2/Feb/2016
82
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
persidangan.4 Mengenai Putusan sela ada menjalankan Putusan secara paksa melalui
bermacam-macam diantaranya adalah: Pengadilan.
a. Putusan Preparatoir
Putusan Preparatoir adalah putusan 3. Putusan constitutif
sebagai persiapan Putusan akhir, tanpa Putusan constitutif adalah Putusan yang
mempunyai pengaruhnya atas perkara meniadakan atau menciptakan suatu
atau Putusan akhir. keadaan Hukum, misalnya pemutusan
b. Putusan Insedentil perkawinan, pengangkatan wali, pemberian
Putusan Insedentil adalah Putusan yang pengampuan, pernyataan pailit, pemutusan
berhubungan dengan insident, yaitu perjanjian dan sebagainya. Putusanconstitutif
peristiwa yang menghentikan prosedur ini pada umumnya tidak dapat dilaksanakan
Peradilan biasa. Putusan insidentil dalam arti kata seperti tersebut diatas, karena
belum tidak menetapkan hak atas suatu prestasi
berhubungan dengan dengan pokok tertentu, maka akibat hukumannya atau
perkara, seperti misalnya Putusan yang pelaksanaannya tidak tergantung pada bantuan
memperbolehkan seseorang ikut kerja dari pihak lawan yang dikalahkan.Perubahan
dalam perkara. keadaan atau hubungan Hukum itu sekaligus
c. Putusan Provisionil terjadi pada saat Putusan itu diucapkan tanpa
Putusan Provisionil adalah Putusan memerlukan upaya pemaksa.
yang menjawab tuntutan provisionil,
yaitu 4. Putusan declaratoir
permintaan pihak yang bersangkutan Putusan declaratoir adalah Putusan yang
agar sementara ditiadakan tindakan isinya bersifat menerangkan atau menyatakan
pendahuluan guna kepentingan salah apa yang sah, misalnya bahwa anak yang
satu pihak, sebelum putusan akhir menjadi sengketa adalah anak
dijatuhkan. yang dilahirkan dari perkawinan yang sah.
Putusan declaratoir murni tidak mempunyai
2. Putusan condemnatoir atau memerlukan upaya pemaksa karena sudah
Putusan condemnatoir adalah Putusan yang karena sudah mempunyai akibat Hukum tanpa
bersifat menghukum pihak yang bantuan dari pihak lawan yang dikalahkan
dikalahkan untuk memenuhi prestasi. Didalam untuk melaksanakannya, sehingga hanyalah
Putusan condemnatoir diakui hak penggugat mempunyai kekuatan mengikat saja.
atas prestasi yang dituntutnya.Hukuman
semacam itu hanya terjadi berhubung dengan B. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan
perikatan yang bersumber pada persetujuan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum
atau Undang-Undang, yang prestasinya dapat Hakim dalam mengadili suatu perkara,
terdiri dari memberi, berbuat dan tidak terlebih yang menganut pandangan
berbuat. Pada umumnya Putusan progresifitas dan responsifitas hukum, akan
condemnatoir itu berisi hukuman untuk berani membuat semacam antitesa terhadap
membayar sejumlah uang.Karena dengan bunyi dan keberlakuan aturan dalam undang-
Putusan condemnatoir itu tergugat diwajibkan undang. Hakim adalah pejabat peradilan
untuk memenuhi prestasi, maka hak daripada Negara yang diberi wewenang oleh Undang-
Penggugat yang telah ditetapkan itu dapat Undang untuk mengadili suatu perkara yang
dilaksanakan dengan paksa (execution force). dihadapkan kepadanya.5Tujuannya jelas, untuk
Jadi Putusan condemnatoir itu kecuali mewujudkan keadilan substantif. Pemaknaan
mempunyai kekuatan mengikat kecuali keadilan dan kepastian hukum muncul dari
mempunyai kekuatan mengikat juga memberi perbedaan dalam menafsirkan apa keadilan dan
alas hak eksekutorial kepada penggugat untuk
5
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam
4
Soesilo. R, RIB/HIR , Bogor, PT. Karya Nusantara, 1989, Perspektif Hukum Progresif,Jakarta, Sinar Grafika, 2010,
hal. 137 hlm 3
83
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
84
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
masyarakat. Rutinitas berhukum kita undangan semata, melainkan asas, norma, dan
yang akrab dengan logika undnag- aturan yang dicita-citakan oleh masyarakat,
undang telah mematri perilaku hukum dikodifikasi dalam perundang-undangan, serta
kita dengan aturan-aturan positif tanpa dijalankan sepenuhnya oleh, baik aparat
melihat lebih jauh substansinya, sadar maupun masyarakat awam. Inilah hakikat
atau tidak telah membawa alam hukum yang sebenarnya, yang melampaui
pemikiran masyarakat untuk memaknai pemaknaan-pemaknaan yang sebelumnya telah
kepastian hukum sebagai kepastian dibangun.
