Anda di halaman 1dari 30

WASIAT &

KETERANGAN HAK WARIS


READY SUTANTO BONG, SH
Wasiat
 Jenis-jenis wasiat:
 Berdasarkan isinya:
a. Pengangkatan ahli waris/erfstelling
b. Hibah wasiat/legaat
 Berdasarkan bentuknya:
a. Wasiat umum = dibuat oleh notaris
b. Wasiat olografis
c. Wasiat rahasia
Persyaratan membuat wasiat (I)
 Syarat umum
 Pembuat wasiat sudah 18 tahun dan cakap hukum
 Pembuat wasiat harus dalam kondisi sehat pikiran
 Wasiat tidak boleh dibuat oleh 2 orang bersama-sama dalam satu akta baik
untuk keuntungan satu sama lain atau pihak ketiga (Ps 930)
 Wasiat harus dibuat dalam bentuk dan prosedur yang diatur dalam KUHPer
 Syarat bagi penerima wasiat
 Harus sudah ada dan masih ada ketika pewaris wasiat meninggal
 Jika penerima wasiat meninggal lebih dulu maka wasiat gugur
 Penerima wasiat bukan orang yang tidak cakap untuk menerima wasiat (Ps 912):
(berlaku juga untuk istri/suami dan anak penerima wasiat yang tidak cakap)
 Orang yang dijatuhi pidana karena telah membunuh pewaris,
 Orang yang telah menggelapkan, memusnahkan, memalsukan surat wasiat
 Orang dengan paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau
mengubah wasiatnya
PROSEDUR PEMBUATAN WASIAT UMUM
I. Notaris harus menulis atau menyuruh menulis
kehendak Pewaris dalam kata-kata yang jelas
menurut apa adanya yang disampaikan oleh
Pewaris kepadanya, dengan disaksikan oleh 2
(dua) orang saksi;
II. Bila penyampaian kehendak tersebut dilakukan
tanpa kehadiran para saksi, dan naskahnya telah
disiapkan oleh Notaris, maka Pewaris harus
mengemukakan lagi kehendaknya seperti apa
adanya di hadapan para saksi, sebelum naskah
itu dibacakan dihadapan pewaris;
III. Wasiat tersebut harus dibacakan oleh Notaris
IV. Sesudah pembacaan itu, Notaris harus menanyakan kepada
Pewaris apakah yang dibacakan itu telah sesuai dengan
kehendaknya. Jika kehendak Pewaris dikemukakan dengan
kehadiran para saksi itu dan langsung dituangkan dalam tulisan,
maka pembacaan dan pertanyaan seperti di atas harus dilakukan
juga dengan kehadiran para saksi;
V. Akta itu harus ditandatangani oleh Pewaris, saksi-saksi dan
Notaris;
VI. Bila Pewaris menyatakan tidak dapat melakukan
penandatanganan, atau bila dia terhalang dalam hal itu maka
juga pernyataan itu dan sebab halangan harus dicantumkan
dalam akta wasiat itu.
VII. Setelah dipenuhi segala tertib acara tersebut maka hal itu harus
dengan tegas dicantumkan dalam surat wasiat itu.

