Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. V/No.

2/Feb/2016

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM diadili adalah keluarga maupun orang terdekat.


MENJATUHKAN PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA Sedangkan dapat dilihat dalam Pasal 4 ayat (1)
TUNTUTAN HUKUM1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Oleh: Andre G. Mawey2 Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan
ABSTRAK tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membantu pencari keadilan dan berusaha
mengetahui apa saja jenis putusan-putusan mengatasi segala hambatan dan rintangan
hakim dan bagaimana pertimbangan hakim untuk dapat tercapainya peradilan yang
dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala sederhana, cepat, dan biaya ringan.Putusan
tuntutan hukum, yang dengan menggunakan diambil berdasarkan sidang permusyawaratan
metode penelitian hukum normatif disimpulkan hakim yang bersifat rahasia.Selain Mahkamah
bahwa 1. Macam-macam putusan hakim yaitu: Agung dan badan peradilan di bawahnya serta
putusan akhir, putusan comdenatoir, putusan Mahkamah Konstitusi, terdapat badan-badan
constitutive, danputusan declaratoir. 2. lain yang fungsinya berkaitan dengan
Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan kekuasaan kehakiman. Dapat dilihat fungsi yang
putusan lepas dari segala tuntutan hukum berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.
mempunyai dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan putusan lepas dari segala B. Rumusan Masalah.
tuntutan hukum adalah bahwa apa yang 1. Apa saja jenis putusan-putusan hakim?
didakwakan kepada terdakwa terbukti akan 2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam
tetapi perbuatan terdakwa tersebut bukan menjatuhkan putusan lepas dari segala
merupakan suatu tindak pidana. Pertimbangan tuntutan hukum?
hakim yang lain adalah apabila terdapat
keadaan-keadaan istimewa yang menyebabkan C. Metode Penelitian.
terdakwa tidak dapat dihukum, yaitu adanya Penelitian ini dikategorikan sebagai
alasan pembenar dan alasan pemaaf. penelitian hukum normatif.
Kata kunci: lepas dari segala tuntutan hukum
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN A. Jenis-Jenis Putusan Hakim
A. Latar Belakang Macam-macam putusan hakim adalah:
Seorang hakim terikat secara moral untuk 1. Putusan akhir
mempertanggungjawabkan semua tindakan Putusan Akhir adalah Putusan yang
atau keputusan hukum yang diambil, tidak mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam
hanya dihadapan hukum, tetapi juga tanggung tingkatan peradilan tertentu. Putusan akhir ini
jawab terhadap masyarakat dan Tuhan Yang ada yang bersifat menghukum (condemnatoir),
Maha Esa.Seorang hakim yang terbukti ada yang bersifat menciptakan (constitutif) dan
melanggar sumpah jabatan yang bersangkutan adapula yang bersifat menerangkan atau
diberi kesempatan untuk membela diri menyatakan (declaratoir). Disamping Putusan
dihadapan Majelis kehormatan Hakim.Tetapi akhir masih dikenal Putusan yang bukan
kadangkala hakim dalam menjalankan sidang Putusan akhir atau disebut juga Putusan sela
tidak bertindak secara imparsial. Bahkan atau Putusan antara, yang fungsinya tidak lain
cenderung memihak para penggugat. Hal ini untuk memperlancar pemeriksaan perkara.3
terlihat dari pertimbangan majelis yang sama Putusan sela ini menurut pasal 185 ayat 1 HIR
sekali tidak mempertimbangkan tanggapan dan yang berbunyi; Keputusan yang bukan
kesimpulan para tergugat. Jangankan itu, saksi keputusan terakhir, sungguhpun harus
kita saja tidak disebut-sebut, apabila yang diucapkan dalam persidangan juga,tidak
diperbuat masing-masing sendiri, tetapi hanya
1
Artikel skripsi. Pembimbing skripsi: Dr. Rodrigo F. Elias, dilakukan dalam surat pemberitahuan
SH, MH, dan Nixon Lowing, SH, MH
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,
3
Manado; NIM: 120711322. Ibid, hal. 193

