Anda di halaman 1dari 12

TAHAP UPAYA

HUKUM DAN
EKSEKUSI
KELOMPOK VI | HUKUM ACARA PIDANA 2.12
Anggota Kelompok 6

• Shinta Efriyani (2210113164)


• Latifah Rahayu (2210113171)
• Satya Nugraha Dharma P. (2210113236)
• Inggrid Yosephine B.M (231011008)
• Amanda Fauziah Putri (2210112200)
TOPIK PEMBAHASAN

01 02 03
Upaya Hukum Biasa Upaya Hukum Luar Biasa Putusan Incracht

04 04
Pelaksanaan Putusan Fungsi dan peranan
oleh Hakim lembaga permasyarakatan
UPAYA HUKUM BIASA
• Perlawanan (verzet )
Perlawanan (verzet ) sebagai bentuk perlindungan hukum jarang dibahas dalam
memahami perlindungan hukum. Kita sering kali lebih memahami terkait perlindungan
hukum tentang banding dan kasasi, sebagaimana berdasarkan Pasal 1 angka 12 UU No. 8
Tahun 1981, menjelaskan bahwa:

Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima
putusan pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana
untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
UPAYA HUKUM BIASA
• Banding
Banding adalah salah satu bentuk upaya hukum yang merupakan hak terdakwa berdasarkan
UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang dimana terdakwa tidak setuju dengan putusan
pengadilan.

Dapat disimpulkan bahwa upaya hukum banding, yaitu selain mengoreksi kesalahan pada
tingkat pertama, juga melakukan pencegahan dan kesewenang-wenangan serta penyalah gunaan jabatan
serta pengawasan terhadap terwujudnya asas persamaan di hadapan hukum
UPAYA HUKUM BIASA
-KASASI-
Kasasi adalah salah satu upaya hukum biasa di tingkat terakhir yang Oemar Seni Adji, mengemukakan tiga alasan untuk

diperiksa oleh Mahkamah Agung. Kata kasasi dikenal dengan istilah melakukan kasasi, yaitu:

“cassation” , dalam Bahasa Belanda “caesei” yang berarti pembatalan 1) Apabila terdapat kelalaian dalam acara

putusan pengadilan sebelumnya. Makna kasasi = pembatalan = (vorniverzuim).

pemecahan. Sedangkan maksud dari kasasi adalah agar putusan 2) Peraturan hukum tidak dilaksanakan atau ada

terakhir yang bertentangan dengan hukum dapat dibatalkan. Tujuan kesalahan pada pelaksanaannya.

kasasi ialah untuk menciptakan kesatuan penerapan hukum dengan 3) Apabila tidak dilaksanakan cara melakukan peradilan

jalan membatalkan putusan yang bertentangan dengan undang- menurut cara yang ditentukan undang-undang.

undang atau keliru dalam menerapkan hukum.


UPAYA HUKUM LUAR BIASA
Kasasi demi kepentingan hukum

Pihak yang berhak mengajukan kasasi demi kepentingan hukum adalah Jaksa Agung. Permohonan kasasi demi
kepentingan hukum hanya dapat diajukan satu kali kepada Mahkamah Agung (MA). Permintaan ini dapat diajukan
terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan negeri atau pengadilan tinggi.
KUHAP menegaskan, putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan.
Permohonan tersebut disampaikan secara tertulis oleh Jaksa Agung kepada MA melalui panitera pengadilan yang telah
memutus perkara dalam tingkat pertama. Jaksa Agung mengetahui adanya putusan yang perlu di kasasi demi
kepentingan hukum berdasarkan laporan dan bahan yang diberikan Kepala Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Negeri.
Dalam prosesnya, permohonan kasasi demi kepentingan hukum disampaikan kepada panitera dengan disertai risalah
yang memuat alasannya. Salinan risalah ini kemudian disampaikan kepada pihak yang berkepentingan oleh panitera.
Ketua pengadilan yang bersangkutan lalu segera meneruskan permintaan itu kepada MA.
UPAYA HUKUM LUAR BIASA
Peninjauan Kembali

Memeriksa dan memutus permohonan Peninjauan Kembali (“PK”) adalah salah satu tugas dan
wewenang Mahkamah sebagaimana yang telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung yang berbunyi “Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Peninjauan Kembali dapat dilakukan terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap oleh terpidana atau ahli warisnya kepada Mahkamah Agung. Tetapi permohonan
Peninjauan Kembali tidak dapat dilakukan terhadap putusan bebas atau putusan lepas dari segala
tuntutan hukum. Pada dasarnya secara limitatif upaya hukum Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang lazim disebut dengan istilah herziening diatur dalam
Bab XVIII Bagian Kedua Pasal 263 sampai dengan Pasal 269 KUHAP.
Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (Inkracht)

Berdasarkan KUHAP, cara mengetahui putusan berkekuatan hukum tetap adalah:

1. Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding setelah waktu 7 hari sesudah

putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir,

kecuali untuk putusan bebas (vrijspraak), putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag

van rechts vervolging), dan putusan pemeriksaan acara cepat karena putusan-putusan tersebut

tidak dapat diajukan banding.

2. Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu 14 belas hari

sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa.

3. Putusan kasasi
Pelaksanaan putusan oleh Hakim
Secara substansial putusan hakim dalam perkara pidana amarnya hanya mempunyai tiga sifat, yaitu:

1. Pemidanaan/verordeling apabila hakim/pengadilan berpendapat bahwa terdakwa secara sah dan


meyakinkan menurut hukum terbukti bersalah melakukan tindakan pidana yang didakwakan (Pasal
193 ayat (1) KUHAP)
2. Putusan bebas (vrijsraak/acquittai) jika hakim berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum atas perbuatan yang didakwakan
(Pasal 191 ayat (1) KUHAP)
3. Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum/onslag van alle rechtsvervolging jika hakim berpendapat
bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu bukan merupakan
suatu tindak pidana (Pasal 191 ayat (2) KUHAP)

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa putusan hakim dalam perkara pidana adalah:
1. Pemidanaan (verordeling)
2. Bebas (vrijspraak)
3. Pelepasan dari segala tuntutan hukum (onslag van alle rechtsvervolging)
Fungsi dan peranan lembaga permasyarakatan

sebagai penyelenggara proses pemidanaan

Peranan Lembaga Pemasyarakatan dalam upaya proses penegakan hukum pidana dihubungkan
dengan tujuan pidana adalah bahwa untuk membina para Warga Binaan Pemasyarakatan dengan
tujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan kepada masyarakat agar dapat hidup
mandiri dan berguna di dalam masyarakat. Namun yang menjadi tantangannya adalah sejauh mana
peranan lembaga pemasyarakatan berfungsi secara efektif dalam melakukan pembinaan terhadap
warga binaan. Persoalan ini tergantung dari daya dukung dan daya tampung yang tersedia sehingga
jaminan bagi narapidana untuk menjalani pembinaan secara tertib.
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai