Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu

variabel atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya

dalam berbagai orde. Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam

rekayasa, fisika, ilmu ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Persamaan

diferensial muncul dalam berbagal bidang sains dan teknologi, bilamana hubungan

deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara kontinu dimodelkan

oleh fungsi matematika dan laju perubahannya dinyatakan seba gai turunan diketahui

atau dipostulatkan.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang

digunakan bervariasi sesuai jenis persamaam yaitu: Persamaan diferensial biasa

(PDB) dan Persamaan diferensial parsial (PDP). Baik persamaan diferensial blasa

maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier atau nonlinier. Sebuah persamaan

diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan turunannya muncul

dalam pangkat satu (hasil kali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ¡ni,

persamaan tersebut adalah nonlinier.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah Iebih terarah

dan terfokus maka rumusan masalahnya adalah:

 Pengertian Persamaan Diferensial

 Persamaan Diferensial Biasa

 Persamaan Diferensial Parsial


 Penerapan Persamaan Diferensial di kehidupan sehari-hari

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang “Persamaan

Differensial ” serta Penerapannya dalam kehidupan sehari -hari . Diharapkan dengan

makalah ini dapat menambah wawasan para mahasiswa Teknik Informatika STMIK

MIKROSKIL dalam mengikuti mata kuliah persamaan differensial.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diferensial

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu

variabel atau lebih, yang menghubungkan nilai fungsi Itu sendiri dan turunannya

dalam berbagaI orde.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang

digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial blasa (PDB)

adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak dîketahui (variabel terikat)

adalah fungsidan variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang

tidak diketahui ini adalah fungsi ril atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa

juga berupa fungsì vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial

blasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dan turunan terhadap variabel terikat

yang muncul dalam persamaan tersebut.

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial dimana

fungsi yang tidak diketahuí adalah fungsi dan banyak variabel bebas, dan persamaan

tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada

persamaan diferensial blasa, namun klasifikasi lebihjauh ke dalam persamaan eliptik,

hiperbolik, dan parabolik, terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua,

sangatlah penting. Beberapa pesamaan diferensial parsial tidak dapat digolongkan

dalam kategoni-kategori tadi, dan dinamakan sebagai jenis campuran.

Baik pensamaan diferensial blasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai

linier atau nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang
tidak diketahui dan tuwnannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak

dibolehkan). Bila tidak memenuhi syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.

Persamaan Diferensial juga memiliki orde dan derajat dimana Orde

meupakan orde tertinggi turunan fungsi yang ada dalam persamaan, Sedangkan

Derajat merupakan Pangkat tertinggi dan turunan fungsi orde tertinggi.

CONTOH:

( )( )
3 2 2 5
d y d y y x
3
+ 2
+ 2+1 =e
dx dx x

Persamaan Diferensial Biasa, Orde tiga, Derajat dua.

B. Persamaan Diferensial Biasa( PDB)

Persamaan diferensial blasa (PDB) -Ordinary Differential Equations (ODE)

adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahul (variabel terikat)

adalah fungsi dan variabel bebas tunggal.Peubah bebas biasanya disimbolkan dengan

x.Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahul ¡ni adalah fungsi nil

atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun

matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial blasa digolongkan berdasarkan orde

tertinggi dan turunan terhadap variabel tenikat yang muncul dalam persamaan

tersebut dan turunannya merupakan turunan blasa.

Contoh-contoh persamaan berikut adalah Persamaan Diferensial Biasa (PDB)

dy
i. =x+ y
dx
' 2 2
ii. y =x + y
dy 2
iii. 2 + x y − y=0
dx
'' '
iv. y + y cosx−3 y =sin 2 x
'' ' ' ''
v. 2 y −23 =1− y
Peubah bebas untuk contoh (i) sampai (v) adalah x, sedangkan peubah terikatnya

adalah y yang merupakan fungsi dari x, atau ditulis y=g(x)

Berdasarkan turunan tertinggi yang terdapat di dalam persamaannya, PDB

dapat lagi dikelompokkan menurut ordenya, yaitu:

a. PDB orde 1, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah Contoh (i), (ii), dan

(iii) di atas adalah PDB orde 1.

b. PDB orde 2, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah turunan kedua.