undang-undang.Kenyataanya, Putusan yang dijatuhkan oleh hakim
kepastian itu smeu, karena hanya terhadap suatu perkara yang diperiksa dan
berkutat pada seputar logika terbatas diadilinya merupakan hasil dari proses analitis
yang dibangun oleh undang-undang terhadap fakta-fakta hukum yang dihubungkan
tanpa memperhatikan bahwa logika dengan aturan-aturan hukum serta dilengkapi
yang hidup diluar undang-undang itu dengan argumentasi hukum. Putusan hukum
juga mempunyai kekuatan, nilai, dan merupakan muara dari tiga tahapan kerja
bahkan ekses yang jauh lebih kuat.8 hakim dalam memutus perkara yaitu:
Kepastian hukum adalah kepastian 1. Mengkonstratir
tegaknya hukum dimasyarakat. Hukum yang 2. Mengkualifisir
dimaksud disini adalah hukum yang memenuhi 3. Mengkonstituir
tiga kritteria umum yaitu:9 Ketiga tahapan tersebut pada asasnya
1. Ius constituendum Ius contituendum ditempuh guna mewujudkan tujuan hukum
adalah hukum yang dicitakan oleh yaitu:
masyarakat. Hukum yang dicitakan 1. Keadilan
merupakan hukum yang senantiasa 2. Kepastian
hadir dalam idealitas masyarakat. Cita 3. Kemanfaatan11
hukum tersebut terwujud dalam Permasalahan yang berkembang saaat ini
keinginan-keinginan masyarakat akan adalah asumsi bahwa dalam banyak putusan
suatu bentuk, struktur, dan tatanan yang dijatuhkan oleh haki, keinginan untuk
hukum yang mampu menciptakan mewujudkan keadilan dalam putusan tersebut,
stabilitas di masyarakat. seringkali menerabas aturan-aturan dalam
2. Ius constitutum hukum positif.Hukum positif inilah yang sering
Ius constitutum mencakup pengertian disebut dengan contra lagem suatu putusan
mengenai hukum yang dikodifikasi yang dialmbil oleh hakim yang bertentangan
dalam bentuk peraturan perundang- dengan bunyi pasal dalam suatu perundang-
undangan.Karakter dasar dari ius undangan.
constitutum adalah adanya peraturan Banyaknya putusan hakim yang didasarkan
dasar yang memayungi semua pada contra legem selayaknya dipandang
peraturan yang ada dibawahnya. sebagai upaya menciptakan suatu kepastian
3. Ius operatum hukum tentang suatu hal. Inilah kepastian
Ius operatum, secara sederhana dapat hukum yang sesungguhnya, yaitu suatu
diartikan sebagai hukum yang berjalan keadaan yang dibentuk dari ahsil oleh berpikir
atau dijalankan oleh masyarakat, yang analitis terhadap segenap konteks pada
termasuk juga para yuris.10 suatu permasalahan, untuk menghasilkan suatu
Berdasarkan ketiga criteria tersebut, maka ketetapan yang menjadi rujukan pada masa
dapat dipahami makna kepastian hukum yang akan datang. Kepastian hukum pada
tidaklah sederhana yang dipahami selama ini. dasarnya bukanlah sesuatu statis, akan tetapi
Hukum bukan hanya peraturan perundang- dinamis, mengikuti gerak dan alurnya
perubahan dalam dinamika masyarakat.
