Anda di halaman 1dari 9

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NUMERIK

1. PENDAHULUAN
Persamaan diferensial ( seperti semua bentuk persamaan aljabar lainnya), itu
mungkin memiliki solusi. Nahh, solusi ini yang kemudian di bagi menjadi dua jenis, yaitu
solusi analitik dan solusi numerik.
Adapun solusi analitik yaitu seperti namanya, solusi analitik ini di cari menggunakan
metode analitik. Lantas apasih metode analitik itu? Secara sederhana metode analitik bias
ketahui dari arti kata analitik yang dimana analitik artinya bersifat atau menggunakan
analisis. Analisis artinya memisahkan. Nahh apa yang di pisahkan? Itu tergantung dari
konteksnya. Berikut contohnya:
Misalkan terdapat persamaan diferensial y ' + y=k , maka kita tahu paling sedikit
ada 2 peubah di dalam persamaan tersebut. Peubah y , dengan peubah
bebasnya/independen (misalkan x ), sedangkan k hanyalah tetapan. Karena sebenarnya y '
itu merupakan turunan dari y terhadap peubah bebas x . Kita memiliki 2 set persamaan.
Satu yang ditulis di atas, satu lagi berasal dari definisi turunan y tadi. Dari sini, kita dapat
memisahkan peubah y dan x dengan tujuan mencari tahu nilai y dengan hanya
bergantung pada nilai x saja, secara langsung. Misalkan kita ingin memisahkan y , maka
kita katakan, kita ingin mencari solusi y yang memenuhi persamaan di atas. Kita
dapatkan solusi umum:
y= A e Bx +C ( A dan Badalah tetapan).
Di solusi umum ini, terlihat bahwa peubah y dan x terpisah dengan hanya satu
simbol y di sebelah kiri. Sedangkan di sebelah kanan, bisa kita temukan simbol x dengan
berbagai bentuk, kombinasi, dan fungsi, namun tidak ada peubah y sama sekali di
sebelah kanan. Apabila kita menemukan solusi peubah y tersebut, kita katakan y
memiliki solusi bentuk-tertutup (closed-form solution).
Sebagai catatan, sebenarnya definisi solusi bentuk-tertutup itu lebih spesifik lagi.
Konsep yang paling penting adalah: Solusi analitik memiliki bentuk aljabar dengan
peubah yang menjadi solusi sepenuhnya terpisah di sebelah kiri (tidak ada satupun di
kanan). Kalau dilihat di contoh di atas, peubah y hanya ada di kiri, di kanan tidak ada.
Cara mencari solusi analitik ini yang dinamakan metode analitik. Nah, konsepnya cukup
gampang bukan? Oiya, tidak semua persamaan diferensial memiliki solusi analitik yahhh.
Kenapa, karena metodenya belum diketahui (atau memang tidak ada). Namun, untuk
beberapa kelas persamaan differensial, metodenya sudah ditemukan. Contohnya, untuk
persamaan differensial lanjar biasa orde satu dan orde dua, kita punya metode khusus
untuk mencari solusinya. Semakin banyak peubah yang terlibat, contohnya di persamaan
differensial sebagian, atau persamaan differensial nirlanjar, semakin sulit mencari solusi
analitiknya karena belum ditemukan caranya, atau sulit mencari ide bagaimana cara
mendapatkan solusi analitik tersebut. Namun, apabila solusi analitiknya ditemukan, kita
dapat mengetahui nilai peubah yang diperhatikan tadi, secara eksak, pasti, dan tepat.
Maksudnya, dengan menggunakan solusi peubah y di atas, kita bisa tahu berapa nilai y
secara pasti, apabila x memiliki nilai tertentu (nilainya cukup dimasukkan ke rumus).
Nahh, tadi sudah dibahas bahwa tidak semua persamaan differensial memiliki
solusi analitik (karena susah). Namun, kita dapat mencari tahu berapa kira-kira nilai suatu
peubah menggunakan metode numerik. Metode numerik di sini secara sederhananya
dinamakan seperti itu karena menggunakan penomoran (angka). Singkatnya, karena sulit
mencari solusinya menggunakan aljabar, maka nilai hampirannya (pendekatannya)
didapat dengan memasukkan angkanya secara langsung untuk kemudian menghitung
nilai peubah yang dicari. Oleh karena sifatnya yang berupa pendekatan. Nilai akhir
peubah yang dicari hanya berupa nilai hampiran, bukan nilai yang eksak atau tepat.
Namun, di praktik perinsinyuran kadang memang nilai hampirannya saja sudah cukup
memenuhi syarat atau bisa digunakan. Saat menggunakan metode numerik, pasti ada dua
komponen yang dihitung. Yang pertama, adalah nilai hampiran peubah itu sendiri.
Misalnya nilai hampiran peubah y pada saat x bernilai 1. Yang kedua, adalah jangkauan
kesalahan perhitungan. Misalnya nilai hampiran y apabila dihitung dengan nilai x sekian
dan parameter sekian, maka jangkauan kesalahannya adalah nilai eksak y berada di
rentang nilai hampiran y ditambah 0.5 atau dikurangi 0.5 (sekedar ilustrasi).
Perbedaan mendasar antara perhitungan analitik dan numeric yaitu karena adanya
nilai error. Dan adanya metode numeric adalah karena perhitungan analitik tidak bias
dilakukan oleh computer secara langsung.