82
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

persidangan.4 Mengenai Putusan sela ada menjalankan Putusan secara paksa melalui
bermacam-macam diantaranya adalah: Pengadilan.
a. Putusan Preparatoir
Putusan Preparatoir adalah putusan 3. Putusan constitutif
sebagai persiapan Putusan akhir, tanpa Putusan constitutif adalah Putusan yang
mempunyai pengaruhnya atas perkara meniadakan atau menciptakan suatu
atau Putusan akhir. keadaan Hukum, misalnya pemutusan
b. Putusan Insedentil perkawinan, pengangkatan wali, pemberian
Putusan Insedentil adalah Putusan yang pengampuan, pernyataan pailit, pemutusan
berhubungan dengan insident, yaitu perjanjian dan sebagainya. Putusanconstitutif
peristiwa yang menghentikan prosedur ini pada umumnya tidak dapat dilaksanakan
Peradilan biasa. Putusan insidentil dalam arti kata seperti tersebut diatas, karena
belum tidak menetapkan hak atas suatu prestasi
berhubungan dengan dengan pokok tertentu, maka akibat hukumannya atau
perkara, seperti misalnya Putusan yang pelaksanaannya tidak tergantung pada bantuan
memperbolehkan seseorang ikut kerja dari pihak lawan yang dikalahkan.Perubahan
dalam perkara. keadaan atau hubungan Hukum itu sekaligus
c. Putusan Provisionil terjadi pada saat Putusan itu diucapkan tanpa
Putusan Provisionil adalah Putusan memerlukan upaya pemaksa.
yang menjawab tuntutan provisionil,
yaitu 4. Putusan declaratoir
permintaan pihak yang bersangkutan Putusan declaratoir adalah Putusan yang
agar sementara ditiadakan tindakan isinya bersifat menerangkan atau menyatakan
pendahuluan guna kepentingan salah apa yang sah, misalnya bahwa anak yang
satu pihak, sebelum putusan akhir menjadi sengketa adalah anak
dijatuhkan. yang dilahirkan dari perkawinan yang sah.
Putusan declaratoir murni tidak mempunyai
2. Putusan condemnatoir atau memerlukan upaya pemaksa karena sudah
Putusan condemnatoir adalah Putusan yang karena sudah mempunyai akibat Hukum tanpa
bersifat menghukum pihak yang bantuan dari pihak lawan yang dikalahkan
dikalahkan untuk memenuhi prestasi. Didalam untuk melaksanakannya, sehingga hanyalah
Putusan condemnatoir diakui hak penggugat mempunyai kekuatan mengikat saja.
atas prestasi yang dituntutnya.Hukuman
semacam itu hanya terjadi berhubung dengan B. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan
perikatan yang bersumber pada persetujuan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum
atau Undang-Undang, yang prestasinya dapat Hakim dalam mengadili suatu perkara,
terdiri dari memberi, berbuat dan tidak terlebih yang menganut pandangan
berbuat. Pada umumnya Putusan progresifitas dan responsifitas hukum, akan
condemnatoir itu berisi hukuman untuk berani membuat semacam antitesa terhadap
membayar sejumlah uang.Karena dengan bunyi dan keberlakuan aturan dalam undang-
Putusan condemnatoir itu tergugat diwajibkan undang. Hakim adalah pejabat peradilan
untuk memenuhi prestasi, maka hak daripada Negara yang diberi wewenang oleh Undang-
Penggugat yang telah ditetapkan itu dapat Undang untuk mengadili suatu perkara yang
dilaksanakan dengan paksa (execution force). dihadapkan kepadanya.5Tujuannya jelas, untuk
Jadi Putusan condemnatoir itu kecuali mewujudkan keadilan substantif. Pemaknaan
mempunyai kekuatan mengikat kecuali keadilan dan kepastian hukum muncul dari
mempunyai kekuatan mengikat juga memberi perbedaan dalam menafsirkan apa keadilan dan
alas hak eksekutorial kepada penggugat untuk
5
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam
4
Soesilo. R, RIB/HIR , Bogor, PT. Karya Nusantara, 1989, Perspektif Hukum Progresif,Jakarta, Sinar Grafika, 2010,
hal. 137 hlm 3

83
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

kepastian hukum itu. Ketika sebagian yuris f.


