Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTIKUM REVIEW ANALISIS

FILM “MILLION DOLLAR BABY”

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:

Kelompok 6/ Kelas E-2016

Siti Kholidah 162310101122

Widodo Hardianto 162310101259

Jenny Amalina A. R. 162310101262

Aldiana Septi Saputri 162319191268

Adhi Nur Satrio A 162310101281

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
A. IDENTITAS KELUARGA

1. GAMBARAN SINGKAT TENTANG FILM (SEBUTKAN


ANGGOTA KELUARGA DALAM FILM DAN DESKRIPSIKAN
KHUSUS ANGGOTA KELUARGA YANG AKAN MENJADI
PASIEN ANDA

Judul Film : Million Dollar Baby


Genre : Drama
Pemeran :
a. Frankie Dunn (Clint Eastwood) sebagai pelatih
b. Maggie Fitzgerald (Hilary Swank) sebagai tokoh utama
c. Eddie Scrap (Morgan Freeman) sebagai Asisten Dunn
d. Earline Fitzgerald (Margo Martindale) sebagai Ibu
e. Mardell Fitzgerald (Riki Lindhome) sebagai Saudara
Nama Keluarga : Fitzgerald
Umur : Maggie (32 tahun)
Alamat : Missouri Selatan, Amerika Serikat
Agama : Katolik
Pekerjaan : Pelayan restoran/ petinju

Million dollar baby mengisahkan tentang seorang mantan pelatih tinju


bernama Frankie Dunn (Clint Eastwood). Dunn memutuskan untuk berhenti dari
profesinya sebagai pelatih tinju karena Dunn tidak dapat lepas dari kepedihan
masa lalu yang ia alami. Kala ia harus berpisah dari putrinya yang begitu dunn
cintai. Perpisahan tersebut seakan membuat dunn kehilangan separuh jiwanya
sekaligus semangat hidupnya. Hal tersebut membuat dunn memutuskan untuk
melepaskan segala hal yang berbau dengan dunia tinju tidak terkecuali profesinya
sebagai pelatih tinju.

Hingga kemudian hari seorang gadis bernama Maggie Flitzgerald (Hillary


Swank) mendatangi Dunn untuk membantunya bisa menjadi petinju. Alasan
maggie untuk bisa menjadi petinju ternyata tidak lepas dari berbagai kesusahan
hidup yang dia alami. Semenjak kecil, maggie harus melakukan berbagai
pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal tersebut
tidak lepas karena maggie terlahir dari keluarga yang tidak berada. Saat ini
sebelum Maggie bertemu Dunn daia bekerja sebagai pelayan restoran. Hingga
kemudian, Maggie telah berada di titik jenuh dari hidupnya yang serba sulit
tersebut. Ia kemudian berniat untuk bisa mengubah hidupnya untuk menjadi lebih
baik dan berkecukupan. Dan maggie meyakini bahwa dia dapat meraih hal
tersebut dengan cara menjadi petinju wanita profesional.

Untuk itulah, maggie menemui dunn untuk bisa mewujudkan mimpinya


tersebut. Namun dunn ternyata menolak permintaan dari maggie. Dia mengatakan
bahwa dia sudah tidak berminat untuk melatih siapapun. Tentu saja hal tersebut
membuat maggie kecewa. Hingga tempo assiten dari Dunn, Eddie Scrap
merayunya untuk melatih Maggie menjadi petinju. Assisten tersebut sangat
percaya bahwa nantinya Maggie akan menjadi petinju profesional yang hebat.
Karena Dunn terus mendapatkan paksaan sekaligus rayuan dari pada Eddie
akhirnya Dunn menyetujui untuk menjadi pelatih dari maggie.

Setelah melihat maggie berlatih tinju membuat dunn menyadari bahwa


maggie memang memiliki bakat besar sebagai petinju. Namun ternyata kedekatan
antara dunn dan maggie membuat hubungan mereka tak ubahnya hubungan antara
ayah dan putrinya. Sesuatu yang selama ini begitu dirindukan oleh Dunn.

2. Tipe Bentuk Keluarga : Keluarga inti (Dual Earner Family)


3. Latar Belakang budaya (Etnis) : Dalam film Million Dollar Baby para
pemeran yang didalamnya beragam. Maggie dan Dunn termasuk dalam orang
berkulit putih. Sedangkan asisten dunn Eddie termasuk dalam orang kulit
hitam. Anggota sasana tinju yang Dunn punya juga memliki banyak ragam
etnis atau budaya
4. Penggunaan jasa perawatan : Untuk penggunaan jasa perawatan
kesehatan keluarga Maggie tidak ditunjukkan secara jelas. Akan tetapi, ketika
anak didik Dunn yang bernama Maggie sakit dia secara cepat membawa nya
segera ke rumah sakit. Hal ini menunjukkan jikalau Maggie sangat peduli
terhadap pelayanan kesehatan.
5. Status kelas sosial : Status ekonomi dalam film Million Dollar Baby
bisa dibilang termasuk dalam kelas ekonomi menengah kebawah. Hal ini
dikarenakan Maggie yang berprofesi sebagai pelayan restoran yang belum
cukup menjamin kehidupannya. Ekonomi Maggie mulai membaik ketika
masuk sasana tinju yang Dunn punya. Dari situ Maggie belajar pada dunn
untuk menjadi seorang petinju dan berhasil hingga mendapatkan uang yang
lebih.
6. Aktivitas rekreasi dan waktu luang : Aktivitas rekreasi dan waktu luang
yang dilakukan Maggie cenderung tidak terlihat. Semua waktu yang dia punya
hanyak untuk bekerja paruh waktu menjadi seorang pelayan restoran dan
berlatih tinju terus menerus di tempat sasana tinju yang Dunn punya.
2. GAMBARAN ECOMAP KELUARGA

Ibu MF

Kakak MF Suami

Nilai dan
Pekerjaan keyakinan Lingkungan

Relasi : Rekreasi
Teman kerja

Relasi :
Teman kerja
Fasilitas FD MF
Kesehatan

Pekerjaan
Rekreasi

Lingkungan Fasilitas Nilai dan


Kesehatan keyakinan
Keterangan :

FD (Frankie Dunn)

MF ( Maggie Fitzgerald)

Satu garis menandakan hubungan yang lemah

Dua garis menunjukkan hubungan yang normal

Tiga garis menunjukka hubungan yang kuat


3. ANALISIS ECOMAP SECARA SPESIFIK TERKAIT HUBUNGAN
KELUARGA DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR

Maggie merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tetapi dia


hidup berpisah dengan ibu beserta kakak nya. Entah dari kecil apa baru baru
ini, hubungan antara maggi dengan ibu serta kakaknya tidak begitu erat.
Terlihat ketika maggie membelikan rumah untuk ibunya. Niat maksud
membahagiakan ibuya, maggie malah mendapat kekecewaan dari pada sang
ibu. Ibu nya kecewa karena tidak konsulasi dahulu terhadapnya. Dia
berpendapat jikalau pindah rumah beliau tidak lagi mendapatkan biaya
asuransi yang telah dia peroleh selama ini. Maggie sendiri seorang pelayan
restoran yang terobsesi untuk mengubah hidupnya. Dia rasa kehidupan yang
dia jalani saat ini sudah terasa jenuh dan ingin beralih ke dunia tinju dengan
cara meminta Dunn untuk melatihnya mengenai tinju. Frankie dunn
merupakan seorang mantan pelatih tinju. Hubungan dunn dengan maggie
awalnya renggang dia seiring berjalannya waktu mereka saling melengkapi
satu sama lain. Bahkan pada suatu momen maggie seperti putrinya yang
telah tiada. Mereka tidak memiliki permasalahan mengenai lingkungan
sekitarnya. Terkait rekreasi, mereka tidak sempat untuk melaksanakan
rekreasi. Kegiata sehari hari hanya melakukan latihan tinju disasana yang
dimiliki dunn. Pembicaraan mereka selalu tentang pekerjaan, waktu naik
ring sangat padat sehingga seperti tidak ada waktu untuk melaksanakan
suatu rekreasi. Nilai dan keyakinan yang mereka anut bisa dikatakan cukup
kuat. Meski dalam adegan tidak menunjukkan bahwa maggie seorang yang
taat beragama, tetapi adegan Dunn yang sesekali mengunjungi gereja cukup
untuk membuktikan nilai dan keyakinan mereka cukuo kuat. Hubungan
dengan rekan kerja tidak ditunjukkan secara detail. Mereka berkomunikasi
selayaknya rekan kerja pada umumnya. Keterlibatan fasilitas kesehatan
sangany berkaitan dengan pekerjaan yang mereka tekuni. Karena profesi
tinju tidak lepas dengan adanya perawatan, entah itu yang intensif atau
tidak. Dalam film ditunjukkan bahwa Dunn dan Maggie sangat
membutuhkan fasilitas kesehatan terutama ketika Maggie mengalami
musibah ketika bertanding. Hal ini yang membuat mereka sangat baik
dalam pemanfaatkan mengenai fasilitas kesehatan. Frankie Dunn seorang
mantan pelatih tinju. Dunn dalam film ini tidak ditunjukkan memliki istri
atau tidak. Tetapi dalam satu adegan terlihat bahwa Dunn mendoakan dua
orang wanita yang satu ada keduannya merupakan anak dari pada Frankie
Dunn. Dunn menjalani kehidupan sehari hari sebagai single adult living
alone. Tidak ada yang menemani dunn dirumah, hanya dia seorang. Hingga
satu tempo seseorang yang bernama Maggie hadir dalam kehidupan Dunn.

B. PENILAIAN KELUARGA DAN PRIORITAS KEBUTUHAN

1. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga dalam film Million Dollar Baby ini
termasuk dalam tipe keluarga inti (Dual Earner Family). Dimana keluarga
yang hidup hasil pernikahan yang menghasilkan sistem, orang tua dan anak.
Keluarga ini sendiri terdiri dari suami, istri, anak-kandung, adopsi atau
keduannya. Akan tetapi, maggie bersama ibu dan saudara kandungnya tidak
tinggal serumah. Maggie memilih tidak sendiri untuk mengurangi beban
hidup dari sang ibu. Riwayat dari pada maggie tidak disebutkan secara jelas.
Maggie dengan ibu serta saudarannya memliki hubungan yang kurang
harmonis. Terlihat ketika Maggie membelikan rumah, ibu terlihat kecewa
karena tidak konsultasi terlebih dahulu dan jika rumah yang dibeli ditempati
maka asurasi yang ibu dapatkan selama ini akan diberhentikan. Sehingga hal
ini membuat ibu tidak memiliki pemasukkan karena satu satunya
pemasukkan hanya dari asuransi. Hal ini yang membuat ibu marah pada
Maggie.

2. Koping Keluarga
Didalam film ini menunjukkan bahwa kedekatan antara Maggie
dengan Dunn kurang begitu dekat, dan seiring berjalanannya waktu semakin
baik dan erat. Bahkan pada suatu momen Dunn pernah menganggap bahwa
Maggie seperti putrinya yang telah tiada. Hingga suatu hari, maggie yang
berprofesi seorang tinju harus mengalami suatu kecelakaan yang seharusnya
tidak terjadi. Maggie terkena pukulan lawan dan membuat dia terjatuh,
mirisnya posisi jatuh tidak sempurna dan membentur kursi yang
mengakibatkna dia harus dirawat secara intensif disebuah rumah sakit.
Kedekatan Maggie dan Dunn seperti seorang ayah dan anak. Setiap hari
dunn dengan setia menemani pagi hari maggie di rumah sakit. Hingga pada
akhirnya Maggie mencapai puncak kejenuhannya. Maggie tidak ingin
merepotkan seorang dunn yang harus menemainya setiap hari. Pada satu
tempo maggie mengungkapkan keinginan terakhirnya pada dunn mengenai
kehidupannya, maggie memilih euthanasia. Dunn merasa kaget dan tidak
percaya maggie akan berkata seperti itu. Pada akhirnya dia membuktikan
dengan menggigit lidahnya sendiri samapai berdarah. Dunn dinangungi rasa
cemas yang berlebihan. Bahkan dunn sempat berkonsultasi pada pastor di
gereja dekat rumahnya. Satu sisi dunn tidak ingin melihat maggie terus
menerus mengalami penderitaan, dan sisi lain dunn juga tidak ingin
mengambil hak hidup seseorang. Pada akhirnya, dunn memantapkan diri
untuk mengabulkan keinginan maggie mengenai euthanasia karena merasa
iba terhadapanya.
C. DATA LINGKUNGAN