2. PERSAMAAN DIFERENSIAL
Persamaan diferensial adalah gabungan antara fungsi yang tidak diketahui secara
eksplisit dan turunan (diferensial)-nya. Persamaan diferensial dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial.

2.1. Persamaan diferensial biasa (PDB) - Ordinary Differential Equations (ODE).

PDB adalah persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu peubah bebas.
Peubah bebas biasanya disimbolkan dengan x.

Contoh :
Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial biasa (PDB):
dy
i. =x+ y
dx
ii. y '=x 2+ y 2
dy
iii. 2 + x 2 y− y=0
dx
iv.
y + y 'co s x - 3 y = si n 2 x 2 y ' − 2 3 y ' = 1 − y
Peubah bebas untuk contoh (i) sampai (v) adalah x , sedangkan peubah terikatnya adalah y ,
yang merupakan fungsi dari x , atau ditulis sebagai y=g ( x) .
Berdasarkan turunan tertinggi yang terdapat di dalam persamaannya, PDB dapat lagi
dikelompokkan menurut ordenya, yaitu:

a. PDB orde 1, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah turunan


pertama.
Contoh (i), (ii), dan (iii) di atas adalah PDB orde 1.
b. PDB orde 2, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah turunan kedua.
Contoh (iv) adalah PDB orde dua.
c. PDB orde 3, yaitu PDB yang turunan tertingginya adalah turunan ketiga.
Contoh (v) di atas adalah PDB orde tiga.
d. dan seterusnya untuk PDB dengan orde yang lebih tinggi. PDB
orde 2 ke atas dinamakan juga PDB orde lanjut.

2.2. Persamaan Diferensial Parsial (PDP) - Partial Differential Equations (PDE).


PDP adalah persamaan diferensial yang mempunyai lebih dari satu peubah bebas.
Turunan fungsi terhadap setiap peubah bebas dilakukan secara parsia

Contoh :
Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial parsial (PDP):

i. ∂2 x ∂2 u x+ y (yang dalam hal ini,


2
+ 2 =6 xye u=g (x , y ))
∂x ∂ y
ii. ∂y
2
∂ u 2 ∂ u
2 (yang dalam hal ini,
=3sin ( x +t )+ 2 +(1+ x ) 2 u=g (x , y , t))
∂x ∂y ∂y

Peubah bebas untuk contoh (i) adalah x dan y , sedangkan peubah terikatnya
adalah u, yang merupakan fungsi dari x da n y , atau ditulis sebagai
u=g ( x , y ). Sedangkan peubah bebas untuk contoh (ii) adalah
x , y , da n t , sedangkan peubah terikatnya adalah u, yang merupakan fungsi
dari x , y , da n t , atau ditulis sebagai u=g ( x , y , t) .

2.3. Persmaan Diferensial Biasa Orde 1 (PDB Orde 1)


Bentuk baku PDB orde satu dengan nilai awal ditulis sebagai

y '=f ( x , y)
dengan nilai awal y ( x 0 ) = y pers .1

dy dy
Catatan: Kadang-kadang y ' ditulis sebagai . Jadi, y '= .
dx dx
PDB orde satu yang tidak mengikuti bentuk baku tersebut harus ditulis ulang menjadi bentuk
persamaan ( pers.1), agar ia dapat diselesaikan secara numerik.

