Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim

1. Pengertian Putusan Hukum

Putusan Hakim menurut Sudikno Mertokusumo, yaitu suatu pernyataan

yang dimana oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk

itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau

menyelesaikan suatu perkara atau masalah antar pihak. Bukan hanya yang

diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan yang

dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh Hakim di

persidangan yang dimana sebuah konsep putusan (tertulis) tidak mempunyai

1
kekuatan sebagai putusan sebelum diucapkan di persidangan oleh hakim.

Putusan hakim merupakan “mahkota” sekaligus “puncak” pencerminan

nilai-nilai keadilan, kebenaran hakiki, hak asasi manusia, penguasaan hukum

atau fakta secara mapan, mempuni dan faktual, serta cerminan etika, mentalitas,

dan moralitas dari hakim yang bersangkutan. 2

Putusan akhir dalam suatu sengketa yang diputuskan oleh hakim yang

memeriksa dalam persidangan umumnya mengandung sangsi berupa hukuman

terhadap pihak yang dikalahkan dalam suatu persidangan di pengadilan. Sanksi

1
Sudikno Mertokusumo. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. Edisi ketujuh. Yogyakarta: Liberty.
2
Lilik Mulyadi, 2010, Seraut Wajah Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, hlm.129
13
hukuman ini pelaksanaannya dapat dipaksakan kepada para pelanggar hak

tanpa pandang bulu baik dalam Hukum Acara Perdata maupun Hukum Acara

Pidana, tetapi dalam Hukum Acara Perdata hukumannya berupa pemenuhan

prestasi dan atau pemberian ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan atau

yang dimenangkan dalam persidangan pengadilan dalam suatu sengketa,

sedangkan dalam Hukum Acara Pidana umumnya hukumannya penjara dan

atau denda.3

2. Jenis Putusan Hakim

Dalam Pasal 196 ayat (1) HIR/Pasal 185 ayat (1) RBG dinyatakan

bahwa keputusan yang bukan merupakan putusan akhir walaupun harus

diucapkan dalam persidangan tidak dibuat secara terpisah melainkan hanya

dituliskan dalam berita acara persidangan saja. Berdasarkan kedua pasal

tersebut dapat disimpulkan ada 2 (dua) macam putusan yaitu

a. Putusan sela

Putusan sela menurut H.Ridwan Syahrani (Zainuddin Mappong 2010 :

105), putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir

yang bertujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan

pemeriksaan perkara. Putusan sela disinggung dalam pasal 185 ayat (1) HIR

atau Pasal 48 RV, yang dimana hakim dapat mengambil atau menjatuhkan

putusan yang bukan putusan akhir yang dijatuhkan pada saat proses

3
Sarwono. 2011. Hukum Acara Perdata Toeri dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika. hlm 53
14
pemeriksaan berlangsung. Namun, putusan ini merupakan satu kesatuan

dengan putusan akhir mengenai pokok perkara. Jadi, hakim sebelum

menjatuhkan putusan akhir dapat mengambil putusan sela baik yang

berbentuk putusan preparatoir atau interlocutoir. Putusan sela berisi

perintah yang harus dilakukan para pihak yang berperkara untuk

memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum hakim

menjatuhkan putusan akhir. Dalam teori dan praktiknya, utusan sela dapat

dikualifikasikan dalam beberapa macam putusan, antara lain :

1. Putusan Preparatoir

Putusan Preparatoir adalah putusan sebagai akhir yang tanpa ada

pengaruh terhadap pokok perkara atau putusan akhir. Misalnya: putusan

yang untuk menggabungkan dua perkara atau untuk menolak

diundurkannya pemeriksaan saksi, putusan yang memerintahkan pihak

yang diwakili oleh kuasanya untuk datang sendiri. 4

2. Putusan Interlocutoir

Putusan interlucutioir adalah putusan sela yang dapat mempengaruhi

akan bunyi putusan akhir. Misalnya: pemeriksaan saksi, putusan untuk

mendengar para ahli, pemeriksaan setempat, putusan tentang pembebanan

pihak, sumpah dan putusan yang memerintahkan salah satu pihak untuk

membuktikan sesuatu.