Memberikan komentar terbuka atas
memahami dan memaknai hukum secara putusan Hakim lain, kecuali dilakukan
positif, sebagaian lainnya memahami hukum dalam rangka pengkajian ilmiah.
dalam optik sosiologis yang erat kaitannya g. Menjadi anggota atau salah satu Partai
dengan konsep efektivitas hukum dan ketaatan Politik dan pekerjaan/jabatan yang
hukum. Sifat Hakim tercermin dalam lambang dilarang Undang-undang.
Hakim yang dikenal dengan "Panca Dharma h. Mempergunakan nama jabatan korps
Hakim" : untuk kepentingan pribadi ataupun
1. Kartika, yaitu memiliki sifat percaya dan kelompoknya.6
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Dalam perkembangannya, pemikiran
sesuai dengan agama dan kepercayaan tentang hukum terbelah lagi dalam unit-unit
masing-masing menurut dasar pemahaman yang aparalel.Dalam konsep
kemanusiaan yang adil dan beradab. keteaturan hukum misalnya, pandangan
2. Cakra, yaitu sifat mampu mengenai keteaturan hukum berbenturan
memusnahkan segala kebathilan, secara diametral dengan konsep
kezaliman dan ketidakadilan. ketidakseaturan hukum yang dikemukakan oleh
3. Candra, yaitu memiliki sifat bijaksana Charles Sampfor.Konsep mengenai kepastian
dan berwibawa. hukum sebagai basis dari keteaturan hukum
4. Sari, yaitu berbudi luhur dan terbelah menjadi dua kutub.7 Keadilan dan
berkelakuan tidak tercela. kepastian hukum merupakan dua jenis entitas
5. Tirta, yaitu sifat jujur. yang selaras, bukan bertentangan satu sama
Hakim juga mempunyai kewajiban dan lain.
larangan yang dapat dilihat sebagai berikut: 1. Keadilan sebagai tujuan tertinggi
1. Kewajiban hakim berupa: hukum
a. Mendengar dan memperlakukan kedua Dalam pengertian hukum yang paling
belah pihak berperkara secara sederhana, keadilan merupakan tujuan
berimbang dengan tidak memihak tertinggi yang ingin dicapai dalam suatu
(impartial). penegakan hukum.Keadilan merupakan
b. Sopan dalam bertutur dan bertindak. cita luhur yang lahir dan senantiasa
c. Memeriksa perkara dengan arif, cermat tumbuh bersama masyarakat. Dengan
dan sabar. terwujudnya keadilan, maka
d. Memutus perkara, berdasarkan atas kesejahteraan masyarakat akan
hukum dan rasa keadilan. terwujud pula, akan tercipta suatu
e. Menjaga martabat, kedudukan dan tatanan masyarakat yang egaliter dan
kehormatan Hakim. madani yang dilandasi dengan
2. Larangan hakim berupa: munculnya keserasian dan keselarasan
a. Melakukan kolusi dengan siapapun dalam pola dan dinamika hidup
yang berkaitan dengan perkara yang bermasyarakat. Dengan terwujudnya
akan dan sedang ditangani. keadilan, maka setiap anggota
b. Menerima sesuatu pemberian atau janji masyarakat akan mendapatkan haknya
dari pihak-pihak yang berperkara. dan akan tercipta harmoni diantara
c. Membicarakan suatu perkara yang anggota masyarakat.
ditanganinya diluar acara persidangan. 2. Kepastian hukum
d. Mengeluarkan pendapat atas suatu Biasanya pemaknaan tentang kepastian
kasus yang ditanganinya baik dalam hukum sebenarnya dapat dipahami
persidangan maupun diluar sebagai buah dari proses atau dinamika
persidangan mendahului putusan. hukum yang selama ini hidup,
e. Melecehkan sesama Hakim, Jaksa, berkembang dan dijalani oleh
Penasehat Hukum, Para pihak
Berperkara, ataupun pihak lain. 6
Wildan Sayuthi Mustofa, Op.cit, hal. 55
7
M. natsir Anawi,Op.cit, hal. 118