1. Karakteristik Rumah
Mary Margaret atau Maggie Fitzgerald tidak menempati sebuah rumah
bersama keluarga besarnya di sebuah desa kecil tepatnya Missouri Selatan, sejak
ia berusia 13 tahun karena dia sudah bosan hidup dalam kemiskinan. Jadi, Maggie
tinggal di suatu apartemen kecil di New York dengan pekerjaan sebagai pelayanan
restoran. Dalam apartemen tersebut hanya terdapat satu tempat tidur yang telah
usang, dapur yang kecil dan tidak terdapat sekat antara satu ruangan dengan
ruangan lain. Maggie tidak memiliki ruang tamu dan juga televisi.
Frankie Dunn seorang pelatih tinju yang tinggal sendiri. Kondisi rumah
Frankie seperti rumah perkotaan pada umumnyam interior rumah cukup luas dan
tertata rapi, penyekatan antar ruang juga terkesan modern dan nyaman. Kamar
tidur dilengkapi dengan ranjang besar yang nyaman, lalu terdapat sebuah lemari
pakaian tempat Frankie menyimpan surat-surat untuk anaknya.
2. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang lebih luas
Di daerah dekat tempat tinggal Frankie terdapat sebuah gereja dan Frankie
setiap hari mengunjungi gereja tersebut, untuk berdoa maupun berkonsultasi
kepada pemuka agama di gereja tersebut. Maggie dan Frankie sebagian besar
menghabiskan waktunya berada di sasana atau tempat latihan tinju (Hit Pit) milik
Frankie, dikarenakan Maggie menjadi anak asuh dari Frankie. Sasana tersebut
sangat luas dan diisi dengan beberapa alat gym atau olahraga dan juga ring untuk
latihan bertinju. Frankie membeli sasana tersebut 17 tahun yang lalu dari
seseorang yang bernama Boby Malone yang hendak berpindah ke Florida.
Restoran tempat bekerja Maggie menyediakan berbagai macam makanan khas
New York dan restoran tersebut cukup sibuk saat jam makan siang. Maggie juga
mendapatkan uang tips yang cukup untuk menabung.
3. Mobilitas Geografis keluarga
Frankie dan Maggie cukup sering keluar kota untuk kepentingan
pertandingan tinju, selain itu Frankie dan Maggie hanya disibukkan dengan
latihan di sasana milik Frankie. Maggie menyempatkan satu kali pergi ke
kampung asalnya untuk menemui ibu dan keluarganya.
4. Asosiasi dan transaksi keluarga dengan komunitas
Ketika Maggie mendapatkan insiden atas kecurangan lawannya di
pertandingan terakhir, Maggie langsung dilarikan ke Rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan mengenai kondisi patahnya leher dari Maggie. Maggie
menderita kelumpuhan akibat insiden tersebut sehingga Frankie mencari di
berbagai Rumah Sakit yang mampu mengobati Maggie.
5. Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga
Di dalam film, kehidupan keluarga Maggie kurang harmonis satu sama
lain, dimana keluarga tidak pernah peduli dan mendukung pekerjaan yang di
lakukan oleh Maggie. Meskipun semua hasil pekerjaan yang dilakukan oleh
Maggie diberikan kepada sang ibu dengan bentuk rumah, ibu Maggie tetap tidak
menghargai apapun yang telah dilakukan anaknya, dan hanya mementingkan
urusan pribadinya sendiri. Maggie beranggapan tidak ada keluarganya yang
mengerti dirinya selain Frankie dan Eddie. Eddie adalah seorang mantan petinju
yang bekerja sebagai asisten Frankie di sasana, Eddie adalah orang yang pertama
percaya dan sadar bahwa Maggie mempunyai bakat dan kemampuan sebagai
seorang petinju. Dan Maggie berfikir hanya Frankie yang ia miliki sekarang,
sebagai pendukung dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya yang berkeinginan
sebagai seorang petinju yang sukses.

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi
Pola komunikasi yang terdapat dalam keluarga Maggie kurang baik dan
lebih sering menggunakan emosi dalam setiap pembicaraannya, salah satu contoh
ketika ibu Maggie menolak sebuah rumah yang telah Maggie berikan kepadanya
dan lebih mementingkan untuk mendapatkan santunan dan bantuan obat-obatan.
Sedangkan kakak dari Maggie juga tidak menghargai apa yang telah Maggie
berikan pada keluarganya dan sangat mendukung keputusan dari ibu Maggie yang
mengatakan jika rumah tersebut hanya membuat dia kehilangan santunan
kebutuhan hidupnya dan lebih menginginkan uang daripada rumah tersebut.
2. Struktur kekuasaan
Di dalam film ini Frankie adalah seorang pengambil keputusan dari semua
kegiatan yang akan Maggie lakukan entah itu dari jadwal pertandingan yang akan
dilakukan dan penentuan kelas tinju Maggie yang semuanya diputuskan oleh
Frankie. Namun, ketika Maggie sakit, Maggie menjadi pengambil keputusan
disaat keluarganya datang bukan dengan niatan menjenguknya melainkan mereka
datang bersama pengacara untuk meminta persetujuan dari Maggie tentang
pemindahan aset Maggie pada mereka. Maggie meminta mereka untuk pergi,
mengancam untuk menjual rumah dan akan memberitahu tentang penipuan
kesejahteraan ibunya jika mereka masih menunjukkan wajah mereka lagi.
3. Struktur Peran
Maggie adalah seorang anak yang berperan baik sebagai anak dengan
memperhatikan kebutuhan dan kondisi keluarganya, maggie bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya seperti membelikan rumah untuk ibu dan
keluarganya serta akan memberikan uang yang dibutuhkan keluarganya. Namun
ibu Maggie tidak berperan sebagai ibu yang baik bagi meggie dimana sang ibu
lebih memilih aset kekayaan yang dimiliki maggie dari pada kesehatan dari
maggie sendiri. Sang kakak dari maggie sendiri juga tidak menjalankan peran
sebagai kakak yang baik dimana lebih mendukung ibunya untuk memiliki aset
dari maggie dan tidak memperdulikan kesehatan dan kondisi dari maggie. Frankie
berperan sangat baik dalam mendukung karir dari Maggie sebagai seorang
petinju.
4. Nilai-nilai keluarga

Keluarga Maggie berasal dari etnis orang berkulit putih Amerika.


Kehidupan keluarga Maggie bisa dibilang kurang produktif dikarenakan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari ibu Maggie hanya mengandalkan santunan dari
pemerintah. Keluarga Maggie hanya berorientasi terhadap uang dan kekayaan bisa
dilihat dari bagaimana upaya keluarga Maggie untuk mengambil alih aset-aset
yang telah dikumpulkan Maggie semasa dia menjadi petinju.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Dalam film ini keluarga Maggie tidak mengerti kebutuhan satu sama lain
seperti sang ibu tidak pernah menemui Maggie saat tinggal sendiri dan tidak
pernah menanyakan kabar dari Maggie. Ketika Maggie membelikan rumah, ibu
Maggie lebih memilih meminta uang. Pada saat sakit pun keluarga Maggie tidak
langsung menemui Maggie untuk mengetahui keadaannya, melainkan mereka
memilih untuk pergi liburan terlebih dahulu.

2. Fungsi Sosialisasi
Di dalam film tersebut keluarga Maggie terutama orang tuanya dalam
membesarkan kedua anaknya lebih memperhatikan kakak dari maggie, maggie
sendiri ketika berumur 13 tahun sudah bekerja sendiri sebagai pelayan restoran
sampai umur 31 tahun. Hingga meggie sukses menjadi petinju ibu dari maggie
tidak menganggap dan menghargai keberhasilan dari maggie. Dibuktikan dengan
tidak adanya apresiasi ketika meggie melakukan pertandingan tinju.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan


Di dalam film Million Dollar baby, keluarga maggie sangat baik dalam
masalah perawatan kesehatan dimana dibuktikan dengan ketika meggie
mengalami trauma akibat pukulan dari sang lawan ketika pertandingan tinju
terakhir, maggie dibawa dan dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan proses
penyembuhan dari masalah yang dihadapi oleh meggie, Frankie menghubungi
beberapa rumah sakit yang ada di kota new york untuk membatu menyembuhkan
penyakit dari meggie.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek dan Panjang
Stresor jangka pendek yang dapat terlihat dalam keluarga yaitu terkait
dengan faktor ekonomi yang terbilang rendah. Berhubungan dengan hal tersebut
keluarga menggantungkan kebutuhannya terhadap bantuan pemerintah, namun
berbeda dengan Nn. M yang memilih untuk mencari kesuksesan untuk merubah
status ekonominya tersebut. Sedangkan stresor jangka panjang yang yang dialami
keluarga yaitu kondisi kesehatan Nn. M yang mengalami penurunan. Hal ini
terlihat tidak begitu berdampak pada koping keluarga karena kurangnya rasa
empati dan simpati anggota keluarga, namun bagi Nn. M hal ini merupakan hal
yang tidak dapat ia terima karena ia tidak mampu lagi melakukan aktivitasnya.
Koping yang dimiliki Nn. M dalam mengatasi stresornya pun terbilang
maladaptif, karena ia memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak dapat
menerima kondisinya saat sakit.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Kondisi penurunan kesehatan yang dialami Nn. M terlihat tidak begitu
berdampak pada koping keluarga karena kurangnya rasa empati dan simpati
anggota keluarga, namun bagi Nn. M hal ini merupakan hal yang tidak dapat ia
terima karena ia tidak mampu lagi melakukan aktivitasnya.
3. Strategi Koping yang Digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga yaitu maladaptif karena keluarga
cenderung tidak merawat Nn. M dan memberinya semangat untuk dapat
meneruskan kehidupannya meskipun kondisinya tidak sesehat seperti sebelumnya.
Keluaraga cenderung tidak memberikan dukungan terhadap Nn. M, sehingga Nn.
M tidak memiliki sistem yang cukup kuat untuk beradaptasi terhadap stresor.
Ketika Nn. M mengetahui bahwa kondisinya akan semakin parah dengan tindakan
amputasi, ia putus asa dan mencoba untuk bunuh diri.
G. IDENTIFIKASI MASALAH KELUARGA

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JURNAL


DATA MALADAPTIF
KEPERAWATAN KEPERAWATAN / TERAPI KELUARGA RUJUKAN
1. Maggie mencoba untuk Disfungsi proses Setelah dilakukan perawatan Mediasi konflik:
membahagiakan orangtuanya keluarga b.d selama 3 x 24 jam, diharapkan 1. Berikan kesempatan pada setiap
dengan membelikan rumah strategi koping keluarga mampu mengelola pihak untuk menyatakan
stress yang membebani
dari hasil keringatnya namun tidak efektif dan permasalahannya
kemampuan keluarga,
Ibu dan kakaknya tidak suka kurangnya beradaptasi secara positif dan2. Fasilitasi pencarian jalan keluar
dengan kehadirannya dan ketrampilan berfungsi setelah mengalami yang dapat diterima oleh kedua
meremehkannya. Ibunya pemecahan masalah kesulitan yang signifikan belah pihak
kecewa mengapa tidak menyesuaikan antara perilaku Peningkatan Koping:
membicarakannya terlebih peran diri dengan peran yang 1. Dukung sikap pasien terkait
dahulu. diharapkan, dan meningkatkan dengan harapan yang realistis
hubungan yang efektif dengan
2. Dukungan orangtua tidak sebagai upaya untuk mengatasi
kriteria hasil:
ada, perkataannya malah masalah ketidakberdayaan
membuat Maggie merasa Koping Keluarga (2006) 2. Dukung kesabaran dalam
berkecil hati, Ibunya tak acuh 1. Menunjukkan fleksibilitas mengembangan hubungan
dengan pekerjaan yang peran anggota keluarga Peningkatan integritas keluarga:
dijalani Maggie dan 2. Mengelola masalah keluarga 1. Identifikasi tipe mekanisme
menyuruhnya untuk mencari secara konsisten dilakukan koping dan prioritas konflik yang
3. Menunjukkan
pasangan karena ia malu bila ada diantara keluarga
pengungkapan kebutuhan
tetangga menertawakan untuk mendapat bantuan 2. Beritahu keluarga mengenai
pekerjaannya keluarga keterampilan koping tambahan
3. Terdapat perubahan dalam 4. Menunjukkan keterlibatan yang efektif untuk mereka
resolusi konflik dan anggota keluarga dalam gunakan
partisipasi dalam pengambilan keputusan 3. Fasilitasi suasana kebersamaan
penyelesaian masalah, seperti diantara anggota keluarga
Ketahanan Keluarga (2608)
pada saat keluarga 1. Konsisten dalam 4. Kolaborasikan dengan keluarga
mencari-cari kesalahan mengusulkan solusi konstruktif dalam pemecahan masalah dan
Maggie karena merasa tidak praktis terkait dengan pengambilan keputusan
suka dengannya dan tidak ada perselisihan 5. Dukung keluarga untuk
pemecahan konflik dan 2. Mengekspresikan keyakinan meningkatan hubungan yang
masalah di dalamnya. dalam mengatasi kesulitan positif
3. Menunjukkan penggunaan
Peningkatan ketahanan:
strategi resolusi konflik
1. Dukung keluarga untuk
Penampilan Peran (1501) menghargai hasil yang berhasil
1. Melakukan peran sesuai dicapai
harapan Peningkatan peran:
2. Menyatakan kenyamanan 1. fasilitasi diskusi mengenai
dalam peran yang diharapkan harapan diantara pasien dan orang
yang penting bagi pasien dalam hal
peran yang saling bergantung satu
sama lain
2. Ajarkan perilaku baru yang
diperlukan oleh pasien/ortu untuk
dapat memenuhi perannya
1. Maggie merasa tidak kuat Ketidakmampuan Setelah dilakukan perawatan Dukungan pengasuhan:
lagi terbaring lemah di koping keluarga selama 3 x 24 jam, diharapkan caregiver support
rumah sakit dan keluarga b.d hubungan keluarga mampu menyediakan 1. Mengkaji tingkat penerimaan
asuhan kesehatan bersifat
sama sekali tidak peduli keluarga ambivalen caregiver terkait dengan perannya
personal dan sesuai dan
2. Sudah cukup impian yang d.d gangguan adaptasi terkait fungsi diri 2. Mendukung caregiver agar
dia raih selama hidup kemampuan untuk akibat disabilitas fisik teratasi terlibat dalam kelompok
3. Ia tidak ingin membiarkan menyusun dengan kriteria hasil: pendukung
keluarganya mengambil kehidupan yang Kinerja Caregiver: 3. Mengajarkan caregiver
alih hartanya setelah tahu berarti, pengabaian Perawatan langsung (2205) mengenai pemberian terapi pada
apa yang sudah dilakukan hubungan dengan 1. Bantuan kepada klien klien
mengenai kebutuhan aktivitas
terhadapnya anggota keluarga 4. Memberikan dorongan pada
sehari-hari adekuat
4. Ia ingin Frankie untuk 2. Pemberian dukungan emosi caregiver selama masa dimana
mengakhiri hidupnya pada klien adekuat pasien menunjukkan kemunduran
3. Perhatian positif yang tulus Pengaturan tujuan saling
pada klien adekuat menguntungkan
Adaptasi terhadap disabilitas 1. Mendukung identifikasi
fisik mengenai nilai hidup yang spesifik
1. Konsisten menyampaikan
2. Membantu pasien dan SO untuk
secara lisan penyesuaian
terhadap disabilitas mengembangkan harapan yang
2. Konsisten mengidentifikasi realistik dari diri mereka dalam
cara-cara untuk meningkatkan menampilkan peran
rasa kendali diri 3. Mendukung pasien untuk
3. Konsisten melaporkan identifikas kekuatan dan
penurunan citra diri negatif
kemampuan diri
4. Kenali nilai dan sistem
kepercayaan pasien dalam
membangun tujuan
H. TERAPI KELUARGA
Judul film Million dollar baby
Masalah keluarga Dalam film ini Keluarga kurang mendukung usaha
Maggie untuk memenuhi kebutuhan dan
membahagiakan keluarganya
Terapi keluarga Terapi keluarga sering dimulai dengan focus pada satu
anggota keluarga yang mempunyai masalah.Tujuan
umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi
karena keluarga yang bermasalah seringkali percaya
pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi.
Salah satu upaya mengatasi persoalan antar anggota
keluarga adalah dengan menggunakan strategic family
therapy. Intervensi ini langsung menangani masalah-
masalah yang ada di dalam keluarga, yaitu focus focus
pada pola komunikasi keluarga yang digunakan saat ini
dan treatment goals berasal dari masalah atau gejala
yang ditampakan
Indikasi terapi Untuk keluarga dengan pasien yang mengalami depresi

