Anda di halaman 1dari 14

TESTAMENT

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

Nama : Rogate Putri Miranda

NIM : 1640050057

Dosen : Elly L.M Pandiangan SH,MH

Fakultas Hukum
2018
Daftar Isi

DAFTAR ISI …………………………………………………………. 1

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 2

a. Latar Belakang ………………………………………….. 2


b. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 3

 Ahli waris…………………………………………………………………………….3
 Penggolongan ahli waris……………………………………………………….5

BAB III PENUTUP ………………………………………………16

 Simpulan ……………………………………………………16
 Saran …………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan persaudaraan bisa berantakan jika masalah pembagian harta warisan seperti
rumah atau tanah tidak dilakukan dengan adil. Untuk menghindari masalah tersebut, sebaiknya
pembagian warisan diselesaikan dengan adil. Oleh karenanya, dalam pembagian warisan harus
dilihat terlebih dahulu hukum mana yang akan digunakan oleh para ahli waris dalam
menyelesaikan sengketa waris yang terjadi.

Menurut pasal 832 KUHPerdata yang berhak menjadi ahli waris ialah keluarga sedarah baik
yang sah menurut undang-undang maupun di luar perkawinan, dan suami atau istri yang hidup
terlama. Undang-undang telah menentukan bahwa untuk melanjutkan kedudukan hukum
seseorang yang meninggal, sedapat mungkin disesuaikan dengan kehendak dari orang yang
meninggal itu. Undang-undang berprinsip bahwa seseorang bebas untuk menentukan
kehendaknya tentang harta kekayaannya setelah ia meninggal dunia.

Di samping undang-undang, dasar hukum seseorang mewarisi harta peninggalan pewaris juga
melalui cara ditunjuk dalam surat wasiat. Surat wasiat atau testament adalah surat pernyataan
tentang apa yang dikehendaki setelah sesorang meninggal dunia. Sifat utama surat wasiat adalah
mempunyai kekuatan berlaku setelah pembuat surat wasiat meninggal dan tidak dapat ditarik
kembali. Selama pembuat surat wasiat masih hidup, surat wasiat masih dapat diubah atau
dicabut, sedangkan setelah pembuat wasiat meninggal dunia surat wasiat tidak dapat lagi
diubah, dicabut, maupun ditarik kembali oleh siapa pun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wasiat(testament)?
2. Siapa saja orang yang tidak dapat menjadi pelaksana wasiat(testament)?
3. Bagaimana akibat hukum dari isi surat wasiat(testament) ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

 Pengertian Testament

Wasiat atau testament menurut pasal 875 KUHPerdata adalah suatu akta
yang memuat pernyataan seorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia
meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali. Dengan kata lain bahwa wasiat
berlaku setelah perwaris meninggal dunia dan hanya dapat diubah/dicabut oleh pewaris semasa
hidupnya. Orang yang ditunjuk itu dinamakan “Testamentaire Erfgenaam” yaitu ahli waris
menurut wasiat dan sama halnya dengan seorang ahli waris menurut undang-
undang, ia memperoleh segala hak dan kewajiban si meninggal“Under Algemene Title”.

Legitieme Portie atau bagian mutlak adalah semua bagian dari harta peninggalan yang harus
diberikan kepada ahli waris dalam garis lurus menurut undang-undang, terhadap bagian mana si
yang meninggal dunia tak diperbolehkan menetapkan sesuatu, baik selaku pembagian antara
yang masih hidup, maupun selaku wasiat. Dalam suatu testament lazim berisi tentang apa itu
yang dinamakan dengan Erfstelling dan legaat.

Perbedaan antara Erfstelling dan legaat ialah bahwa Erfstelling adalah penetapan dalam
testament, yang tujuannya bahwa seorang yang secara khusus ditunjuk oleh orang yang
meninggalkan warisan untuk menerima semua harta warisan atau sebagian, dimana bagian ini
tersendiri misalnya setengah, sepertiga dan sebagainya (pasal 954 BW), sedangkan legaat adalah
seorang yang meninggalkan warisan dalam testament menunjuk seorang yang tertentu untuk
mewarisi barang tertentu atau sejumlah barang yang tertentu pula, misalnya suatu rumah atau
atau suatu mobil atau juga semua barang-barang yang bergerak milik orang yang meninggalkan
warisan, atau hak memetik hasil atau segala harta atau sebagian (pasal 957 BW).