Contoh (iv) adalah PDB orde dua.

c. PDB orde 3, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah turunan ketiga

Contoh (v) di atas adalah PDB orde tiga.

C. Menyelesaikan Persamaan Diferensial Biasa (PDB)

dy
PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: =f (x)
dx

atau dalam bentuk : M(x,y)dx + N(x,y)dy = 0

1. Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung

dy
Jika PDB dapat disusun dalam bentuk =f (x , y ), maka persamaan
dx
tersebut dapat diselesaikan dengan integrasi sederhana.

dy 3
 Contoh: x =5 x + 4
dx

dy 2 4
Maka =5 x +
dx x

5 3
sehingga y= x + 4 lnx+c
3

 '
x y + y =3
'
x y =3− y

( x y ' ) . 1 =( 3− y ) . 1 Kedua sisi dikali


1
x x x
' 3− y
y=
x

dy 3− y
=
dx x

dy 1
( )
dx 3− y
=
3− y 1
x 3− y ( ) kedua sisi dikali
1
3− y

1 dy 1
. =
3− y dx x

1 1
dy= dx variabel telah sesuai
3− y x

1 1
∫ 3− y dy=∫ x dx Integrasi langsung

1
ln(3-y)=lnx Ingat ∫ dx=ln+c
x

3-y=x à y=3-x

2. Penyelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel

dy
Jika persamaan diferensial berbentuk =f (x , y ), yaitu persamaan yang
dx

ruas kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan

fungsi y, maka penyelesaian PD dengan cara memisahkan variabelnya sehingga

faktor'y' bisa kita kumpulkan dengan 'dy' dan faktor'x' dengan 'dx'.

Contoh :

dy
=(1+ x )(1+ y )
dx

Maka jika kita pisahkan berdasarkan variabelnya menjadi:

1
dy= (1+ x ) dx
( 1+ y )

Jika kita integrasikan kedua ruas menjadi:


1
∫ (1+ y) dy=∫ ( 1+ x ) dx
1 2
ln ( 1+ y )= x+ x +c
2

3. Persamaan Homogen substitusi y = vx

4. Persamaan Linier dalam bentuk dy + Py = Q dx

D. Menyelesaikan Persamaan Diferensial Biasa (PDB) . dv

PDB orde satu dapat dinyatakan da lam: — = f(x,v) Ch

atau dalam bentuk : M(x,y)dx + N(x,y)dy = O

1. Pen yelesaian PDB orde satu den gan ¡ntegrasi secam Ian gsung

Jika PDB dapat disusun dalam bentuk f(x), maka persamaan tersebut dapat dx

diselesaikan dengan integrasi sederhana.

2. Pen yelesaian PDB orde satu dengan pemisahan variabel

Jika persamaan diferensial berbentuk -- = f(x, y), yaltu persamaan yang ruas dx

kanannya dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan


fungsi y,

maka penyelesa Ian PD dengan cara memisahkan vanîabelnya sehingga


faktor’y’ bisa

kita kumpul kan dengan ‘dy’ dan faktor’x’ dengan ‘dx’.

3. Persamaan Homo gen substitusi y = vx . . dv

4. Persamaan Linier da! am bentuk—- + Pv = Q dx

Untuk PD yang berbentuk -‘-+Pv=Q dengan PdanQfungsi xatau konstanta


maka dx f

penyelesaian PD dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integnasi e

5. Persamaan Bernoulli berbentuk— ÷ Py = Qv’Tdx 3 dv ,, .

PD yang berbentuk + Pv = Qv dengan P dan Q fungsi x atau konstantadx

diselesaikan dengan cara : =Q dv


Kedua, misa lkanlah Z = y’sehingga

dz d(v) dz dv

— = . = (1 ). dx dx d d’

supaya suku pertama didapat —t maka persamaan pertama dikalikan (1-n) dida
pat: dx

(1 — n)v “ + (1 — n )pyl_hl = (1 — n dx

+ P1.Z = Q1 (PDLinear) dx

dengan Pi dan Qi fungsi x atau konstanta. Persamaan terakhir dapat


diselesaikan

dengan faktor integrasi. Setelah diperoleh penyelesaian untuk z, dengn


substitusi z =

yin kita dapatkany.