 Pasal 16 ayat (10) UUJN: Ketentuan Pasal 16 ayat (7), ayat (8) dan ayat (9)
UUJN tidak berlaku terhadap akta wasiat
Wasiat II
 Setiap pembuatan wasiat maupun
pencabutannya harus dilaporkan ke Daftar Pusat
Wasiat di AHU Online paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya
 Urutan penyebutan penandatangan akta wasiat
pada akhir akta menurut ketentuan 939 KUH
Perdata = penghadap, notaris dan para saksi
 Wasiat wajib dibacakan seluruh isinya kepada
penghadap, jika tidak dibacakan maka wasiat
batal demi hukum (UUJN Pasal 16 ayat 10)
Wasiat III
 Notaris berwenang membuat wasiat yang subjek hukumnya
WNA dan objeknya berada di Indonesia.
 Notaris tidak berwenang membuat wasiat atas objek yang
berada di luar negeri sekalipun subjek hukumnya WNI. Wasiat
tersebut harus dibuat di tempat dimana objek wasiat berada.
 Pewasiat yang tuna wicara hanya bisa membuat wasiat
olografis.
 Pewasiat yang tuna netra hanya bisa membuat wasiat umum
dan wasiat rahasia dengan membubuhkan cap ibu jari.
Wasiat (IV)
 Wasiat yang dibuat di luar negeri harus didaftarkan ke DPW
lewat notaris indonesia dengan tahap sbb:
 meregisternya lebih dulu pada KBRI di negara dimana wasiat dibuat,
 dimintakan penetapan pengadilan
 didaftarkan ke DPW
 Harus didaftarkan ke DPW paling lambat 1 bulan sejak
dibuatnya wasiat
 Jika wasiat secara nyata pernah dibuat secara notaril, namun
tidak terdaftar di DPW, maka dilakukan pendaftaran lebih
dahulu ke DPW sebelum dibuat KHW
PENGANGKATAN AHLI WARIS (ERFSTELLING)
 Pengkatan ahli waris berarti ada seorang atau
beberapa orang yang duangkat sebagai ahli waris
pewaris baik untuk sebagian harta warisan pewaris
maupun untuk seluruh harta warisan pewaris. (Pasal
954 kuhperdata)
 Orang yang diangkat sebagai ahli waris demi hukum
memperoleh hak milik atas harta warisan pewaris.
Mereka mewaris segala hak dan kewajiban pewaris
(pasal 955 ayat 1 kuhperdata)
 Mereka juga mempunyai hak hereditatis petetio
sebagaimana dimaksud dalam pasal 834 dan 835
kuhperdata (pasal 955 ayat 2 kuhperdata)
BUNYI WASIAT PENGANGKATAN AHLI WARIS
1. Mengangkat semua anak sebagai ahli waris untuk seluruh harta,
masing-masing dengan bagian yang sama besar
“Saya angkat anak-anak saya, ……………… dan ………………… sebagai
ahli waris saya, untuk seluruh harta peninggalan saya, masing-masing
dengan bagian yang sama besarnya;”
2. Mengangkat semua anak sebagai ahli waris untuk seluruh harta,
masing-masing dengan bagian yang sama besar, dengan menyebutkan
besarnya hak bagian masing-masing.
“Saya angkat anak-anak saya …………… ………… dan …………………
sebagai ahli waris saya, untuk seluruh harta peninggalan saya, masing-
masing dengan bagian yang sama besarnya, yaitu masing-masing
untuk sebesar ¼ (satu per-empat) bagian dari harta peninggalan saya;”
HIBAH WASIAT (LEGAAT)
 Pasal 957 KUHPerdata, yang menentukan:
“Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus, dengan
mana si yang mewariskan kepada seorang atau lebih memberikan
beberapa barang-barangnya dari jenis tertentu, sepert misalnya segala
barang-barangnya bergerak atau tak bergerak atau memberikan hak
pakai hasil atas seluruh atau sebagaian harta peninggalnya.”
 Pasal 958 KUHPerdata: “Setiap hibah wasiat yang bersahaja dan tak
bersyarat, memberikan hak kepada mereka yang dihibahwasiatkan,
semenjak hari meninggalnya si yang mewasiatkan, untuk menuntut
Kebendaan yang dihibahwasiatkankannya, hak mana menurun kepada
sekalian ahli waris atau pengganti haknya.”
 Pasal 959 ayat (1) KUHPerdata: Tiap-tiap mereka yang menerima hibah
wasiat harus melakukan tagihannya akan penyerahan kebendaan yang
dihibahkannya, kepada para ahli waris atau penerima wasiat, yang
diwajibkan untuk menyerahkan barang yang dihibahkan itu.
BUNYI HIBAH WASIAT