3. Putusan Incidenteel

4
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012,
231.
15
Putusan Incidenteel adalah putusan yang berhubungan dengan insiden,

yaitu yang dimana suatu peristiwa atau kejadian yang menghentikan

prosedur peradilan biasa. Misalnya seperti kematian kuasa dari satu pihak,

baik tergugat maupun penggugat, putusan yang membolehkan seseorang

ikut serta dalam perkara voeging, vrijwaring , tusschenkomst.5

4. Putusan Provisioneel

Putusan provisioneel adalah putusan yang menjawab tuntutan

provisional, yaitu permintaan pihak yang bersangkutan agar sementara

diadakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak sebelum putusan

akhir dijatukan. Jadi putusan yang disebabkan oleh adanya hubungan

dengan pokok perkara dapat menetapkan suatu tindakan sementara bagi

kepentingan salah satu pihak yang berperkara. Misalnya seperti putusan

mengenai gugatan istri terhadap suaminya untuk memberi biaya

penghidupan selama pokok perkara masih berlangsung dan belum

menghasilkan putusan akhir.6

b. Putusan Akhir

Putusan akhir adalah suatu pernyataan hakim, sebagai pejabat negara

yang diberi wewenang untuk diucapkan dalam persidangan dan bertujuan

untuk mengakhiri atau menyelesaikan perkara atau sengketa antara pihak

5
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, 232
6
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, 233
16
yang berperkara dan diajukan kepada pengadilan.Putusan atau yang lazim

disebut dengan istilah end vonis dapat ditinjau dalam berbagai segi. 7

3. Bentuk Putusan Hakim

Ditinjau berdasarkan bentuk putusan hakim, maka putusan hakim ini

dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Putusan Declaratoir adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim dengan

amar yang menyatakan atau menegaskan tentang suatu keadaan atau yang

sah menurut hukum. 8 Dalam putusan ini dinyatakan hukum tertentu yang

dituntut atau dimohon oleh penggugat atau pemohon ada atau tidak ada,

tanpa mengakui adanya hak atas suatu prestasi tertentu. Oleh karena itu,

putusan declaratoir murni tidak mempunyai atau memerlukan upaya

pemaksa karena sudah mempunyai akibat hukum tanpa bantuan pihak

lawan yang dilakukan untuk melaksanakannya, sehingga hanya mempunyai

kekuatan mengikat.9

b. Putusan Constitutief adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim yang

10
amarnya menciptakan suatu keadaan hukum yang baru, baik yang

bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan

keadaan hukum baru.11

7
Abdul Manan, Penerapan hukum acara perdata di lingkungan pengadilan agama , Jakarta:
Kencana,2008. Hal 308
8
M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata , hlm 876
9
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Jogyakarta, 1993, Hal.175
10
7H. Riduan Syahrani, S.H., Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya Bakti
Bandung, Cet. V, 2009
11
M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata , hlm 876
17
c. Putusan Condemnatoir adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim dengan

amar yang bersifat menghukum. Bentuk hukuman dalam perkara perdata

berbeda dengan hukuman dalam perkara pidana. Dalam perkara perdata,

bentuk hukumannya berupa kewajiban untuk melaksanakan atau memenuhi

prestasi yang dibebankan kepada pihak yang teerhukum. Prestasi yang

dimaksud dapat berupa memberi,berbuat, atau tidak berbuat 12.

4. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam

menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung

keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga

mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga pertimbangan

hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila pertimbangan

hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang berasal dari

pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi/Mahkamah

Agung. Hakim dalam pemeriksaan suatu perkara juga memerlukan adanya

pembuktian, dimana hasil dari pembuktian itu kan digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memutus perkara. Pembuktian merupakan tahap yang paling

penting dalam pemeriksaan di persidangan. Pembuktian bertujuan untuk

memperoleh kepastian bahwa suatu peristiwa/fakta yang diajukan itu benar-benar

terjadi, guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat

12
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, cet V, Bandung: P.T Citra Aditya
Bakti,1992. Hal.165
18
menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa peristiwa/fakta tersebut

benar-benar terjadi, yakni dibuktikan kebenaranya, sehingga nampak adanya

hubungan hukum antara para pihak. Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan

13
hakim hendaknya juga memuat tentang hal-hal sebagai berikut :

a) Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak

disangkal.

b) Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek menyangkut

semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.

c) Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus

dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat

menarik kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat

dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka dalam

ketentuan ini mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari

segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, kecuali hal-hal sebagaimana

disebut dalam Undang-undang Dasar 1945. Kebebasan dalam melaksanakan

wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugas hakim alah menegakkan

hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan

rasa keadilan rakyat Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menegaskan bahwa: kekuasan

kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

13
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2004), h.140-142
19
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan

agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

oleh sebuah mahkamah konstitusi. Kebebasan hakim perlu pula dipaparkan posisi

hakim yang tidak memihak Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009. Istilah tidak

memihak di sini haruslah tidak harfiah, karena dalam menjatuhkan putusannya

hakim harus memihak yang benar. Dalam hal ini tidak diartikan tidak berat sebelah

dalam pertimbangan dan penilaiannya. Lebih tapatnya perumusan UU No. 48

Tahun 2009 Pasal 5 ayat (1): “Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak

membeda-bedakan orang”.14

B. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

1. Hak Cipta

Hak Cipta merupakan terjemahan dari copyright dalam bahasa Inggris

(secara harfiah artinya hak salin). Hak cipta adalah hak eksklusif atau hak

yang hanya dimiliki si pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur

penggunaan hasil karya atau hasil olah gagasan ataupun informasi tertentu.

Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan"

atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga sekaligus

memungkinkan pemegang hak tersebut untuk bebas membatasi

pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu

14
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996),h.94-95
20
ciptaan. 15 Dikarenakan hak eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang

tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif

dalam hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.16 Pasal 1 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta memuat

definisi hak cipta sebagai berikut : Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta

yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu

ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak cipta

didefinisikan sebagai hak ekslusif bagi para pencipta untuk mengumumkan

atau memperbanyak suatu ciptaan ataupun memberikan izin kepada pihak

lain untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang berlaku. Hal

yang terpenting yaitu hak mengizinkan pemegang hak cipta untuk mencegah

pihak lain yang ingin memperbanyak tanpa izin. 17 Hak cipta adalah hak

eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan

hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta

merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". 18 Hak cipta dapat juga

memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak

sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku

15
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta,
Paten, Hak cipta dan Seluk- Beluknya), Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2015, hlm.21
16
Nico Kansil, Pengantar Umum Mengenai Hak Cipta, Paten dan Merek, Yan Apul, Jakarta, 2004, hlm.
15
17
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hlm.41
18
Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.2
21
tertentu yang terbatas. Hak ekslusif adalah hak yang semata-mata

diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. 19 Yang dimaksud

yaitu mengumumkan atau memperbanyak, termasuk kegiatan

menterjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalih wujudkan,

menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,

mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, hak ciptaan dan

mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun. 20

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang hak cipta mengandung pengertian dan sifat hak cipta, yaitu :

 Hak cipta adalah hak eksklusif. Dari definisi tersebut, hak cipta dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa hak cipta adalah

hak eksklusif, yang dimana diartikan sebagai hak eksklusif karena hak cipta

hanya diberikan kepada pencipta dan orang lain tidak dapat

memanfaatkannya atau dilarang menggunakannya kecuali atas izin pencipta

selaku pemilik hak, atau orang yang menerima hak dari pencipta tersebut

(pemegang hak). Pemegang hak cipta yang bukan pencipta ini hanya

memiliki sebagian dari hak eksklusif tersebut yaitu hanya berupa hak

19
Insan Budi Maulana, Bianglala Hak Kekayaan Inetelektual, Hecca Mitra Utama, Jakarta, 2005,
hlm.22-24
20
Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 97.
22
ekonominya saja. 21 Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat khusus

istimewa atau eksklusif yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak

cipta. Dengan hak yang bersifat khusus ini berarti tidak ada orang lain yang

boleh menggunakan hak tersebut terkecuali dengan izin pencipta atau

pemegang hak cipta yang bersangkutan. 22

 Hak yang bersifat khusus, tunggal, maupun monopoli meliputi hak pencipta

atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan ciptaanya, memperbanyak

ciptaannya dan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau

memperbanyak hasil ciptaaanya tersebut.23

 Dalam melaksanakan hak yang bersifat khusus ini, baik pencipta, pemegang

hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi izin untuk mengumumkan

atau memperbanyak ciptaan tadi harus dilakukan menurut peraturan

perundangundangan yang berlaku, yang merupakan

pembatasan-pembatasan tertentu.24

 Hak cipta yang berkaitan dengan kepentingan umum yang dimana hak cipta

merupakan hak eksklusif yang istimewa, tetapi ada pembatasan-pembatasan

tertentu bahwa hak cipta juga harus memperhatikan kepentingan

21
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di
Indonesia, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 85-86

22
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Pressindo, Jakarta,
2000, hlm. 52.
23
Hendra Tanu Atmadja, Perlindungan Hak Cipta Musik atau Lagu, Penerbit Hatta Internasional,
Jakarta, 2004, hlm. 49
24
CST. Kansil, Hak Milik Intelektual (Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta), Sinar Grafika, Jakarta,
2011, hl. 23.
23
25
masyarakat atau umum yang juga turut memanfaatkan ciptaan seseorang.

