kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur :

1. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit).


2. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit)
3. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)
4. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).12

10
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000, Bandung. hlm.
53.
11
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, magister Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2003, hlm. 14.
12
Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. hlm. 43

17
Perlindungan hukum bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak

persepsi. Sebelum mengurai perlindungan hukum dalam makna yang

sebenarnya dalam ilmu hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit mengenai

pengertian- pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan

hukum, yakni Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan

terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat

penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum

terhadap sesuatu.

Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang kemudian

meragukan keberadaan hukum. Hukum harus memberikan perlindungan

terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat penegak hukum

wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka

secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada tiap

hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur

oleh hukum.

Perlindungan hukum dalam hal ini sesuai dengan teori interprestasi

hukum, bahwa interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode

penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks

undang-undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan

dengan peristiwa tertentu.Penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang

harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat

mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit.Metode interpretasi ini

adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna Undang-

18
Undang.Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan ketentuan

yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri.

Penafsiran sebagai salah satu metode dalam penemuan hukum

(rechtsvinding), berangkat dari pemikiran, bahwa pekerjaan kehakiman

memiliki karakter logikal.Interpretasi atau penafsiran oleh hakim merupakan

penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh

masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa yang

konkrit.Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna

undang-undang.13

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum

untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum.Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang

bersifat preventif (pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif

(pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka

menegakkan peraturan hukum. Perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua

hal, yakni:

1. Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk perlindungan hukum


dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan
atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat
bentuk yang definitive.
2. Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk perlindungan hukum
dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa14.
Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat

Indonesia perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber

pada pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan

13
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009. hlm. 40
14
Philipus M.Hadjon, Op.Cit., hlm. 5.

19
pancasila.Perlindungan hukum hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan

perlindungan dari hukum.Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat

perlindungan dari hukum.Oleh karena itu terdapat banyak macam perlindungan

hukum.Dari sekian banyak jenis dan macam perlindungan hukum, terdapat

beberapa diantaranya yang cukup populer dan telah akrab di telinga kita,

seperti perlindungan hukum terhadap konsumen.Perlindungan hukum terhadap

konsumen ini telah diatur dalam Undang-Undang tentang Perlindungan

Konsumen yang pengaturannya mencakup segala hal yang menjadi hak dan

kewajiban antara produsen dan konsumen.Selain itu, terdapat juga

perlindungan hukum yang diberikan kepada hak atas kekayaan intelektual

(HaKI).Pengaturan mengenai hak atas kekayaan intelektual meliputi, hak cipta

dan hak atas kekayaan industri. Pengaturan mengenai hak atas kekayaan

intelektual tersebut telah dituangkan dalam sejumlah peraturan perundang-

undangan, seperti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000

tentang Perlindungan Varietas Tanaman, dan lain sebagainya.

Hukum mempunyai peranan dalam mengatur hubungan antara sesama

warga masyarakat yang satu dengan yang lain. Hubungan tersebut harus

dilakukan menurut norma atau kaidah yang berlaku. Adanya kaidah hukum itu

bertujuan untuk mengusahakan kepentingan-kepentingan yang terdapat dalam

masyarakat sehingga dihindarkan kekacauan dalam masyarakat.Berdasarkan

pengertian hukum yang berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia

dimana jika kepentingan manusia terlindungi, maka hukum harus dilaksanakan

20
secara normal dan damai. Mengenai tujuan perlindungan hukum dapat

dibedakan menjadi dua:

1. Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan hukum preventif

mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya permasalahan atau

sengketa

2. Perlindungan Hukum Represif Perlindungan hukum represif

mempunyai tujuan untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa

yang timbul, dilakukan dengan cara menerapkan sanksi terhadap

pelaku agar dapat memulihkan hukum kepada keadaan sebenarnya.

Perlindungan hukum jenis ini dilakukan di pengadilan.