 Memberi hibah wasiat kepada satu orang anak


“Saya hibah wasiatkan kepada anak saya
A………………, yaitu berupa sebidang tanah Hak Milik
…….. Terletak di ……….; demikian berikut ………
setempat dikenal sebagai …………”
 Memberi hibah wasiat kepada lebih dari satu orang
anak
“Saya hibah wasiatkan kepada anak-anak saya A
…………..dan B………………, yaitu berupa sebidang
tanah Hak Milik…………………terletak di ……………,
masing-masing untuk ½ (satu perdua) bagian yang tak
terpisahkan;”
Hibah Wasiat atas Harta Bersama
 Pembuatan hibah wasiat harus memperhatikan asal usul harta yang
dihibahkan apakah berasal dari harta bawaan atau dari harta bersama. Jika
berasal dari harta bersama, maka bagian yang dapat dihibahkan hanya ½
bagian hak pemberi hibah saja atas harta bersama.
 Pasal 903 KUHPerdata :“ Suami dan isteri hanya diperbolehkan
menghibahwasiatkan barang-barang dari harta kekayaan persatuan mereka,
sekedar barang-barang itu menjadi bagian mereka masing-masing dari
persatuan itu.”
 Pasal 966 KUHPerdata:” Apabila si yang mewasiatkan telah menghibahkan
sesuatu barang tertentu milik orang lain, maka batallah hibahwasiat yang
demikian, baik kesalahan dalam hal ini disadari, maupun tak disadarinya.”
 Jika sebidang tanah yang merupakan harta bersama ingin dihibahwasiatkan,
maka suami dan istri masing-masing dapat membuat hibah wasiat yang isinya
sama dengan mencantumkan syarat tangguh bahwa hibah wasiatnya baru
berlaku setelah suami/istrinya telah meninggal dunia. Sehingga kedua hibah
wasiat tersebut dapat dilaksanakan secara penuh secara bersamaan.
OBYEK HIBAH WASIAT
 Barang milik pembuat wasiat, barang tidak bergerak atau seluruh
barang bergerak (pasal 957 kuhperdata)
 Segala keuntungan terkait obyek hibah wasiat menjadi hak
penerima hibah wasiat (pasal 960 kuhperdata)
 Hibah meliputi pajak yang terkait dengan obyek yang dihibahkan
(pasal 961 kuhperdata)
 Namun bila penerima hibah telah melunasi utang yang dijamin
dengan hipotik/hak tanggungan, maka ia akan menggantikan
kedudukan kreditor terhadap para ahli waris dan karenanya ia
berhak untuk menuntut para ahli waris guna melunasi utang
harta warisan atau pihak ketiga yang dijamin dengan hipotik/hak
tanggungan tersebut, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1106.
(Pasal 965 ayat 2 kuhperdata)
PEMBATASAN WASIAT