Secara umum, terdapat keseimbangan yang serasi antara kepentingan

individu dan kepentingan masyarakat (kepentingan umum) dikarenakan hak

cipta atas suatu ciptaan tertentu dibatasi penggunaannya yang dimana

dinilai penting demi kepentingan umum26

 Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat

immaterial yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain baik untuk

seluruh maupun sebagian

 Hak cipta dapat beralih maupun dialihkan yang dimana pengalihan dalam

hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu: 27

a. Transfer : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak

kepada pihak atau orang lain, misalnya disebabkan adanya pewarisan,

hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan

oleh peraturan perundang- undangan.

b. Assignment : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada

pihak lain berupa pemberian izin atau persetujuan untuk pemanfaatan

hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.

 Hak Cipta dapat dibagi atau diperinci : 28 Berdasarkan praktik-praktik

pelaksanaan hak cipta dan juga norma “Principle of Specification” dalam

hak cipta, maka hak cipta dibatasi oleh:

25
M. Hutauruk, Peraturan Hak Cipta Nasional, Erlangga, Jakarta, 2012, hlm.31.
26
Hendra Tanu Atmadja, Op.Cit, hlm. 51
27
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World
Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hlm 14-15
24
a. Waktu: misalnya lama produksi suatu barang sekian tahun,

b. Jumlah: misalnya jumlah produksi barang sekian unit dalam satu tahun

c. Geografis: contohnya sampul kaset bertuliskan “For Sale in Indonesia

Only” atau slogan “Bandung Euy

Pengertian hak cipta yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 dapat ditentukan unsur-unsur dari hak cipta, yaitu sebagai

29
berikut: a) Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang

hak cipta, b) Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan, c) Timbul

secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan, d) Tanpa mengurangi

pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan dari

pengertian pencipta dan pemegang hak cipta dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, maka dapat dilihat adanya perbedaan

antara pencipta dan pemegang hak cipta. Seorang pencipta otomatis

menjadi pemegang hak cipta yang merupakan pemilik dari hak cipta,

sedangkan pemegang hak cipta belum tentu merupakan pencipta.30 Pasal 38

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan

bahwa ciptaan yang telah diterbitkan tapi tidak diketahui nama penciptanya

atau hanya tertera nama samaran, dalam hal ini, hak cipta atas ciptaan

28
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World
Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. hlm 15
29
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 31
30
CJT. Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, Djambatan, Jakarta, 2009, hlm. 39
25
31
tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan penciptanya.

Berdasarkan penciptanya, ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut :32 a)

Ciptaan warga Negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia, b) Ciptaan

bukan warga Negara Indonesia, bukan penduduk, bukan badan hukum

Indonesia, atau diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di Indonesia, c)

Ciptaan bukan warga Negara,bukan penduduk, bukan badan hukum

Indonesia dengan ketentuan yang pertama yaitu negara mempunyai

perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dan hak-hak yang

berkaitan dengan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia dan yang

kedua yaitu negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak

atau peserta dalam suatu perjanjian multilateral yang sama mengenai

perlindungan hak cipta dan hak lain yang berkaitan dengan hak cipta.

Manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang

memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut

sebenarnya juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami, dan

tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang

memberikan kepuasan batiniah, bersifat universal dan dapat dinikmati oleh

siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa

31
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu , Neighboring Right, dan
Collecting Society, Alumni, Bandung, 2008, hlm. 19.
32
Ibid, hlm. 113
26
sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara cuma-cuma. 33 Hak ekonomi ini

diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat

digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau

perdagangan yang mendatangkan keuntungan. 34 Hak ekonomi tersebut

adalah hak yang dimiliki oleh seseorang pencipta untuk mendapatkan

keuntungan atas ciptaannya. Hak ekonomi pada setiap undang-undang

selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputnya, dan ruang

lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Hak cipta sebagai hak

ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang

pencipta/pemegang hak cipta melakukan perbanyakan ciptaan kemudian

dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan

ciptaan tersebut. Demikian pula dengan memberi izin kepada pihak lain

untuk memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan

adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin saja melainkan

pencipta/pemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan

dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar jika pencipta/pemegang hak

cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin

mendapatkan keuntungan dari penerimaan izin tersebut. 35

33
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi Era Global. UIR
Press, Riau, 2002, hlm. 25
34
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Intelektual, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2001,
hlm.19
35
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 45
27
2. Hak Cipta Lagu

