Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA KOMPUTASI II

MODEL SEDERHANA GERAK OSILATOR DENGAN MASSA BERUBAH


TERHADAP WAKTU MENGGUNAKAN METODE EULER

DOSEN PENGAMPU :
IKLAS SANUBARY, M. Si

DISUSUN OLEH :
ALFIARANI MEDINA (H1021161040)
FAISAL (H1021161029)
MAYANA (H1021161056)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Getaran dapat didefenisikan sebagai gerak bolak-balik suatu benda yang terjadi
secara periodik atau berkala yaitu gerak benda tersebut berulang-ulang pada selang
waktu yang tetap. Getaran telah menjadi salah satu fenomena fisis yang penting. Prinsip
getaran banyak diterapkan pada alat-alat yang digunakan manusia. Getaran
berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak
tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar, jadi
kebanyakan mesin dan struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu
dan rancangannya memerlukan pertimbangan sifat osilasi dari getaran tersebut
(Soedojo,1999).
Getaran pada pegas merupakan salah satu contoh getaran harmonik teredam.
Fenomena getaran pada pegas banyak dikaji oleh para peneliti. Berbagai model
matematika dikonstruksi untuk menggambarkan sifat fisis dari getaran tersebut. Osilasi
merupakan suatu sifat getaran yang sangat menarik untuk dikaji. Osilasi terjadi ketika
sisterm kesetimbangan suatu getaran diganggu sehingga menimbulkan gerakan
periodik. Suatu persamaan yang mendeskripsikan gaya pada pegas dengan peredam dan
osilasi melibatkan massa beban m, konstanta redaman b dan k adalah modulus pegas
(Wijayanto,2009).
Pernyataan getaran dinyatakan dalam persamaan differensial biasa.
Karakteristik persamaan differensial biasa umumnya dapat diselesaikan menggunakan
metode analitik. Namun, pada bentuk kompleks persamaan differensial biasa tidak
didapat dengan mudah ditentukan penyelesaian analitiknya. Oleh karena itu,
dikembangkan berbagai metode numerik untuk menyelesiksn persamaan differensial
biasa. Suatu metode numerik mungkin sangat akurat apabila digunakan untuk
menyelesaikan masalah tertentu, namun belum tentu tepat untuk menyelesaikan
masalah lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana hasil yang dipaparkan oleh
MATLAB untuk menyelesaikan persamaan osilsi pada pegas dengan metode euler.

1.3 BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalahnya adalah Pengolahan Persamaan Osilasi Pegas
menggunakan metode euler.

1.4 TUJUAN
Pada makalah ini, bertujuan untuk mengetahui proses pemrograman algoritma
menggunakan MATLAB pada penentuan Solusi Numerik Persamaan Osilasi Pegas
menggunakan metode euler
1.5 MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi euler pada
persamaan differensial “Osilasi Pegas”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERSAMAAN DIFERENSIAL
Persamaan diferensial merupakan bagian dari metode numerik yang mangaplikasikan

pada turunan fungsi. Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi dua macam yang

tergantung pada jumlah variabel bebas. Apabila hanya mengandung satu variabel bebas,

persamaan tersebut dikatakan sebagai persamaan diferensial biasa. Dan jika mengandung dua

variabel bebas disebut dengan persamaan diferensial parsial.

Penyelesaian persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan

diferensial dan juga memenuhi kondisi awal yang diberikan pada persamaan tersebut(Dr. Ir.

Bambang Triatmodjo, 1992). Didalam penyelesaian persamaan diferensial secara analitis

adalah mencari penyelesaian umum yang mengandung konstanta sembarang, kemudian

mengevaluasi konstanta tersebut sedemikian hingga hasilnya sesuai dengan kondisi awal.

