DOSEN PENGAMPU :
IKLAS SANUBARY, M. Si
DISUSUN OLEH :
ALFIARANI MEDINA (H1021161040)
FAISAL (H1021161029)
MAYANA (H1021161056)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 TUJUAN
Pada makalah ini, bertujuan untuk mengetahui proses pemrograman algoritma
menggunakan MATLAB pada penentuan Solusi Numerik Persamaan Osilasi Pegas
menggunakan metode euler
1.5 MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi euler pada
persamaan differensial “Osilasi Pegas”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSAMAAN DIFERENSIAL
Persamaan diferensial merupakan bagian dari metode numerik yang mangaplikasikan
pada turunan fungsi. Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi dua macam yang
tergantung pada jumlah variabel bebas. Apabila hanya mengandung satu variabel bebas,
persamaan tersebut dikatakan sebagai persamaan diferensial biasa. Dan jika mengandung dua
diferensial dan juga memenuhi kondisi awal yang diberikan pada persamaan tersebut(Dr. Ir.
mengevaluasi konstanta tersebut sedemikian hingga hasilnya sesuai dengan kondisi awal.
bentuk tertentu, dan biasa hanya untuk menyelesaikan persamaan linear dengan koefisien
konstan. Misalkan suatu persamaan diferensial biasa order satu seperti dalam persamaan (2.1)
berikut:
dy
=y (2.1)
dx
y = Cex (2.2)
x = 0, y(0) = 1 (2.3)
1 = Ce0
atau
C= 1
dy
=y
dx
y( 0) = 1
Adalah:
y = ex
Metode penyelesaian numerik tidak ada batasan mengenai bentuk persamaan diferensial.
Penyelesaian berupa tabel nilai-nilai numerik dari fungsi untuk berbagai variabel bebas.
Penyelesaian suatu persamaan diferensial dilakukan pada titik-titik yang ditentukan secara
berurutan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti maka jarak(interval ) antara titik-titik
yang berurutan tersebut dibuat kecil.
Misalkan akan diselesaikan persamaan (2.1) dan (2.3). Penyelesaian dari persamaan tersebut
adalah mencari nilai y sebagai fungsi dari x. Persamaan diferensial memberikan kemiringan
kurva pada setiap titik sebagai fungsi x dan y.
a. Orde dari persamaan diferensial ditentukan ole horde tertinggi dari turunan yang terdapat
didalamnya. Sedangkan derajat dari persamaan diferensial ditentukan oleh pangkat
tertinggi dari orde turunan
b. Persamaan diferensial parsial disajikan dalam persamaan (2.4) berikut:
2z 2z
yx 0 (2.4)
x 2 xy
c. Persamaan diferensial tak linier orde n dapat ditulis dalam bentuk persamaan (2.5) berikut:
F ( x, y, y ' , y ' ' , y ' ' ' ,..., y n ) 0 (2.5)
d. Penyelesaian umum adalah penyelesaian yang memuat konstanta parameter yang
banyaknya sama dengan orde persamaan diferensial tersebut.
e. Kondisi awal yaitu suatu nilai tertentu yang digunakan unutk mencari penyelesaian
partikuler.
f. Penyelesaian partikuler adalah suatu penyelesaian, bila konstanta parameter telah
dinyatakan dengan suatu harga tertentu
a. Persamaan diferensial orde satu ditulis dalam bentuk persamaan (2.6) berikut:
d. Persamaan diferensial orde tinggi yang ditulis dalam bentuk persamaan (2.9) berikut:
dny dny
a0 n a1 n an y n f x (2.9)
dx dx
2.4 METODE EULER
Metode Euler adalah salah satu metode satu langkah yang paling sederhana, bila
dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode ini penting untuk mempelajari metode
lainnya. Metode Euler dapat diturunkan dari deret Taylor dalam persamaan (2.10) berikut :
h2 h3
y n1 y n hyn y' ' y' ' '... (2.10)
2! 3!
Apabila nilai h kecil, maka suku yang mengandung pangkat lebih tinggi atau sama
dengan 2 adalah sangat kecil dan dapat diabaikan , sehingga didapat persamaan (2.11) berikut:
y n1 y n hyn' (2.11)
dengan membandingkan persamaan (2.10) dan (2.11) maka dapat disimpulkan bahwa dalam
metode Euler, kemiringan y n' f ( xn , y n ) sehingga persamaan (2.11) dapat ditulis dalam
persamaan (2.12) berikut:
y n 1 y n hf ( xn , y n ) (2.12)
Formula ini akan digunakan di titik yang menghubungkan x n untuk mendapatkan penyelesaian
numerik untuk persamaan diferensial y’=f(x,y) yang dapat diuraikan dalam persamaan (2.13)
berikut:
y1 y 0 hf x0 , y 0
y 2 y1 hf x1 , y1
(2.13)
y n y n 1 hf x n 1 , y n 1
Dengan memilih nilai h, nilai y1 dapat dihitung dengan menggunakan syarat awal (y0) yang
diberikan dan persamaan diferensial.
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Input data:
K, g, Mb, v(1), Mw(1),
𝑍0 , ra, rb, f, t(1), T(1),
V(1),Ve M(1), h
6 Grafik
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penyelesaian kasus gerak pegas dengan massa berubah terhadap waktu, nilai
variabel masukan adalah massa awal air (mw) = 10 kg yang akan terus berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Massa ember (mb) = 1 kg, percepatan gravitasi bumi (g) = 9,81
m/s2, konstanta pegas (k) = 100 N/m, ketinggian air (h0) = 0,5 m, kecepatan awal (v0) = 0 m/s,
dan simpangan awal (z0) = -1,0791 m. Rasio (f) antara luas penampang lubang (a) dengan luas
penampang permukaan air (A) adalah 0,01. Nilai h = 0,05 s merupakan jarak antar waktu (the
time step size). Dengan adanya asumsi penampang yang diisi air bocor maka ada persamaan
yang diselesaikan menggunakan persamaan euler untuk menentukan kecepatan sistem dan
posisi sistem. Metode Euler merupakan metode yang paling sederhana dan yang paling kurang
teliti jika dibandingkan dengan metode lainnya.
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelesaian metode euler tersebut bahwa didapatkan enam grafik
pada persamaan yang digunakan, yaitu kecepatan terhadap waktu, posisi terhadap waktu,
energi potensial pegas terhadap waktu, energi potensial gravitasi terhadap waktu energi
kinetik terhadap waktu, dan energi mekanik terhadap waktu yang membentuk grafik yang
berbeda – beda.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc. 2006. Journal Metode Euler. Lab. Komputer, Departemen Fisika,
Universitas Indonesia.
Agus Setiawan ST, MT. 2006. Pengantar Metode Numerik. Yokyakarta : Andy Yogyakarta.
Drs. Syahid, Ms.c. 2005. Pengantar Komputasi Numerik Dengan Matlab. Yogyakarta : Andy
Yogyakarta.
Rinaldi Munir. 2008. Metode Numerik Revisi Kedua. Bandung : Informatika Bandung.
LAMPIRAN
GAMBAR 1. GRAFIK
energi potensial pegas terhadap waktu
GAMBAR 2. SCRIPT