Contoh 8.3
Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial biasa dan trans formasinya ke
dalam bentuk baku PDB orde 1:

a. 2 y ' + x y=100 ; y (0)=1


' ( 10 0 – x y )
Bentuk baku: y = ; y ( 0 ) =1
2
' 2y '
b. −x y + = y − y ; y ( 1 )=−1
x
2y
Bentuk baku: ' x + y ; y ( 1 )=−1
y=
1+ x

Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di x r +1=x r +h ,


dengan h adalah ukuran langkah (step) setiap lelaran. Pada metode analitik, nilai
awal berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada
metode numerik nilai awal (initial value) pada persamaan ( pers. 1) berfungsi
untuk memulai lelaran. Terdapat beberapa metode numerik yang sering
digunakan untuk menghitung solusi PDB, mulai dari metode yang paling dasar
sampai dengan metode yang lebih teliti, yaitu:
a. Metode Euler
b. Metode Heun
c. Metode Runge-Kutta

2.4. Metode Euler.


Diberikan PDB orde 1,
' dy
y= =f ( x , y ) dan nilai awal y ( x 0 )= y 0 , misalkan y r = y ( xr )
dx
Adalah hampiran nilai y di x r yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal ini
x r=x 0 +rh , r=0,1,2, … . n
Metode Euler diturunkan dengan cara menguraikan y (x r +1) di sekitar x r kedalam
deret Taylor:
2
( xr +1−x r ) ' ( x r +1−x r ) ''
y ( x r+1 ) = y ( xr ) + y ( xr )+ y ( x r ) + …( pers. 2)
1! 2!
Bila ( pers.2) di potong sampai suku orde tiga, diperolah :
2
( xr +1−x r ) ( x r +1−x r )
y ( x r ) , x r <t < x r+1 ( pers.3)
' ''
y ( x r+1 ) = y ( xr ) + y ( xr )+
1! 2!

Berdasarkan persamaan ( pers.1),

y '( x r )=f ( x r , y r )

dan
x r +1−x r=h

maka persamaan ( pers .3) dapat ditulis menjadi


h2
y ( x r+1 ) ≈ y ( x r ) +hf ( x r , y r ) + y (t) (pers. 4
2

Dua suku pertama persamaan ( pers .4 ), yaitu

y ( x r+1 ) = y ( xr ) +hf ( x r , y r ) ; r=0 , 1 ,2 , ... , n( pers .5)

menyatakan metode Euler atau metode Euler-Cauchy. Metode Euler disebut juga
metode orde-pertama, karena pada persamaan ( pers .4 ) kita hanya
mengambil sampai suku orde pertama saja. Untuk menyederhanakan penulisan,
persamaan ( pers.5 ) dapat juga ditulis lebih singkat sebagai
y r +1= y r + h f r

Selain dengan bantuan deret Taylor, metode Euler juga dapat diturunkan dengan cara
yang berbeda. Sebagai contoh, misalkan kita menggunakan aturan segiempat untuk
mengintegrasi-kan f(x,y) pada persamaan diferensial

y '=f ( x , y); y (x 0)=x0


Integrasikan kedua ruas dalam selang [ xr , x r +1] :
xr + 1 x r +1

∫ y ( x ) dx=∫ f ( x , y ( x ) ) dx
'

xr xr
Gunakan aturan segiempat untuk mengintegrasikan ruas kanan, menghasilkan:

y ( x r +1)− y (xr )=hf (x r , y (x r))

atau

y ( x r +1)= y ( xr )+hf (xr , y r )

yang merupakan metode Euler.

2.4.1. Tafsiran Geometri Metode Persamaan Diferensial Biasa


Nahh, secara penafsiran bahwa f ( x , y ) dalam persamaan deferensial
menyatakan gradien garis singgung kurva di titik ( x , y ) . Kita mulai menarik
garis singgung dari titik (x 0 , y 0 ) dengan gradien f (x 0 , y 0 ) dan berhenti di
titik ( x 1 , y 1 ) , dengan y 1 dihitung dari persamaan ( pers .5). Selanjutnya, dari
titik ( x 1 , y 1 ) ditarik lagi garis dengan gradien f ( x 1 , y 1) dan berhenti di titik
( x 2 , y 2 ) , dengan y 2 dihitung dari persamaan ( pers .5 ¿. proses ini kita ulang

beberapa kali, misalnya sampai leleran ke-n, sehingga hasilnya adalah adalah
garis patah-patah seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 1.
Gambar 2.

