PERTEMUAN KE-13
HUKUM WARIS BERDASARKAN WASIAT MENURUT KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari mengenai hukum waris berdasarkan wasiat
menurut Kitab undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Mendefinisikan tentang wasiat
2. Mengklasifikasi jenis jenis wasiat
3. Menjelaskan tata cara pembuatan surat wasiat
4. Menyebutkan sebab-sebab gugur atau batalnya wasiat
5. Menghitung pembagian waris apabila terdapat wasiat
B. URAIAN MATERI :
1. Pengertian Wasiat
Suatu wasiat atau testament adalah suatu pernyataan seseorang
tentang apa yang dikehendaki setelahnya ia meniggal.
Pada dasarnya pernyataan yang demikian merupakan pernyataan
yang keluar dari satu pihak saja dan dapat ditarik kembali setiap waktu
oleh yang membuatnya. Sehingga dapat kita pahami bahwa tidak segala
sesuatu yang dikendaki oleh seseorang sebagaimana kehendak tersebut
ditempatkan dalam wasiat diperbolehkan atau dapat dilaksanakan.
Pasal 874 KUHPerdata menyebutkan, “Segala harta peninggalan
seseorang yang meninggal dunia, adalah kepunyaan sekalian ahli
warisnya menurut undang-undang, sekedar terhadap itu dengan Surat
Wasiat tidak telah diambilnya sesuatu ketetapan yang sah”.
Ketentuan dalam pasal tersebut telah menerangkan tetnang arti
suatu wasiat bahwa mengandung suatu syarat dari pernyataan wasiat itu
tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Yang penting untuk
dibatasi seperti yang telah ditetapkan dalam pasal-pasal tentang
1
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
2
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
3
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
4
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
c. Testament rahasia
Adalah testament yang dibuat sendiri oleh pemberinya atau dibuat
oleh orang lain kemudian ditandatangani oleh pewaris. Testament
jenis ini diserahkan kepada kepada notaris dengan dihadiri oleh 4
(empat) orang saksi, amplop testament dalam keadaan tertutup dan
disegel (Pasal 940 KUH Perdata).
Keempat orang saksi pada pembuatan atau penyerahan testament ini
kepada notaris, haruslah orang yang cakap hukum, sudah dewasa,
penduduk Indonesia dan mengerti dengan baik tentang bahasa yang
digunakan dalam testament tersebut.
Menurut Pasal 4 S. 1924 – 556, untuk golongan timur asing bukan
Tionghoa (yang bagi mereka hukum perdata barat tidak berlaku) wasiat
harus dilakukan dalam bentuk wasiat umum (openbaar testament).
Pada prinsipnya suatu wasiat harus dibuat dengan bantuan notaris
(Pasal 935 KUH Perdata), tetapi undang-undang mengatur
tentang codicil, yaitu surat wasiat yang dibuat dibawah tangan,dimana
orang yang meninggalkan warisan itu menetapkan hal-hal yang termasuk
pemberian atau pembagian warisan itu sendiri. Codicil tersebut berisi
pengangkatan pelaksana wasiat (executour testamentair), atau
penyelenggara penguburan.
Apabila wasiat dibuat diluar negeri maka harus dibuat akta otentik
dengan mengikuti tata cara yang berlaku di negara mana wasiat tersebut
dibuat. Jadi untuk wasiat yang dibuat di luar negeri wasiat tersebut harus
dengan akta otentik oleh karenanya bentuk yang bisa digunakan adalah
wasiat umum.
Untuk dapat membuat suatu surat wasiat atau testament, seseorang
harus telah berusia 18 tahun atau sudah dewasa atau sudah kawin
walaupun belum berusia 18 tahun. Orang yang membuat suatu testament
juga harus memiliki pikiran yang sehat. Apabila terbukti bahwa orang
tersebut ketika membuat testament dalam keadaan tidak sehat pikirannya
maka hakim dapat membatalkan testament tersebut.
5
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
6
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
7
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
8
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
waris yang diberi barang itu kemudian wafat sebelum keadaan itu
terjadi maka penghibahan itu adalah gugur (vervalleng) artinya tidak
berlaku”.
b. Berdasarkan pasal 998 KUHPerdata, menunjukkan bahwa “pada
suatu pemberian dalam testament yang hanya pelaksanaannya saja di
pertangguhkan. Dalam hal ini hak dari orang”.
c. Berdasarkan Pasal 988 KUHPerdata “Mendapat pemberian barang
itu beralih pada ahli warisnya apabila ia wafat sebelum pemberian
itu dapat dilaksanakan”. Pasal ini ditafsirkan sedemikian rupa oleh
kebanyakan ahli hukum bahwa yang dimaksud adalah pelaksanaan
suatu pemberian itu tergantung dari suatu keadaan yang ada.
d. Waktu wafatnya sipeninggal warisan belum terjadi tetapi sudah tentu
akan terjadi, seperti misalnya wafatnya seseorang tertentu
e. Berdasarkan pasal 999 KUHPerdata “pemberian barang dalam
testament dapat gugur apabila:
1) Barangnya lenyap pada waktu penghibah masih hidup atau,
2) Barang itu kemudian, setelah wafatnya sipenghibah, baru lenyap
dilupa salahnya seseorang ahli waris yang harus melaksanakan
testament itu”.
f. Berdasarkan pasal 1000 KUHPerdata, yaitu menunjuk pada
“penghibahan atau penghitung, yang dianggap gugur, apabila hutang
itu kemudian biaya kepada sipenghibah pada waktu ia belum wafat”.
g. Berdasarkan pasal 1001 KUHPerdata, yaitu:
1) Suatu hibah wasiat adalah dianggap gugur, apabila ahli waris
yang di beri barang warisan itu, menolak akan menerima barang
itu atau oleh KUHPerdata telah ditetapkan menjadi ahli waris.
2) Apabila dengan penghibahan ini dimaksudkan akan memberikan
keuntungan kepada pihak ketiga, maka pengibahan ini tidak
gugur, artinya tetap melekat adanya kewajiban untuk
menguntungkan pihak ketiga.
9
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
10
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
11
Modul Hukum Perdata Ilmu Hukum
B = ¼ bagian
C = ¼ bagian
Setelah legitime Portie B dan C ditemukan, maka wasiat
mendapatkan sisanya, yaitu inkorting dari bagian X :
Inkorting X = 1 – (1/4 + ¼)
= 1 - 2/4
= ½ bagian
Kesimpulan :
B = ¼ bagian
C = ¼ bagian
X = ½ bagian
D, E, F, H, I dan J = NIHIL
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan wasiat ?
2. Jelaskan mengenai jenis-jenis wasiat!
3. Jelaskan mengenai bentuk-bentuk wasiat!
4. Bilamana wasiat dapat gugur
5. Apa saja yang dilarang dalam wasiat?
6. A meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris terdiri dari :
- istrinya bernama B
- Dua orang anak yaitu C dan D namun D meninggal lebih dulu dari A dan
D memiliki 3 orang anak E, F dan G
- Ayahnya bernama H
Pertanyaan :
a. Berapa besar bagian masing-masing ahli waris dan sebutkan dasar
hukumnya ?
b. Bagaimana jika sebelum meninggal, A telah membuat wasiat yang
mana wasiat tersebut mengangkat nona Y untuk seluruh harta
peninggalan?
D. DAFTAR PUSTAKA
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 1985, Hal. 106
12