1
 Syarat-Syarat membuat wasiat
- Pasal 895: Untuk dapat membuat atau mencabut surat wasiat, seorang harus
mempunyai budi akalnya. Artinya tidak boleh membuat membuat testament ialah
orang sakit ingatan dan orang yang sakitnya begitu berat, sehingga ia tidak dapat
berpikir secara teratur.
- Pasal 897: Para belum dewasa yang belum mencapai umur genap delapan belas
tahun, tak diperbolehkan membuat surat wasiat.

 Syarat-Syarat Isi Wasiat


- Pasal 888: Dalam segala surat wasiat, tiap-tiap syarat yang tak dapat dimengerti, atau
tak mungkin dilaksanakan atau yang bertentangan dengan kesusilaan yang baik, harus
dianggap sebagai tak tertulis.
- Pasal 890: Penyebutan akan sesuatu atas sebab yang palsu, harus dianggap sebagai
tak tertulis, kecuali kiranya surat wasiat memperlihatkan, bahwa si yang mewariskan
tidak akan mengambil ketetapannya, jika kepalsuan atas sebab tadi dulu telah
diketahuinya.
- Pasal 893: Segala surat wasiat yang dibuat sebagai akibat paksa, tipu atau muslihat,
adalah batal.

 Macam-Macam Wasiat (Testament)


Berdasarkan isinya, wasiat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Wasiat yang berisi pengangkatan waris (Erfstelling)


Wasiat ini maksudnya adalah wasiat dimana orang yang mewasiatkan
memberikan seluruh atau sebagian dari harta kekayaannya kepada seorang atau lebih
kalau dia meninggal dunia. Seperti yang termuat dalam pasal 954 KUHPerdata yang
berbunyi:
“Wasiat pengangkatan waris adalah suatu wasiat, dengan mana si yang mewariskan
memberikan harta kekayaan yang akan ditinggalkannya apabila ia meninggal dunia baik
seluruhnya maupun sebagian seperti misalnya, setengahnya,sepertiganya”.

1
Orang yang ditunjuk dalam wasiat ersfstelling dinamakan Testamentaire Erfgenaam,
yaitu ahli waris menurut wasiat yang kedudukannya sama halnya dengan seorang ahli
waris menurut Undang-undang, ia memperoleh segala hak dan kewajiban si meninggal
dunia (onderalgemene titel).

2. Wasiat Hibah atau Legaat


Dalam KUHPerdata pasal 957 dijelaskan bahwa:
“Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus, dengan mana si yang
mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan beberapa barang-barangnya dari
suatu jenis tertentu,seperti misalnya,segala barang-barangnya bergerak atau tak
bergerak,atau memberikan hak pakai hasil atas seluru atau sebagian harta
peninggalannya.”

Orang yang menerima suatu Legaat, dinamakan legataris, ia bukan ahli waris. Karena itu
ia tidak menggantikan si meninggal dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban (terutama
membayar utang-utang). Ia hanya berhak untuk menuntut penyerahan benda atau
pelaksanaan hak yang diberikan kepadanya dari sekalian ahli waris. Adapun yang dapat
diberikan dalam suatu leegat dapat berupa:

a. Satu atau beberapa benda tertentu.


b. Seluruh benda dari satu macam atau jenis, misalnya seluruh benda yang
bergerak.
c. Hak “vurchtgebruik” atas sebagian atau seluruh warisan.
d. Sesuatu hak lain terhadap harta warisan (boedel), misalnya hak untuk
memberi satu atau beberapa tertentu dari boedel.

Isi suatu testament, tidak terbatas pada hal-hal yang mengenai kekayaan harta benda saja.
Dalam suatu testament dapat juga dengan sah dilakukan penunjukan seorang wali untuk
anak-anak dari si meninggal, pengakuan seorang anak yang lahir diluar perkawinan, atau
pengangkatan seorang executeur-testamentair, yaitu seorang yang dikuasakan mengawasi
dan mengatur pelaksanaan testament. Pengangkatan seorang anak yang lahir diluar
perkawinan, yang dicantumkan dalam suatu testament, juga tidak dapat ditarik kembali.

