OLEH :
NAMA : M.HIDAYATULLAH
NIM : 5181250012
KELAS : Reguler A
FAKULTAS TEKNIK
1
BAB I
PENDAHULUAN
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaam yaitu : Persamaan diferensial biasa (PDB) dan
Persamaan diferensial parsial (PDP). Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial
dapat digolongkan sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut
linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu
(hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah
nonlinier.
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang “Persamaan
Differensial Biasa” serta aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari. Diharapkan dengan
makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa STT MIGAS dalam mengikuti
mata kuliah persamaan differensial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diferensial
Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan
diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini
adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi
vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan
berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam
persamaan tersebut.
Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier
atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak
diketahui dan turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila
tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.
3
dy
PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: f ( x, y )
dx
Nilai c tidak dapat ditentukan kecuali jika dalam persamaan di atas diberi keterangan
syarat (sebuah nilai y untuk x tertentu). Solusi dengan nilai konstanta sembarang atau
c disebut solusi umum/primitif, sedangkan solusi disebut khusus jika nilai c dapat
dihitung.
2. Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel
dy
Jika persamaan diferensial berbentuk f ( x, y ) , yaitu persamaan yang ruas
dx
kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y,
maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga faktor’y’ bisa
kita kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’.
Contoh :
xyy’ + x2 + 1 = 0
xy (dy/dx) + x2 + 1 = 0
y dy = -(x2 + 1/x) dx
∫ y dy = – ∫((x2 + 1)/x) dx
∫ y dy = – ∫( X + 1/x) dx
y2 = -x2/2 – ln|x + c ; c = -C
4
3. Persamaan Homogen substitusi y = vx
tinjau persamaan diferensial berikut:
dy x 3 y
dx 2x
persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan
variabelnya. Dalam hal ini kita lakukan substitusi y = vx, dengan v adalah
fungsi x. Sehingga penyelesaiannya:
dari y = v x dideferensialkan menjadi
dy dv
vx
dx dx
Sehingga
2 3 y 1 3v
2x 2
Persamaan sekarang menjadi:
dv 1 3v
vx
dx 2
dv 1 3v 1 v
x v
dx 2 2
2 1
dv dx
1 v x
kedua ruas diintegrasikan menjadi:
2 1
1 vdv xdx
2 ln 1 v ln x c
1 v 2 c..x
substitusi v = y/x didapatkan
2
y
1 c.x atau x y c x
2 3
x
dy
4. Persamaan Linier dalam bentuk Py Q
dx
dy
Untuk PD yang berbentuk Py Q dengan P dan Q fungsi x atau konstanta maka
dx
penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrasi e
Pdx
Contoh :
selesaikan PD berikut:
dy
yx
dx
Penyelesaian :
dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x
faktor integrasinya e e x
Pdx
5
dy
e x y e x x
dx
dy
e x e x . y e x .x
dx
d x
e . y e x .x d e . y e .x e .Q
pdx pdx pdx
dx
sehingga penyelesaiannya
d e y e
x x
.xdx
e x y e x x e x dx e x x e x c
y x 1 c / e x
dy
5. Persamaan Bernoulli berbentuk Py Qy n
dx
dy
PD yang berbentuk Py Qy n dengan P dan Q fungsi x atau konstanta
dx
diselesaikan dengan cara :
dy
y n Py1 n Q
dx
Kedua, misalkanlah Z = y1- nsehingga
dz d y 1n
dz
1 n y n
dy
dx dx dx dx
dz
supaya suku pertama didapat maka persamaan pertama dikalikan (1-n) didapat:
dx
1 n y n dy 1 n py 1n 1 n Q
dx
dz
P1 .Z Q1 ( PD Linear )
dx
dengan P1 dan Q1 fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat diselesaikan
dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn substitusi z =
y1- n kita dapatkan y.
Contoh :
6
selesaikan PD berikut:
dy y
x.y 2
dx x
Penyelesaian
Kedua ruas dibagi y2 menjadi
1
2 dy y
y x
dx x
dz dy
Misalkan z = y1-n, n = 2 sehingga z = y-1 dan y 2
dx dx
dz
Supaya suku pertama didapat maka penyelesaian dikali – 1, diperoleh:
dx
dy y 1
y 2 x
dx x
dz z
x PD Linear
dx x
. y e
Pdx
.Qdx c
Sehingga
.z .1 x dx c x c
1 1 z
x x x
Z cx x 2
7
M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0
Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD:
M N
y x
Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. misalkan dipilih
M, maka: N x, y M x, y dx g y
Langkah 4. turunkan Q terhadap y dan semakan hasilnya dengan N(x,y)
N x, y
y
M x, y dx g ' y
Langkah 5. Integralkan g’(y) untuk memperoleh g(y)
Langkah 6. Tuliskan penyelesaikan umum dalam bentuk implisit: Q(x,y) = c
Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.