Metode penyelesaian persamaan diferensial terbatas pada persamaan-persamaan dengan

bentuk tertentu, dan biasa hanya untuk menyelesaikan persamaan linear dengan koefisien

konstan. Misalkan suatu persamaan diferensial biasa order satu seperti dalam persamaan (2.1)

berikut:

dy
=y (2.1)
dx

Penyelesaian dari persamaan (2.1) adalah persamaan (2.2) berikut:

y = Cex (2.2)

Yang memberikan banyak fungsi untuk berbagai koefisien C. Untuk mendapatkan


penyelesaian tunggal diperlukan informasi tambahan, misalkan nilai y(x) dan/atau turunannya
pada nilai x tertentu. Untuk persamaan order n biasanya diperlukan n kondisi untuk
mendapatkan penyelesaian tunggal y(x). Apabila semua n kondisi diberikan pada nilai x yang
sama (misal x0), maka permasalahan disebut dengan masalah nilai awal. Apabila dilibatkan
lebih dari satu x, permasalahan disebut dengan problem nilai batas. Misalkan persamaan (2.1)
disertai dengan kondisi awal seperti dalam persamaan (2.3) berikut:

x = 0, y(0) = 1 (2.3)

Substitusi persamaan (2.3) ke dalam persamaan (2.2) memberikan:

1 = Ce0

atau

C= 1

Dengan demikian penyelesaian tunggal yang memenuhi persamaan :

dy
=y
dx

y( 0) = 1

Adalah:

y = ex

Metode penyelesaian numerik tidak ada batasan mengenai bentuk persamaan diferensial.
Penyelesaian berupa tabel nilai-nilai numerik dari fungsi untuk berbagai variabel bebas.
Penyelesaian suatu persamaan diferensial dilakukan pada titik-titik yang ditentukan secara
berurutan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti maka jarak(interval ) antara titik-titik
yang berurutan tersebut dibuat kecil.

Misalkan akan diselesaikan persamaan (2.1) dan (2.3). Penyelesaian dari persamaan tersebut
adalah mencari nilai y sebagai fungsi dari x. Persamaan diferensial memberikan kemiringan
kurva pada setiap titik sebagai fungsi x dan y.

2.2 BEBERAPA PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

Didalam persamaan diferensial dikenal beberapa pengertian yaitu :

a. Orde dari persamaan diferensial ditentukan ole horde tertinggi dari turunan yang terdapat
didalamnya. Sedangkan derajat dari persamaan diferensial ditentukan oleh pangkat
tertinggi dari orde turunan
b. Persamaan diferensial parsial disajikan dalam persamaan (2.4) berikut:
2z 2z
  yx  0 (2.4)
x 2 xy
c. Persamaan diferensial tak linier orde n dapat ditulis dalam bentuk persamaan (2.5) berikut:
F ( x, y, y ' , y ' ' , y ' ' ' ,..., y n )  0 (2.5)
d. Penyelesaian umum adalah penyelesaian yang memuat konstanta parameter yang
banyaknya sama dengan orde persamaan diferensial tersebut.
e. Kondisi awal yaitu suatu nilai tertentu yang digunakan unutk mencari penyelesaian
partikuler.
f. Penyelesaian partikuler adalah suatu penyelesaian, bila konstanta parameter telah
dinyatakan dengan suatu harga tertentu

2.3 JENIS-JENIS PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan diferensial ada beberapa jenis antara lain:

a. Persamaan diferensial orde satu ditulis dalam bentuk persamaan (2.6) berikut:

F x, y   Ǿ x, y dy  0 atau bisa juga ditulis:


dy
dx
F x, y dy  Ǿ x, y dx  0 (2.6)

b. Persamaan diferensial yang ditulis dalam bentuk persamaan (2.7) berikut:


dy
 Py 2  Qy  R (2.7)
dx
c. Persamaan diferensial orde satu derajat tinggi yang ditulis dalam bentuk persamaan (2.8)
berikut:
 dy 
f  x, y ,   0 (2.8)
 dx 

d. Persamaan diferensial orde tinggi yang ditulis dalam bentuk persamaan (2.9) berikut:
dny dny
a0 n  a1 n  an y n  f x  (2.9)
dx dx
2.4 METODE EULER

Metode Euler adalah salah satu metode satu langkah yang paling sederhana, bila
dibandingkan dengan beberapa metode lainnya, metode ini penting untuk mempelajari metode
lainnya. Metode Euler dapat diturunkan dari deret Taylor dalam persamaan (2.10) berikut :

h2 h3
y n1  y n  hyn  y' ' y' ' '... (2.10)
2! 3!