1
Berdasarkan bentuknya pada umumnya menurut pasal 931 KUHPerdata,
testament dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Openbaar testament
Yaitu suatu testament yang dibuat oleh seorang notaris. Orang yang akan
meninggalkan warisan menghadap pada notaris dan menyatakan kehendaknya.
Notaris tersebut membuat suatu akta dengan dihadiri oleh dua orang saksi. Bentuk ini
paling banyak dipakai dan juga paling baik, karena notaris dapat mengawasi isi surat
wasiat itu, sehingga ia dapat memberikan nasehat-nasehat supaya isi testament
tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang.

2. Olographis testament
Suatu testament ini harus ditulis dengan tangan orang yang akan meninggalkan
warisan itu sendiri (eigenhandig). Harus diserahkan sendiri kepada notaris untuk
disimpan (gedeponeerd). Penyerahan tersebut harus dihadiri dua orang saksi. Sebagai
tanggal akta tersebut diambil tanggal penyerahan akta (akte van depot).
Penyerahan terhadap notaris dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup.
Mengenai testament yang diserahkan secara tertutup, ditetapkan bahwa apabila si
pembuat testament itu meninggal, maka testament itu harus diserahkan oleh notaris
pada Balai Harta Peninggalan (weeskamer), yang akan membuka testament tersebut.
pembukaan testament tersebut harus dibuat proses verbal. Jika si pembuat
testament hendak menarik kembali wasiatnya, ia cukup meminta kembali surat wasiat
yag disimpan oleh notaris itu.

3. Testament rahasia
Testament rahasia ini juga dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggalkan
warisan, tetapi ia tidak diharuskan menulis dengan tangannya sendiri. Suatu testament
rahasia harus selalu tertutup dan disegel. Penyerahannya kepada notaris harus dihadiri
oleh empat orang saksi. Orang yang dijadikan saksi pada pembuatan atau penyerahan
suatu testament ini kepada notaris, harus orang yang sudah dewasa, penduduk

1
Indonesia dan mengerti benar bahasa yang digunakan dalam testament atau akta
penyerahan itu.
Syarat-syarat tentang bentuk wasiat tertutup lebih berat dari yang diwajibkan pada
kedua bentuk wasiat yang lainnya. Yang khusus dalam hal ini Undang-undang
menghendaki dua orang saksi. Dalam pasal 940 dan 941 KUHPerdata cara membuat
testament ini telah dijabarkan sebagai berikut:
1. Wasiat harus ditulis sendiri oleh pewaris, atau orang lain untuk dia
danditandatangani pewaris sendiri.
2. Kertas sampul harus disegel atau ditutup.
3. Kertas sampul harus diserahkan kepada notaris, dan harus denganempat orang
saksi
4. Keterangan harus ditulis oleh notaris dalam akta yang dinamakan
superscriptie (akta pengalamatan).

4. Kodisil (Codicil)
Di samping tiga macam wasiat atau testament tersebut undang-undang mengenal
yang dinamakan “codicil”. Sebagaimana halnya dengan wasiat olografis,kodisil itu
mestilah seluruhnya ditulis dan ditanda tangani oleh pewaris,dan selain itu mesti juga
diberi bertanggal. Kodisil adalah satu-satunya wasiat dalam hukum kita,yang masih
dengan senang hati dipergunakan oleh penulis film. Oleh sebab itu,pembuat undang-
undang kita sangat mengurangi arti dari surat wasiat ini. Hanya tiga jenis ketetapan
yang dapat dibuat dengan wasiat ini:
a. Dengan kondisil orang dapat mengangkat pelaksana wasiat;
b. Orang dapat menentukan bagaimana orang akan mengurus jenazahnya
c. Dengan kodisil orang dapat membuat hibah wasiat mengenai
pakaian,perhiasan badan tertentu dan perkakas rumah yang khusus.

5. Wasiat darurat
Untuk keadaan darurat,dibuka kemungkinan oleh undnag-undang untuk membuat
wasiat dengan cara yang sederhana. Hal ini diatur dalam Pasal 946,947,948 KUH
Perdata, semuanya wasiat atau testament yang diatur menurut Pasal 946,947,dan 948

1
tersebut diatas harus ditandatangani oleh si pewaris dan sekurang-kurangnya seorang
saksi, kalau mereka tidak menulis maka hal ini harus disebutkan dalam wasiat atau
testament itu.
Apabila suatu tempat,karena bencana alam,penyakit menular,terputus hubungannya
dengan dunia luar,maka disana orang dapat juga membuat wasiatnya dihadapan
orang-orng yang disebutkan dalam pasal 995,dengan dihadiri oleh dua orang saksi.
Pasal 996 sampai dengan 998 berisikan peraturan formalitas selanjutnya. Dari
ketentuan ini ternyata bahwa wasiat darurat dapat juga dibuat dalam bentuk wasiat
olografis.