 KUHPerdata : sebatas bagian bebas, kecuali semua


ahli waris legitimaris tidak menuntut bagian
mutlaknya (pasal 920 jo 914/915/916 kuhperdata)
 KHI : maksimum 1/3 (sepertiga) harta warisan
pewaris, kecuali semua ahli waris menyetujuinya
(pasal 195 ayat 2 KHI)
Pelaksanaan Wasiat Setelah Pewaris
Meninggal
 Pengangkatan ahli waris (erfstelling)
 Dilaksanakan dalam menentukan ahli waris pewaris di dalam
keterangan hak mewaris. Penerima wasiat menjadi ahli
waris berdasarkan wasiat dengan bagian sebesar bagiannya
yang diberikan dalam wasiat, kecuali ada ahli waris
berdasarkan uu yang berkeberatan maka ia hanya berhak
sebesar bagian bebas
 Hibah wasiat bukan suatu cara memperoleh hak milik,
melainkan hanya suatu alas hak untuk balik nama. Oleh karena
itu pelaksanaan hibah wasiat harus ditindaklanjuti dengan akta
penyerahan legaat atau akta hibah jika objek yang dihibahkan
adalah tanah.
PELAKSANA WASIAT (EXECUTEUR
TESTAMENTAIR)
 Pelaksana wasiat dapat diangkat dalam wasiat atau
dengan akta tersendiri (pasal 1005 kuhperdata)
 Pewaris dapat memberikan kewenangan kepada
pelaksana wasiat untuk mengambil dan mengusai
semua barang yang termasuk dalam harta warisan
(pasal 1007 kuhperdata)
 Pelaksana wasiat harus mengusahakan agar
wasiat dapat dilaksanakan, dan jika terjadi
perselisihan terkait pelaksanaan tersebut maka ia
dapat mengjukan gugatan ke pengadilan (pasal
1011 Kuhperdata)
Pelaksana Wasiat
 Lebihbaik jika dalam membuat wasiat,
ditentukan beberapa orang sekaligus
sebagai pelaksana wasiat yang dapat
bertindak sendiri-sendiri maupun
bersama-sama
BUNYI PENGANGKATAN PELAKSANA WASIAT
- Saya angkat sebagai Pelaksana Wasiat saya, tuan ….. ……,
demikian dengan memberikan kepadanya segala hak
yang menurut undang-undang dapat diberikan
kepada seorang pelaksana wasiat, terutama hak untuk
mengambil dan memegang seluruh harta peninggalan saya
menurut aturan-aturan dalam undang-undang.
ATAU
- Saya angkat sebagai Pelaksana Wasiat saya, tuan X, ….. ……,
demikian dengan memberikan kepadanya segala hak
yang menurut undang-undang dapat diberikan
kepada seorang pelaksana wasiat, terutama hak untuk
mengambil dan memegang seluruh harta peninggalan saya
menurut aturan-aturan dalam undang-undang, dengan ketentuan
apabila tuan X tersebut meninggal dunia lebih dahulu dari saya,
maka saya angkat penggantinya tuan Y …….., sebagai pelaksana
wasiat saya;
Pencabutan Wasiat
 Dilakukan dalam wasiat berikutnya atau dituangkan dalam
akta pencabutan wasiat notariil
 Harus ditanyakan kepada klien apakah pernah membuat
wasiat sebelumnya dan apakah masih ingin tetap
dipertahankan atau dicabut.
 Pasal 994 KUHPer = wasiat kemudian yang tidak mencabut
wasiat sebelumnya secara tegas, membatalkan wasiat
sebelumnya sepanjang bertentangan dengan wasiat
kemudian.
 Pasal 996 KUHPer= jika objek yang sudah dihibahwasiatkan
kemudian dijual oleh pewasiat, maka hibah wasiat dianggap
dicabut diam-diam
 BUNYI PENCABUTAN WASIAT DALAM AKTA WASIAT:
 Saya tarik kembali dan hapuskan semua wasiat dan
surat-surat lain yang mempunyai kekuatan wasiat yang
dibuat oleh saya sebelum surat wasiat ini tidak ada yang
di kecualikan, termasuk wasiat saya, yang dimuat dalam
akta wasiat tanggal ………………. Nomor ….., yang dibuat
dihadapan …………. Notaris di ……………..;
 Saya tarik kembali dan hapuskan semua wasiat dan
surat-surat lain yang mempunyai kekuatan wasiat yang
dibuat oleh saya sebelum surat wasiat ini tidak ada yang
di kecualikan, kecuali wasiat saya, yang dimuat dalam
akta wasiat tanggal ………………. Nomor ….., yang dibuat
dihadapan …………. Notaris di ……………..;
Keterangan Hak Waris
 Bentuk KHW yang lazim dalam praktek adalah bentuk keterangan
notaris di bawah tangan. Bisa dibuat secara notaril namun harus
mengikuti bentuk akta notaris yang diatur dalam pasal 38 UUJN.
 Keterangan hak waris di bawah tangan dibuat dalam dua tahapan:
 Tahap pertama, notaris membuat akta notariele berupa partij acte yang
berjudul pernyataan atau keterangan yang memuat materi
keterangan/pernyataan para ahli waris atau para saksi (minimal 2 orang)
mengenai proses pewarisan berdasarkan alat bukti otentik yang ada.
 Tahap kedua, notaris membuat keterangan hak waris dalam bentuk di
bawah tangan berdasarkan akta pernyataan notariele. Bentuk keterangan
hak waris di bawah tangan yang dibuat oleh notaris ini tidak mengikuti
bentuk akta notaris pada umumnya, tanpa penghadap dan saksi
instrumentair serta tidak dibuat dalam bentuk minuta.
KHW
 Agama tidak merubah golongan penduduk (bumiputera,
tionghoa dan timur asing lainnya-arab)
 KHW untuk keturunan arab dibuat oleh BHP terlepas dari
agamanya
 KHW golongan tionghoa atau yang tunduk pada KUHPer dibuat
oleh notaris
 SKW golongan bumiputera dibuat di bawah tangan dikuatkan
lurah dan camat atau di Pengadilan Agama bagi yang
memberlakukan hukum waris Islam.
 untuk menentukan golongan penduduk lihat dalam akta lahir
ybs atau nenek moyangnya masuk ke dalam golongan mana.
Pasal 111 ayat (1) PMNA No. 3 Tahun 1997 jo
Permen.ATR/Ka.BPN No. 16 Tahun 2021:

“Permohonan pendaftaran peralihan HAT atau HMSRS


diajukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan
melampirkan: …
c. surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa:
1. …
5. akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang
berkedudukan di tempat tinggal pewaris pada waktu
meninggal dunia; atau …”
KHW II
 Materi muatan keterangan hak waris yang dibuat dalam
bentuk di bawah tangan pada umumnya memuat tentang:
 Proses pewarisan beserta dokumen-dokumen pendukungnya
sebagaimana tercantum dalam akta pernyataan;
 Kesimpulan-kesimpulan hukum dari notaris mengenai proses
pewarisan beserta dengan dasar-dasar hukumnya dengan menunjuk
pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
 Nama pewaris;
 Nama ahli waris;
 Perhitungan pembagian harta peninggalan;
 Penentuan jumlah bagian masing-masing ahli waris yang menjadi
haknya atau bagiannya dalam harta peninggalan
KHW III
 Pemeriksaan ke Daftar Pusat Wasiat untuk mengetahui
ada tidaknya wasiat pewaris.
 Pemeriksaan fakta dengan teliti terhadap semua surat
akta lahir, mencocokan dengan apa yang diterangkan
para saksi untuk memberikan keterangan yang bersifat
negatif yaitu mengenai ketiadaan anak luar kawin,
tidak ada perjanjian nikah dan hal lainnya yang tidak
dapat dilihat dari dokumen resmi.
 Ketelitiandalam pemerikasaan fakta dan penguasaan
yang baik terhadap hukum waris dan hukum orang,
seperti pengakuan dan pengesahan anak, perwalian,
dan sebagainya.
PEMBUATAN KHW DALAM HAL ADA WASIAT
 Perlu memperhatikan apakah wasiat tersebut melanggar
legitimate portie atau tidak melanggar LP
 Jika wasiat melanggar LP maka harus diperhatikan apakah para
ahli waris legitimaris menuntut LP atau tidak
 Jika LP dilanggar dan ahli waris legitimaris menuntut LPnya
maka harus dilakukan inkorting
 Dalam hal ada wasiat dalam bentuk hibah wasiat maka barang
yang dihibahwasiatkan tersebut harus diserahkan kepada
penerima hibah wasiat, dengan menyebutkan apabila
pelaksanaan wasiat tersebut ternyata melanggar LP maka
hibah wasiat tersebut akan dilakukan pemotongan
Penolakan Warisan (I)
 Penolakan hibah wasiat dilakukan dengan akta notaris atau
akta di bawah tangan yang dilegalisasi.
 Penolakan warisan (bagian ab intestato) tidak dapat dilakukan
secara parsial atas objek tertentu saja, melainkan terhadap
seluruh hak ahli waris atas bagian harta peninggalan (aktiva
dan pasiva). Penolakan berlaku surut sejak pewaris meninggal
dunia.
 Akibat penolakan warisan = dianggap tidak pernah menjadi
ahli waris (Ps 1058 KUHPer)
 Penolakan hak waris hanya dapat dilakukan di hadapan
Panitera Pengadilan Negeri di tempat warisan terbuka (Ps 1057
KUHPer)
Penolakan Warisan (II)
 Jika ahli waris berada di luar negeri maka dapat memberikan
kuasa untuk menolak warisan. Kuasa dilegalisir oleh
Kedutaan/Konsul RI. Jika ahli warisnya telah menjadi WNA
dilegalisir oleh notary public/lawyer setempat.
 Penolakan warisan dapat dilakukan oleh ahli waris pengganti
(Ps 1051 KUHPer).
 Ps 1065 KUHPer = sekali menolak warisan maka tidak bisa
menerima warisan kembali kecuali bisa dibuktikan adanya
unsur penipuan/paksaan .
 Tidak ada penggantian tempat bagi ahli waris yang menolak
warisan (Ps 1064 KUHPer)
Cara penolakan hak waris di depan
Panitera PN
 Membuat KHW yang memuat nama ahli waris
 Berdasarkan
KHW itu ahli waris yang menolak warisan
melakukan penolakan di depan panitera PN
 Membuat KHW baru yang memuat penolakan warisan
oleh ahli waris tersebut

Anda mungkin juga menyukai