Berdasarkan tafsiran geometri pada Gambar 1, kita juga dapat menurunkan metode
Euler. Tinjau Gambar 2. Gradien (m) garis singgung di x r adalah
' Δ y BC y r+1− y r
m= y ( x r )=f ( x r , y r )= = = ⟺ y r +1= y r +hf (x r , y r )
Δ x AB h
yang tidak lain adalah persamaan metode Euler.
2.4.2. Analisis Galat Metode Euler
Meskipun metode Euler sederhana, tetapi ia mengandung dua macam galat,
yaitu galat pemotongan (truncation error) dan galat longgokan (cumulative
error). Galat pemotongan dapat langsung ditentukan dari persamaan ( pers .4 ),
yaitu
1 2
E p ≈ h y (t)=O( {h} ^ {2} ) (pers. 6
2
Galat pemotongan ini sebanding dengan kuadrat ukuran langkah h sehingga
disebut juga galat per langkah (error per step) atau galat lokal. Semakin kecil
nilai h (yang berarti semakin banyak langkah perhitungan), semakin kecil
pula galat hasil perhitungannya. Perhatikan bahwa nilai pada setiap langkah (
y r ) dipakai lagi pada langkah berikutnya ( y r +1). Galat solusi pada langkah
ke−r adalah tumpukan galat dari langkah-langkah sebelumnya. Galat yang
terkumpul pada akhir langkah ke-r ini disebut galat longgokan (cumulative
error). Jika langkah dimulai dari x 0=a dan berakhir di x n=b maka total
galat yang terkumpul pada solusi akhir ( y n ) adalah

()
n 2
1 2 h ( b−a) 2 (b-a)
Etotal =∑ h y (t)=n y ( t )= h y (t)= y ( t ) h( pers .6)
r=1 2 2 2h 2
Galat longgokan total ini sebenarnya adalah

Etotal = y (b) sejati− y ( x n ) Euler

Persamaan ( pers .6 ) menyatakan bahwa galat longgokan sebanding dengan h .


Ini berarti metode Euler memberikan hampiran solusi yang buruk, sehingga
dalam praktek metode ini kurang disukai, namun metode ini
membantu untuk memahami gagasan dasar metode penyelesaian PDB
dengan orde yang lebih tinggi. Pengurangan h dapat meningkatkan ketelitian
hasil, namun penguranganh tanpa penggunaan bilangan berketelitian ganda
tidaklah menguntungkan karena galat numerik meningkat disebabkan oleh
galat pembulatan [NAK93].

Selain galat pemotongan, solusi PDB juga mengandung galat pembulatan,


yang mempengaruhi ketelitian nilai y 1 , y 2 , … , semakin lama semakin
buruk dengan meningkatnya n (baca kembali Bab 2 Deret Taylor dan Analisis
Galat).

ALGORITMA 7.1 (METODE EULER)

Menghitung hampiran penyelesaian masalah nilai awal


y '=f (t , y) dengan
y (t 0)= y 0 pada [ x0 , b]

INPUT : t 0 ,b , y 0 , dan fungsi f

OUTPUT : tk , yk k =1,2,3 ,... , n


Contoh

Diketahui PDB

dy
=x+ y dan y (0)=1
dx

Gunakan metode Euler untuk menghitung y (0,10) dengan ukuran langkah


h=0.05dan h=0.02 . Jumlah angka bena=5. Diketahui solusi sejati PDB
tersebut adalah y ( x )=ex−x −1.

Penyelesaian:

(i) Diketahui

a=x 0=0
b=0.1 0
h=0.0 5

Dalam hal ini, f (x , y )=x + y , dan penerapan metode Euler pada PDB
tersebut menjadi

y r +1= y r +0.02(x r + y r )

Langkah-langkah:

xr = 0 y0 = 1
x 1 = 0.05 y 1 = y 0 + 0.05( x r + y 0) ¿ 1+( 0.05)(0+1)=1.0050
x 2 = 0.10 y 2 = y 1 + 0.05( x 1 + y 1)
¿ 1.0050+(0.05)( 0.05+1.0050)=1.05775
Jadi, y (0.10) 1.05775.

( Bandingkan dengan nilai solusi sejatinya,

y (0.10)=e 0.10−0.01−1=1.1103 sehingga galatnya adalah


galat ¿ 1.1103−1.05775=0.05255 ¿

(ii) Diketahui

a=x 0=0
b=0.1 0
h=0.0 2

Dalam hal ini, f (x , y )=x + y , dan penerapan metode Euler pada PDB
tersebut menjadi

y r +1= y r +0.02 ¿) Langkah-langkah:

xr = 0 y0 = 1
x 1 = 0.02 y 1 = y 0 + 0.02 ( x r + y 0) ¿ 1+( 0.02)(0+ 1)=1.0200
x 2 = 0.04 y 2 = y 1 + 0.02 ( x 1 + y 1)
¿ 1.0200+(0.02)(0.02+1.0200)=1.0408
x 3=0.06 y 3=1.0624
x 4 =0.08 y 4 =1.0848
x 5=0.10 y 5=1.108 1

Jadi, y (0,10) 1.1081

( Bandingkan dengan solusi sejatinya , y (0.10)=1.1103 , sehingga galatnya


adalah galat ¿ 1.1103−1.1081=1.1081)

Anda mungkin juga menyukai