Anda di halaman 1dari 8

~ 1 ~

Transistor
TRANSISTOR

Nama transistor diambil dari kata transfer dan resistor. Bahan semi konduktor ini
berasal dari bahan atom germanium, Indium dan Arsenikum atau Silikon. Transistor
yang akan kita bahas pada bab ini adalah transistor pertemuan (Junction Transistor).
Disebut demikian karena terjadinya transistor dari pertemuan material-material P dan N.
Transistor yang terdiri dari pertemuan P N P disebut transistor jenis PNP.
Sedangkan transistor yang terdiri dari pertemuan N P N disebut transistor jenis
NPN.

(a) (b)

Gambar 1. (a) susunan pertemuan transistor NPN, (b) susunan pertemuan transistor
PNP

Transistor memiliki 3 elektroda / kaki yaitu :


1. Emitor (E)
2. Basis (B)
3. Colector (C)
Pada prinsipnya, suatu transistor terdiri atas dua buah dioda yang disatukan. Agar
transistor dapat bekerja, kepada kaki-kakinya harus diberikan tegangan, tegangan ini
dinamakan bias voltage. Basis emitor diberikan forward voltage, sedangkan basis
kolektor diberikan reverse voltage.

(a) (b)

Gambar 2. (a) simbol transistor NPN, (b) simbol transistor PNP

Sifat transistor adalah bahwa antara kolektor dan emitor akan ada arus (transistor
akan menghantar) bila ada arus basis. Makin besar arus basis makin besar
penghatarannya.

Danang Erwanto, S.T.


~ 2 ~
Transistor
Berbagai bentuk transistor yang terjual di pasaran, bahan selubung kemasannya
juga ada berbagai macam misalnya selubung logam, keramik dan ada yang
berselubung polyester.

Gambar 3. Beberapa bentuk Transistor

1. Kegunaan Transistor
Transistor dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain:

a. Sebagai penguat
Fungsi transistor sebagai penguat yaitu menguatkan arus DC ataupun
arus AC.

Gambar 4. Iustrasi Transistor sebagai penguat


Danang Erwanto, S.T.
~ 3 ~
Transistor
Arus DC ataupun arus AC yang dimasukkan ke penguat masih kecil,
keluar dari penguat menjadi besar.

b. Sebagai Saklar
Transistor bipolar dapat difungsikan sebagai saklar elektronika dengan
memanfaatkan dua keadaan transistor yaitu :
- Keadaan saturasi (sebagai saklar tertutup)
- Keadaan cut off (sebagai saklar terbuka).

Jika pada VB diberi tegangan, maka pada


basisnya mendapatkan bias maju
sehingga pada colector dan emitor akan
terhubung. Keadaan ini dinamakan
saturasi (VCE = 0)

Gambar 5. Iustrasi Transistor sebagai


saklar (kondisi saturasi)

Jika belum ada tegangan pada basis (V B


= 0) maka kondisi colector dan emitor
terbuka (terputus). Keadaan seperti ini
dinamakan cut off

Gambar 6. Iustrasi Transistor sebagai


saklar (kondisi cut off)

c. Sebagai Penyearah
Fungsi transistor sebagai penyearah yaitu mengubah arus bolak-balik
menjadi arus searah.

Gambar 7. Transistor sebagai penyearah

Sinyal E yang diumpankan ke dioda E B, maka terjadi penyearahan pada


dioda tersebut.

Danang Erwanto, S.T.


~ 4 ~
Transistor
d. Sebagai Oscilator
Yaitu suatu rangkaian yang menghasilkan getaran listrik (sinyal).

Gambar 8. Iustrasi Transistor sebagai Oscilator

Keluaran (output) dari rangkaian oscilator bisa menghasilkan bentuk sinus,


blok ataupun gigi gergaji. Rangkaian untuk menghasilkan sinyal bentuk sinus
berbeda dengan yang menghasilkan bentuk blok.
Oscilator banyak dijumpai dalam : penerima/pemancar radio, televisi, tape
recorder, sistem alarm dan lain sebagainya.

e. Sebagai Mixer
Yaitu mencampur arus / tegangan bolak-balik yang frekuensinya berlainan.

Gambar 9. Iustrasi Transistor sebagai Mixer

F1 dan F2 yang dimasukkan ke rangkaian transistor akan menghasilkan


frekuensi baru.
Pekerjaan ini disebut heterodyning atau disebut juga modulation.