84
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

masyarakat. Rutinitas berhukum kita undangan semata, melainkan asas, norma, dan
yang akrab dengan logika undnag- aturan yang dicita-citakan oleh masyarakat,
undang telah mematri perilaku hukum dikodifikasi dalam perundang-undangan, serta
kita dengan aturan-aturan positif tanpa dijalankan sepenuhnya oleh, baik aparat
melihat lebih jauh substansinya, sadar maupun masyarakat awam. Inilah hakikat
atau tidak telah membawa alam hukum yang sebenarnya, yang melampaui
pemikiran masyarakat untuk memaknai pemaknaan-pemaknaan yang sebelumnya telah
kepastian hukum sebagai kepastian dibangun.
undang-undang.Kenyataanya, Putusan yang dijatuhkan oleh hakim
kepastian itu smeu, karena hanya terhadap suatu perkara yang diperiksa dan
berkutat pada seputar logika terbatas diadilinya merupakan hasil dari proses analitis
yang dibangun oleh undang-undang terhadap fakta-fakta hukum yang dihubungkan
tanpa memperhatikan bahwa logika dengan aturan-aturan hukum serta dilengkapi
yang hidup diluar undang-undang itu dengan argumentasi hukum. Putusan hukum
juga mempunyai kekuatan, nilai, dan merupakan muara dari tiga tahapan kerja
bahkan ekses yang jauh lebih kuat.8 hakim dalam memutus perkara yaitu:
Kepastian hukum adalah kepastian 1. Mengkonstratir
tegaknya hukum dimasyarakat. Hukum yang 2. Mengkualifisir
dimaksud disini adalah hukum yang memenuhi 3. Mengkonstituir
tiga kritteria umum yaitu:9 Ketiga tahapan tersebut pada asasnya
1. Ius constituendum Ius contituendum ditempuh guna mewujudkan tujuan hukum
adalah hukum yang dicitakan oleh yaitu:
masyarakat. Hukum yang dicitakan 1. Keadilan
merupakan hukum yang senantiasa 2. Kepastian
hadir dalam idealitas masyarakat. Cita 3. Kemanfaatan11
hukum tersebut terwujud dalam Permasalahan yang berkembang saaat ini
keinginan-keinginan masyarakat akan adalah asumsi bahwa dalam banyak putusan
suatu bentuk, struktur, dan tatanan yang dijatuhkan oleh haki, keinginan untuk
hukum yang mampu menciptakan mewujudkan keadilan dalam putusan tersebut,
stabilitas di masyarakat. seringkali menerabas aturan-aturan dalam
2. Ius constitutum hukum positif.Hukum positif inilah yang sering
Ius constitutum mencakup pengertian disebut dengan contra lagem suatu putusan
mengenai hukum yang dikodifikasi yang dialmbil oleh hakim yang bertentangan
dalam bentuk peraturan perundang- dengan bunyi pasal dalam suatu perundang-
undangan.Karakter dasar dari ius undangan.
constitutum adalah adanya peraturan Banyaknya putusan hakim yang didasarkan
dasar yang memayungi semua pada contra legem selayaknya dipandang
peraturan yang ada dibawahnya. sebagai upaya menciptakan suatu kepastian
3. Ius operatum hukum tentang suatu hal. Inilah kepastian
Ius operatum, secara sederhana dapat hukum yang sesungguhnya, yaitu suatu
diartikan sebagai hukum yang berjalan keadaan yang dibentuk dari ahsil oleh berpikir
atau dijalankan oleh masyarakat, yang analitis terhadap segenap konteks pada
termasuk juga para yuris.10 suatu permasalahan, untuk menghasilkan suatu
Berdasarkan ketiga criteria tersebut, maka ketetapan yang menjadi rujukan pada masa
dapat dipahami makna kepastian hukum yang akan datang. Kepastian hukum pada
tidaklah sederhana yang dipahami selama ini. dasarnya bukanlah sesuatu statis, akan tetapi
Hukum bukan hanya peraturan perundang- dinamis, mengikuti gerak dan alurnya
perubahan dalam dinamika masyarakat.
8
Ibid, hal. 122
9
Ibid, hal. 127
10 11
Ibid, hal. 123 Ibid, hal. 125