Kontraindikasi Tidak ada


Persiapan terapi Terapis menghadirkan seluruh anggota keluarga,
keluarga perawat akan berperan aktif dalam merencanakan
strategi dan mengarahkan jalannya terapi, terlibat
langsung dalam mencapai tujuannya untuk mengurangi
dan menghilangkan permasalahan- permasalahan yang
ada dalam keluarga atau perilaku yang Nampak. Untuk
pelaksanaan waktunya sekitar 60 – 90 menit dan perawat
memberikan self raport yang digunakan untuk evaluasi
setelah dilakukan terapi.

Prosedur terapi 1. Pra interaksi


keluarga Lakukan pengkajian data, mencatat kesehatan
dan perawatan klien, identifikasi identitas dan
masalah klien. Lakukan pendekatan pada
anggota keluarga klien agar mudah saat
melakukan pengkajian
2. Orientasi
Melakukan salam dan senyum kepada klien dan
anggota keluarga klien. Memperkenalkan nama
perawat kepada klien dan anggota keluarga klien.
Melakukan identifikasi identitas klien dan
anggota keluarga klien. Menjelaskan maksud dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan perawat
kepada klien dan anggota keluarga klien.
Kontrak waktu, tempat, dan kesediaan klien
menerima tindakan dari perawat yang bertujuan
membina hubungan saling percaya
3. Kerja
a. Pertama adalah social stage, dengan
menghadirkan seluruh anggota keluarga
dimana setiap keluarga diminta untuk
memberikan pendapat tentang yang dihadapi
b. Kedua, the problem stage, menjelaskan
kepada keluarga alasan mengapa mereka
perlu hadir
c. Ketiga, tahap the interaction stage, yaitu
meminta komentar dari setiap anggota
keluarga yang hadir dan membicarakan
masalahnya bersama- sama
d. Keempat, defining desired changes,
dilakukan setelah semua anggota keluarga
mengetahui permasalahan yang terjadi
Kemudian terapis menanyakan perubahan
seperti apa yang diharapkan
e. Kelima, ending the interview yaitu langkah
yang diambil setelah dicapai kesepakatan
bersama mengenai definisi masalah.
f. Keenam, tahapdirective, dengan tujuan
menciptakan perilaku yang berbeda sehingga
memperoleh pengalaman subjektif yang
berbeda.
4. Terminasi
Melakukan evaluasi subjektif dan melakukan
evaluasi objektif kepada semua anggota keluarga
kemudian perawat meminta klien keluarga untuk
mengungkapkan perasaan setelah dilakukan
terapi.

Evaluasi terapi Perawat melihat self raport masing- masing anggota


keluarga keluarga untuk mengetahui bagaimana hasil dari terapi
keluarga ini.
I. CRITICAL APPRAISAL

Penulis Jurnal Dini Fidyanti Devi


judul Jurnal Overcoming Communication Problem in the Family
with Strategic Family Therapy
Nama Jurnal, Edisi dan Jurnal Intervensi Psikologi. 2016.
Tahun
Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh strategic family therapy
dalam upaya meningkatkan komunikasi yang adaptif
anatara anak dan ibu.
Metode Penelitian Dalam riset ini, digunakan pendekatan kualitatif
dengan metode riset aksi (action research) yaitu
mengikuti pola yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, rencana
ulang, melaksanakan tindakan lanjutan.
Hasil dan Pembahasan setelah proses intervensi berakhir, maka diperoleh
hasil bahwa hubungan komunikasi antar anggota
keluarga satu dengan yang lainnya menjadi lebih
terbuka terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga. Selain itu, masing-masing anggota
keluarga mampu membentuk perilaku baru yang
telah disepakati walaupun dari beberapa tugas rumah
ada beberapa yang belum dilakukan.
Implikasi Keperawatan Dengan strategic family therapy dalam pelayanan
kesehatan dan keperawatan diharapkan dapat
membantu keluarga dalam meningkatkan
komunikasi dan hubungan antar anggotanya menjadi
baik.
Penulis Jurnal Karen R. Whalley Hammel
Judul Jurnal Occupational Therapy in the Management of High
Level Quadriplegia
Nama Jurnal, Edisi dam The British Journal of Occupational Therapy, 1991
Tahun
Tujuan Penelitian Terapi okupasi memiliki dampak besar pada kualitas
hidup pasien yang mengalami SCI C1-C2. Sehingga
memaksimalkan peluang yang tersedia dan
memastikan pasien quadriplegia tingkat tinggi bukan
hanya pada kuantitas hidupnya tapi juga memiliki
kualitas hidup yang lebih besar.
Metode Penelitian Didalam jurnal disebutkan dengan semakin
meningkatnya angka kejadian SCI dan kemajuan
teknologi membuat peneliti menciptakan suatu terapi
yang mampu meningkatkan kualitas hidup pasien,
seperti mobilisasi dan teknologi yang dirancang
untuk memudahkan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Hasil dan Pembahasan Terapi okupasi mampu memberikan pelatihan yang
cermat kepada pasien, salah satunya:
1. Mobilisasi
2. Peralatan dan pelatihan fungsional
3. Mouthstick
4. Typing
5. Aktivitas santai
6. Kursi roda listrik
7. Control pilihan
8. System control lingkungan
9. Telepon
Implikasi Keperawatan Dengan adanya terapi ini dapat memudahkan
perawat dalam merawat pasien SCI dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
MENGATASI MASALAH KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
MELALUI STRATEGIC FAMILY THERAPY

OVERCOMING COMMUNICATION PROBLEM IN THE FAMILY


WITH STRATEGIC FAMILY THERAPY

Dini Fidyanti Devi


Program Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail: dini.fidy@gmail.com

ABSTRACT

Participants of this study were a mother and her daughter, which had a communication problem. The
purpose of this study was to determine the effect of strategic family therapy in an effort to increase the
adaptive communication between the daughter and her mother. The interventions hadfour sessions with a
given task to be performed by each member of the family. After the intervention ended, it showed that the
communication between family members became more open, aware of others needs. Each member of the
family could shape a new behavior that has been agreed despite of some tasks that have not been done.

Key words: : strategic family therapy, communication, family

ABSTRAK

Subjek dalam kasus keluarga ini adalah seorang ibu dan anak kedua yang mengalami persoalan komunikasi
keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategic family therapy dalam upaya
meningkatkan komunikasi yang adaptif antara anak dan ibu. Intervensi dilakukan sebanyak empat sesi
dimana diberikan tugas yang telah dirancang dan disepakati untuk dilakukan oleh masing-masing anggota
keluarga. Setelah proses intervensi berakhir, maka didapatkan hasil bahwa hubungan komunikasi antar
anggota keluarga satu dengan yang lainnya menjadi lebih terbuka terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga. Selain itu, masing-masing anggota keluarga mampu membentuk perilaku baru yang telah
disepakati walaupun dari beberapa tugas rumah ada beberapa tugas yang belum dilakukan.

Kata Kunci : Strategic Family Therapy, Komunikasi, Keluarga

Keluarga inti secara tradisional di- menjaga struktur mereka, sistem keluarga
pandang sebagai sekelompok orang yang memiliki aturan, prinsip-prinsip yang
dihubungkan oleh ikatan darah dan ikat- memungkinkan mereka untuk melakukan
an hukum. Fungsi keluarga adalah seba- tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa
gai tempat saling bertukar antara anggota peraturan yang dinegosiasikan secara
keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik terbuka dan terang-terangan, sedangkan
dan emosional setiap individu. Untuk yang lain terucap dan rahasia. Keluarga

234 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

sehat memiliki aturan yang konsisten, tetapi membantu anggota keluarga


jelas, dan ditegakkan dari waktu ke apakah harapan terhadap anggota yang
waktu tetapi dapat disesuaikan dengan lain masuk akal.
perubahan perkembangan kebutuhan ke- Pendekatan lain adalah terapi
luarga. Setiap anggota keluarga memiliki keluarga terstruktur. Terapis berusaha
peranan yang jelas terkait dengan posisi menemukan persoalan utama dari masa-
sosial mereka. lah subjek dalam konteks keluarga,
Terapi keluarga sering dimulai bukan sebagai masalah individual (Kerr &
dengan fokus pada satu anggota keluarga Christine, 2008). Tujuannya adalah untuk
yang mempunyai masalah. Khususnya, mengurangi sikap menyalahkan yang
subjek yang diidentifikasi adalah remaja mengarah pada satu orang. Contohnya,
laki-laki yang sulit diatur oleh orang tua- terapis menyampaikan bahwa perilaku
nya atau gadis remaja yang mempunyai menentang dan agresif dari remaja mung-
masalah makan. Sesegera mungkin, tera- kin adalah tanda dari ketidakamanan
pis akan berusaha untuk mengidentifikasi remaja atau alasan untuk mendapatkan
masalah keluarga atau komunikasi ke- perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada
luarga yang salah, untuk mendorong banyak keluarga yang mengalami stress,
semua anggota keluarga mengintrospeksi pesan emosional begitu tersembunyi
diri menyangkut masalah yang muncul. sehingga anggota keluarga lebih sering
Tujuan umum terapi keluarga adalah berbicara tanpa berbuat.
meningkatkan komunikasi karena keluar- Fokus penelitian ini adalah keluar-
ga yang bermasalah seringkali percaya ga yang terdiri atas tiga anggota keluarga,
pada pemahaman tentang arti penting yaitu Ibu dan dua anak perempuan.
dari komunikasi (Goldenberg, 2008). Masalah yang terjadi dalam keluarga ini
Keluarga sementara itu, mengajar- berkaitan dengan komunikasi dalam
kan penyelesaian tanpa paksaan, meng- keluarga yang kurang baik antara anak
ajarkan orang tua untuk menetapkan kedua dengan Ibu. Masalah tersebut
kedisiplinan pada anak-anak mereka, berkaitan dengan kebutuhan ekonomi
mendorong tiap anggota keluarga untuk atau keuangan dalam keluarga. Anak
berkomunikasi secara jelas satu sama menyampaikan bahwa hubungannya
lain, mendidik anggota keluarga dalam dengan ibu memang kurang dekat dan
prinsip perubahan perilaku, tidak mene- sudah berlangsung sejak masih kecil. Ia
kankan kesalahan pada satu anggota akan cenderung lebih dekat dengan sosok

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 235


Dini Fidyanti Devi

ayah, yang selalu menjadi perantara dagangannya dari pagi hingga sore hari.
komunikasi antara anak kedua dengan Ia sudah enam kali melamar pekerjaan
ibu. Hubungan ini menjadi semakin yang baru, namun belum mendapatkan
buruk setelah ayah meninggal. panggilan kerja. Ia merasa sendiri meng-
Semenjak saat itu ibu menjadi hadapi masalah yang dihadapinya dan
sering marah-marah hanya karena memilih untuk keluar dari rumah dan
masalah kecil, murung dan berbicara berkumpul dengan teman-temannya. Se-
dengan tetangga tanpa mengenal waktu, lain itu ketika berada di rumah, ia lebih
serta sering mengatakan kalau ayah banyak menghabiskan waktu didalam
subjek sudah pensiun dan meninggal kamar untuk menunjukkan pada ibu jika
secara mendadak. Kebiasaan makan dirinya tertekan.
bersama dan berkumpul dengan keluarga Ketidaknyamanan dalam keluarga
sudah tidak pernah lagi. Anak kedua tersebut tidak hanya dirasakan oleh anak
pernah mencoba menyampaikan keluh- kedua tetapi juga dirasakan oleh ibu. Ia
annya kepada ibu yang tidak perhatian mengeluhkan bahwa anak kedua tidak
dengannya, namun ibu tidak terlalu memahami kondisi keuangan keluarga
memperdulikan ketika berbicara. Hal ini yang sudah berubah. Ibu berperan seba-
membuat hubungan antara ibu dan anak gai pencari nafkah sekaligus mengurus
menjadi kurang komunikasi dan menjadi kedua anaknya setelah suaminya mening-
sering selisih paham. gal. Ia mengeluhkan bahwa selama ini
Perilaku antara ibu dan anak ini anaknya tidak memiliki inisiatif untuk
cenderung buruk dimana anak kedua membantunya dalam menambah pen-
kadang mencoba memulai pembicaraan dapatan keluarga. Ibu kesal melihat anak-
terlebih dulu, namun kurang mendapat- nya yang lebih memilih berkumpul deng-
kan perhatian dari ibunya. Bahkan, ia an teman-temannya dan menghabiskan
dipandang sebagai anak yang bodoh waktu dengan mengirimkan barang da-
karena tidak kunjung mendapatkan pe- gangan seharian tanpa memperdulikan
kerjaan setelah mengundurkan diri dua kondisi ibu yang membutuhkan bantuan
tahun dari pekerjaannya. Hal ini mem- dan dukungan keluarga. Ia menghindar
buat anak kedua sakit hati. Ia merasa berkomunikasi dan terkadang lebih me-
putus asa mengajak ibu berkomunikasi. milih berkumpul dengan ibu-ibu tetangga
Sebagai pelampiasan, ia sering pergi untuk mengusir kesepiannya. Ia ber-
keluar rumah untuk mengantar barang harap, anak kedua sadar akan kewa-