2. Rangkaian Transistor
a. Cara Memberi Tegangan Muka (Bias Voltage) pada Transistor
Jika transistor hendak digunakan, baik sebagai penguat, saklar, maupun
untuk keperluan lain, terlebih dahulu kepada transistor perlu diberi tegangan
muka (bias voltage).

Danang Erwanto, S.T.


~ 5 ~
Transistor
- Cara I
Tegangan diberikan pada dioda E B dan dioda C B.
a). Dioda E B diberi tegangan muka maju (Fordward Bias)
b). Dioda C B diberi tegangan muka terbalik (Reverse Bias)

Gambar 10. (a) cara memberi tegangan muka pada transistor PNP, (b) cara
memberi tegangan muka pada transistor NPN

- Cara II
Tegangan diberikan pada dioda E B dan dioda E C. Pada gambar
dibawah, baterai B digunakan untuk memberikan tegangan pada dioda E B
dan baterai A digunakan untuk memberikan tegangan pada dioda E C.
a). Untuk Transistor PNP
VE lebih besar terhadap VB (VE > VB)
VE lebih besar terhadap VC (VE > VC)

Gambar 11. Cara memberi tegangan muka pada transistor PNP

Danang Erwanto, S.T.


~ 6 ~
Transistor
b). Untuk Transistor NPN
VE lebih kecil terhadap VB (VE < VB)
VE lebih kecil terhadap VC (VE < VC)

Gambar 12. Cara memberi tegangan muka pada transistor NPN

Setelah diberi tegangan seperti pada gambar diatas, maka transistor


menghantar. Mula-mula arus basis (IB) dikeluarkan oleh baterai B (VB), dan
arus kolektor (IC) dikeluarkan oleh baterai A (VCC).
Besarnya IC ditentukan oleh baterai B, makin besar baterai B maka
makin besar IB dan makin besar juga IC.

b. Arus-Arus Dalam Transistor

Setelah transistor diberi tegangan muka, maka mengalir arus-arus sebagai


berikut:
IB = arus yang mengalir pada elektroda basis
IE = arus yang mengalir pada elektroda emitor
IC = arus yang mengalir pada elektroda colector

Gambar 13. Arus pada transistor

Danang Erwanto, S.T.


~ 7 ~
Transistor
Arus IB sangat kecil, namun IB menentukan arus IC, sehingga dapat
dikatakan bahwa IB mengemudikan IC, artinya :
- Kalau IB dibesarkan, maka IC ikut besar
- Kalau IB dikecilkan, maka IC ikut kecil
- Kalau IB = 0, maka IC = 0

3. Karakteristik Transistor

Gambar 14. karakteristik transistor

a. Jika VB = 0 maka :
EB tidak mendapat tegangan bias maju
Sehingga IB = 0 IC = 0, transistor dalam kondisi cut off
Dalam kondisi cut off maka :
- VRC = 0 V
- VCE = VCC

b. Jika ada tegangan pada VB, maka :


EB mendapat tegangan bias maju
Sehingga IB ada arus yang mengalir IC ada arus yang mengalir,
transistor dalam kondisi saturasi
Dalam kondisi saturasi maka :
- VRC = IC x RC (Hukum Ohm)
- VCE = VCC - VRC

c. Jika VB makin diperbesar, maka :


Tegangan bias maju EB makin besar
Sehingga :
- IB Makin besar
- IC Makin besar
- VRC Makin Besar
- VCE Makin Kecil

Danang Erwanto, S.T.


~ 8 ~
Transistor
Hubungan antara VCE dan IC

Gambar 15. Hubungan VCE IC pada transistor

- VCE kecil IC besar


- VCE besar IC kecil

Hubungan antara VB dan VCE

- VB kecil VCE besar


- VB besar VCE kecil

Karena besar kecilnya IC ditentukan oleh IB maka :

- IB = 0 Ic = 0

- IB = kecil Ic = kecil

- IB = besar Ic = besar

Perbandingan antara IC degan IB selalu konstan. Perbandingan antara IC


degan IB dapat dikatakan sebagai faktor penguatan (H FE atau DC) yang dirumuskan
sebagai berikut :

Faktor penguatan (HFE atau DC) pada setiap transistor berbeda meskipun
typenya sama. Faktor penguatan (HFE atau DC) bisa diketahui dari buku datasheet
transistor atau diukur menggunakan HFE meter.

Danang Erwanto, S.T.

Anda mungkin juga menyukai