“Hukum dapat di fungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang

sifatnya tidak sekedar adaptif, dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan

antipatif”15.Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan kemanfaatan,

dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada setiap subyek hukum sesuai aturan hukum, baik itu yang

bersifat represif , tertulis atau tidak tertulis, dalam rangka menegakkan sebuah

peraturan hukum. Dan pada hakekatnya setiap orang dan hal yang berkaitan

dengan hukum berhak atas perlindungan dari hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri

dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum
15
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rusdakarya,
Bandung, 1993, hlm.118

21
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan

kedamaian.

Manusia adalah “zoon politicon”, makhluk sosial atau makhluk

bermasyarakat, oleh karena tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan

antara satu dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak

sadar manusia selalu melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan

hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) Perbuatan hukum (rechtshandeling)

diartikan sebagai setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja/atas

kehendaknya untuk menimbulkan hak dan kewajiban yang akibatnya diatur

oleh hukum. Perbuatan hukum terdiri dari perbuatan hukum sepihak seperti

pembuatan surat wasiat atau hibah, dan perbuatan hukum dua pihak seperti

jual-beli, perjanjian kerja dan lain-lain.

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan

antara dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara

individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat atau antara

masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum

ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban

pihak yang lain”.

Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu

masing- masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan

yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi

ketegangan dan konflik maka tampil hukum yang mengatur dan melindungi

kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

22
maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan

kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian.

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau

konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari

keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi

manusia, konsep rechtsct muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan

oleh Julius Stahl.

Terkait dengan teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang

menjelaskan bahasan ini, antara lain yaitu Fitzgerald, Satjipto Raharjo,

Phillipus M Hanjon dan Lily Rasyidi.

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dam mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyrakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan,

perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara

membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah

mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas

tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi.Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan

hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang

diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupkan kesepakatan

masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

23
masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat 16.

Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang laindan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua

hak-hak yang diberikan oleh hukum17.

Selanjutnya menurut Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum

bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan

resprensif.Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah

terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati

dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang

resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk

penanganannya di lembaga peradilan 18.

Sedangkan menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra bahwa hukum dapat

didifungsikan untuk menghujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar

adaptif dan fleksibel, melaikan juga predektif dan antipatif 19.

Dari uraian para ahli diatas memberikan pemahaman bahwa

perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum

untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan

kepastian hukum.Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang

bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif, baik yang

16
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 53
17
Ibid., hlm. 69
18
Ibid., hlm. 54
19
Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rusdakarya,
Bandung, 1993, hlm. 118

24
secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan

hukum.

Dalam filsafat hukum, teori-teori hukum alam sejak Socrates hingga

Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum.Teori

Hukum Alam mengutamakan “the search for justice”20.Terdapat macam-

macam teori mengenai keadilan dan masyarakat yang adil.Teori-teori ini

menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan

kemakmuran. Diantara teori-teori itu dapat disebut: teori keadilan Aristoteles

dalam bukunya nicomachean ethics, teori keadilan sosial John Rawl dalam

bukunya a theory of justice dan juga Ahmad Ali dalam Menguak Teori Hukum

dan teori Peradilan.

Pandangan Aristoteles tentang keadilan terdapat dalam karyanya

nichomachean ethics, politics, dan rethoric.Lebih khususnya, dalam buku

nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan yang

berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat

hukumnya, “karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan

keadilan”21.

Dari pandangan Aristoteles diatas yang sangat penting bahwa keadilan

mesti dipahami dalam pengertian kesamaan.Namun Aristoteles membuat

pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan

proporsional.Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu

unit. Inilah yang sekarang lazim di pahami tentang kesamaan dan yang

dimaksudkan ketika dikatakan bahwa semua warga adalah sama di depan

20
Theo Huijber, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Cet. VIII, Kanisius,
Yogyakarta, 1995, hlm. 196
21
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia,
Bandung, 2004, hlm. 25

25
hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya

sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan

ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar

keadilan.Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan

distributif dan keadilan korektif.Yang pertama berlaku dalam hukum publik,

yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan distributif dan korektif

sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa

dipahami dalam kerangkanya.

26

Anda mungkin juga menyukai