236 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

jibannya dan mau lebih berusaha dengan coba mengajak bicara ibunya terlebih
mencoba mencari pekerjaan yang pasti dahulu atau menonton acara televisi
agar dapat memiliki penghasilan tetap kesukaan bersama-sama.
setiap bulannya dan lebih banyak meng- Permasalahan yang terjadi pada
habiskan waktu bersama dirinya di subjek karena perubahan tahapan kehi-
rumah. dupan atau family life cycle. Saat ayah
Anak pertama juga merasa tidak meninggal, anak kedua memutuskan ber-
betah berada di dalam rumah karena henti bekerja dan masih belum mem-
sering menyaksikan anak kedua dan ibu punyai pekerjaan tetap lagi hingga se-
bertengkar dan tidak bertegur sapa. Anak karang. Ia menggantungkan perekonomi-
pertama merasa kondisi keluarganya an keluarga dengan berjualan melalui
sudah berubah, adik dan ibunya sibuk online shop. Selain itu mantan calon
dengan urusan masing-masing, dimana suami subjek juga membatalkan per-
anak kedua lebih senang menghabiskan nikahan secara tiba-tiba. Sedangkan ibu
waktunya diluar rumah dan kamar tidur, masih belum bisa memahami kondisi
sedangkan ibunya juga lebih sering anak kedua yang sudah berusaha
menghabiskan waktunya dengan berkum- mencari pekerjaan disela-sela berjualan
pul dengan tetangga. Anak kedua dan melalui online shop. Hal ini membuat
ibunya tidak pernah lagi makan bersama saat berkumpul keluarga bersama seperti
saat berkumpul di sore hari, walaupun makan, sering terjadi perdebatan. Anak
sekedar menonton televisi bersama. Anak kedua merasa ibunya tidak bisa mengerti
pertama mengatakan jika dia lebih per- kondisi dirinya. Untuk menghindari per-
hatian dengan ibunya, seharusnya adik debatan yang sering terjadi antara dirinya
perempuannya bisa mengerti kondisi ibu dan ibu, anak kedua memilih lebih sering
seperti dirinya. Ia mengutarakan bahwa menghabiskan waktu di kamar dan
hubungannya dengan ibunya biasa saja, menghindar berbicara secara langsung
namun melihat hubungan antara adik jika berpapasan dengan ibunya.
dan ibunya yang kurang harmonis, Anak pertama menganggap waktu
membuatnya merasa bosan jika berada berkumpul keluarga sudah tidak ada lagi.
dirumah. Anak pertama menyatakan ibu Selain itu, ibu juga sering mengadukan
terkadang juga kurang memperhatikan masalah adik, sehingga ia sering menegur
dirinya, namun hal ini tidak terlalu tanpa mendengarkan penjelasan dari adik
mengganggunya. Ia selalu berusaha men- perempuannya dulu. Akibat dari per-

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 237


Dini Fidyanti Devi

ubahan tahapan kehidupan ini, keluarga laku yang bermasalah merupakan usaha
mengalami krisis situasional yang meru- individu untuk mencapai kekuasaan dan
sak inti dari perkembangan keluarga atau rasa aman.
disfungsi keluarga. Berdasarkan hasil asesmen diketa-
Permasalahan yang terjadi tidak hui bahwa permasalahan dalam keluarga
kunjung ada solusi sehingga menjadi ini karena tahap kehidupan keluarga
masalah antar anggota keluarga yang family life cycle dan function of the
mengakibatkan pola komunikasi antar symptom sehingga komunikasi antar
anggota keluarga tidak sehat. Anak kedua anggota keluarga tidak terjalin dengan
dan ibu sering terlibat pertengkaran. baik. Keadaan ini telah berlangsung tiga
Permasalahan dalam keluarga merupakan tahun dan membuat anggota keluarga
gejala interpersonal atau function of sym- merasa tidak nyaman dengan suasana
ptom yang dinyatakan dengan tingkah dirumah.
laku atau perlakuan yang terjadi dalam Salah satu upaya mengatasi per-
keluarga. Anak kedua merasa putus asa soalan antar anggota keluarga adalah
untuk mengajak ibu berkomunikasi. Ia dengan menggunakan strategic family
lebih sering menghabiskan waktu di therapy. Intervensi ini langsung mena-
kamar dan berkeliling mengantar pesan- ngani masalah-masalah yang ada di
an barang dari pagi sampai sore. Ketika dalam keluarga, yaitu fokus pada pola
sudah dirumah, ia juga menghindari komunikasi keluarga yang digunakan saat
berbicara dengan ibu. Bagi anak kedua, ini dan treatment goals berasal dari masa-
anak pertama juga kurang bisa diajak lah atau gejala yang ditampakkan (Winek,
komunikasi dengan baik, karena anak 2012). Dalam upaya memperbaiki pola
pertama dipandang lebih memihak pada hubungan/interaksi dalam keluarga ini
ibu, sehingga anak kedua merasa ke- perlu diberikan strategic family therapy
hilangan kehangatan dalam keluarga untuk membantu keluarga dalam menye-
semenjak ayahnya meninggal. lesaikan berbagai masalah dan mengatasi
Menurut Haley dan Madanes masalah interpersonal yang berhubungan
(Winek, 2012), keluarga bermasalah dengan keluarga sehingga terapi ini
sebagai akibat dinamika dan struktur ke- dirancang untuk memecahkan permasa-
luarga yang mengalami disfungsi. Peri- lahan keluarga (Carr, 2006).

238 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

Kematian ayah
memperkeruh
hubungan anak
Waktu kedua dan ibu
kebersamaan Anak kedua
keluarga menjadi sering berselisih
berkurang paham dengan
ibu

Ibu dan anak Terjadi


pertama menjadi pertengkaran
jarang (biasanya anak
berkomunikasi pertama berpihak
dengan anak kedua kepada ibunya)

Ibu sering marah-


Anak kedua merasa
marah karena anak tersudutkan
kedua tidak mengerti sehingga sering
kondisi keuangan menghabiskan
keluarga setelah waktu diluar rumah
ayahnya meninggal

Gambar 1. Dinamika Permasalahan Subjek

METODE PENELITIAN sanaan tindakan, observasi, refleksi,


rencana ulang, melaksanakan tindakan
Desain Penelitin lanjutan.
Dalam riset ini, digunakan pen-
dekatan kualitatif dengan metode riset Subjek penelitian
aksi (action research). Sebagaimana di- Subjek dalam kasus keluarga ini
ungkapkan oleh McKniff dan Whitehead adalah seorang ibu dan anak kedua yang
(2002), dalam riset aksi mengikuti pola mengalami persoalan komunikasi keluar-
yang dimulai dari perencanaan, pelak- ga.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 239


Dini Fidyanti Devi

Metode Pengumpulan Data yang disfungsional. Perilaku yang ber-


Prosedur asesmen psikologi untuk masalah merupakan usaha individu un-
mengumpulkan data subjek dilakukan tuk mencapai kekuasaaan dan rasa aman.
dengan metode observasi dan wawan- Pada terapi ini, terapis akan ber-
cara. Observasi dilakukan pada saat peran aktif dalam merencanakan startegi
wawancara, kegiatan sehari-hari subjek dan mengarahkan jalannya terapi, terlibat
dan pada saat tes berlangsung, dengan langsung dalam mencapai tujuannya
mengamati perilaku yang nampak untuk untuk mengurangi dan menghilangkan
mengetahui perilaku subjek terkait permasalahan-permasalahan yang ada
permasalahan yang dihadapi, berkaitan dalam keluarga atau perilaku yang
dengan aktivitas-aktivitas yang berlang- nampak (Goldenberg, 2008).
sung, orang-orang yang terlibat dalam Prosedur intervensi terdiri atas be-
aktivitas dan makna kejadian dilihat dari berapa tahap. Pertama adalah social
perpektif mereka terlibat dalam kejadian stage, dengan menghadirkan seluruh
yang diamati tersebut. Wawancara dila- anggota keluarga dimana setiap keluarga
kukan kepada ibu subjek, kakak perem- diminta untuk memberikan pendapat
puan subjek dan adik laki-laki subjek yang dihadapi. Kedua, the problem stage,
yang bertujuan untuk mengumpulkan menjelaskan kepada keluarga alasan
data-data terkait dengan masalah yang mengapa mereka perlu hadir. Ketiga,
dialami subjek. tahap the interaction stage, yaitu memin-
ta komentar dari setiap anggota keluarga
Prosedur Intervensi yang hadir dan membicarakan masalah
Strategic family therapy berdasar- nya bersama-sama. Keempat, defining
kan konsep cybernatics yaitu studi yang desired changes, dilakukan setelah
mempelajari bagaimana sistem pemroses- semua anggota keluarga mengetahui
an informasi dikarenakannya ada umpan permasalahan yang terjadi. Kemudian
balik (feedback). Studi ini berasumsi jika terapis menanyakan perubahan seperti
terjadi perilaku psikotik pada salah satu apa yang diharapkan. Kelima, ending the
anggota keluarga akan masuk akal ketika interview yaitu langkah yang diambil
keluarga memiliki komunikasi yang pa- setelah dicapai kesepakatan bersama
tologis pula. Menurut Haley dan Mada- mengenai definisi masalah. Keenam,
nes (Olson, 2007), keluarga bermasalah tahapdirective, dengan tujuan mencipta-
akibat dinamika dan struktur keluarga kan perilaku yang berbeda sehingga

240 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

memperoleh pengalaman subjektif yang dapatnya. Ibu menyatakan anak kedua


berbeda. tidak memahami kondisi keuangan
Pelaksanaan intervensi terdiri atas keluarga yang sudah berubah. Ibu
empat sesi pertemuan dengan durasi 60 - mengatakan seharusnya anak kedua
90 menit pada setiap sesi. Sesi satu memiliki inisiatif untuk membantunya
meliputi social stage. Setelah dilakukan menambah keuangan dalam keluarga
asesmen terpisah pada masing-masing dengan mencari pekerjaan tetap, tidak
subjek, terapis mengumpulkan semua hanya menggantungkan penghasilannya
anggota keluarga untuk hadir. Terapis dari berjualan online shop saja. Ibu juga
membangun raport pada anggota keluar- mengeluhkan melihat anak kedua yang
ga agar merasa nyaman mengikuti terapi, lebih memilih berkumpul dengan teman-
selanjutnya problem stage, terapis mem- temannya dan menghabiskan waktu
perkenalkan diri dan perannya sebagai dengan mengirimkan barang dagangan
seorang terapis lalu terapis menjelaskan seharian tanpa memperdulikan kondisi
tujuan dari terapi keluarga yang akan dirinya yang membutuhkan bantuan dan
dilaksanakan bersama, selanjutnya tera- dukungan keluarga.
pis meminta diri masing-masing subjek Anak kedua berharap jika ibunya
untuk menyampaikan pendapat menge- memperhatikannya dan bisa mengerti
nai permasalahan yang dihadapi. Masing- dengan usahanya berjualan online untuk
masing anggota menyampaikan penda- menambah perekonomian sambil men-
patnya mengenai permasalahan yang cari pekerjaan tetap. Anak kedua merasa
terjadi. Masing-masing anggota keluarga tertekan dirumah karena tidak ada teman
merasakan adanya perubahan anggota yang bisa diajak berkomunikasi, anak
keluarga yang sibuk dengan urusan kedua juga merasa kehangatan keluarga
masing-masing, tidak ada kehangatan dan waktu berkumpul keluarga sudah
dalam keluarga. tidak ada lagi. Saat mengungkapkan pen-
Pada sesi interaction stage, terapis dapatnya, anak kedua terlihat menunduk
memberikan kesempatan pada anggota ke bawah. Anak pertama menyimak
keluarga untuk membicarakan perma- pernyataan dari adik dan ibunya dengan
salahan yang terjadi dalam keluarga itu. baik. Anak pertama akhirnya memahami
Saat diskusi terjadi, ibu lebih men- alasan mengapa adik dan ibunya mencari
dominasi pembicaraan dan beberapa kali kesibukan sendiri setelah mendengar
dengan nada tinggi menyampaikan pen- penjelasan dari adik dan ibunya. Hal ini