85
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

Hakim dalam hal ini sebaiknya bertugas putusan hakim pidana yang diatur dalam
untuk mengawal dan menegakkan cita, nilai KUHAP yaitu :13
dan kearifan. Hakim akan berbicara melalui 1. Putusan Bebas (Vrijspraak)
pertimbangan hukum dalam putusan- Putusan bebas dirumuskan dalam Pasal 191
putusannya. Karenanya, dalam konteks ini ayat (1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut :
pulalah, doktrin judge made law adalah sangat ^:]l ‰ vP ]o v Œ‰ v ‰ š ZÁ Œ] Z •]o
tepat, terutama jika diartikan judge made the pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa
substantive law.Dari hal inilah dipahami bahwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya
ketika hakim memutus secara berbeda dengan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka
bahasa undang-undang untuk mewujudkan š Œ lÁ ]‰µšµ• •_X z vP ]u l•µ
keadilan substantif, pada dasarnya hakim telah vP v ^‰ Œ µ š v Ç vP ] lÁ l v
mewujudkan suatu kepastian hukum yang kepadanya tidak terbukti secara sah dan
mungkin secara tidak sadar terabaikan atau u Ç l]vl v_ o Z š] l µlµ‰ š Œ µlš]
memang sengaja diabaikan demi keadilan menurut hakim atas dasar pembuktian dengan
prosedural. menggunakan alat bukti menurut ketentuan
Kepastian hukum jangan lagi dimaknai hukum acara pidana. Hakim menjatuhkan
sebagai kepastian undang-undang karena sekali putusan yang berupa putusan bebas, apabila
lagi bahasa dalam undang-undang terlalu setelah melalui pemeriksaan di depan
sempit untuk menggambarkan atau mengatur persidangan menemui hal-hal sebagai berikut :
sekalian gejala-gejala social yang terjadi 1) Tidak memenuhi asas pembuktian
dimasyarakat.Hakimlah yang bertanggungjawab menurut undang-undang secara
untuk mengawal bahasa tersebut agar keadilan negatif.Pembuktian yang diperoleh
dan kepstian yang terwujud bukanlah keadilan di persidangan, tidak cukup
dan kepastian semu, melainkan keadilan dan membuktikan kesalahan terdakwa
kepastian huku yang substantif. dan sekaligus kesalahan terdakwa
Hukum dibuat untuk mengatur perilaku yang tidak cukup terbukti itu, tidak
manusia.Menurut pendapat Wirjono diyakini oleh hakim
Prodjodikoro menyebutkan bahwa hukum 2) Tidak memenuhi asas batas
merupakan rangkaian peraturan-peraturan minimum pembuktian. Bertitik
mengenai tingkah laku orang-orang sebagai tolak dari kedua asas dalam Pasal
anggota masyarakat, sedangkan satu-satunya 183 KUHAP dihubungkan dengan
tujuan dari hukum ialah mengadakan Pasal 192 ayat (1) KUHAP, bahwa
keselamatan, kebahagiaan dan tata tertib putusan bebas pada umumnya
dalam masyarakat.12 Salah satu hukum yang didasarkan pada penilaian dan
mengatur pelanggaran-pelanggaran perbuatan pendapat hakim :
manusia adalah hukum pidana. Pidana a. Kesalahan yang didakwakan
merupakan pengertian dasar dalam hukum kepada terdakwa sama sekali
pidana. Secara yuridis tindak kejahatan tidak terbukti, semua alat bukti
merupakan bentuk tingkah laku yang yang diajukan ke persidangan
melanggar undang-undang pidana. Menurut tidak dapat membuktikan
cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak kesalahan terdakwa. Berarti
pidana formil (formeel Delicten) dan pidana perbuatan yang didakwakan
materil (Materiil Delicten). Dalam Hukum Acara tidak terbukti secara sah dan
Pidana (KUHAP) dikenal 3 (tiga) macam putusan meyakinkan.
hakim pidana yang diatur dalam Pasal 191 ayat b. Secara nyata hakim menilai,
(1),(2) dan Pasal 193 ayat (1) KUHAP. Macam pembuktian kesalahan yang
didakwakan tidak memenuhi
ketentuan batas minimum

12 13
Wirjono Prodjo Dikoro, Asas Hukum Pidana Di M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Indoneisa, Bandung, Rafika Aditama, 2002, hal. 14 Penerapan KUHAP, Jakarta, SInar Grafika, 2003, hlm 72

