PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
semua aturan hukum yang dibentuk oleh semua tingkat lembaga dalam bentuk
tertentu, dengan prosedur tertentu, biasanya disertai sanksi dan berlaku umum
oleh pejabat yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat atau
1
https://www.padamu.net/pengertian-negara-indonesia-adalah-negara-hukum
1
yang memenuhi unsur yang terkandung dalam ketentuan mengenai pola tingkah
laku tersebut.2
sangat jelas mengatur segala bentuk tindak pidana, dan jika dalam proses
penyidikan, lalu proses penuntutan yang merupakan bagian dari hukum acara
pidana dan ternyata diputus menjadi tidak perbuatan pidana, membuat Saya
mengkritisi hal tersebut, tentunya ini membuat kelemahan dan kecacatan hukum
sehingga menjadi tidak efektif. Seperti halnya sebuah putusan pidana pada pasir
serta martabatnya
Dari ketiga amar putusan tersebut, disinilah letak keunikannya yang mana,
pidana. Dari sini sangatlah menarik dikaji.Tentunya perlu pengkajian lebih dalam
sehingga dapat memahami kerangka putusan ini. Sampai dengan kasasipun tetap
2
A.Hamid S. Attamimi, Dikembangkan oleh Maria Farida Indrati S, dari Perkuliahan
Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Yogyakarta, Kanisius, 2007,hlm.35
2
Hakim dapat disimpulkan sebuah pernyataan dari seorang hakim dalam
bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum
perdamaian adalah akta yang dibuat oleh hakim yang berisi hasil musyawarah
antara para pihak dalam sengketa untuk mengakhiri sengketa dan berlaku sebagai
putusan.Dalam hukum pidana, ada 2 (dua) jenis putusan hakim yang dikenal
selama ini, yaitu yang pertama, putusan sela dan yang kedua, putusan akhir.3
1. Putusan Sela4;
diperiksa, dipersalahkan, dan dikenakan pidana atas pasal yang didakwakan oleh
penuntut umum, dalam arti hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
terdakwa di luar dari pasal yang didakwakan tersebut. Oleh karena itu, dalam
limitatif, sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang, yaitu Pasal 143
KUHAP syarat formil dan syarat materiil. Sedangkan jenis-jenis Putusan Hakim
Dalam Perkara PidanaTerhadap surat dakwaan penuntut umum tersebut, ada hak
secara yuridis dari terdakwa atau penasihat hukum terdakwa untuk mengajukan
onbevoegheid) baik absolud maupun yang relatif, eksepsi dakwaan tidak dapat
3
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta, Sinar Grafika, ,
1996, hlm. 251.
4
Ibid,Hlm.345
3
diterima, eksepsi pada yang didakwakan bukan merupakan tindak pidana, eksepsi
terhadap perkara yang nebis in idem, eksepsi terhadap perkara telah kadaluarsa,
eksepsi bahwa apa yang dilakukan terdakwa tidak sesuai dengan tindak pidana
yang dilakukan, eksepsi surat dakwaan kabur (obscure libel), eksepsi dakwaan
dalam negeri mengadili suatu perkara atau dakwaan tidak dapat diterima
makasurat dakwaan harus dibatalkan. Sebagaimana ketentuan Pasal 156 ayat (1)
selanjutnya akan diambil suatu putusan oleh hakim.Adapun materi putusan hakim
tidak dapat diterima atau bahkan surat dakwaan harus dibatalkan, sebagaimana
Putusan Akhir yang mana setelah pemeriksaan perkara dinyatakan selesai oleh
hakim, maka sampailah hakim pada tugasnya, yaitu menjatuhkan putusan, yang
5
Ibid,hlm.32
6
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada, Jakarta
2001,hlm.72
7
Ibid
4
Putusan akhir. Menurut KUHAP ada beberapa jenis putusan akhir yang dapat
putusan yang dijatuhkan oleh hakim yang berupa pembebasan terdakwa dari
haruslah dinyatakan secara sah dan meyakinkan tidak terbukti secara sah dan
dinyatakan dibebaskan dari segala dakwaan (Pasal 191 ayat (1) KUHAP)
b. Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum ( Onslaag van Alle Recht
perbuatan pidana, dan oleh karena itu terhadap terdakwa akan dinyatakan
lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP).
c. Putusan Pemidanaan adalah Dalam hal terdakwa telah terbukti secara sah dan
dakwaan penuntut umum, maka terhadap terdakwa harus dijatuhi pidana yang
8
Kaligis, Otto Cornelis, dkk, Praperadilan Dalam Kenyataan, Djambatan, Jakarta,1997,
hlm.65
5
setimpal dengan tindak pidana yang dilakukannya (Pasal 193 ayat (1)
kewenangan dari judex facti untuk menjatuhkan pidana, dimana hal tersebut
tidak diatur dalam undang-undang dan hanya ada batasan maksimal pidana
dikaji, karena dengan mengkaji putusan, banyak aspek yang didapat atau
kepada sarjana hukum.Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengkaji peristiwa
hukum dan putusan hakim ini sehingga mendapatkan wawasan dan penguasaan
yang lebih dalam terkait dengan Hukum pidana, sehingga judulnya adalah
“Analisis Yuridis terhdap Putusan Tindak Pidana Pencurian yang lepas dari segala
tuntutan pada Pengadilan Negeri Pasir Pengraian Studi Kasus Perkara No.1640
K/Pid/2015”.
B. MASALAH POKOK
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dalam hal ini menetapkan masalah yang
pencurian?