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 241


Dini Fidyanti Devi

membuat anak pertama sedih karena adik kan diri dari pekerjaannya tidak kunjung
dan ibunya sering bertengkar dan tidak mendapatkan pekerjaan. Ia kemudian
meluangkan waktunya untuk berkumpul. sibuk dengan berjualan online shop dan
Anak pertama sedih melihat kon- mengantarkan barang dagangannya dari
disi adik dan ibunya yang selalu ber- pagi hingga sore hari. Ibu MN lebih
tengkar membuatnya bosan berada sering berada diluar rumah dan ber-
dirumah, menangis saat menyampaikan bincang dengan para tetangganya. Hal ini
rasa sedihnya melihat adik dan ibunya membuat anak kedua merasa kurang
bertengkar, terapis mencoba menenang- mendapat perhatian dan sering berdebat
kan anak pertama. Kemudian ibu meng- dengan ibu, sehingga anak kedua
akui bahwa kebiasaan dirumah dan memilih untuk menghabiskan waktunya
komunikasi antar keluarga menjadi ber- dikamar dan menghindar berbicara
kurang sehingga memicu konflik dalam langsung saat berpapasan dengan ibunya
keluarga namun ibu mengatakan bahwa untuk menghindari pertengkaran dengan
dirinya mencari kesibukan semata-mata ibu.
hanya ingin membahagiakan keluarga- Ibu sengaja mengurangi komuni-
nya. kasi dengan anak kedua agar anak kedua
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan menyadari kesalahannya dan berubah.
defining desires changes. Terapis menje- Anak pertama merasa bosan berada
laskan kepada masing-masing subjek me- dirumah dan ibunya kurang memper-
ngenai permasalahan dan perilaku yang hatikan dirinya. Namun hal ini tidak
menyebabkan masalah dalam keluarga. terlalu mengganggu anak pertama, ia
dimana ada perubahan tahap kehidupan sebisa mungkin selalu berusaha mencoba
keluarga yaitu saat Ibu kehilangan suami mengajak ibunya berkomunikasi terlebih
karena meninggal mendadak sehingga dahulu atau menonton acara televisi
mempengaruhi ekonomi keluarga, yang bersama-sama. Selanjutnya, untuk meng-
mengharuskan ibu menjadi ibu sekaligus akhiri sesi, terapis menanyakan kepada
bapak sebagai pengganti suaminya. Ibu masing-masing anggota keluarga menge-
hanya sebagai ibu rumah tangga dan nai perubahan perilaku yang diharapkan
tidak bekerja sehingga hanya mengandal- untuk mengatasi permasalahan yang
kan uang pensiun dari suaminya untuk terjadi.
memenuhi kebutuhan keluarga. Pada sisi Pada sesi ending interview, per-
lain, semenjak anak kedua mengundur- ubahan perilaku yang diharapkan itu

242 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

menjadi tugas masing-masing subjek Pada pertemuan ketiga dan ke-


untuk mencapai perubahan dalam empat, juga terdiri atas tahap evaluasi.
keluarga tersebut. Setelah sepakat Terapis melakukan evaluasi dari self
mengenai perubahan perilaku, terapis report yang diberikan kepada masing-
meminta masing-masing subjek selama masing subjek mengenai perubahan
empat hari melaporkan dengan meng- perilaku yang telah disepakati. Pada sesi
gunakan self report. ini, ibu satu kali tidak ikut berkumpul
Pada pertemuan kedua, dilakukan makan bersama karena ada kegiatan
tahap evaluasi. Terapis meminta masing- survey lokasi rekreasi diluar kota dengan
masing subjek untuk mengumpulkan self ibu-ibu PKK dirumahnya, sedangkan
report yang telah diberikan pada sesi anak kedua dan anak pertama tetap
sebelumnya dan melakukan evaluasi melakukan tugas rumah yang telah
terhadap tugas rumah yang telah disepakati. Masing-masng anggota keluar-
disepakati bersama. Berdasarkan self ga dapat memaklumi ketika ada salah
report dan wawancara dapat disimpulkan satu diantara mereka tidak dapat
bahwa ibu mash merasa kaku untuk melakukan pekerjaan rumah karena
memulai berbicara dan menanyakan anggota keluarga memberikan penjelasan
kabar anak kedua karena kebiasaan ini sebelumnya ketika pekerjaan rumah tidak
sudah hampir tidak pernah dilakukan dilaksanakan.
sejak anak kedua masih kecil hingga Terapis membuat kesepakatan ber-
bapaknya meninggal. Anak kedua satu temu kembali dengan semua anggota
kali tidak ikut makan siang dirumah keluarga dalam jangka waktu dua minggu
karena sedang menjalani tes panggilan setelah intervensi berakhir. Terapis mela-
kerja, informasi ini sudah disampaikan kukan evaluasi dengan menanyakan
terlebih dahulu dan mendapat ijin dari kembali perkembangan, dengan hasil
ibu dan anak pertama. Ibu juga satu kali masing-masing keluarga mampu mem-
tidak ikut berkumpul makan bersama buat hubungan komunikasi antar anggota
karena ada kegiatan survei lokasi rekreasi keluarga satu sama lainnya menjadi lebih
di luar kota dengan ibu-ibu PKK di terbuka akan kebutuhan masing-masing
rumahnya. Semua tugas rumah yang anggota keluarga dan mampu memben-
diberikan dapat dikerjakan dengan baik tuk perilaku baru yang telah disepakati
oleh keluarga. walaupun dari beberapa tugas rumah ada
beberapa tugas yang belum dilakukan.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 243


Dini Fidyanti Devi

Anak kedua juga mengungkapkan jika anggota keluarga satu sama lainnya
dirinya selama dua hari terakhir tidur menjadi lebih terbuka akan kebutuhan
bersama dengan ibunya, subjek masing-masing anggota keluarga. Selain
merasakan kehangatan seorang ibu. itu, masing-masing anggota keluarga
mampu membentuk perilaku baru yang
HASIL PENELITIAN telah disepakati, meskipun ada beberapa
tugas yang belum dilakukan. Anak kedua
Pelaksanaan Strategic family thera- satu kali tidak ikut makan siang dirumah
py pada keluarga yang diberikan kepada karena sedang menjalani tes panggilan
keluarga subjek selama empat sesi kerja. Hal ini sudah disampaikan dan
membuat hubungan komunikasi antar mendapat ijin dari ibu.

Tabel 1. Hasil Penelitian pada Anak Kedua

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Keterangan

Sering menghindar saat ber- Menyapa dan menanyakan Walapun pada awal dilakukan
papasan dengan ibu kondisi ibu anak kedua mengatakan diri-
nya merasa kaku, namun anak
kedua terus mencoba mem-
beranikan diri memulai ter-
lebih dahulu untuk berkomu-
nikasi dengan ibu
Saat berkumpul saat makan Saat makan bersama suasana Anak kedua satu kali tidak
bersama sering terjadi per- lebih tenang dan saling ikut makan siang dirumah
debatan berbagi cerita tentang karena sedang menjalani tes
kegiatan sehari-harinya
pang-gilan kerja, hal ini sudah
di-sampaikan dan mendapat
ijin dari ibu MN
Sering menghabiskan waktu Menyediakan waktu berkum- Anak kedua dan ibu mulai
dikamar dan menghindar ber- pul untuk makan bersama dan terbiasa memasak dan makan
bicara secara langsung jika menemani ibu dan anak per- bersama kembali dan meng-
berpapasan dengan ibunya tama menonton televisi habiskan waktu dengan me-
nonton acara televisi kesukaan
bersama

244 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

Tabel 2. Hasil Penelitian pada Ibu


Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Keterangan

Menghindar berkomunikasi Menyapa dan menanyakan Ibu mulai memberi perhatian


dengan anak kedua kabar anak kedua pada anak kedua
Memilih berkumpul dengan Menyediakan waktu ber- Ibu dan mencoba memper-
ibu-ibu tetangga untuk kumpul sambil berbagi ce-rita baiki hubungan dan komuni-
mengusir kesepiannya dan menonton televisi kasi dengan anak kedua deng-
bersama anak-anaknya
an mengajak memasak dan
makan ber-sama kembali dan
meng-habiskan waktu dengan
menonton acara televisi kesu-
kaan bersama
Tidak pernah lagi makan Menyediakan waktu ber- Ibu satu kali tidak ikut ber-
bersama saat di sore hari kumpul untuk makan bersama kumpul makan bersama kare-
di sore hari na ada kegiatan survey lokasi
rekreasi diluar kota dengan
ibu-ibu PKK di rumah-nya
Ibu menganggap anak kedua Menyadari bahwa anak kedua Ibu memberikan dukungan
anak yang bodoh karena berusaha berjualan online dan semangat pada anak
semenjak resign tidak kunjung untuk mengisi waktu luang kedua agar tidak mudah
mempunyai pekerjaan tetap dan menambah penghasilan menyerah mencoba melamar
kembali dan hanya berjuala sambil men-coba melamar pekerjaan, ibu juga memban-
online pekerjaan ke berbagai tempat tu online shop anaknya
dengan menawarkan pada
tetangga

Tabel 3. Hasil Penelitian pada Anak Pertama


Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Keterangan

Anak pertama lebih memihak Bisa menerima kondisi anak Anak pertama sering berkun-
pada ibunya kedua dan mem-berikan jung kerumah ibu, dan me-
dukungan pada usaha yang mantau perkembangan hu-
telah dilakukan anak kedua bungan ibu dan anak kedua.
Selain itu, anak pertama juga
memberi beberapa informasi
mengenai lowongan pekerja-
an di berbagai tempat sebagai
dukungan dari dirinya agar
adiknya bisa bersemangat lagi

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 245


Dini Fidyanti Devi

PEMBAHASAN melaksanakan tugas-tugas rumah yang


diharapkan ibu seperti makan dan me-
Berdasarkan hasil asesmen dike- nonton televisi bersama, sedangkan anak
tahui bahwa permasalahan dalam ke- kedua dan anak pertama lebih banyak
luarga adalah karena tahap kehidupan membutuhkan perhatian, dukungan, dan
keluarga family life cycle dan function of waktu berkumpul dari ibu yaitu ibu
the symptom sehingga komunikasi antar menanyakan keadaan anak kedua setiap
anggota keluarga tidak terjalin dengan hari, ibu menemani anak pertama me-
baik. Keadaan ini telah berlangsung tiga nonton televisi dan menyediakan waktu
tahun dan membuat anggota keluarga berkumpul dengan keluarga. Masing-
merasa tidak nyaman dengan suasana masing anggota keluarga berusaha
dirumah. merubah kebiasaan terdahulu mereka
Strategic family therapy yang dengan memenuhi harapan-harapan
diberikan bertujuan untuk memperbaiki masing-masing anggota keluarga.
komunikasi antar anggota keluarga se- Strategic family therapy yang di-
hingga kebutuhan masing-masing ang- berikan kepada subjek dibuat bersama-
gota keluarga dapat dipenuhi tanpa sama oleh anggota keluarga. Tujuan dari
mengorbankan harapan-harapan anggota strategic family therapy ini berfokus pada
keluarga yang lain. Strategic family thera- konsep behavioral yang berarti tujuan
py dilakukan dengan strategi yang sudah keluarga tersebut merupakan perilaku
dirancang dan dilaksanakan sesuai prose- yang nampak atau dapat diobservasi.
dur secara hati-hati. Selain itu, pende- selain itu, perilaku yang diinginkan pada
katan terapi keluarga ini langsung me- akhir proses terapi merupakan perilaku
nangani masalah-masalah yang ada di yang dapat berubah dalam konteks yang
keluarga, yaitu fokus pada pola komu- masuk akal atau perilaku yang masih
nikasi keluarga yang digunakan saat ini dapat diperhitungkan.
dan treatment goals berasal dari masalah Tugas yang dirancang untuk ang-
atau gejala yang ditampakkan (Winek, gota keluarga menggunakan teknik direc-
2012). tive oleh Haley (Kerr & Christine, 2008)
Hasil intervensi diketahui bahwa berupa daftar check list yang bertujuan
masing-masing anggota keluarga mempu- membuat anggota keluarga melakukan
nyai harapan pada masing-masing ang- sesuatu yang berbeda dan merasakan
gota keluarga. Anak kedua bersedia pengalaman yang berbeda, melibatkan

246 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

terapis dengan proses teratment ‘mening- sebagai panutan adik dan perantara bagi
katkan hubungan dengan terapis’ yaitu anak kedua dan ibunya yang akan
mengumpukan beberapa informasi me- bertanggung jawab untuk mengawasi
ngenai bagaimana respon setiap anggota berjalannya kesepakatan tersebut. Ibu
keluarga dapat diarahkan pada sesuatu juga mengetahui pola interaksi mal-
hal yang belum pernah dilakukan se- adaptif yang berulang di dalam keluarga,
belumnya. yaitu pola komunikasi yang tidak efektif
Berdasarkan intervensi yang telah dan menggantinya dengan pola interaksi
dilakukan pada anak kedua dan ibu alternatif.
selama empat sesi pertemuan, mengha- Dalam kasus ini adalah ibu belajar
silkan beberapa hal, yaitu adanya keter- bahwa memarahi ataupun membentak
bukaan antara masing-masing anggota anak kedua tidak akan menghasailkan
keluarga dimana setiap anggota keluarga solusi namun hanya membuat suasana
dapat mengemukakan apa yang selama dalam keluarga semakin keruh, sehingga
ini tidak disukainya terhadap anggota ibu harus mencari bentuk komunikasi
keluarga yang lain dan juga mengatakan yang lebih efektif untuk berbicara dengan
keinginannya. Anak kedua juga dapat anak kedua. Anak pertama mengerti
mengkomunikasikan perasaan kecewa- pentingnya menjadi peran komunikasi
nya kepada ibu karena menganggap ibu dalam menjalankan fungsinya sebagai
memperlakukannya secara tidak adil. Hal panutan adik dan perantara bagi anak
ini karena ibu dianggap anak kedua kedua dan ibunya.
memandang sepele terhadap usahanya Berhasilnya intervensi keluarga ini
untuk mencoba melamar pekerjaan juga dikarenakan kepatuhan dan ke-
diberbagai tempat dan menambah aktifan keluarga dalam mengikuti seluruh
penghasilan tambahan dengan berjualan rangkaian sesi (Kazantzis, Deane, &
online shop. Ronan, 2000; Kernis, Brown, & Brody,
Terbentuknya kesepakatan keluar- 2000). Hal tersebut menandakan kesiap-
ga mengenai apa yang diinginkan ibu an dan kemauan keluarga untuk berubah
dan anak pertama terhadap anak kedua (Kernis, Brown, & Brody, 2000; Burns &
dan keinginan anak kedua terhadap ibu Spangler, 2000).
dan kakak perempuannya. Kesepakatan Komunikasi dalam keluarga men-
ini memiliki aturan dan konsekuensi bagi jadi lebih baik saat masing-masing
yang melanggar dan anak pertama anggota keluarga dapat mengemukakan