Melihat maraknya pelanggaran hak cipta, Hulman Panjaitan pernah

mengemukakan bahwa khususuntuk hak cipta lagu atau musik dapat

36
dikatakan perlindungannya menjadi masalah serius di Indonesia. Bahkan

Indonesia pernah dikecam dunia internasional karena lemahnya

perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu atau musik tersebut. Khusus di

bidang hak cipta atas karya cipta musik dan lagu, persoalan yang dihadapi

para pencipta sangat konvensional, yakni sikap dan pandangan para

pengusaha hiburan (user) yang menganggap bahwa memutar atau

menyanyikan lagu-lagu orang lain tidak perlu meminta izin kepada pencipta

dan atau pemegang hak ciptanya dan tidak perlu membayar royalty. Mereka

beranggapan, kalau telah membeli kaset, CD atau VCD, mereka sudah

bebas menggunakan- nya untuk kegiatan hiburan tanpa terikat lagi kepada

pencipta dan atau pemegang hak cipta, padahal dalam aktivitas mereka, para

“pengusaha” tersebut menjual hiburan dengan memanfaatkan dan tidak

jarang dari karya cipta orang lain. Hal ini disebabkan kurangnya

pemahaman atas ketentuan-ketentuan yang terdapat di undang-undang dan

kurangnya kesadaran terhadap penghargaan karya cipta orang lain dan

karenanya perlu ditumbuhkan, termasuk penegakan hukum terhadap

pelanggaran hak cipta lagu dan musik.

36
Hulman Panjaitan, Lisensi Pengumuman Musik/Lagu dan Aspek Hukumnya, dalam Majalah
POTRET, Nopember-Desember 2009, halaman 61. Lihat juga artikel “Pemahaman Hak Cipta Rendah,
Pembajakan Lagu Marak” oleh Hulman Panjaitan dalam harian Suara Pembaruan, 3 Agustus 2009.
28
Tidak terdapat pengaturan khusus tentang pengertian hak cipta lagu

dan/atau musik di dalam UUHC yang dimana berarti hanya sebagai salah

satu karya yang dilindungi melalui UUHC sebagaimana juga karya-karya

lain yang dicantumkan dalam Pasal 40 UUHC. Tepatnya diatur dalam Pasal

40 ayat (1) sub (d), yaitu ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

Oleh karena itu, terhadap lagu dan/atau musik berlaku semua aturan umum

yang juga berlaku untuk karya lainnya, kecuali disebutkan secara khusus

tidak berlaku. Terkait dengan pengaturan hak cipta lagu dan musik dalam

undang-undang sebagaimana diuraikan di atas, Otto Hasibuan

mengemukakan bahwa ketentuan yang menyamakan lagu dan musik dalam

pasal tersebut bukanlah tidak menimbulkan masalah, tetapi jika disimak

37
lebih jauh akan menciptakan kerancuan karena:

1) Pertama, adakalanya sebuah lagu menggunakan lirik yang berasal dari

sebuah puisi, sementara puisi termasuk ciptaan karya sastra yang mendapat

perlindungn tersendiri, baik dalam Konvensi Bern maupun UUHC.

2) Kedua, arransemen musik (arrangement of music) merupakan karya

turunan (derivative work) yang menurut Konvensi Bern dilindungi sebagai

ciptaan yang berdiri sendiri, setara dengan karya terjemahan (translation).

Anehnya, dalam UUHC diakui bahwa karya terjemahan merupakan ciptaan

yang dilindungi secara tersendiri, tetapi arransemen musik tidak.

37
Otto Hasibuan, Hak Cipta Di Indonesia, Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neightboring Rights dan
Collecting Society, Bandung: PT. Alumni, 2008, hal. 146.
29
3) Ketiga, dalam UUHC diakui bahwa pemusikmerupakan salah satu unsur

dari pelaku yang merupakan pemegang hak terkait. Akan tetapi, tidak ada

penjelasan apakah pemusik yang disebut sebagai pelaku itu adalah peñata

musik (arranger) atau pemain musik atau keduanya.

Pengertian karya cipta lagu dan musik dijelaskan dalam Pasal 12 ayat

(1) huruf d UUHC terdapat rumusan pengertian lagu atau musik sebagai

berikut: “lagu atau musik dalam undangundang ini diartikan sebagai karya

yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau

lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh

adalah bahwa lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya

cipta”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

38
bahwa :

a) Lagu atau musik dianggap sama pengertiannya;

b) Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks;

c) Lagu atau musik merupakan suatu karya cipta yang utuh, jadi unsur melodi,

lirik, aransemen, notasi dan bukan merupakan ciptaan yang berdiri sendiri.

3. Kasasi dan Pengadilan Niaga Masalah Lembaga Manajemen Kolektif

Putusan pengadilan niaga harus disampaikan oleh juru sita kepada para

pihak paling lama 14 hari sejak putusan diucapkan. Upaya hukum yang

dapat dilakukan terhadap putusan tersebut dapat berupa kasasi dan tidak ada

38
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), hlm. 141.
30
upaya banding, yang dimana permohonan kasasi ini dapat diajukan 14 hari

sejak tanggal putusan pengadilan niaga itu diucapkan dalam sidang terbuka

atau pemberitahuan kepada para pihak. Permohonan didaftarkan pada

pengadilan niaga yang telah memutus gugatan tersebut dengan membayar

biaya yang besarnya ditetapkan oleh pengadilan terkait. Paniteta pengadilan

niaga mendaftarkan permohonan kasasi pada tanggal permohonan diajukan

dan memberikan tanda terima yang telah ditandatanganinya kepada pemohon

kasasi pada tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaraan panitera

pengadilan niaga terkait wajib menyampaikan permohonan kasasi kepada

termohon kasasi paling lama 7 hari terhitung sejak permohonan kasasi

didaftarkan. Panitera pengadilan niaga menerima kontra memori kasasi.

Panitera pengadilan niaga wajib mengirimkan berkas perkara kasasi kepada

Mahkamah Agung dalam jangka waktu paling lama 14 hari sejak jangka

waktu pendaftaran. Dalam waktu paling lama 7 hari terhitung sejak

Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi, Mahkamah Agung

menetapkan hari sidang. Putusan kasasi nantinya paling lama diucapkan 90

hari terhitung sejak tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah

Agung. Nantinya salinan putusan tersebut akan diberikan kepada pengadilan

niaga melalui paniteranya paling lama 7 hari sejak putusan kasasi diucapkan.

39
Permohonan penetapan sementara diajukan secara tertulis oleh Pencipta,

39
Geofani Milthree Saragih, Penegakan Hukum Atas Hak Cipta di Indonesia, Pekanbaru, Fakultas
Hukum Universitas Riau, 2020, hlm 20-21
31
Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait atau kuasanya kepada pengadilan

niaga dengan memenuhi persyaratan :

a) Melampirkan bukti kepemilikan

b) Melampirkan petunjuk awal terjadinya pelanggaran Hak Cipta atau

Hak Terkait

c) Melampirkan keterangan yang jelas mengenai barang dan/atau

dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan atau diamankan untuk

keperluan pembuktian

d) Melampirkan pernyataan adanya kekhawatiran bahwa pihak yang

diduga melakukan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait akan

menghilangkan barang bukti.

Pengadilan niaga merupakan salah satu pengadilan umum yang

berwenang dalam mengatasi perkara perdata khusus di bidang hak cipta.

Namun, perkembangan hak cipta di Indonesia yang begitu pesat yang

mengakibatkan pemerintah mengeluarkan undang-undang hak cipta terbaru

yang salah satu lembaga peradilannya ditangani oleh pengadilan niaga.

Pembentukan pengadilan niaga merupakan terobosan fenomenal di antara

berbagai upaya pendekatan untuk menyelesaikan masalah penegakan hukum

melalui lembaga peradilan. Pembentukan suatu pengadilan khusus

sebagaimana diamanatkan pembentukannya oleh Undang-Undang Dasar 1945

32
dan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dilakukan melalui undang-undang

tersendiri. 40

4. Lembaga Manajemen Kolektif

Peranan lembaga pemungut royalti atas penggunaan ciptaan lagu

atau musik oleh masyarakat tidak begitu menonjol di masa lalu. Akan tetapi,

seiring dengan perkembangan media elektronik dan teknologi informasi

yang membuat pemanfaatan sekaligus komersialisasi ciptaan lagu atau

musik menjadi sangat massif, sehingga peranan LMK menjadi sangat

urgen, malah mutlak. Para Pencipta dan juga Negara akan kehilangan

pendapatan ekonomi yang sangat besar jika tidak adanya peranan LMK.

Para pencipta lagu atau musik tidak mungkin dapat mengontrol pemakaian

atau pemanfaatan ciptaan lagu atau musik lalu menagih hak royaltinya

sendiri, sementara pemakaian atau pemanfaatan lagu atau musik sudah

sedemikian kompleksnya dari segi pemakai, tempat pemakaian, cara

pemakaian, maupun sarana atau alat yang digunakan. Pada banyak negara,

pengaturan mengenai Lembaga Manajemen Kolektif ini sudah menjadi

bagian yang penting. Sebagian negara memegang kendali atau mengawasi

Lembaga Manajamen Kolektif, sebagian negara juga ada yang memberikan

keleluasan secara independen. China adalah salah satu negara yang

memegang kendali atas Lembaga Manajemen Kolektif yang ada di negara

40
Agus Iskandar, Jurnal Ilmiah: “Kewenangan Pengadilan Niaga dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis,”
Vol. 7 No. 1, Universitas Bandar Lampung, 2012
33
tersebut. Campur tangan Pemerintah atau Negara dalam hal ini memang

diperlukan untuk menghindari adanya praktek persaingan tidak sehat dan

memberikan kepastian hukum akan status Lembaga Manajemen Kolektif

itu sendiri. LMK yang berperan membantu pencipta dalam menegakkan

41
hak-haknya. Ada dua alasan mengapa perlu wadah atau organisasi untuk

membantu pencipta menegakkan hak-haknya yaitu:

