BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Putusan merupakan hasil dari suatu pemeriksaan perkara yang didasarkan pada
pertimbangan hukum baik berdasarkan penerapan hukum maupun temuan hukum. Menurut
Ahmad Mujahiddin putusan adalah suatu pernyataan yang diucapkan oleh hakim dalam
persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri sekaligus menyelesaikan suatu perkara atau
sengketa para pihak. Pada sisi lain istilah putusan ini dapat dimaknai sebagai suatu
pernyataan oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, dan
diucapkan dalam siding yang terbuka untuk umum dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu
perkara atau sengketa antara pihak yang berperkara.
Putusan hakim diharapkan dapat mengakhiri suatu perkara dan pihak yang berperkara
dapat memperoleh kepastian hukum dan keadilan. Maka dari itu putusan hakim ini dibuat
dengan benar-benar untuk menciptakan kepastian hukum dan keadilan bagi para pihak yang
berperkara dan Hakim pun harus mengetahui dengan benar duduk perkara yang sebenarnya
dan mengetahui peraturan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
PEMBAHASAN
PUTUSAN HAKIM
Drs. H.A. Mukti Arto, SH. Menjelaskan definisi dari putusan ialah pernyataan hakim
yang di tuangkan dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam siding terbuka untuk
umum, sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugata. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.
menjelaskan bahwa putusan adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang
diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan
suatu perkara atau sengketa antara para pihak tersebut.
Dari dua pendapat para ahli tersebut di simpulkan bahwa putusan hakim merupakan
suatu pernyataan yang dibuat secara tertulis oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi
wewenang untuk itu yang di ucapkan dimuka persidangan sesuai dengan perundangan yang
ada yang menjadi hukum bagi para pihak yang mengandung perintah kepada suatu pihak
upaya melakukan sutau perbuatan atau upaya jangan melakukan suatu perbuatan yang harus
ditaati.
Eksekusi atau pelaksanaan putusan merupakan realisasi dari kewajiban pihak yang
bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang telah tercantum didalam putusan pengadilan
tersebut. Putusan hakim ini memiliki kekuatan hukum tetap atau pasti yang berartikan
putusan tersebut sudah final karena idak ada upaya hukum dari pihak lawan selain itu putusan
juga memiliki sifat eksekutorial yang dimana kekuatan untuk melaksanakan apa yang sudah
di tetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat alat negara.
Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah
uang. (Ps. 196 HIR; Ps. 208 Rbg)
Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan. Orang
tidak dapat dipaksakan untuk ememnuhi prestasi yang berapa perbuatan. Akan tetapi
pihak yang dimenangkan dapat meminta kepada hakim agar kepentinagn yang akan
diperolehnya dinilai dengan uang. (Ps. 225 HIR; Ps. 259 Rbg)
Eksekusi riil, merupakan pelaksanaan prestasi yang di bebakan kepada debitor oleh
putusan hakim secara langsung. (Ps. 1033 RV; Ps. 200 ayat 11 HIR; Ps. 218 ayat 2
Rbg)
Eksekusi langsung (parate Executie), terjadi apabila seorang kreditur menjual barang
barang milik debitur tanpa mempunyai title eksekutorial (Ps. 1155, 1175 ayat 2
KUHPerdata).
UPAYA HUKUM
Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang undang kepada
seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat
bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga seorang manusia yang
dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan atau memihak salah satu
pihak
Macam Upaya Hukum dibedakan antara upaya hukum terhadap upaya hukum biasa
dengan upaya hukum luar biasa.
Merupakan upaya hukum yang digunakan untuk putusan yang belum berkekuatan hukum
tetap. Upaya ini mencakup:
a) Perlawanan/verzet
Perlawanan juga sering disebut dengan istilah Verzet. Perlawanan merupakan upaya
hukum berdasarkan undang-undang dalam hal-hal yang telah ditentukan yang
umumnya bersifat insitential yang tidak dimaksudkan terhadap putusan akhir dari
pengadilan negeri. Perlawanan pada asasnya disediakan bagi pihak tergugat yang
umumnya dikalahkan.
Dasar hukum verzet : Ps. 125 ayat 3 jo. 129 HIR; Ps. 149 ayat 3 jo. 153 Rbg.
b) Banding
Pemeriksaan banding adalah pemeriksaan perkara pada tingkat II atau pengadilan
tinggi. Menurut J.C.T. Simorangkir sebagaimana yang dikutip Andi Sofyan
mengungkapkan bahwa banding adalah suatu alat hukum (rechtseniddel) yang
merupakan hak terdakwa dan hak penuntut umum untuk memohon, supaya putusan
pengadilan negeri diperiksa kembali oleh pengadilan tinggi.
Menurut UU 4 Tahun 2004 Ps. 21 ayat 1 “Terhaap putusan pengadilan tingkat
pertama dapat dimintakan banding kepada pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain”.
Upaya kasasi merupakan hak yang diberikan kepada terdakwa maupun kepada
penuntut umum. Berbarengan dengan hak mengajukan permintaan kasasi yang
diberikan undang-undang kepada terdakwa dan penuntut umum, dengan sendiri hal
itu menimbulkan kewajiban bagi pejabat pengadilan untuk menerima permintaan
kasasi, tidak ada alasan untuk menolak. Apakah permohonan itu diterima atau ditolak,
bukan wewenang Pengadilan Negeri untuk menilai, sepenuhya menjadi wewenang
Mahkmah Agung.
Dasar hukum pada tingkat kasasi ini diatur dalam UU No 4 Tahun 2004 Ps. 22
“Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada
Mahkamah Agung oleh pihak- pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang
menentukn lain.
dilakukan terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan pada
asasnya upaya hukum ini tidak menangguhkan eksekusi. Mencakup:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari tulisan di atas, bisa kita simpulkan bahwa putusan hakim merupakan suatu
pernyataan yang dibuat secara tertulis oleh hakim sebagai pejabat Negara yang diberi
wewenang untuk itu yang di ucapkan dimuka persidangan sesuai dengan perundangan yang
ada yang menjadi hukum bagi para pihak yang mengandung perintah kepada suatu pihak
upaya melakukan sutau perbuatan atau upaya jangan melakukan suatu perbuatan yang harus
ditaati.
Upaya hukum terbagi menjadi dua yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum biasa terbagi dari perlawanan atau verzet, banding dan kasasi dalam upaya
hukum biasa putusan tersebut telah dijatuhkan dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih
dahulu atau uitboverbaar bij voorraad dalam pasal 180 ayat (1) HIR jadi meskipun dilakukan
upaya hukum, tetap saja eksekusi berjalan terus. Upaya hukum luar biasa juga terbagi
menjadi peninjauan Kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (dendenverzet).
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan Widagdo, Kamus Hukum (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), hlm. 484
Ahmad Mujahiddin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),
hlm. 227
https://repository.uir.ac.id/3541/2/BAB%20I.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=w43SzlErHbo&ab_channel=DiviKusuma
https://www.youtube.com/watch?v=8kEbSltJDmg&ab_channel=ArmanTjoneng
http://digilib.uinsgd.ac.id/35549/4/4_bab1.pdf