86
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

pembuktian. Dalam hal ini juga dihukum.Misalnya karena pasal 44, 48,
bertentangan dengan Pasal 185 49, 50, 51, masing-masing dari
ayat (2), bahwa seorang saksi KUHP (Leden Marpaung, 1992 : 411)
bukan saksi. 3. Putusan Pemidanaan
c. Sekalipun secara formal Bentuk putusan pemidanaan diatur
kesalahan terdakwa dapat dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi
dinilai cukup terbukti, namun ^:]l W vP ]o v Œ‰ v ‰ š ZÁ š Œ lÁ
nilai pembuktian yang cukup ini bersalah melakukan tindak pidana yang
lumpuh apabila tidak didukung didakwakan kepadanya, maka pengadilan
oleh keyakinan hakim.14 u vi šµZl v ‰] v _X16Pemidanaan berarti
Jadi, hakim harus jeli dan cermat dalam terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai
melihat argumentasi Jaksa Penuntut Umum dengan ancaman yang ditentukan dalam pasal
baik mengenai kesalahan terdakwa, perbuatan tindak pidana yang didakwakan.Syarat Sah dan
yang didakwakan terhadap terdakwa, dan alat- Isi Putusan Pasal 195 KUHAP menyatakan
alat bukti yang ada, serta argumentasi ZÁ ^^ uµ Wµšµ• v W vP ]o v Z vÇ • Z
penasehat hukum dalam membela terdakwa. dan mempunyai kekuatan hukum apabila
Sehingga sebelum putusan dijatuhkan, diucapkan di sidang terbuka untuk
pertimbangan hakim betul-betul meyakinkan. µuµu_XW • o íõó Ç š ~í• <h, W u Œµuµ•l v
Karena jika tidak meyakinkan atau secara rinci dan limitatif tentang isi putusan.
menimbulkan keragu-raguan, hakim wajib Surat putusan pemidanaan menurut Pasal 197
membebaskan terdakwa, sehingga putusan ayat (1) KUHAP ini memuat:
bebas juga bias didasarkan atas penilaian a. Kepala putusan yang dituliskan
bahwa kesalahan yang terbukti itu tidak diikuti Œ µvÇ] W ^ D/ < /> E
oleh keyakinan hakim, sehingga nilai BERDASARKAN KETUHANAN YANG
pembuktian yang cukup ini akan lumpuh dan MAHA E^ _
terdakwa harus diputus bebas. b. Nama lengkap, tanggal lahir, umur atau
2. Putusan Putusan Lepas Dari Segala tanggal lahir, jenis kelamin,
Tuntutan Hukum (Ontslag Van kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
Rechtsvervolging) pekerjaan terdakwa
Putusan lepas dari segala tuntutan c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam
hukum ini diatur dalam Pasal 191 ayat (2) surat dakwaan
<h, W Ç vP Œ µvÇ] ^:]l ‰ vP ]o v d. Pertimbangan yang disusun secara
berpendapat bahwa perbuatan yang ringkas mengenai fakta dan keadaan
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi beserta alat pembuktian yang diperoleh
perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak dari pemeriksaan di sidang yang
pidana, maka terdakwa diputus lepas dari menjadi dasar penentuan kesalahan
• P o šµvšµš v Zµlµu_X15 Terdakwa dilepas terdakwa
dari segala tuntutan hukum dapat disebabkan: e. Tuntutan pidana, sebagaimana
a. Salah satu sebutan hukum pidana yang terdapat dalam surat tuntutan
didakwakan tidak cocok dengan tindak f. Pasal peraturan perundang-undangan
pidana.Misalnya seseorang melakukan yang menjadi dasar pemidanaan atau
perbuatan yang dituntut dengan tindak tindakan dan pasal peraturan
pidana penipuan atau penggelapan tetapi perundang-undangan yang menjadi
didapat fakta bahwa perbuatan tersebut dasar hukum dari putusan, disertai
tidak masuk dalam lingkup hukum pidana keadaan yang memberatkan dan yang
tetapi termasuk lingkup hukum perdata meringankan terdakwa
b. Terdapat keadaan-keadaan istimewa g. Hari dan tanggal diadakannya
yang menyebabkan terdakwa tidak dapat musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal
14
Ibid, 74
15 16
Pasal 191 ayat (2), KUHAP Pasal 193 ayat (1), KUHAP