1) Untuk membantu Pencipta memantau penggunaan ciptaan dalam

rangka mencegah penggunaan ciptaan yang bertentangan dengan Hak

Cipta;

2) Untuk memudahkan masyarakat meminta izin jika hendak memakai

ciptaan. Tanpa wadah seperti itu, untuk pemakaian ciptaan, masyarakat

akan menghadapi kesulitan jika harus menemui para pencipta untuk

meminta izin

Undang-Undang Hak Cipta yang baru merupakan sebuah kemajuan

dan upaya pemerintah dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat

khususnya Pencipta dan pemilik hak terkait. Salah satu bagian penting yang

terdapat dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta yang baru ini antara lain

pengaturan Lembaga Manajemen Kolektif. Di dalam Undang-Undang Hak

Cipta yang baru terdapat pasal khusus mengenai Lembaga Manajemen

41
P.F.Bonifasius Lumban Gaol, WEWENANG LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF NASIONAL
(LMKN) DALAM MENARIK, MENGHIMPUN DAN MENDISTRIBUSIKAN ROYALTI DITINJAU
DARI PERMENKUMHAM NOMOR 29 TAHUN 2014, Semarang, Fakultas Hukum UNNES, 2017,
hlm 79.
34
Kolektif (LMK), yang dimana semua pencipta harus menjadi anggotanya,

lembaga inilah yang nantinya akan mengelola hak ekonomi Pencipta dan

Pemilik Hak Terkait dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan

royalti. Pemberdayaan Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) ini membawa

angin segar untuk Pencipta dan Pelaku seni lainnya. Ramli mengatakan

bahwa keberadaan LMK merupakan langkah/upaya untuk melindung

Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dan Pencipta akan dilindungi luar biasa.

Selain pengaturan LMK, terdapat perpanjangan perlindungan pencipta lagu,

penyelesaian sangketa, sanksi terhadap pembajakan, akses publik dan

42
perlindungan lainnya yang terdapat di dalam UU Hak Cipta yang baru.

C. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik

1. Ciptaan Yang Di Lindungi Oleh Undang-Undang Hak Cipta

Dalam hal ini Undang-Undang Hak Cipta telah mengatur dan

menjelaskan apa saja yang menjadi objek ciptaan yang di lindungi.

Berdasarkan pasal 12 Undang- Undang Hak Cipta ayat 1 dalam

Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang

ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup :

 Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang

diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

42
P.F.Bonifasius Lumban Gaol, WEWENANG LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF NASIONAL
(LMKN) DALAM MENARIK, MENGHIMPUN DAN MENDISTRIBUSIKAN ROYALTI DITINJAU
DARI PERMENKUMHAM NOMOR 29 TAHUN 2014, Semarang, Fakultas Hukum UNNES, 2017,
hlm 80.
35
a. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

b. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan

ilmupengetahuan;

c. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

d. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;

e. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni

ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni

terapan;

f. Arsitektur;

g. Peta;

h. Seni batik;

i. Fotografi;

j. Sinematografi;

k. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan

karya lain darihasil pengalihwujudan.

Dalam Undang-undang Hak Cipta juga disertakan pengertian dan

penjelasan dari berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas,

diantaranya sebagai berikut :

a) Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical

arrangement yaitu aspek seni atau estetika pada susunan dan

bentuk penulisan karya tulis. Hal ini antara lain mencakup

36
format, hiasan, warna dan susunan atau tata letak huruf yang

secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.

b) Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum

disebutkan, tetapi dapat disamakan dengan ciptaan seperti

ceramah,kuliah dan pidato.

c) Alat peraga adalah ciptaan yang berbenuk dua ataupun tiga

dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi,

arsitektur,biologi,atau ilmupengetahuan lain.

d) Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh,

sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik,

dan aransemennya, termasuk notasi.

e) Gambar, antara lain meliputi: motif,diagram, sketsa, logo, dan

bentuk huruf indah, dimana gambar tersebut dibuat bukan

untuk tujuan desain industri. Kolase diartikan sebagai

komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (misalnya

dari kain,kertas dan kayu) yang ditempelkan pada permukaan

gambar.

f) Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan dan

seni gambar miniatur, dan seni gambar market bangunan.

g) Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau

buatan manusia yang berada diats ataupun dibawah

permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar

37
dengan skala tertentu.

h) Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam

undang-undang ini sebagai bentuk ciptaan

tersendiri.Karya-karya tersebut memperoleh perlindungan

karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaanmotif,gambar,

maupun komposisi warnanya. Pengertian seni batik juga

diterapkan pada karya tradisional lainnya yang merupakan

kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat diberbagai daerah,

seperti seni songket,ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus

dikembangkan.