Apabila nilai h kecil, maka suku yang mengandung pangkat lebih tinggi atau sama

dengan 2 adalah sangat kecil dan dapat diabaikan , sehingga didapat persamaan (2.11) berikut:
y n1  y n  hyn' (2.11)

dengan membandingkan persamaan (2.10) dan (2.11) maka dapat disimpulkan bahwa dalam
metode Euler, kemiringan   y n'  f ( xn , y n ) sehingga persamaan (2.11) dapat ditulis dalam
persamaan (2.12) berikut:

y n 1  y n  hf ( xn , y n ) (2.12)

Formula ini akan digunakan di titik yang menghubungkan x n untuk mendapatkan penyelesaian
numerik untuk persamaan diferensial y’=f(x,y) yang dapat diuraikan dalam persamaan (2.13)
berikut:

y1  y 0  hf x0 , y 0 
y 2  y1  hf x1 , y1 
(2.13)

y n  y n 1  hf x n 1 , y n 1 

Dengan memilih nilai h, nilai y1 dapat dihitung dengan menggunakan syarat awal (y0) yang
diberikan dan persamaan diferensial.
BAB III
METODOLOGI

Pengerjaan makalah dilaksanakan di Fakultas Mipa Universitas Tanjungpura yang


proses pendataannya sendiri menggunakan software MATLAB untuk menentukan
ketidaklinieran suatu data.

3.1 DIAGRAM ALIR

Mulai

Input data:
K, g, Mb, v(1), Mw(1),
𝑍0 , ra, rb, f, t(1), T(1),
V(1),Ve M(1), h

Data diproses menggunakan


formula program persamaan
numerik
Plot Grafik

6 Grafik

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penyelesaian kasus gerak pegas dengan massa berubah terhadap waktu, nilai
variabel masukan adalah massa awal air (mw) = 10 kg yang akan terus berkurang seiring
dengan berjalannya waktu. Massa ember (mb) = 1 kg, percepatan gravitasi bumi (g) = 9,81
m/s2, konstanta pegas (k) = 100 N/m, ketinggian air (h0) = 0,5 m, kecepatan awal (v0) = 0 m/s,
dan simpangan awal (z0) = -1,0791 m. Rasio (f) antara luas penampang lubang (a) dengan luas
penampang permukaan air (A) adalah 0,01. Nilai h = 0,05 s merupakan jarak antar waktu (the
time step size). Dengan adanya asumsi penampang yang diisi air bocor maka ada persamaan
yang diselesaikan menggunakan persamaan euler untuk menentukan kecepatan sistem dan
posisi sistem. Metode Euler merupakan metode yang paling sederhana dan yang paling kurang
teliti jika dibandingkan dengan metode lainnya.

Pada penentuan persamaan differensial biasa digunakan persamaan analitik yang


diinput ke MATLAB. Namun, pada peninjauan kali ini digunakan persamaan terkopel
dikarenakan adanya 2 sistem dalam beban pada gerak osilasi pegas. Persamaan terkopel adalah
peristiwa dimana suatu isolator dihubungkan dengan isolator lain sehingga geraknya akan
mempengaruhi satu sama lain. Diperoleh enam grafik dimana masing – masing menunjuk
kecepatan, energi kinetik, energi potensial gravitasi, energi potensial pegas, posisi.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyelesaian metode euler tersebut bahwa didapatkan enam grafik
pada persamaan yang digunakan, yaitu kecepatan terhadap waktu, posisi terhadap waktu,
energi potensial pegas terhadap waktu, energi potensial gravitasi terhadap waktu energi
kinetik terhadap waktu, dan energi mekanik terhadap waktu yang membentuk grafik yang
berbeda – beda.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc. 2006. Journal Metode Euler. Lab. Komputer, Departemen Fisika,
Universitas Indonesia.

Agus Setiawan ST, MT. 2006. Pengantar Metode Numerik. Yokyakarta : Andy Yogyakarta.

Drs. Syahid, Ms.c. 2005. Pengantar Komputasi Numerik Dengan Matlab. Yogyakarta : Andy
Yogyakarta.

Rinaldi Munir. 2008. Metode Numerik Revisi Kedua. Bandung : Informatika Bandung.
LAMPIRAN
GAMBAR 1. GRAFIK
energi potensial pegas terhadap waktu

GAMBAR 2. SCRIPT

Anda mungkin juga menyukai