87
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

h. Pernyataan kesalahan terdakwa, Putusan lepas dari segala tuntuan hukum,


pernyataan telah terpenuhi semua apa yang didakwakan kepada terdakwa cukup
unsur dalam rumusan tindak pidana terbukti secara sah baik dinilai dari segi
disertai dengan kualifikasinya dan pembuktian menurut undang-undang maupun
pemidanaan atau tindakan yang dari segi batas minimum pembuktian yang
dijatuhkan diatur dalam pasal 183 KUHAP, akan tetapi
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
dibebankan dengan menyebutkan pidana. Tegasnya, perbuatan yang didakwakan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan kepada terdakwa telah terbukti, namun tidak
mengenai barang bukti masuk dalam lingkup hukum pidana. Putusan
j. Keterangan bahwa seluruh surat lepas dari segala tuntutan hukum sebagaimana
ternyata palsu atau keterangan dimana diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP dalam
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat persidangan memang terungkap bahwa
surat otentik dianggap palsu terdakwa benar-benar melakukan tindak
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau pidana, tetapi oleh hukum yang bersangkutan
tetap dalam tahanan atau dibebaskan tidakdapat dipidana. Selain itu, ada keadaan-
l. Hari dan tanggal putusan, nama keadaan istimewa yang menyebabkan
penuntut umum, nama hakim yang terdakwa tidak dipidanaUndang-undang (Bab III
memutus dan nama panitera17 KUHP) menentukan ada 7 (tujuh) dasar yang
Pasal 197 ayat (2) berisi ancaman menyebabkan tidak dapat dipidananya si
pembatalan jika terdapat kelalaian atau pembuat pidana, ialah :19
kekeliruan tidak mengikuti apa yang ditetapkan 1. Adanya ketidakmampuan bertanggung
dalam ayat (1). Pasal 197 ayat (2) berbunyi jawab si pembuat
^d] l ]‰ vµZ]vÇ l š všµ v dalam ayat (1) (ontoerekeningsvatbaarheid, Pasal 44
huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k, dan l pasal ini akan ayat (1) )
u vP l] šl v ‰µšµ• v š o u] Zµlµu_X 2. Adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)
Menurut penjelasan Pasal 197 ayat (1) huruf d 3. Adanya pembelaan terpaksa (noodweer,
dan ayat (2) KUHAP : Pasal 49 ayat (1))
1. z vP ]u l•µ vP v ^( lš v 4. Adanya pembelaan terpaksa yang
l v ] •]v]_ ] o Z • P o ‰ Ç vP melampaui batas (noodwerexes, Pasal 49
ada dan apa yang dikemukakan di ayat (2))
sidang oleh pihak dalam proses, antara 5. Karena sebab menjalankan perintah
lain penuntut umum, saksi ahli, Undang-undang (Pasal 50)
terdakwa, penasehat hukum dan saksi 6. Karena melaksanakan perintah jabatan
korban yang sah (Pasal 51 ayat (1))
2. Kecuali yang tersebut dalam ayat (2) 7. Karena menjalankan perintah jabatan
huruf a, e, f, dan h apabila terjadi yang tidak sah dengan itikad baik (Pasal
kekhilafan dan atau kekeliruan 51 ayat (2))
penulisan atau pengetikan tidak Menurut doktrin hukum pidana, 7 (tujuh)
menyebabkan batalnya putusan demi hal penyebab tidak dipidananya si pembuat
hukum tersebut, dibedakan dan dikelompokkan
Dari ketentuan Pasal 195 dan Pasal 197 ayat menjadi 2 (dua) dasar, yaitu:
(1) dan (2) KUHAP di atas, dapat disimpulkan 1. Atas Dasar Pemaaf
bahwa syarat sahnya putusan pengadilan (schulduitsluitingsgronden), yang bersifat
adalah: subyektif dan melekat pada diri orangnya,
1. Diucapkan di sidang terbuka untuk umum khususnya mengenai sikap batin sebelum
(Pasal 195 KUHAP) atau pada saat akan berbuat. Dasar
2. Memuat hal-hal yang diwajibkan (Pasal pemaaf ialah :
197 ayat (1) dan (2) KUHAP)18
18
Ibid
17 19
Pasal 197 ayat (1), KUHAP Pasal 191 ayat (2), KUHAP