6
BAB II
PEMBAHASAN
serta kritis.
terhadap putusan ini adalah, Bahwa alasan-alasan kasasi Jaksa Penuntut Umum
tidak dapatdibenarkan, Judex Facti tidak salah dalam menerapkan hukum, Judex
terhadapdakwaan Pasal 363 ayat (1) ke-4 KUHP mengingat para Terdakwa dan
kawan-kawan telah mengambil kelapa sawit milik mereka sendiri, para Terdakwa
telahsering memanen sejak 2010, tidak pernah meminta izin kepada PT.
MANtahun 2006 dengan pola 40% untuk perusahaan dan 60% untuk masyarakat.
Karena itu PT. MAN tidak lagi operasional di Desa Payung Sekaki
7
Bahwa atas dasar perjanjian itu, objek berupa kelapa sawit tersebutbukan
milik PT. MAN, karena itu perbuatan para Terdakwa dan kawan-kawan di
ternyata,putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
Judex factie disini 9adalah salah menerapkan hukum, yakni judex facti
dengan melawan hak, tidak mempertimbangkan secara cermat alat bukti berupa
i. Bahwaanya putusan ini terbukti melakukan perbuatan pidana, akan tetapi tidak
merupakan pidana
ii. Bahwasanya ada bukti-bukti kepemilikan surat para terdakwa saksi junaidi dan
menerangkan bahwa tanah dibagi menjadi 60% untuk yang membuat dan 40%
untuk perusahaan, dimana surat pernyataan tersebut yang dibuat dan ditanda
diketahui pula sebagian oleh saksi Slamat yang saat itu menjabat sebagai
iii. Bahwa terhadap tanah tandan buah sawit yang menjadi obyek dalam perkara
ini, sehubungan dengan surat yang diajukan di persidangan tidak ada yang
9
Andi Hamzah, 1985, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta,hlm.25
8
tersirat dengan jelas, karena masing-masing hanya menerangkan mengenai
lahan/tanah saja, akan tetapi baik dari perusahaan PT.MAN maupun para
ditelaah lebih dalam pada unsur unsur pasal yang diterpakan adalah Pasal 363 ayat
ditelisik lebih dalam masi bisa dilepaskan, dan saya mengkaji lagi bahwa
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, yang
diancam dengan pidana. Antara larangan dengan acaman pidana ada hubungan
yang erat, seperti hubungan peristiwa dengan oranng yang menyebabkan peristiwa
berarti suatu pengertian abstrak yang menunjukan kepada dua hal yang konkrit.
Istilah lain yang dipakai dalamhukum pidana, yaitu; “tindakan pidana”. Perbuatan
jawab, berhubungan denga kesalahan yang bersifat melawan kukum dan diancam
pidana.
akibat. Kedua, sebab atau keadaan tertentu yang mentertai perbuatan, menurut
Van Hamel; sebab-sebab terbagi dalam dua golongan, berkaitan dengan diri
9
orang tersebut dan dan di luar diri orang tersebut. Ketiga, kerena keadaan
disebut: Delik dolus (denga kesengajaan) dan delik culva (dengan pengabaian),
(melanggar hukum dengan tidak melakukan perbuatan hukum), delik biasa dan
delik yang dikualifisir (delik biasa dengan unsur-unsur yang memberatkan), delik
penerus (dengan akibat perbuatan yang lama) dan delik tidak penerus (akibat
Locus delicti atau yang dikenal dengan tempat terjadinya perkara, dikenal
dua teeori, yaitu; yang menyatakan tempat terjadinya perkara adalah tempat
tedakwa berbuat, dan yang menyatakan tempat tarjadinya perkara adalah tempat
putusan ini adalah putusan lepas (onslag van recht vervolging), maka segala
tuntutan hukum atas perbuatan yang dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan
jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum,
akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena perbuatan tersebut bukan
10
Andi Hamzah, 1985, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta,hlm.34
11
Ibid,hlm.77
10
Tindak pidana itu sedniri adalah perbuatan melakukan atau tidak
umum.
c. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan
pemaaf.
tindak pidana, artinya ada hal-hal Alasan pemaaf yaitu alasan yang menghapuskan
melawan hukum jadi tetap merupakan tindak pidana, tetapi dia tidak dipidana
karena tidak ada kesalahan yang dapat menyebabkan perbuatan tersebut hilang
suatu perbuatan tidak menjadi tindak pidana, yakni :Perbuatan tersebut masuk
dalam ruang lingkup perdata, Putusan MA No. 645 K/Pid/1982, perbuatan yang
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tindak pidana pencurian terhadap kasasi yang dilakukan oleh kejaksaan berupa
penolakan, itu sudahalah tepat karena Pengadilan negeri tidak salah dalam
menerpakan hukumnya atau yang disebut dengan Judex Factie, oleh sebab itu
telah terepenuhi keadilan retributive terhadaa perkara ini, itu tidak terlepas dari
kerangka berfikir bahwasanya perkara pidana ini tidak dapat dijadikan suatu
pertanggung jawaban, ditambah lagi ada unsur keperdataan dalam perkara ini.
Sehingga menurut Saya sudahlah tepat dalam menerapkan hukumnya karena juga
B. Saran
putusan tingkat pertama, dan tentunya juga melampirkan apa-apa saja yang
selanjutnya juga memberikan pertimbangan dan dasar hukum yang sah dalam
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku- Buku
Vol.1,Kencana,Jakarta, 2010
Indonesia,Jakarta
grafika,Jakarta,2007
2011
Jakarta, 2015
13
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cahaya Atma, Jakarta 2011
2008.
2. Undang – Undang
3. Internet
Http://beritatrans.com/2017/01/14/ma-ubah-perma-untuk-percepat-
penye;esaoian-perkara-pelanggaran-lalin/
http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/10/teori-efektivitas.htmlData di
14