A. Pengertian Wasiat
Pasal 875 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut : surat wasiat atau testamen
adalah sebuah fakta berisi pernyataan seseorang tentang apa yag dikehendakinya,
terjadi setelah ia meninggal yang dapat dicabut kembali olehnya.
Dari ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa unsur atau ciri surat wasiat adalah
sebagai berikut :
Testamen ini harus ditulis tangan sendiri seluruhnya oleh si pewaris (pembuat
testamen) dan ditandatangani sendiri olehnya (pasal 932 KUHPerdata). Jika ada tulisan
orang lain, maka testamen ini menjadi batal.
b. Surat Wasiat Rahasia (Geheim Testament) Testamen ini dapat ditulis sendiri dan dapat
ditulis oleh orang lain. Kemudian dapat diserahkan ecara tertutup kepada Notaris
Notaris membuat akta penyerahan dengan dihadiri oleh 4 (empat) orang saksi, disebut
akta superskiripsi (Pasal 940 KUHPerdata). Testamen ini tidak dapat diminta kembali
dari kantor Notaris, meskipun sudah dicabt atau dibatalkan.
c. Surat Wasiat Terbuka atau Umum
Bentuk surat wasiat ini yang paling umum dilakukan. Dalam hal ini si pewaris datang ke
Kantor Notaris mengutarakan kehendak terakhirnya.
2. Dengan alas hak khusus, disebut legaat (hibah wasiat). Dalam hal ini si pewaris memberikan
“barang tertentu”, misalnya : sebuah mobil, sebidang tanah, termasuk barang “generic”,
misalnya semua “barang bergerak”, dan lain-lain. Lebih lanjut pengertian tentang “hibah
wasiat” ini ditentukan dalam Pasal 957 KUHPerdata, sebagai berikut : Hibah wasiat ilaah suatu
penetapan khusus dimana sipewaris memberikan kepada satu atau beberapa orang barang-
barang tertentu atau semua barang-barang bergerak atau barang-barang tetap, atau hak pakai
hasil atas sebagian atau semua barangnya. Pihak yang menerima legaat disebut : legetaris.
Kedudukan legetaris adalah sebagai kreditor terhadap ahli waris (pasal 959 KUHPerdata)
Suatu surat wasiat berisi kehendak terakhir sebagaimana telah diuraikan diatas, namun
demikian terhadap isi surat wasiat itu ada larangan-larangan baik yang bersifat umum (fidei
komis), maupun yang bersifat khusus. Disamping itu ada pembatasan, dibatasi oleh bagian
mutlak.
2001. Mencari Sistem Hukum Waris Nasional ditinjau dari segi Hukum Adat Pro Justitia, Tahun XIX
Nomor 2, Bandung: Majalah Hukum.
Hukum Pembuktian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Jakarta : PT Bina Aksara.
Anisitus Amanat. 2000 . membagi warisan berdasarkan pasal-pasal Hukum Perdata (BW) . Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
A. Pitlo. Hukum Waris menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (Jilid1), Alih Bahasa M.
Isa Arief . Jakarta: PT Intersama.
1991. Hukum Waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (Jilid II), Alih Bahasa M. Isa
Arief . Jakarta : PT Intersama.
Djaja S. Meliala. 2008 . Himpunan Hukum Jurisprudensi Hukum Waris Indonesia . Bandung CV Nuansa
Aulia.
2015 . Perkembangan Hukum Perdata tentang benda dan Hukum Perikatan . Bandung: CV Nuansa Aulia.
Gregor van der Burght. 1951. Hukum Waris Buku kesatu (Terjemahan F. Tengker). Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
1996. Hukum Waris Buku Kedua ( Terjemahan F. Tengker ). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Gunawan Widjaja. 2005. Seri Hukum Bisnis: Efek sebagai Benda . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hartono Soerjopratiknjo. 1982. Hukum Waris Tanpa Wasiat. Yogyakarta: Seksi Notariat Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada.
Herlien Budiona. 2017 . Peran dan Praktik Notaris dalam perjanjian Perkawinan pasca putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015. Bandung: Sebuah Makalah.
H. Hilman Hadikusuma. 1991. Hukum Waris Indonesia menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum
Agama Hindu – islam. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
J.Andry Hartanto.2015. Hukum Waris. Kedudukan dan Hak Waris Anak Luar Kawin menurut “Burgerlijk
Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Surabaya: Laks Bang Juatitia.
M.Yahya Harahap. 1997. Beberapa Tinjauan tentang permasalahan Hukum: Buku Kedua. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Moh.Idris Ramulyo.1993. Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat (Burgerlijk
Wetboek). Jakarta: Sinar Grafika.
Oemar Salim. 1991. Dasar-dasar Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
1994. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa. Surini Ahlan Sjahrif, 2006. Hukum Kewarisan
Perdata Barat: Pewarisan menurut Undang-undang. Jakarta: Kencana