 Mengenai pencabutan/pembatalan wasiat


Tentang pencabutan wasiat, pencabutan suatu wasiat adalah suatu hal yang inherent
dengan sifatnya wasiat sebagai pernyataan yang paling akhir dari pewaris. Apa yang
pernah dinyatakan dalam wasiat pada suatu waktu, harus dapat dicabutat atau dirubah
kemudian, dan testamen yang terakhir ini berlaku sebagai kehendak yang paling akhir.
Selanjutnya pencabutan itu dapat dilakukan dengan tegas atau secara diam-diam.

- Penarikan kembali secara tegas


Diatur dalam pasal 992 dan pasal 993 KUHPerdata,menurut pasal 992 penarikan
kembali secara tegas dilakukan dalam suatu hibah wasiat baru yang diadakan menurut
pasal-pasal dari B.W atau dalam suatu akta notaris khusus (bijzonedere noratiele akte).
Dalam arti yang sempit pengertian khusus yang dimaksud adalah setiap akta yang cocok
untuk mengadakan amanat terakhir.
Pencabutan dalam wasiat yang ketiga dari wasiat kedua,yang menarik kembali wasiat
yang perama,tidak menghidupkan kembali wasiat yang pertama. Pencabutan suatu
wasiattidak pelu terjadi dengan wasiat yang sejenis dengan wasiat yang akan dicabut.
Demikianlah, pengangkatan menjadi pelaksana yang dilakukan dengan wasiat dapat
ditarik kembali dengan kodisil. Menurut pasal 981,pewaris dapat menarik kembali wasiat
olografisnya,dengan memintanya kembali dari pegawai. Kodisil dan wasiat darurat dari
pasal 997a dapat ditarik kembali oleh pewasiat dengan memusnahkannya.

1
- Penarikan kembali secara diam-diam
Pasal 995 KUHPer memuat suatu peraturan mengenai baik penarikan kembali
secara tegas maupun secara diam-diam itu tetap berlaku meskipun kemudian
ternyata,bahwa seorang yang selaku akibat penarikan kembali itu tidak/akan
mendapat warisan itu oleh karena dilarang oleh undang-undang atau kemudian ia
menolak penerimaan warisan itu.
Ketentuan pasal 1042 berlaku juga bagi penarikan kembali secara diam-diam.
Pencabutan secara diam-diam tidak akan ada,apabila wasiat yang datang kemudian
batal adanya disebabkan oleh apapun juga,walaupun ia sah sebagai akta notaris.
Ketentuan ini sudah jelas,sejauh orang dengan akta notaris yang bukan wasiat,tidak
dapat membuat wasiat. Ketentuan-ketentuan yang diadakan dengan kodisil pada
pokoknya sah juga apabila ia dimasukkan dalam akta notaris.
Penarikan kembali secara diam-diam dalam Burgerlijk Wetboek ada tiga
perumpamaan, yaitu:
1. Kemungkinan seseorang yang meninggalkan waris berturut-turut membuat
testament dua buah, dimana isinya satu sama lain tidak sama.
2. Dalam pasal 996 BW jika suatu barang yang dalam suatu testament telah
dihibahkan kepada seorang, selanjutnya barang tersebut dijual atau ditukarkan
kepada seorang B oleh si penggugat sebelum yang bersangkutan itu
meninggal dunia. Maka penghibahan terhadap si A wajib dinyatakan dicabut
kembali.
3. Dalam pasal 995 BW mengatakan bahwa suatu testament olografis dicabut
kembali dari notariss oleh orang yang membuat testament itu, maka testament
itu dinyatakan dicabut kembali.