8
Ibid, hal. 122
9
Ibid, hal. 127
10 11
Ibid, hal. 123 Ibid, hal. 125
85
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
Hakim dalam hal ini sebaiknya bertugas putusan hakim pidana yang diatur dalam
untuk mengawal dan menegakkan cita, nilai KUHAP yaitu :13
dan kearifan. Hakim akan berbicara melalui 1. Putusan Bebas (Vrijspraak)
pertimbangan hukum dalam putusan- Putusan bebas dirumuskan dalam Pasal 191
putusannya. Karenanya, dalam konteks ini ayat (1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut :
pulalah, doktrin judge made law adalah sangat ^:]l ‰ vP ]o v Œ‰ v ‰ š ZÁ Œ] Z •]o
tepat, terutama jika diartikan judge made the pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa
substantive law.Dari hal inilah dipahami bahwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya
ketika hakim memutus secara berbeda dengan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka
bahasa undang-undang untuk mewujudkan š Œ lÁ ]‰µšµ• •_X z vP ]u l•µ
keadilan substantif, pada dasarnya hakim telah vP v ^‰ Œ µ š v Ç vP ] lÁ l v
mewujudkan suatu kepastian hukum yang kepadanya tidak terbukti secara sah dan
mungkin secara tidak sadar terabaikan atau u Ç l]vl v_ o Z š] l µlµ‰ š Œ µlš]
memang sengaja diabaikan demi keadilan menurut hakim atas dasar pembuktian dengan
prosedural. menggunakan alat bukti menurut ketentuan
Kepastian hukum jangan lagi dimaknai hukum acara pidana. Hakim menjatuhkan
sebagai kepastian undang-undang karena sekali putusan yang berupa putusan bebas, apabila
lagi bahasa dalam undang-undang terlalu setelah melalui pemeriksaan di depan
sempit untuk menggambarkan atau mengatur persidangan menemui hal-hal sebagai berikut :
sekalian gejala-gejala social yang terjadi 1) Tidak memenuhi asas pembuktian
dimasyarakat.Hakimlah yang bertanggungjawab menurut undang-undang secara
untuk mengawal bahasa tersebut agar keadilan negatif.Pembuktian yang diperoleh
dan kepstian yang terwujud bukanlah keadilan di persidangan, tidak cukup
dan kepastian semu, melainkan keadilan dan membuktikan kesalahan terdakwa
kepastian huku yang substantif. dan sekaligus kesalahan terdakwa
Hukum dibuat untuk mengatur perilaku yang tidak cukup terbukti itu, tidak
manusia.Menurut pendapat Wirjono diyakini oleh hakim
Prodjodikoro menyebutkan bahwa hukum 2) Tidak memenuhi asas batas
merupakan rangkaian peraturan-peraturan minimum pembuktian. Bertitik
mengenai tingkah laku orang-orang sebagai tolak dari kedua asas dalam Pasal
anggota masyarakat, sedangkan satu-satunya 183 KUHAP dihubungkan dengan
tujuan dari hukum ialah mengadakan Pasal 192 ayat (1) KUHAP, bahwa
keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib putusan bebas pada umumnya
dalam masyarakat.12 Salah satu hukum yang didasarkan pada penilaian dan
mengatur pelanggaran-pelanggaran perbuatan pendapat hakim :
manusia adalah hukum pidana. Pidana a. Kesalahan yang didakwakan
merupakan pengertian dasar dalam hukum kepada terdakwa sama sekali
pidana. Secara yuridis tindak kejahatan tidak terbukti, semua alat bukti
merupakan bentuk tingkah laku yang yang diajukan ke persidangan
melanggar undang-undang pidana. Menurut tidak dapat membuktikan
cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak kesalahan terdakwa. Berarti
pidana formil (formeel Delicten) dan pidana perbuatan yang didakwakan
materil (Materiil Delicten). Dalam Hukum Acara tidak terbukti secara sah dan
Pidana (KUHAP) dikenal 3 (tiga) macam putusan meyakinkan.
