MODUL PERKULIAHAN
ALJABAR LINIER
Aplikasi Aljabar Linier dalam Persamaan
Diferensial
Abstrak Sub-CPMK
Contoh :
2z 2z
8. + = x2 + y, persamaan tingkat dua derajat satu (2-1)
x 2 y 2
z z
9. x +y = z, persamaan tingkat satu derajat satu (1-1)
x y
Definisi :
Suatu persamaan yang tidak lagi memuat turunan dan memenuhi satu persamaan
differesial disebut penyelesaian persamaan differensial.
Contoh :
Misalkan diberikan persamaan diferensial y’’ – 4y’ + 4y = 0
selidikilah apakah y = e2x, merupakan penyelesaian bagi persamaan di atas?
Jawab :
turunkan y = e2x
y’ = 2e2x
y’’ = 4e2x
turunan ini disubstitukan pada ruas kiri persamaan diferensial semula, maka :
Konsep Pendukung
Sebagai gambaran awal perhatikan persamaan diferensial sederhana berikut :
y’ = ay
dimana y = f(x) adalah sebuah fungsi tak diketahui yang akan ditentukan, y’ = dy/dx
adalah turunannya, sedangkan a adalah sebuah konstanta. Seperti kebanyakan
persamaan diferensial, mempunyai takhingga banyak penyelesaian, pemecahan-
pemecahan tersebut adalah fungsi-fungsi yang berbentuk
y = Ceax
Umum ( general solution) dari y’ = ay, adakalanya kita harus menentukan solusi
khusus
Dimana :
adalah fungsi-fungsi yang akan ditentukan, dan aij adalah konstanta – konstata. Hal
Persamaan karakteristik
untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita menuliskan
kembali
Ax = x sebagai Ax = Ix atau ekuivalen (I – A)x = 0 supaya menjadi nilai eigen,
maka harus ada pemecahan taknol dari persamaan ini atau seperti yang telah kita
bahas dahulu, persamaan tersebut akan mempunyai pemecahan taknol jika dan
hanya
persamaan ini adalah nilai eigen dari A. Bila diperluas, maka determinan det (I –
A)
Lebih lanjut menurut Finizio dan Ladas (1988:79) mendefiniskan bahwa persamaan
polinom;
f() = ann + an -1 n –1 + a1 + a0
disebut polinom karakteristik untuk persamaan diferensial homogen dengan
koefisien konstanta, berbentuk :
an yn + an -1 yn-1 + a1 y’ + a0 y = 0
Aplikasi
Contoh 1:
Penyelesaian:
dengan syarat awal y (1) = 1 dan y’ (1) = 2, maka kita subtitusikan ke persamaan
(1) dan persamaan (2), diperoleh : c1 + c2 = 1 c = 2 didapat matrik yang diperbesar
sebagai berikut: dengan menggunakan OBE kita dapat menemukan nilai c1 dan c2,
sebagaimana berikut:
dengan syarat awal y (1) = 1 dan y’ (1) = 2, maka kita subtitusikan ke persamaan (1) dan persamaan
(2), diperoleh : c1 + c2 = 1 dan c = 2, didapat matrik yang diperbesar sebagai berikut:
1 1 1
1 0 2
dengan menggunakan OBE kita dapat menemukan nilai c1 dan c2, sebagaimana berikut:
1 1 1 H 12 1 0 2 H 21( 1) 1 0 2
1 0 2
1 1 1 0 1 1
sehingga didapat c1 = 2 dan c2 = -1.
maka penyelesaian khusus (particular solution) dari persamaan diferensial diatas
adalah
y = 2x -1
Contoh 2:
y’2 = 4y1 + y2
Penyelesian:
(a) Matriks koefisien untuk persamaan tersebut adalah
2 1
A
4 1
untuk mencari matrik P yang mendiagonalisasi A, maka kita cari vektor-
vektor eigen dari A yang bebas linear.
1 0 2 1 0 2 1 2 1
I A
0 1 4 1 0 4 1 4 1
Maka polinom karakteristiknya
2 1
Det(I A) 2 6
4 1
Dan persamaan karakteristikya
2 6 0
Jika = 2,
4 1 x1 0
4 1 x2 0
x1 t 1
x 4t t 4
2
jadi,
1
P1
4
1 1 x1 0
4 4 x 2 0
x1 t 1
x t t 1
2
jadi,
1
P1
1
adalah sebuah basis untuk ruang eigen yang bersesuaian dengan = -3.
jadi,
1 1
P
4 1
mendiagonalisasi A, dan
u1' 2 0 u1
'
u 2 0 3 u 2
u1 c1e 2 x
u 2 c 2 e 3 x
Atau
c e2x
U 1 3 x
c2 e
Y = PU
y1 1 1 c1e 2 x c1e 2 x c2 e 3 x
y 4 1 3 x 3 x
c2 e 4c2 e c2 e
2x
2
Atau
y1 c1e 2 x c 2 e 3 x
y 2 c 2 e 2 x c 2 e 3 x
(b) Jika kita mensubtitusikan kondisi- kondisi awal yang diberikan ke dalam
pemecahan umum (general solution) tersebut, kita dapatkan;
y1 (0) = 1, maka c1 + c2 = 1
y2 (0) = 6, maka 4c1- c1 = 6
dengan OBE, kita dapat ,mencari nilai c1 dan c2
Dengan demikian
Contoh 3 :
Penyelesaian:
2 - - 6 = 0
( - 3) ( + 2) = 0
KESIMPULAN
Sebagaimana diketahui, suatu metode atau langkah yang ditemukan tidak luput dari
kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya dan tidak terkecuali dalam langkah-
langkah menentukan solusi partikulir Persamaan Diferesial Linear tersebut. Akan tetapi kita
sudah dapat melukiskan bahwa aljabar linear dapat diterapkan untuk memecahkan sistem
persamaan diferensial tertentu, yang sangat berperan ddan begitu mendalam.
y1' y1 y 2
1.
y 2 3 y1 y 2
y1' y 2
2.
y 2 y1
y1' 14 y1 10 y 2
3.
y 2 5 y1 y 2
y1' 5 y1 8 y 2 1
1.
y 2 6 y1 9 y 2 t
y1' 4 y1 2 y 2
2.
y 2 y1 y 2
2. Kreyzig, Erwin. (2003). Matematika Teknik Lanjutan. Edisi ke-6, Jakarta: Erlangga
3. Purcell,Edwin J., Kalkulus dan Geometri Analitik II, Erlangga, Jakarta, 2003
4. Yusuf Yahya, D.Suryadi H.S., Agus Sumin, Matematika dasar Untuk Perguruan Tinggi,