Contoh :
x 2y
. y o 3
dy
Selesaikan PDB 2
dx y 2x
Selesaikan :
Langkah 1. Bentuk diferensial PD adalah : (x – 2y)dx + (y2 – 2x) dy = 0
M N
Langkah 2. Uji ke-esak-an PD ini : 2; 2
y x
Langkah 3. Misalkan dipilih M untuk diitegralkan, maka :
Q x, y M x, y dx g y
x 2 y dx g y
x 2 xy g y
1
2
Langkah 4. Menyamakan turunan Q(x,y) terhadap y dengan N(x,y):
1
x 2 xy g y y 2 x
2
y 2
0 2x g' y y 2 2x
g'y y 2
Langkah 5. Integralkan g’(y), diperoleh : g(x) = 1/3y3
Langkah 6. Penyelesaian umum dalam bentuk implisit
1 1 Q(x,y) = C
x 2 xy y 3 C
2 3
8
Mempunyai sifat :
M N
y x
Maka PD tersebut disebut PD tak-eksak, suatu PD tak-eksak dapat diubah ke PD
Eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang disebut
faktor pengintegralan (integrating factor).Pada bagian sebelumnya, kita mengenal
p x dx
faktor integral: x e untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear
order satu dalam bentuk:
P( x) y Q x
dy
dx
p x dx
Faktor integral x e akan membawa persamaan diferensial linier order satu
9
M N
M N
y y x x
M N
N M
y x x y
M N
y x
M N
y x
Ada beberapa kasus, yaitu:
(1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau µ(x,y) = µ(x) maka;
0 N
x
M N
y x
M N N
y x x
M N
y x
dx
1
N
M N
y x
ln dx
N
M N
y x dx
e N
M N
y x
Jadi jika menghasilkan fungsi x saja maka µ(x,y) = µ(x).
N
(2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau µ(x,y) = µ(y) maka:
M N
y x dy
e M
M N
y x
Jadi Jika dy menghasilkan fungsi y saja, maka µ = µ(y)
M
M N
y x
(3) Jika menghasilkan fungsi xy, maka µ = µ(y)
yN xM
M N
y x
(4) Jika
N M menghasilkan fungsi (x + y) maka µ = µ(x + y)
M N
y x
(5) Jika
yN xM menghasilkan fungsi (x - y) maka µ = µ(x - y)
10
M N
y x
(6) Jika menghasilkan fungsi (x2 + y2), maka µ =µ(X2 + y2)
2 xN 2 yM
M N
Kesimpulan : faktor integral ditentukan dengan menghitung kemudian
y x
membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri.
Contoh :
M N
y y
2 y xe x 2 dan
x x
x 1
Sehingga diperoleh
M N
M N y y 1
1 dan fungsi dari x saja
y x N x
M N
y x dx 1
x e N
e
x dx
e ln x x
Andaikan t adalah waktu t setelah benda mulai mendingin. Jika T(t) adalah suhu
benda pada saat t , Tm suhu medium yang mengelilinginya, dT/dt laju perubahan suhu
pada saat t , dan k faktor pendingin maka: dT/dt = k(T-Tm)
dT/(T-Tm)=kdt
int [dT/(T-Tm)]= Int k dt
1n (T-Tm)=kt + C1
11
T-Tm=e^(kt-C1)=(e^kt)(e^C1)=C jadi penyelesaian persamaan diferensial dari hukum
pendinginan Newton adalah: T=Tm+Ce^kt
Contoh:
jika suatu benda berada di udara bersuhu 36* dan benda mendingin dari 100*
dalam waktu 10 menit manjadi 68*, berapakah suhu benda setelah 30 menit?
Jawab:
andaikan t adalah waktu dalam menit setelah suhu benda mulai turun. maka suhu
benda setelah 30 menit adalah:
T=Tm-Ce^kt
diketahui: Tm=36* t=0----------->T(0)=100* C=64,
sehingga: T=36+64e^kt karena pada saat t=10----------- >T(10)=68*
maka: 68=36+64e^10k e^10k=0,5 k=0,1(1n(0,5))=(-0,0693)
jadi, T=36+64e^(-0,0693t)
t=30 => T=36+64(0,125)
T=44
2. Aplikasi Persamaan Diferensial Biasa pada Ilmu Biologi untuk Menghitung Jumlah
Bakteri
Jika y fungsi bernilai positif dalam t, dan k suatu konstanta persamaan
differensial dy/dt=ky ….(1)
menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sebarang waktu
Persamaan (1) adalah persamaan differensial terpisahkan dan dapat ditulis :
∫dy/y= ∫k dt
Ln y = kt + c
y=e^(kt+c)
y= e^kt e^c atau y= 〖Ae〗^kt ..…(2)
Dimana A=e^c konstanta sebarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2) tergantung
pada sifat masalah. Jika k bernilai positif maka persamaan (2) disebut hikum
pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilai negative maka persamaan (2) disebut hukum
peluruhan eksponensial. Soal :
a. Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi 40.000.
di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapa jumlah bakteri
setelah lima jam?