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 247


Dini Fidyanti Devi

ketidaksukaan dan keinginannya kepada sebatas kembali mewawancarai anggota


anggota keluarga yang lain kemudian keluarga dan guru-guru di sekolah anak
mencari solusi bersama. Keterbukaan untuk memeriksa kebenaran informasi.
dalam keluarga sangat berperan dalam
pengembangan sosial dan keterampilan SIMPULAN DAN SARAN
koping pada remaja (Horigan, Suarez-
Morales, Robbins, Zarate, Mayorga, Simpulan
Mitrani, & Szapocznik, 2005). Berdasarkan hasil asesmen diketa-
Keluarga yang berfungsi dengan hui bahwa permasalahan dalam keluarga
baik memiliki tipe komunikasi yang ini karena perubahan tahap kehidupan
terbuka (Szapocznik, Hervis, & Scwartz, dan function of system sehingga komu-
2003). Mengikutsertakan anak dalam nikasi antara anggota keluarga tidak ter-
membuat kesepakatan ataupun peraturan jalin dengan baik. Intevensi yang diterap-
dalam rumah beserta konsekuensinya kan berupa strategic family therapy ber-
membuat anak merasa dilibatkan dan tujuan untuk menghasilkan komunikasi
dianggap dalam keluarga sehingga antar anggota keluarga menjadi lebih
kecenderungan anak untuk berperilaku terbuka tentang kebutuhan masing-
kooperatif terhadap peraturan tersebut masing. Anggota keluarga mampu mem-
semakin besar (Jose´ Szapocznik, Joan, & bentuk perilaku baru yang telah di-
Hendricks, 2012). sepakati.
Walaupun begitu, efektivitas dari
strategic family therapy akan lebih op- Saran
timal jika seluruh anggota keluarga dapat Saran yang diberikan kepada ma-
hadir untuk mengikuti sesi (Center for sing-masing anggota keluarga adalah ang-
Substance Abuse Treatment, 2004). Hal gota keluarga dapat mengaplikasikan tu-
ini dikarenakan dalam prosesnya masing- gas-tugas rumah dan saling memberikan
masing anggota keluarga harus saling dukungan sosial antar anggota keluarga.
bekerja sama dengan saling memahami,
fleksibel dan menyesuaikan diri. Selain DAFTAR PUSTAKA
itu juga, tidak adanya pengukuran
kuantitatif dengan skala atau kuisioner Burns, D. D., & Spangler, D. L. (2000).
menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Does psychotherapy homework
Follow up dalam pene-litian ini hanya lead to improvements in depres-

248 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy

sion in cognitive behavioral thera- Psychology: Research and Practice.


py or does improvement lead to 1 (2), 134–145.
increases homework compliance.
Journal of Consulting and Clinical Kazantzis, N., Deane, F. P., & Ronan, K.
Psychology. 68, 46-56. R. (2006). Can between session
activities considered a common
Carr, A. (2006). The effectiveness of factor in psychotherapy? Journal of
family therapy and systematic Psychotherapy Integration. 16(2),
interventions for child-focused pro- 115-127.
blems. Journal of Family Therapy.
31, 3-45. Kernis, M. H., Brown, A. C., & Brody, G.
H. (2000). Fragile self esteem in
Center for Substance Abuse Treatment. children and its associations with
(2004). Substance abuse treatment perceived patterns of parent-child
and family therapy. Rockville: communication. Journal of Per-
Substance Abuse and Mental sonality. 68, 225 – 252
Health Service Administration
Kerr, C., Hoshino, J., Sutherland, J.,
Goldenberg, I. (2008). Family therapy (an Parashak, S.T., & McCarley, L.L.
overview, seventh edition). USA: (2008). Family art therapy: Foun-
Thomson Brooks/Cole. dation of theory and practice. New
York : Routledge (Taylor & Drancis
Horigan, V. E., Suarez-Morales, L., Rob- Group).
bins, M. S., Zarate, M., Mayorga,
C.C., Mitrani, V. B., & Szapocznik, McKniff, J., & Jack, W. (2002). Action
J. (2005). Brief strategic family research: Principles and practice.
therapy for adolescents with beha- London: Routledge Falmer.
vior problems. In J. L. Lebow (Ed).
Handbook of Clinical Family Olson, R.B. (2007). Strategic Family
Therapy. New York: John Wiley & Therapy for Dysfunctional Parents.
Sons, Inc. Academic Forum.

Jose´ Szapocznik, S,J.S., Joan A. M., and Szapocznik, J., Hervis, O. E., & Scwartz,
Hendricks, B. (2012). Strategic S. (2003). Strategic family therapy
Family Therapy: An Intervention to for adolescent drug abuse. NIDA
Reduce Adolescent RiskBehavior. Therapy Manuals for Drug Addic-
Miami: American Psychological tion. Rockville: National Institute
Association. Couple and Family on Drug Abuse.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 249


Occupational Therapy in the Management
of High Level Quadriplegia
Karen R Whalley Hammell

The rehabilitation thehlgh~vel quadriplegic patient has been.targety Ignoredlnocoopallonal therapy


of
literature. With the cOOlparatlveiy ,&cent survlvaI of thesepmientsand tbeJowaxpectationforrehablltta-
tron potential, as this has tradltkmaUy.i>&an·vtewed,tbe.deBlgnofatherapy.programmeka.chalJenge·to
the vtslon and &kllls of the occupatlonaltheraplst..Thls .: artlole.Ol.l'tIln&$many 'of.the.avallabte.equlpment
optlons andlndfcates the unlquerolethattheoceupatfonaf therapJathasto pfayln Increaslngthe quality
of ute for this patient group.

Introduction quantity of life. The following suggestions are to help to


improve the quality of that life.
It is only comparatively recently that crisis intervention and
sophisticated medical treatment have increased the survival
rate for victims of severe high cervical injurles.r
The patient who has sustained a high injury to the cervical
Overview
spinal cord has traditionally been viewed as having a low Over 90% of injuries to the spinal cord occur from trauma.s
expectation for rehabilitation potential. However, in the Motor vehicle accidents remain the major cause of injury to
1990s, the very technological advances that helped the the spinal core.a- In recent years, the proportion of these
quadriplegic patient to survive can also enhance the quality of injuries occurring to the cervical spine has been increasing,
that life and present a special challenge to the occupational so that it is a cervical injury which is now most commonly
therapist. seen in the spinal injury centre. 3 .4
A literature review reveals a scarcity of published material Typically, the patient with a spinal cord injury is the young,
on the role of the occupational therapist with this patient independent, athletic male of 15 to 25 years (the patient is
group. However, it is functional activity - the unique domain referred to as 'he' in the article to reflect the predominance
of the occupational therapist - which can be the most rele- [85%:15%] of male to female patients). In the case of a high
vant service of the rehabilitation process.z This article out- cervical lesion, the injury precipitates an unexpected and
lines some of the resources that are currently available to abrupt change from Vigorous activity, independence and
high level quadriplegic patients and the therapist who seeks preparation for career and work, to a state of infantile depen-
to help them to maximise their potential. dency.2.5
After the First World War, only 1% of people with spinal
cord injuries survived more than 20 years.s Sixty-five years
Scope later, a patient who sustained a complete cervical lesion at
For the purpose of this article, the term 'quadriplegia' has the age of 20 can expect to live a further 30 years.e
been used, rather than the more traditional British 'tetraple- It is impossible to state unequivocally what muscle sparing
gia', to describe the involvement of all four limbs, the chest will exist following an injury at a certain level of the spinal
and the trunk. This is in line with the designation of the British cord. There are many potential complications which can arise
Library's Cataloguing in Publication Data. as sequelae to the high spinal cord injury which can interfere
The description 'high level quadriplegia' is used for a with potential functional ability. Function will also be affected
patient who has sustained a severe neurological deficit by such variables as body build, intelligence, kinetic aware-
caused by a complete lesion of the cervical spinal cord at C1, ness, the presence of associated injuries, spasticity, individu-
C2, C3 or C4, with resulting diminished or absent motor and al variations in muscle innervation and, above all, motivation.
sensory innervation below those levels. However, it is As a general guide, however, an injury at C1 or C2 will pre-
acknowledged that there are many other causes of quadriple- vent independent functioning of the diaphragm and these indi-
gia and it is hoped that the selected functional activities men- viduals will need to be artificially respirated. An injury at C3
tioned below may also benefit other individuals. may leave weak functioning of the diaphragm, so that the indi-
A multidisciplinary team approach is essential for the suc- vidual can breathe independently during the day. At C4, the
cessful treatment of this patient group. This article mentions patient can breathe using his diaphragm at all times. All com-
only the potential occupational therapy contribution. plete cervical lesions will paralyse the other muscles of respi-
Financial considerations are beyond the scope of this arti- ratlon.te
cle. However, it should be noted that huge financial resources The challenge to the occupational therapist is to develop
will have already been expended in providing additional an effective programme for the rehabilitation of the high level

Karen R Whalley Hammell, OT(C), DipCOT, SROT, was formerly Community Occupational Therapist, Saskatchewan Health, Box 515, Oxbow,
Saskatchewan SOC 2BO, Canada. and is now based at the Rehabilitation Research Unit, University of Southampton, Level C, West Wing,
Southampton General Hospital, Southampton S09 4XY.

Brltist: Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9) 333


quadriplegic patient and to help him to achieve maximum pressure relief in the ischial and sacral regions. If the patient
function and control of his life. requires ventilation, the bedside respirator can be used or a
portable unit can be mounted under the chair.
Early treatment Blood pressure should be monitored because postural
hypotension is common in high cervical lesions. Due to lack
Occupational therapy should begin at the earliest possible
of muscle tone, blood may tend to •pool, in the abdomen or
stage, whilst the patient is 'sti!l in the intensive care unit.
legs, resulting in decreased blood pressure. Elastic stockings
Protocols for splinting may vary between North America and
and an elastic abdominal support may be worn initially, to
the UK. The author proposes the following model for splinting
minimise this. The reclining angle of the wheelchair may be
but recognises that the procedures may vary.
gradually decreased if the blood pressure remains within nor-
Following a full assessment, a long opponens splint is
mal paremeters.a The aim is to achieve 80-90· to provide for
made for all patients. (Some centres require that this be done
good weight distribution and function.
in the first 24-48 hours following admission.) This should be
If the high level quadriplegic patient is unable to support
worn 24 hours a day and should be removed both for passive
his head when in a sitting position, a foam support and head
range of motions and also, importantly, to check for pressure
rest can be used for this purpose.
areas every 2 hours when the patient is turned. Even if the
Early in the treatment process, the occupational therapist
severity of the injuries would seem to indicate that there will
assists the patient with passive and active range of motion.
be no significant neurological return to the wrist extensors or
By strengthening of the facial and neck muscles by isotonics
hand, the patient is given the benefit of the doubt until spinal
and isometrics, the therapist prepares him for the use of con-
shock has subsided.
trol SWitching mechanisms and encourages him to increase
At this stage, resting pan (paddle) splints will be made to
his endurance, prior to performing mouthstick activities.
prevent flexion contractures and joint deformities and main-
tain the normal curvature and appearance of the hand. (The
quadriplegic patient who maintains good functional return will Functional activities training
receive a short opponens splint to encourage a tenodesis
The skills of the occupational therapist may be required in
grasp. A tenodesis action is a 'trick movement' which occurs
assisting the patient to recover his psychological equilibrium.
on active wrist extension, when the fingers will flex passively.
The psychosocial adjustment needed following this traumatic
This becomes more defined and more useful to the low level
injury is major and may affect the initial timing of a functional
quadriplegic patient who has enervated wrist extensors but no
activities training programme.
active finger flexors, if the fingers are allowed to contract into
Occupational therapy assessment will have determined the
a partially flexed position, and results in a more effective ten-
vocational and avocational interests and intellectual abilities
odesis grasp.e)
of the patient and this may influence the functional activity to
The occupational therapist will also consider functional
be tried. It is Important that the patient be given the opportu-
communication and may utilise an eye-gaze board for the res-
nity to succeed at the prescribed functional task in order to
pirator-<lependent quadriplegic patient. The patient who is
achieve some sense of accomplishment in gaining a new skill.
treated with tongs on a Stryker frame experiences a time of
Taylor9 has indicated the necessity for correlating the goals
severe sensory deprivation and psychological trauma, espe-
of the quadriplegic patient with those of his therapist, in order
cially if he requires respiratory support which prevents him
to recruit active participation and a higher degree of success.
from speaking. Visual deprivation for the patient who must
alternate between a view of the ceiling and a view of the floor
may be partially overcome by the careful positioning of mir- Equipment and functional training
rors on stands and on the floor. Prism glasses may be used
In order for any piece of equipment to be useful, it must be
during supine lying. (The Stryker frame comprises narrow
cost-effective, reliable and easy to use. The patient's motiva-
anterior and posterior sections, between which the patient is
tion to utilise the equipment can be aided by the positive atti-
confined, like a sandwich. A circular turning mechanism pivots
tude of the therapist. If the therapist has a good working
the patient about a longitudinal axis, to allow an alternation
knowledge of the equipment and can problem solve with the
between the supine and prone positions. Skeletal traction can
patient, this will also inspire confidence in both the equipment
be maintained while on the Stryker frame, by the use of cal-
to be tried and the therapist.
lipers inserted in the skull, and the application of a traction
force of several kilograms.) .
A basic environmental control system, interfaced by eye- Mouthstlcks
brow switch, leaf switch, tongue switches, or sip and puff, will The item that provides the high level quadriplegic patient with
be required in order to allow the patient to call for help. He the greatest access to functional activities is the mouthstick.
may also be able to use it to operate an electric page turner, There are many choices for design, depending upon such fac-
positioned on the floor (for prone lying), or control a radio. tors as oral dental status, range of motion and stability of the
The occupational therapist is able to provide careful train- head and neck. Low vital respiratory capacity will also have a
ing of the patient in the use of such equipment and realistic detrimental effect upon endurance.
information about what will be available later on. In this way, A mouthpiece that must be held between the teeth allows
the occupational therapist has early contact with the patient for a good range of movement but produces fatigue after
in helping him to regain some control over his environment. short periods of use. This may be the most suitable choice,
however, for drawing and painting, because the stick can be
easily manipulated to reach a wider area.
Mobility If plastic is used to cover the end of the stick which is to
Once the patient is permitted to progress to sitting, it is the be held in the mouth, it is essential that this be non-toxic. The
author's belief that he should be in a reclining power same is true for any adhesive which is used to attach the
wheelchair. Independent mobility provides for some degree of mouthpiece to the stick. A dentist will be able to advise
control over the environment and should be initiated early. regarding suitable, non-toxic substances.
Wheelchair sitting is started gradually, with the chair reclined A short dental plate which fits over the bottom teeth will
and the patient sitting on a suitable cushion to provide for allow the patient to speak, breathe easily and swallow during