1
 Pelaksana Wasiat
Pewasiat dapat mengangkat seorang yang bertugas menyelenggarakan pelaksanaan
wasiatnya. Orang ini dinamakan pelaksana wasiat atau dalam bahasa Perancis executeur-
testamenter. Pelaksana itu mempuyai tugas untuk melakukan perbuatan yang apabila
tidak diadakan penguasa pelaksana wasiat,dilakukan oleh ahli waris. Pelaksana mendapat
wewenangnya dari pewaris,tidak ada persetujuan pemberian kuasa.
Diatur dalam pasal 1005 KUHPerdata pelaksana wasiat dapat ditunjuk:
a. dalam testament
b. dengan kodisil
c. dengan akta notaris khusus
Tentang orang yang tak cakap sebagai pelaksana wasiat diatur dalam pasal 1006,yaitu:
“seorang perempuan bersuami,seorang anak yang belum dewasa,meskipun ia telah
memperoleh perlunakan,seorang terampu,dan siapa saja yang tak cakap membuat suatu
perikatan,tidak diperbolehkan menjadi pelaksana wasiat.”
Adapun hak dan kewajiban pelaksana wasiat:
- mengurus penguburan pewaris
- melunasi hutang-hutang pewaris
- melakukan pengurusan harta pewarisan jika diperlukan
- menyegel harta warisan
- membuat catatan boedoel
- melaksanaan semua legaat
Pewaris mempunyai kebebasan untuk mengangkat lebih dari satu orang pelaksana. Hal
ini diatur oleh pasal 1063. Pelaksana dapat juga mengangkat beberapa orang dalam
arti,bahwa yang kedua dan seterunya akan menadi penggantinya dalam hal ia tidak ada
(bij opvolging). “Tidak ada” dalam hubungan ini diartikan apabila pelaksana wasiat
dengan secara berlawanan dengan wewenangnya,menghentikan pekerjaannya,sedangkan
pekerjaan itu belum selesai.

1
 Isi testament
a. Berisi pengangkatan waris untuk seluruh atau sebagian daripada harta pewaris seperti
setengahnya,sepertiganya,seperempatnya,dan lain-lain. Jika harta peninggalan berupa
barang tertentu maka berhadapan dengan legaat (hibah wasiat).
Dalam pasal 876 KUHPer menyatakan bahwa:
“segala ketetapan dengan surat wasiat mengenai harta peninggalan adalah untuk
diambil secara: umum, atau dengan alas hak umum, atau pula: dengan alas hak
khusus.”
“Dengan alas hak umum” berarti meliputi hak-hak (aktiva) maupun kewajiban-
kewajibannya (pasiva) pewaris dan besarnya meliputi bagian yang sebanding dengan
warisan. Ada perbedaan penting antara ahli waris ab intestato dengan ahli waris yang
diangkat dengan suatu testament yaitu:
 Pewarisan testamentair tidak mengenal penggantian tempat. Akibatnya kalau
seorang yang sedianya mendapat warisan berdasarkan wasiat, meninggal lebih
dahulu dari pewaris, maka wasiat tersebut sepanjang mengenai bagian dari orang
yang meninggal lebih dahulu dari pewaris tidak dapat dilaksanakan (gugur).
 Ahli waris testamentair tidak menikmati inbreng.
b. Wasiat dapat juga berisi pemberian suatu benda tertentu (hibah wasiat/legaat). Pasal
957 BW merumuskan legaat sebagai suatu penetapan wasiat yang khusus dengan
mana si yang mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan beberapa barang
tertentu dari harta peninggalannya, atau memberikan barang-barangnya dari jenis
tertentu.misalnya segala barang-barangnya bergerak atau tidak bergerak. Penetapan
secara khusus maksutnya disebutkan secara tegas dan jelas.
c. Testament pada umumnya berisi suatu ketetapan mengenai harta (harta peninggalan).
d. Testament dapat menyangkut hal-hal yang tidak atau tidak secara langsung
berhubungan dengan harta penginggalan. Seperti testamen yang berisi :
- pengangkatan waris
- suatu perintah
- pencabutan testament
- menawarkan sesuatu barang
- memberikan suatu hak kebendaan tertentu atau membebaskan suatu barang

1
- menyingkirkan seorang/beberapa orang ahli waris
- penunjukkan wali untuk anak-anak yang meninggal, pengakuan anak yang
lahir di luar perkawinan, atau pengangkatan execeutur-testamenter.

 Akibat hukum dari isi testament

1
Daftar pustaka
Hartono Soerjopratikno. 1994. Hukum Waris Testamenter. Yogyakarta: PT. Mustika
Wikasa.

Anda mungkin juga menyukai