6. Persamaan Diferensial Eksak

PDB dalam bentuk:

M(x,y)dx+ N(x,y)dy= O

Dikatakan eksak jika terdapat fungsi Q(x,y), sedemikian sehingga = M(x,v)


dan

= M (x, y), dengan mengingat diferensial total dan fungsi Q(x,y), maka

disimpulkan bahwa persamaan M(x,y)dx + N(x,y)dy = O eksakjika hanya jika:


SMÕN 5:v 6ï

Langkah — Iangkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial :

M(x,y)dx + N(x,y)dy = O

Langkah 2. Uji ke-eksak-an PD: 6M Cw V c

Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. misalkan


dipilih 4

M, maka: N(x,v)=fM(x,v)d.v±g(v)

Langkah 4. turunkan Qterhadap y dan semakan hasilnya dengan N(x,y)

N(x, y) = -_([M(x, th,)+ g’(v)


Langkah 5. Integralkan g’(y) untuk memperoleh g(y)

Langkah 6. Tulis kan penyelesaikan umum dalam bentuk implisit: Q(x,y) = c

Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.

7. Persamaan Diferensial Tak-Eksak

Jika suatu PD orde satu berbentuk :

M(x,y)dx + N(x,y)dy = O

Mempunyai sifat: ÔM 67V cv òx

Maka PD tersebut disebut PD tak-eksak, suatu PD tak-eksak dapat diubah ke


PD

Eksak dengan mengalikan persamaan dengan suatu faktor yang tepat, yang
disebut

faktor pengintegralan (integrating factor).Pada bagian sebelumnya, kita


mengenal

faktor integral: ,(x)= ej(t untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear

order satu dalam bentuk:

+ P(x)v = Q(x) dx

Faktor integral u(x)= eS”’akan membawa persamaan diferensial linier order


satu

berbentuk + P(x)v = Q(x) menjadi PD eksak. Secara umum suatu faktor


integral dx

adalah faktor i(x, y) dapat mengubah persamaan diferensial tidak eksak


menjadi

persamaan diferensial eksak.

8. Men entukan Faktor ¡te grasi

Jika M(x,y)dx + N(x,y)cfy = O PD tak-eksak dan i(x,y) faktor integrasi, maka

ii(x,y)M(x,y)dx + i(x,y)N(x,y)dy = O adala h PD Eksak, sehingga

¿iM ¿In atau (V òi 5 Sp- M +V SMò Sp

p = —— N + —--- p
Ada beberapa kasus, yaltu:

(1) Faktor integrasi hanya fungsi x saja atau ¡i(x,y) = ii(x) maka; IO-N 11(8M W
issá:V & 8M (W N61u= LV & pàï (¿M (W V. I•\ô &dxp N(8M cW !L7 & inp=f dx
N (&w w(z,1’ ‘,L1ê N (1M ¿W is 1v L di p=e M (ÔM ¿3N ¿3’.

Jadiiika M dy menghasiIkanfungsiysaja,makai=i(y) 3M 3N 3v 3

(3) Jika menghasiIkanfungsixy,makai=.t(y) vN — xM &=N &... I\8• & . . .

Jadi jika N menghasilkan fungsi x saja maka ii(x,y) =

(2) Faktor integrasi hanya fungsi y saja atau ii(x,y) = i’(y) maka: 6 M8N i3y 0x

(4) Jika N—M menghasilkan fungsi (x+y) maka i= p(x i-y) õy ôx (5) Jika

N + .M meng hasilkan fungsi (x - y) maka 1.1 = ii(x - y)

(6) Jika menghasilkan fungsi (x2 + y2), maka i =ii(X2 + y2) 2xN—2vM. . . . iMêN

Kesimpulan : faktor integral ditentukan dengan menghitung kemudian ôy ôx

membaginya sehingga diperoleh fungsi yang mandiri.