hakim pidana yang diatur dalam Pasal 191 ayat b. Secara nyata hakim menilai,
(1),(2) dan Pasal 193 ayat (1) KUHAP. Macam pembuktian kesalahan yang
didakwakan tidak memenuhi
ketentuan batas minimum
12 13
Wirjono Prodjo Dikoro, Asas Hukum Pidana Di M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Indoneisa, Bandung, Rafika Aditama, 2002, hal. 14 Penerapan KUHAP, Jakarta, SInar Grafika, 2003, hlm 72
86
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
pembuktian. Dalam hal ini juga dihukum.Misalnya karena pasal 44, 48,
bertentangan dengan Pasal 185 49, 50, 51, masing-masing dari
ayat (2), bahwa seorang saksi KUHP (Leden Marpaung, 1992 : 411)
bukan saksi. 3. Putusan Pemidanaan
c. Sekalipun secara formal Bentuk putusan pemidanaan diatur
kesalahan terdakwa dapat dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi
dinilai cukup terbukti, namun ^:]l W vP ]o v Œ‰ v ‰ š ZÁ š Œ lÁ
nilai pembuktian yang cukup ini bersalah melakukan tindak pidana yang
lumpuh apabila tidak didukung didakwakan kepadanya, maka pengadilan
oleh keyakinan hakim.14 u vi šµZl v ‰] v _X16Pemidanaan berarti
Jadi, hakim harus jeli dan cermat dalam terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai
melihat argumentasi Jaksa Penuntut Umum dengan ancaman yang ditentukan dalam pasal
baik mengenai kesalahan terdakwa, perbuatan tindak pidana yang didakwakan.Syarat Sah dan
yang didakwakan terhadap terdakwa, dan alat- Isi Putusan Pasal 195 KUHAP menyatakan
alat bukti yang ada, serta argumentasi ZÁ ^^ uµ Wµšµ• v W vP ]o v Z vÇ • Z
penasehat hukum dalam membela terdakwa. dan mempunyai kekuatan hukum apabila
Sehingga sebelum putusan dijatuhkan, diucapkan di sidang terbuka untuk
pertimbangan hakim betul-betul meyakinkan. µuµu_XW • o íõó Ç š ~í• <h, W u Œµuµ•l v
Karena jika tidak meyakinkan atau secara rinci dan limitatif tentang isi putusan.
menimbulkan keragu-raguan, hakim wajib Surat putusan pemidanaan menurut Pasal 197
membebaskan terdakwa, sehingga putusan ayat (1) KUHAP ini memuat:
bebas juga bias didasarkan atas penilaian a. Kepala putusan yang dituliskan
bahwa kesalahan yang terbukti itu tidak diikuti Œ µvÇ] W ^ D/ < /> E
oleh keyakinan hakim, sehingga nilai BERDASARKAN KETUHANAN YANG
pembuktian yang cukup ini akan lumpuh dan MAHA E^ _
terdakwa harus diputus bebas. b. Nama lengkap, tanggal lahir, umur atau
2. Putusan Putusan Lepas Dari Segala tanggal lahir, jenis kelamin,
Tuntutan Hukum (Ontslag Van kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
Rechtsvervolging) pekerjaan terdakwa
Putusan lepas dari segala tuntutan c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam
hukum ini diatur dalam Pasal 191 ayat (2) surat dakwaan
<h, W Ç vP Œ µvÇ] ^:]l ‰ vP ]o v d. Pertimbangan yang disusun secara
berpendapat bahwa perbuatan yang ringkas mengenai fakta dan keadaan
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi beserta alat pembuktian yang diperoleh
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak dari pemeriksaan di sidang yang
pidana, maka terdakwa diputus lepas dari menjadi dasar penentuan kesalahan
• P o šµvšµš v Zµlµu_X15 Terdakwa dilepas terdakwa
dari segala tuntutan hukum dapat disebabkan: e. Tuntutan pidana, sebagaimana
a. Salah satu sebutan hukum pidana yang terdapat dalam surat tuntutan
didakwakan tidak cocok dengan tindak f. Pasal peraturan perundang-undangan
pidana.Misalnya seseorang melakukan yang menjadi dasar pemidanaan atau
perbuatan yang dituntut dengan tindak tindakan dan pasal peraturan
pidana penipuan atau penggelapan tetapi perundang-undangan yang menjadi
didapat fakta bahwa perbuatan tersebut dasar hukum dari putusan, disertai
tidak masuk dalam lingkup hukum pidana keadaan yang memberatkan dan yang
tetapi termasuk lingkup hukum perdata meringankan terdakwa
b. Terdapat keadaan-keadaan istimewa g. Hari dan tanggal diadakannya
yang menyebabkan terdakwa tidak dapat musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal
14
Ibid, 74
15 16
Pasal 191 ayat (2), KUHAP Pasal 193 ayat (1), KUHAP
87
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
88
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
89
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016
90