12
Jawab:
Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu
kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat itu. Jika y banyaknya bakteri dalam
kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah: dy/dt=ky ………………(1)
Dengan k factor pembanding, dengan mengintegralkan persamaan (1)
dy/y=k dt
∫1/y dy= ∫k dt
ln y = kt + C ………………………………(2)
pada saat awal t = 0 jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan memasukkan
nilai tersebut ke persamaan (2);
ln 10.000 = k(0) + C
memasukkan C ke persamaan (2) menjadi:
ln y = kt + ln 10.000
untuk t = 2 jam y = 40.000
ln y 40.000 = 2k + ln 10.000
k = 1/2 [ln 40.000 – ln 10.000]
= 1/2 [ ln40.000/ln10.000 ] = 1/2 ln 4 = ln 4^(1/2)
= ln √4 = ln 2
Memasukkan k ke persamaan (2) menjadi:
ln y = t ln 2 + ln 10.000
untuk t = 5 jam y = ….?
ln y = 5 ln 2 + ln 10.000
ln y = ln 25 (10.000)
y = 320.000
jadi setelah lima jam jumlah bakteri menjadi 320.000
2.4 Software yang dapat menyelesaikan Persamaan Diferensial
1. Mapel
2. wxMaxima,
3. Autograph
4. Geogrebra
5. MATLAB
Persamaan differensial sulit untuk diselesaikan. Namun, matlab merupakan suatu
alat canggih untuk menyelesaikaan persamaan differensial. Alat tersebut adalah suatu
fungsi yang benama dsolve, sintaks yang digunakan oleh dsolve harus dalam bentuk
string. Untuk lebih jelasnya misalkan diberikan suatu persamaan differensial orde pertama
sebagai berikut:
13
Contoh 1:
Kepada anda diberikan sebuah persamaan diferensial berikut : dy/dt=-ay. Maka
solusinya dapat dicari dengan menggunakan matlab sbb:
Contoh 2:
Dari persamaan diatas dy/dt=-a*y, dengan menggunakan parameter 1)0(=y
Solusi khususnya dapat dicari dengan matlab sbb:
>> y = dsolve('Dy = -a*y','y(0) = 1')
Contoh 3:
Diberikan persamaan berikut: d2y/dt2 - 2dy/dt - 3y = 0
solusi umumnya dapat diperoleh dengan menggunakan matlab sebagai berikut:
14
>> y=dsolve(‘D2y-2*Dy-3*y=0’)
15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Persamaan differensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu
ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Teori persamaan differensial sudah cukup
berkembang, dan metode yang digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan
differensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan differensial biasa dan persamaan
differensial parsial. Persamaan differensial biasa (PDB) adalah persamaan differensial di
mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas
tunggal. Persamaan differensial parsial (PDP) adalah persamaan differensial di mana
fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan
tersebut juga melibatkan turunan parsial.
Didalam persamaan differensial biasa, dipelajari tentang konsep persamaan
differensial linear dan Persamaan differensial linear orde satu. Persamaan differensial
linear adalah persamaan yang mengandung turunan tingkat satu yaitu turunan dengan satu
peubah bebas. Sedangkan Persamaan differensial linear orde satu adalah persamaan yang
mengandung turunan tingkat satu dimana turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan
tersebut adalah satu.
2. Saran
Sebaiknya kita harus memahami dan mengerti tentang persamaan diferensial baik
dari bentuk umumnya sampai pada penyelesaiannya. Karena dengan menguasai
persamaan differensial, kita akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan dalam
persamaan differensial biasa. Selain itu, kita juga harus paham tentang teknik – teknik
turunan maupun teknik pengintegralan yang pernah dipelajari pada mata kuliah kalkulus
sebelumnya. Hal ini agar dapat mempermudah dalam menyelesaikan soal – soal
persamaan differensial biasa, karena dalam persamaan differensial sangat berkaitan
dengan turunan dan integral.
16
Daftar pustaka PD
http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_diferensial_biasa
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.munir/Buku/Metode%20Numerik/BAb-
%2008%20Solusi%20Persamaan%20Diferensial%20Biasa.pdf
http://zakylubismy.blogspot.com/2011/11/aplikasi-persamaan-diferensial-pada.html,
http://share.its.ac.id/mod/page/view.php?id=1738
http://abrari.wordpress.com/2009/12/17/wxmaxima-software-matematika-handal/
http://sriendang90.wordpress.com/2012/12/25/aplikasi-maple-pada-matematika/
http://matic-ducati.blogspot.com/2012/03/software-matematika-precalculus.html
Benni A. Pribadi, Ph.D. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Gagne, R.M dkk. (2005). Principles of Instructional Design. Newyork: Wadsworth Publishing Co.
Sahid, MSc. 2003. Penggunaan MAPLE untuk pembelajaran Aljabar. Universitas Negeri Yogyakarta
:Journal “Lab Komputer Jurdik Matematika FMIPA UNY
http://heriantisamsu.blogspot.com/2011/10/kegunaan-maple.html 08.00 / 03-10-2012
17