334 British Journal of Occupational Therapy. September 1991, 54(9)


use. It will not need to be clamped onto by the teeth and has tial task, the eraser end providing friction against the page.
the added advantage of mobility by utilising jaw movements. The page will be turned by moving the stick diagonally across
This is less fatiguing for lengthy use but does require more the page towards the centre, whilst applying pressure.
head mobility than a stick which can be manoeuvred in the A good bookstand is a necessity for most patients, and
mouth. there are many excellent ones. Some are designed for the
The shaft of the mouthstick needs to be strong enough for mass market, such as for supporting cookery books or work
depressing switches, or pushing a book or game piece on the manuals, whilst others are specifically designed for
lap tray, yet light enough to prevent fatigue and muscle strain. quadriplegic people. The latter may be spring loaded in order
Acrylic, plastic, bamboo or fibreglass shafts have been used to hold the book securely in place. These are suited to both
but these cannot be bent to suit individual requirements. hardbacks and paperbacks.
Some people prefer an angled shaft in order to provide Eventually, the patient may wish to be able to sign his
enhanced visibility at the tip. Aluminium tubes have been name legibly and uniformly, for the validation of legal docu-
used with good success, combining strength and light weight ments, but this requires great skill. Training can start with
with the ability to be bent. An aluminium arrow shaft can be painting horizontal and vertical lines, geometric shapes and
used for this purpose. The type of eraser which fits the end of large pre-writing patterns before progressing to increasingly
the pencil will fit the aluminium shaft snugly, to provide fric- smaller alphabets and writing. A pen can be either held in the
tion against a page for turning. Modular mouthsticks are also mouth or inserted into the end of the mouthstick shaft.
commercially available. The hollow aluminium or fibreglass An adjustable easel will allow the patient greater access to
shaft can be adapted to allow telescoping. This allows the his work. Electrically driven easels are available to alter angle
user independently to adjust to various lengths. and position, and provide access to a larger canvas. The
A docking station is also necessary, where the mouthstick patient who gains good control of the mouthstick may wish to
can be rested so that it is always readily accessible to the continue to paint or draw recreationally, and to progress to
user. It may be beneficial to mount such a docking station painting on carved wooden pieces or ceramics.
right on the electric wheelchair (Rg.1).
The quadriplegic patient who has built up sufficient
Typing
musculature around the neck to stabilise the head can start
using a mouthstick for simple activities. Turning the pages of An electric typewriter, which has easily depressible keys, a
a book which is elevated on a tilted bookstand may be an ini- correction feature and a self-return key can be accessed
using the mouthstick. If appropriate, this can be tilted towards
the user to allow all the keys to be reached. Paper which is on
a roll can be used in the typewriter, to allow for more indepen-
dence.
Alternatively, a computer may be used for teaching typing
with a mouthstick. (Other methods of input are discussed
below.) The advantages include: being able to review easily all
that has already been written, being able to store and retrieve
information which has been entered previously and being able
to edit the text with little effort.
The mouthstick may also be used to access various types
of environmental control unit which have pressure pads or
buttons for input.
With practice and perseverance, many patients with high
level quadriplegia become adept at using their mouthsticks.
Some become highly skilled at drawing or painting, whilst
others use theirs for such functional activities as inserting
Rg.1. Interchangeable mouthstick ends in docking station. and removing floppy discs from a computer (Rg.2).

Leisure activities
Many disabled people find themselves with more time to enjoy
leisure activities than they did previously. Thus, explorations
of these are to be viewed as an important aspect of the reha-
bilitation process, with many options and opportunities for
experimentation.
A simple adaptation to the mouthstick will allow it to be
used for manoeuvring chessmen, draughts or mahjong tiles
and these are all leisure activities which allow for competition
and socialising with other patients or staff members. Playing
pieces for backgammon, solitaire and dominoes can be adapt-
ed to make them easier to move using the mouthstick (Rg.3).
Small, magnetic travel games may be used if the playing
surface needs to be tipped to allow the high level quadriplegic
Rg.2. A patient patient to view it and reach it with his mouthstick. Some corn-
demonstrates his mercially available electronic chess games are suitable for
ability to insert and these individuals and, whilst removing the social element,
remove floppy com- they may allow for more regular and challenginggames.
puter discs, using his Using a 'birdbeak' or suck/blow mouthpiece, the patient
moutnstick. can learn to manipulate playing cards and insert and remove
them from a holder (RgA).

British Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9) 335


Fig. 3. Adaptation to mouthstick for Fig.4. Use of 'birdbeak' mouthstick to Fig.5. C4 quadriplegic patient turning
manipulation of chess pieces. manipulate playing cards. pages of newspaper, using mouthstick.
(Note also the accessible drink box.)

Newspapers gun for target-snootlng darts. This requires some respiratory


Large wooden, fan-shaped frames are available to allow a exertion and may not, therefore, be suitable for those with
severely handicapped person to read a newspaper. The stand severely compromised respiratory systems. However, for
is hooked onto a table which is of suitable height for turning those who have active diaphragms, the physical exertion may
pages and reading. Even the largest-size papers can be sup- help to increase respiratory strength.
ported on these devices. It has been found that punching a If there is a fear of injury from the darts, Velcro darts can
hole with a hole punch through the entire paper at a distance be used in their place. This is an inexpensive recreation and
of about 3 cm from the top corner and inserting a large, may allow for some expression of the competitive drive which
round loose-leaf ring will enable the paper to be hung from the has been typical of this patient group.
top of the newspaper stand. By this method, the paper is held A large number and variety of books are now available on
quite securely and the quadriplegic individual who has good cassette, and these may be enjoyed by those who spend
head mobility is able to turn the pages using a mouthstick much time in bed. Many modern video-cassette recorders and
(Fig.5). stereo systems have easy-touch buttons which may be operat-
ed by using a mouthstick.
Electric page turners
There are several companies that make electric page turners Drinking
for use by severely handicapped people, with a variety of con- The occupational therapist is accustomed to solving problems
trol interfaces. Unfortunately, this still appears to be unsatis- with respect to independence in activities of daily liVing, and
factory technology and the ideal machine has yet to be invent· those skills may also be pertinent with this patient group.
ed. As these are expensive items of equipment, it is The wheelchair bracket and distal arm of a mobile arm
important to ascertain first that no other method of page turn- support may be attached to the wheelchair at shoulder height
ing is available and that the model to be purchased has been . and a round wooden box with a centre pivot constructed to fit
fully tested for suitability by the potential user. The page turn- onto this. The box holds a cup or can securely and eliminates
er should allow for various thicknesses of magazmes and the risk of spills. A small piece can be cut out of one side to
books (both hardback and paperback) and should ideally turn allow for the handle of a cup.
pages backwards as well as forwards, especially if it is to be Using a disposable, bendable straw, which is designed for
used for studying. Trial should also be made to ensure that a both hot and cold liquids, the patient with no function in his
single page will be reliably turned by the machine at all parts arms will be able to gain easy access to his drink and can-
of the book and not just at the centre. The electric page turn- sume this at his own speed. The drink will not spill even if the
er may be a viable option for the person with a severe disabili· chair is being driven, as long as the terrain is fairly smooth
ty, especially jf long periods of time are spent in bed. (Rg.6).
Many people who have sustained a spinal cord injury
Blowdarts require a high level of liquids during the day in order to matn-
Several leisure activities have already been mentioned with tain their health. To provide for more independence in gaining
regard to mouthstick use. These have tended to be cognitively access to a drink, a long gooseneck can be utilised. With a
orientated, for example, reading and playing draughts or com- clamp on one end to secure it to the table, the gooseneck can
puter chess. Other typical forms of entertainment for the high be directed towards the patient, where he can reach it easily.
level quadriplegic patient tend to be visual - spectator A thin vinyl tube runs up the centre of the gooseneck and is
sports, films and the theatre - but there are few outlets for placed in a jug of water. The user sucks on the other end of
competitive physical activities. the tUbing in order to draw the water up into his mouth. A
Batavia10 has discussed the merits of using a short blow strong amount of suction is required initially to draw the water

336 British Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9)


Fig. 6. The wooden drink box, inserted by a central bolt into Fig. 7. The long gooseneck ·straw provides the high level
the distal end of the distal arm of a mobile arm support quadriplegic patient with independent access to a drink at all
assembly. This in turn inserts into the wheelchair bracket of a times.
mobile arm support.

up the tube but, once it is flowing, it is little effort to continue Wheelchairs


drinking. The vinyl tubing is removable for cleaning and The choice of a suitable wheelchair is one of the most crucial
replacement. The apparatus provides for independent access elements in prOViding independence to the high level
to a drink, both in the wheelchair and in bed (Rg.7). quadriplegic patient.
A manual wheelchair is required as a back-up chair and for
Feeding ease of transportation. This may need a semi-reclining or full-
Another functional activity which may be considered is self- reclining back, with removable head rest, especially if the user
feeding with the use of mobile arm supports (formerly termed is tall. Adjustable-height armrests are usually necessary to
'ball bearing feeders'). The mobile arm support (MAS) needs protect the shoulder joint. Full-length armrests may be used in
to be installed by a skilled clinician and is suitable only for the conjunction with moulded arm troughs, which support the
highly motivated user, because much adjustment and training arm, maintain the hand and wrist in good position and help in
is required in the early stages. maintaining good posture and balance.
Physically, the patient needs to have stability and Leg rests may also be of the elevating type and may com-
endurance in sitting, be able to coordinate the contracture bine H-straps, heel and/or toe straps in order to control
and relaxation of innervated muscles at will and have little or spasms and preserve good posture.
no upper extremity spasticity. He needs to have fundamental A lap board (tray) is required, especially if arm troughs are
control of shoulder movement patterns and a small degree of not used, or if the patient plans to use an MAS for self-feed-
elbow flexor sparing.11 ,12 ing or wishes to perform activities with a mouthstick at close
However, given the above prerequisites, the MAS can pro- range. A clear Plexiglass tray, securely fastened to the
vide for independence in a key area of daily living. It is not wheelchair, is preferable because this allows for a view of the
necessary to outline here the fitting and training for the MAS, feet whilst driving. It helps the patient to overcome sensory
since this has been well covered by TromblyS and Thenn.12 An deprivation and presents less of a barrier between the patient
adapted design for a moulded plastic arm trough for a patient and other people.
with large arms and weak elbow flexors is given in a previous An Obus or Jay back-support cushion may be required in
article. 13 order to maintain excellent alignment of the spine and sup-
The MAS is used in conjunction with a scoop dish or plate port the trunk, especially in tall individuals. More sophisticat-
guard, a Dycem friction mat to stabilise the plate and, possi- ed means of support may be required in some instances.
bly, a raised platform to bring the plate up to a suitable level. A chest strap is required, especially if travelling in a vehi-
Swivel cutlery is also used. Initially, a spoon is utilised dur- cle.
ing training but a spork or fork may be preferred once the An excellent cushion is required for pressure relief. The
basic skill has been learned. choice of cushion may depend upon factors such as allergies,
In the early stage of training, the user may have problems flaccidity, spasticity and amount of perspiration. For the major-·
in retrieving food from all parts of the plate. With practice and ity of high level quadriplegic patients who are unable to per-
increased muscle strength and coordination, however, it is form their own weight shift, a soft cushion is required to allow
possible independently to choose food types from every part them to sit for long periods of time. The Roho is often chosen,
of the plate and thus derive greater satisfaction and pleasure since this does not absorb moisture, does not promote per-
from the dining experience. spiration and allows for extended periods of sitting. Most
In this, as in other care activities, it is essential that the dependent quadriplegic patients require a high profile cush-
patient be able to instruct others in to how to put on the MAS. ion.
The use of mirrors during the training and adjustment pro-
cesses enables the patient to participate actively when modi- Power wheelchairs
fications are being made, as well as to develop an awareness There are many new power wheelchairs under development at
of the location of the various components. present. The traditional frame has a belt drive to the rear
It is unlikely that the high level quadriplegic patient, who wheels. These chairs allow for positioning of a ventilator and
tends to experience fatigue after using the MAS for feeding, its batteries on a tray, usually located underneath the frame
will be able to use the equipment for other functional activi- of the chair.
ties. The newer North American or Scandinavian design power-

British Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9) 337


based chairs have a modular base and separate seating sys- Microswitch controls can be activated by sip/puff pneumat·
tems . The low centre of gravity makes it difficult for an atten- lc, or microswitches incorporated into the head rest.
dant to assist in turn ing the chair should difficulties arise and After examining the various options, the choice of a chair
it is generally unsuitable for mounting of ventilatory equip- depends upon motor function, spasticity, respiratory status,
ment . Some concerns have recently been expressed by dis- susceptibility to sores, functional activity and perception. Cost
abled people's transit systems due to the problems involved may also be a factor that determines the choice of this essen-
in securing these chairs in the event of an accident. tial piece of equipment. The choice of a control mechanism
A trial is also needed to ensure that the power wheelchair also depends upon where the chair is to be used, the level of
of choice is suitable for the mode of transportation which is function and awareness of safety, and the acceptability of the
available. user.
Options on the modern power chairs (of both frame types)
include an automatic tilt feature, whereby the user can inde- Environmental control systems
pendently tip the chair back on its frame in order to relieve The development of the environmental control system (ECS)
pressure. This may provide added benefit to the respirator- has done more than anything else to allow the severely dis-
dependent quadriplegic patient. The shear factors, which may abled person to regain some control and privacy. Studies sug-
preclude auto-reclining features, will not be as evident with gest that ECS users are more independent and spend more
tilting. time engaged in educational activities than noo-users.i- The
A power-reclining mechanism may be advantageous to provision of these essential pieces of equipment helps to
those with cardiopulmonary problems but may also trigger reduce the costs of staffing and personal care attendants and
spasms, thus causing the patient who has frequent spasms leads to enhanced relationships between the patient and his
to misplace his control mechanism. Shearing will occur as the care providers, to increased physical and psychological inde-
chair is moved from a right angle to a full recline and this may pendence, and even to employment opportunities for some
cause wrinkling of clothes and subsequent pressure prob- individuals.
lems. Power reclining chairs must have leg rests which ele- The ECS comprises four elements: an input switch, a con-
vate at the same time, in order to provide some protection trol unit. the feedback (visual or auditory) and the
from the shearing process. appliances. 15 The system may also be accessed by single or
The benefits of user-operated tilt and recline mechanisms dual switches, by a computer or by voice.
include increased sitting tolerance and pressure alteration The positioning and type of switch vary according to the
and the subsequent reduced requirement for attendant care. individual's needs, abilities and preferences, range of motion
Some chairs also offer an automatic braking mechanism. and accuracy. There is a large selection of switches, includ-
However, it should be noted that every additional feature, ing: rocker, dual button chin, lever, pneumatic, 'leaf', pillow,
including braking, requires additional drawing of power from cylindrical, brow and voice. These may be activated by the
the batteries and a subsequent reduction in hours that the smallest degree of controlled movement. These switches can
chair can be used. This may be a significant detriment to the be mounted on goosenecks or angle arms in order to provide
active user. It is worth noting also that, if a portable respirator easy access.
is required, it must have its own separate battery. It must not Appliances/functions: These may combine any of the fol-
be run from the wheelchair batteries. lowing features:
1 . The ECS can be used to operate the functions of an eiec-
Control options tric hospital bed. By raising or lowering the head of the
A single wheelchair-control device can now be used to operate bed, the quadriplegic patient may initiate spasms which
not only the chair, with its various options, but also an envi- will help to relieve pressure and thus provide for
ronmental control system. improved independence.
Proportional controls provide the best manoeuvrebiuty of 2. An emergency call system, which is especially relevant
the chair and can be operated by a chin control (short throw) as an early feature while the patient is still on the inten-
or the excellent Canadian head rim control. The on/off and sive care unit. This reduces the feeling of helplessness.
forward/reverse switches can be activated using shoulder 3 . Fan.
shrug or by tilting the head to operate cheek 'leaf' switches 4 . Turning a radio on/off, and tun ing.
(Fig.B). 5. Selecting television channels.
6. Intercom.
7. Telephone dialling, placing. and receiving of calls, redi-
ailing and number storage.
B. Dictaphone playing, recording and rewinding.
9. Drawing curtains.
10. The ECS may operate a computer (including printer) or
vice versa.
11. Door opener.
12. Electric page turner.
13. Light switches.
14. Stereo.
15. Heating controls.
16. Air conditioning.
17 . Video-cassette recorder.
The modern ECS may also be operated from another room,
or via a control system mounted on the power wheelchair.
Fig.B. Everest and Jennings' head rim control, manufactured
in Canada. Provides the high level quadriplegic patient with Several units are available which are portable and can,
direct joystick control, manoeuvrability and responsiveness. therefore, be taken to another room or building. Some basic
Additional cheek 'leaf' switches are to control functions of and economical systems can be purchased from electrical
on/off and forward/reverse. dealerships. These comprise a power control box and individu-

33B British Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9)


al modules, which are attached to appliances throughout the functions of the computer and the full scope of its potential. it
house and operate on radio frequencies. Others allow control is essential that the patient be provided with a qualified
over electrical appliances in the home by vocal command. instructor. This could be his therapist. or perhaps a university
The provision of an ECS is essential in allowing the severe- student or other interested person who is familiar with the
ly handicapped individual to have some independence and workings of the computer.
safety, whilst also achieving privacy. Computer technology can be daunting to people who have
Training: There should be proper orientation to the ECS not learned to apply it but, to the high level quadriplegic
equipment in order to provide for full acceptance and use. patient in particular, it can be the tool to a wealth of opportu-
Family and care givers should also be orientated as to its nities.
functions and potential and involved in problem solving. Each
component should be explained, examined and fully tested. Work stations
Periodic re-evaluation of use is also recommended, With all the equipment that is available to the high level
because switches may be inappropriate or positioning inade- quadriplegic patient. it is essential that his work station be
quate. The aim of the training for and the provision of the ECS designed to allow him easy access eRgs 9 and 10).
is to provide the client with maximum independence and the Many designs of work table are available but the patient
care giver with maximum relief. and therapist may collaborate to redesign or modify these to
suit individual" requirements.
Telephones Large. rotating tables are available to allow for access to,
for example, a calculator or dictaphone. The rotating part of
The telephone is a vital link between the patient and his fami-
the table can be easily moved using a mouthstick. Smaller
ly and friends and can be accessed via his computer or envi-
turntables can be used to give access to two or more items of
ronmental control unit. Some institutions in Canada have a
small room with a pressure-sensitive floor pad. When a
wheelchair rolls onto the pad, a speaker phone automatically
turns on and connects the user to the switchboard operator.
The operator will dial out for the patient, who communicates
via the speaker phone.
Less sophisticated options are also available. Hands-free
speaker phones are economical and can be operated using a
mouthstick, as can automatic dialling units. The new cellular
telephone technology has also provided portable telephones
which are voice-activated and hands-free. These telephones
can be pre-programmed to dial a selection of numbers auto-
matically on a one-word command or to be answered on com-
mand.

Computers
Advances in computer technology have allowed severely dis-
abled people to participate equally with non-disabled people
and have presented them with options and opportunities pre- Fig.9. A work station,
viously unrealised. inclUding an adjust-
Voice control of the computer is a form of input which is able-height table for
presently engaging the attention of many researchers, but a access from bed or
ventilator user may not achieve a consistent enough voice wheelchair.
tone for successful operation. There are several other meth-
ods of input to choose from.
If the user wishes to utilise his mouthstick to activate the
keyboard, there are excellent programs avauabte which
remove the requirement to hold down more than one key at a
time.
An interfacing scanning system may be utilised and can be
accessed using a sip/puff pneumatic switch, brow wrinkle
switch or several other options already mentioned as methods
of activating an ECS.
If the user has good cognitive abilities, a sip/puff device
mounted on a gooseneck can directly operate the computer by
using military morse code. There are optional speeds, and the Fig.l0. A more com-
switch cable attaches to the computer via the joystick, parallel prehensive work sta-
or serial port. tion arrangement
Several options allow the user to access the computer with access to com-
from the bed, which is essential if he is prone to sores or puter (via morse
infection or has poor sitting tolerance. code input), speaker
phone, book-stand,
Whether the patient wishes to write letters or poetry, play
television and con-
games or write music, communicate with his neighbouring
trol. electronic chess
patients or the 'outside' world, run a business or balance his board, and controls
cheque book, the computer presents both options and oppor- for light, heat and
tunities . fan.
In order to facilitate learning of the new technology, the

British Joumal of Occupational Therapy, September 1991. 54(9) . 0


339
equipment. A rotating, four-sided bookstand is excellent for a Conclusion
student.
Adjustable-height work stations, mounted on castors, may The occupational therapist, as part of the medical team in the
enable the user to access all equipment from a bed. rehabilitation facility, can have a major impact upon the quali-
ty of life of the patient who has sustained a traumatic high
cervical spinal cord injury. Technological advancements have
Community re-entry aided the therapist, by providing tools which allow for a level
Following extended hospitalisation, the patient who sustained of independence which could not have been imagined only a
a traumatic quadriplegia prepares to re-enter the community decade ago.
with a dramatic alteration in his physical ability to meet the It is up to the occupational therapist entrusted with the
challenges which the community poses. care of these individuals to maximise the opportunities that
During the rehabilitation process, the quadriplegic individu- are now available to them and to ensure that the high level
al must have learned how to give direction to his companions quadriplegic patient has a greater quality, and not just quanti-
or care givers on how to help him with his care needs. It is the ty, of life.
patient himself who must become Ultimately responsible for
his own care. He must be able to identify particularly the earli- Acknowledgement
est signs of autonomic hyperreflexia because this is a poten- This article is based on a paper presented at the 1990 Conference of
tially life-threatening emergency, and he must be able to the Canadian Association of Occupational Therapists in Penticton,
instruct clearly the person who is at hand to help him. British Columbia.
Trial visits out into the community, accompanied by staff
members and other patients, help the patient to overcome his References
initial fears and increase his level of self-esteem, whilst 1. Health Services and Promotion Branch. Spinal cord injury pro-
preparing him for some of the physical and psychological bar- gram guidelines. Ottawa: Health and Welfare, Canada, 1986.
2. Lathem PA, Gregorio TL, Garber SL. High level quadriplegia: an
riers which must be overcome. Initially facing attitudinal and
occupational therapy challenge. Am J Occup Ther 1985; 39(11):
architectural barriers with others who can assist helps to pre- 705-14.
pare the patient in becoming more independent. In having his 3. Canadian Paraplegic Association. New spinal cord injuries, 1988-
care needs met, he will have to be both assertive and consid- 89. 1989 Annual Report. Ottawa: CPA, 1989.
erate of the needs of others who may accompany him. 4. Grundy D, Russell J, Swain A. ABC of spinal cord injury. London:
British Medical Journal Publications, 1986.
The patient is expected to take the lead in the planning 5. Trombly CA, ed, Occupational therapy for physical dysfunction.
and implementation of these visits. On completion of the com- 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1983.
munity activities, the patient will have demonstrated: planning 6. Geisler WO, Jousse AT, Wynne-Jones M, Breithaupt D. Survival in
skills for self-care and safety, creative problem solving, mobili- traumatic spinal cord injury. Paraplegia 1983; 21: 364-73.
7. Maddox S, ed. Spinal network. Boulder, Colorado: Spinal
ty skills and self-evaluation. Network, 1987.
Visits may include many of the places that the patient will 8. Donovan WH, Bedbrook Sir G. Comprehensive management of
wish to go to following discharge to the community, or where spinal cord injury. Clinical symposia, Vo1.34, NO.2. New Jersey:
he may go alone while resident in a hospital or young disabled Clba, 1982.
unit. These may include shopping for clothes or groceries, the 9. Taylor DP. Treatment goals for quadriplegic and paraplegic
patients. Am J Occup Ther 1974; 28(1): 22-29.
use of accessible public transport, Visiting nightclubs and 10. Batavia AI. Blowdarts. Paraplegia News: recreation 1987; Oct:
restaurants, and attending sporting events, the theatre or 43.
hairdresser. This also helps to expand the awareness of 11. Malik M, Meyer C Manual of management of the quadriplegic
leisure and recreational activities which are available in the upper extremity. Pittsburg: Harmarville Rehabilitation Centre,
1978.
community.
12. Thenn JE. Mobile arm supports - installation and use. A guide
The occupational therapist has a key role to play in home for the occupational therapist. Brookfield, Illinois: Fred Sammons
visiting, prior to discharge, and liaising with community sup- Inc., 1975.
port services in facilitating this transition. 13. Whalley KR. Feeder arm for a quadriplegic patient. Can J Occup
Ther 1981: 48(5): 223-27.
14. Youdin M, Dickey RD, Sell GH, Stratford CD. Instrumentation for
Employment the severely disabled: an update. Spinal Cord Injury (SCI) Digest
1980; 2(1): 16-24.
The patient may have gained some marketable vocational 15. Symington DC, O'Shea BJ, Batelaan J, White DA. Independence
skills during his occupational therapy programme. GiVing clear through environmental control systems. Toronto: Canadian
verbal instructions, typing and writing, using a computer and a Rehabilitation Council for the Disabled, 1980.
calculator, and using a dictaphone for recording messages
Further reading
and dictating letters have enabled some individuals to return
Ford JR, Duckworth B. Physical management for the quadriplegic
successfully to the work force. Opportunities are obviously patient. 2nd ed. Philadelphia: FA Davis, 1987.
limited, and are often also dependent upon the level of educa- Whiteneck G, Adler C, Carter RE, et al. The management of high
tion which has formerly been attained. quadriplegia. New York: Demos, 1989.

340 British Journal of Occupational Therapy, September 1991, 54(9)

Anda mungkin juga menyukai