E. Aplikasi Persamaan Diferensial Blasa (PDB)

1. Aplikasi Persamaan Diferensial Pada Hukum Pendinginan Newton

Andaikan t adalah waktu t setelah benda mulai mendingin. Jika T(t) adalah

suhu benda pada saat t, Tm suhu medium yang mengelilinginya, dT/dt laju
perubahan

suhu pada saat t, dan k faktor pendingin ma ka: dT/dt = k(T-Tm)

dT/(T-Tm) =kdt

mt [dT/(T-Tm)]= Int k dt

in (T-Tm)=kt + Cl

T-Tm=e’(kt-Cl)=(e1kt)(e’Cl)=C jadi penyelesaian persamaan diferensial dañ hukum

pendinginan Newton adalah: T=Tm+Ce’kt


Contoh:

jika suatu benda berada di udara bersuhu 36* dan benda mendingin dan 100*

da lam waktu 10 menit manjadi 68*, berapakah suhu benda setelah 30 me nit?

Jawab:7

andaikan t adalah waktu dalam menit setelah suhu benda mulai turun. maka suhu

benda setelah 30 menit adala h:

T=Tm-Ce’kt

diketahui: Tm=36* C=64,

sehingga: T=36+64e”kt karena pada saat t=10 >T(10)=68*

ma ka: 68=36÷64e’ 10k e’10k=0,5 k=O,1(ln(O,5))=(-O0693)

jadi, T=36+64e’(-O,O693t)

t=30 => T=36+64(O, 125)

T=44

2. Aplikasi Persamaan Diferensial Blasa pada Ilmu Biologi untuk Men ghitung
Jumlah

Bakten

Jika y fungsi bemilai positif dalam t, dan k suatu konstanta persamaan

differensial dy/dt=ky ....(1)

menyatakan bahwa laju perubahan y sebanding dengan besarnya y pada sebarang

waktu t.

Persamaan (1) adalah persamaan differensial terpisahkan dan dapat ditulis : f dy/y=
fkdt Ln y = kt + c y=e’(kt+c) y= e’kt e”c atau y= KAe)i’kt (2)

Dimana A=eAc konstanta sebarang. Nilai konstanta k dalam persamaan (2)


tergantung

pada sifat masalah. Jika k bemilai positif maka persamaan (2) disebut hikum
pertumbuhan eksponensial. Jika k bernilal negative maka persamaan (2) disebut

hukum peluruhan eksponensial.

Soal:8

a. Jumlah bakteri dalam suatu kultur adalah 10.000, setelah dua jam menjadi 40.000.

di bawah persyaratan perkembangan yang ideal, menjadi berapa jumlah bakteri

setelah lima jam?

Jawab:

Di bawah persyaratan yang menguntungkan laju perkembangan bakteri dalam suatu

kultur sebanding dengan jumlah bakteri pada saat ¡tu. Jika y banyaknya bakteri
dalam

kultur pada waktu t maka laju perkembangannya adalah: dy/dt=ky (1)

Dengan k factor pembanding, dengan meng integralkan persamaan (1)

dy/y=k dt 1/ycfy=kdt

Iny=kt+C (2)

pada saat awal t = O jumlah bakteri 10.000 (y = 10.000) sehingga dengan


memasukkan

nilai tersebut ke persa maan (2);

In 10.000 = k(0) + C

memasukkan C ke persamaan (2) menjadi:

Iny=kt+In 10.000

untuk t= 2jamy = 40.000

In y 40.000 = 2k + In 10.000

k= 1/2 [In 40.000—In 10.0001

= 1/2 [ I 40.000/InH10.000] = 1/2 In 4 = In 4”(1/2)

=InI4 =In 2

Memasukkan k ke persamaan (2) menjadi:

lny=tIn2 ÷InlO.000
untukt=5jamy=....?

Iny=51n2+In 10.000

Anda mungkin juga menyukai