88
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

a. Ketidakmampuan bertanggung melaksanakan ketentuan undang-


jawabPasal 44 ayat (1) merumuskan µv vPU š] l ]‰] v _
^ Œ vP•] ‰ u o lµl v ‰ Œ µ š v d. Sebab melaksanakan perintah jabatan
yang tidak dapat yang sah tercantum dalam Pasal 51
dipertanggungjawabkan kepadanya aÇ š ~í• W ^d] }o Z ]Zµlµu
karena jiwanya cacat dalam barang siapa melakukan perbuatan
pertumbuhannya atau terganggu untuk menjalankan suatu perintah
l Œ v ‰ vÇ l]šU š] l ]‰] v _ jabatan yang diberi oleh pembesar
b. Pembelaan terpaksa yang melampaui yang berhak untuk ]šµ[
batasPasal 49 ayat (2) menyatakan
^W u o v š Œ‰ l• Ç vP u o u‰ µ] PENUTUP
batas, yang langsung disebabkan oleh A. KESIMPULAN
kegoncanganjiwa yang hebat karena 1. Macam-macam putusan hakim yaitu:
serangan atau ancaman serangan itu, putusan akhir, putusan comdenatoir,
š] l ]‰] v _X putusan constitutive, danputusan
c. Hal menjalankan perintah jabatan declaratoir
yang tidak sah dengan itikad baikPasal 2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
51 ayat (2) ya]šµ ^W Œ]vš Z i š v putusan lepas dari segala tuntutan hukum
yang diberi oleh pembesar yang tidak mempunyai dasar pertimbangan hakim
berhak, tidak membebaskan dari dalam menjatuhkan putusan lepas dari
hukuman, kecuali jika dengan hati segala tuntutan hukum adalah bahwa apa
jujur pegawai yang dibawahnya yang didakwakan kepada terdakwa
menyangka bahwa pembesar itu terbukti akan tetapi perbuatan terdakwa
berhak akan memberi perintah itu tersebut bukan merupakan suatu tindak
dari peri menjalankannya terletak pidana. Pertimbangan hakim yang lain
dalam lingkungan kewajiban pegawai adalah apabila terdapat keadaan-keadaan
Ç vP ] Á Z ]šµX_ istimewa yang menyebabkan terdakwa
2. Atas Dasar Pembenar tidak dapat dihukum, yaitu adanya alasan
(rechtsvaardingingsgronden), yang bersifat pembenar dan alasan pemaaf.
obyektif dan melekat pada perbuatannya
atau hal-hal lain diluar batin si pembuat. B. SARAN
Dasar pembenar ialah : 1. Keadilan dan kepastian hukum dalam
a. Adanya daya paksa Pasal 48 berisi putusan hakim jangan hanya dilihat dalam
^ Œ vP •] ‰ u o lµl v ‰ µ š v teks perundang-undangan saja tetapi
karena pengaruh daya paksa, tidak harus dilihat dari luar teks undang-undang
]‰] v _ 2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
b. Adanya pembelaan terpaksa Dalam putusan lepas dari segala tuntutan hukum,
Pasal 49 ayat (1) dikemukakan hakim dalam memutuskan sesuatu perkara
^ Œ vP •] ‰ š Œ‰ l• u o lµl v harus selalu berpegang pada hukum yang
perbuatan untuk pembelaan, karena berlaku, walaupun haki memiliki
ada serangan atau ancaman serangan kedudukan dan kekuasaan yang mandiri
ketika itu yang melawan hukum, terlepas dari campur tangan pemerinta,
terhadap diri sendiri maupun orang dan harus dipertimbangkan secara tepat
lain terhadap kehormatan kesusilaan sesuai dengan fakta-fakta yang ada dalam
(eerbaarheid) atau harta benda persidangan sehingga akan menimbulkan
sendiri maupun orang lain, tidak rasa keadilan.
]‰] v _
c. Sebab menjalankan perintah Undang- DAFTAR PUSTAKA
undang W • o ñì W ^ Œ vP •] ‰ Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana,
melakukan perbuatan untuk Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

89
Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum Oleh


Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif,Jakarta, Sinar Grafika.
Andi Hamzah, 1986, Kamus Hukum, Jakarta,
Ghalia Indonesia.
Johny Ibrahim, 2008, Teori dan Metodologi
Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Bayumedia Publishing.
Laden Marpaung, 1992 Proses Penangana
Perkara Pidana, Jakarta, Sinar Grafika.
M. H. Tirtaamidjaja, 1953, Kedudukan Hakim
dan Jaksa, Jakarta, Fasco.
M. natsir Anawi, 2014, Putusan Hakim,
Yogyakarta, Uji Press.
M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
Jakarta, SInar Grafika.
_________________, 2006, Hukum Acara
Perdata, Jakarta, Sinar Grafika
__________________, 2008, Hukum Acara
Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan
Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika.
Mertokusumo Sudikno, 2007, Metode
Penemuan Hukum, Yogyakarta, Uii Press.
Moh. Taufiik Makaro, 2004, Pokok-Pokok
Hukum Acara Perdata, Jakarta, PT. Rineka
Cipta
Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata
Pada Pengadilan Agama, cet V,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
SoerjonoSoekanto,dkk., 1986, Penulisan Hukum
Normatif, Jakarta, Rajawali
Sri Sutatuek, 2013, Menyoal Akuntabilitas
Moral Hakim Pidana Dalam Memeriksa,
Mengadili, dan Memutuskan Perkara,
Jakarta, Aswaja Pressindo
Wildan Sayithi Mustofa,2013, Kode Etik Hakim,
Jakarta, Kencana
Wirjono Prodjo Dikoro, 2002, Asas Hukum
Pidana Di Indoneisa, Bandung, Rafika
Aditama.

90

Anda mungkin juga menyukai