i) Karya sinematografi yaitu ciptaan yang merupakan media

komunikasi masa gambar bergerak (moving images) antara

lain film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita

yang dibuat dengan skenario, dan film kartun.Karya ini dibuat

dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik

dan/atau media lain yang memungkinkan untuk

dipertunjukkan di bioskop, dilayar lebar, ditayangkan televisi,

atau media lainnya.

j) Bunga rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang

berisi kumpulan berbagai karya tulis pilihan, himpunan

lagu-lagu pilihan yang direkam dalam satu kaset, cakram

optik, atau media lainnya,serta komposisi dari berbagai karya

38
tari pilihan.

k) Database, diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk

apapun yang dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam

bentuk lain, dimana karena alasan pemilihan atau pengaturan

atas isi data itu merupakan kreasi intelektual. Perlindungan

terhadap database diberikan dengan tidak mengurangi hak

pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan dalam database

tersebut.

l) Pengalihwujudan adalah perubahan bentuk, misalnya dari

bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama,

atau film dan lain-lain.

2. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik

Pada huruf d pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta disebutkan

bahwa lagu dan musik merupakan suatu ciptaan yang dilindungi di

dalamnya, walaupun lagu atau musik diciptakan dengan atau tanpa teks.

Kententuannya sudah jelas bahwa lagu dan musik termasuk dalam ruang

lingkup ciptaan yang dilindungi oleh Undang- Undang Hak Cipta. Jika

dicermati hak cipta sebagai hak milik maka perlu adanya perlindungan

terhadap hak cipta itu. Perlindungan tersebut diberikan oleh Undang-Undang

Hak Cipta untuk menstimulir atau merangsang aktivitas para pencipta.

Undang-Undang Hak Cipta secara tegas telah mengatur tentang pengertian

pencipta, ciptaan yang dilindungi dan hak-hak yang melekat kepada pencipta
39
atau yang berkaitan dengan ciptaannya. Pengaturan ini membawa

konsekuensi hak-hak yang hanya boleh dinikmati dan dilaksanakan oleh

pencipta atau pemegang hak cipta. Prinsip-prinsip ini merupakan

prinsip-prinsip utama yang dapat diaplikasikan ke dalam lingkup

perlindungan hukum terhadap hak cipta. Prinsip dasar dalam perlindungan

hak cipta adalah bahwa seseorang pencipta memiliki hak untuk

mengeksploitasi hasil karyanya dan pihak lain dilarang untuk meniru hasil

kreatif yang diciptakan olehnya. Suatu karya agar dapat dilindungi hak cipta

harus bersifat asli (original), rampung (fixed), dan merupakan suatu bentuk

ekspresi (form of expression).

Pentingnya perlindungan HKI khususnya hak cipta atas lagu dan

musik tidak hanya diperlukan bagi pencipta dengan alasan nilai ekonomis

ataupun menjaga kreatifitas dan keorisinilan dari sebuah karya seni dan ilmu

pengetahuan, namun juga perlu diperhatikan tujuan yang lebih besar lagi

adalah menjaga harkat dan martabat bangsa terhadap negara lain. Hubungan

yang terjadi bukan hanya pada sisi antar personal atau sebuah badan hukum,

namun yang lebih penting adalah menyelamatkan negara dari pelanggaran

HKI yang dilakukan oleh negara lain atau klaim secara sepihak oleh warga

negara lain terhadap hasil cipta karya pencipta dalam negeri. Perlindungan

hak kekayaan intelektual (HKI) pada dasarnya mempunyai urgensi

tersendiri. Urgensinya, bahwa seluruh hasil karya intelektual akan dapat

dilindungi. Arti kata dilindungi disini akan berkorelasi pada tiga tujuan

40
hukum, yakni; Pertama, kepastian hukum artinya dengan dilindunginya HKI

akan sangat jelas siapa sesungguhnya pemilik atas hasil karya intelektual

(HKI); Kedua, kemanfaatan, mengadung arti bahwa dengan HKI dilindungi

maka akan ada manfaat yang akan diperoleh terutama bagi pihak yang

melakukan perlindungan itu sendiri, semisal; dapat memberikan lisensi bagi

pihak yang memegang hak atas HKI dengan manfaat berupa pembayaran

royalti (royalty payment); dan Ketiga, keadilan, adalah dapat memberikan

kesejahteraan bagi pihak pemegang khususnya dalam wujud peningkatan

pendapatan dan bagi negara dapat menaikan devisa negara.

41

Anda mungkin juga menyukai