Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persamaan diferensial berperang penting di alam , sebab kebanyakan fenomena
alam dirumuskan dalam bentuk diferensial. Persamaan diferensial sering digunakan
sebagai model matematika dalam bidang sains maupun dalam bidang rekayasa.

Persamaan differensial adalah pesamaan yang memuat turunan satu (atau


beberapa ) fungsi yang tidak diketahui. Suatu persamaan diferensial yang terdiri dari
satu variabel bebas saja dinamakan perasamaan diferensial biasa (Ordinary
Differential Equation-ODE). Sedangkan persamaan diferensial yang terdiri dari dua
atau lebih variabel bebas dinamakan persamaan diferensial parsial (partial
Differential Equation-PDE). Pada pembahasan makalah kami akan membahas
persamaan diferensial biasa (ODE) dengan metode Euler, metode heun ,metode
modifikasi euler, metode Runge-Kutta. Penyelesaian persamaan diferensial biasa
(ODE) mempunyai bentuk umum yaitu:

dy
 f  x, y 
dx

Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di xi+1 = xi +


Δx, dengan Δx adalah jarak setiap titik. Pada metode analitik, nilai awal berfungsi
untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode numerik nilai awal
(initial value ) pada ersamaan di atas berfungsi untuk memulai lelaran .

B. Tujuan Makalah
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
menganalisis Metode Euler ,metode Heun, metode modifikasi euler, metode Runge-
Kutta.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Euler

Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling
sederhana. Di banding dengan beberapa metode lainnya, metode ini paling kurang
teliti. Namun demikian metode ini perlu dipelajari mengingat kesederhanaannya dan
mudah pemahamannya sehingga memudahkan dalam mempelajari metode lain yang
lebih teliti.
Metode euler atau disebut juga metode orde pertama karena persamaannya
kita hanya mengambil sampai suku orde pertama saja.
Misalnya diberikan PDB orde satu,
𝑦 , = dy/dx = f(x,y)
dan nilai awal
y(x0) = x0
Misalkan
yi = y(xi)
adalah hampiran nilai di xi yang dihitung dengan metode euler. Dalam hal ini

xi = x0 + i.Δx, i = 1, 2, 3,…n

metode euler diturunkan dengan cara menguraikan y(xi+1) di sekitar xi ke dalam deret
taylor :
(𝑥𝑖+1 −𝑥𝑖 ) (𝑥𝑖+1 −𝑥𝑖 )2
y(xi+1)=y(xi)+ y’(xi)+ y”(xi)+… (a.1)
1! 2!
bila persamaan di atas dipotng samapai suku orde tiga, peroleh

(𝑥𝑖+1 −𝑥𝑖 ) (𝑥𝑖+1 −𝑥𝑖 )2


y(xi+1) = y(xi) + y’(xi) + y”(t), xr<t<xi+1 (a.2)
1! 2!

berdasarkan persamanan bentuk baku PDB orde orde satu maka


y’(xi) = f(xi, yi)
dan
xi+1 – xi = Δx
maka persamaan 2 dapat ditulis menjadi

∆𝑥 2
y(xi+1) ≈y(xi)+ f(xi,yi) Δx+ y”(t) (a.3)
2

dua suku pertama persamaan di atas yaitu :

y(xi+1) = y(xi) + f(xi, yi).Δx ; i = 0, 1, 2,…,n (a.4)

2
yang merupakan metode Euler.

Tafsiran geometri Metode PDB

f(x,y) dalam persamaan diferensial menyatakan gradiaen garis siggng kurva


di titik (x,y). kita mulai menarik garis singgung dari titik (x 0,y0) dengan gradien
f(x0,y0) dan berenti di titik (x1,y1), dengan y1 di hitung dari persamaan 4. Selanjutnya
di titik (x1,y1) ditarik lagi garis dengan gradien f(x1,y1) dan berhenti dititik (x2,y2)
dengan y2 dihitung dari persamaan 4. Proses ini kita ulang beberapa kali, misalnya
sampai lelaran ke-n, sehingga hasilnya adalah garis patah-patah seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
y y=f(x)

gradient f(xn-1,yn-1)

x0 x1 x2 x3 … xn-1 xn x

(Tafsiran geometri untuk penurunan metode PDB)

y y(x)

yi+1 sejati

yi+1

yi

Δx

xi xi+1 x

tafsiran geometri untuk penurunan metode euler

3
pada gambar kedua gradien (m) garis singgung di xi adalah
𝑑𝑦 𝑦𝑖+1 −𝑦𝑖
𝑚 = 𝑦 ′ (𝑥𝑖 ) = 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) = 𝑑𝑥 = ∆𝑥
(a.5)

Sehingga menjadi :

⟺ 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )∆𝑥 (a.6)

Yang tidak lain adalah persamaan Euler.

Contoh:

Diketahui PDB

dy/dx = -2x3+12x2 -20x+8.5

dan y(0)=1

Penyelesaian:

1. Mencari Penyelesaian nilai eksak :

Ubah persamaan dy/dx menjadi y.

Sehingga untuk persamaan

dy/dx = -2x3+12x2 -20x+8.5

menjadi

y= -0.5x4 + 4x3 -10x2 + 8.5x + c


dimana untuk nilai y(0) =1
substitusikan nilai y(0)=1 ke persamaan diatas
y(0)= -0.5(0)4 + 4(0)3 -10(0)2 + 8.5(0) + c
1 =c

Sehingga persamaannya menjadi

y= -0.5x4 + 4x3 -10x2 + 8.5x + 1

2. Penyelesaian numeris
Penyelesaian numerik dilakukan secara bertahap pada beberapa titik yang
berurutan. Dengan menggunakan Persamaan (a.6) dihitung nilai yi+1 yang

4
berjarak Δx = 0,5 dari titik awal x = 0. Untuk i=0 maka persamaan (a.6)
menjadi :

𝑦1 = 𝑦0 + 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 )∆𝑥

Dari kondisi awal, pada x=0 nilai fungsi y(0)=1,sehingga :

𝑦1 = 𝑦0 + 𝑓(𝑥0 , 𝑦0 )∆𝑥

𝑦(0,5) = 𝑦(0) + 𝑓(0; 1)0,5

Kemiringan garis dititik (x0,y0) adalah :

𝑑𝑦
= 𝑓(0; 1) = −2𝑥 3 + 12𝑥 2 − 20𝑥 + 8,5
𝑑𝑥
𝑑𝑦
= 𝑓(0; 1) = −2(0) + 12(0) − 20(0) + 8,5 = 8,5
𝑑𝑥

Sehingga :

𝑦(0,5) = 𝑦(0) + 𝑓(0; 1)0,5


𝑦(0,5) = 1 + 8,5𝑥0,5
𝑦(0,5) = 5,25

Nilai eksak pada titik x=0,5 adalah :

y = -0.5x4 + 4x3 -10x2 + 8.5x + 1

y(0,5) = -0.5(0,5)4 + 4(0,5)3 -10(0,5)2 + 8.5(0,5) + 1


y(0,5) = 3,21875

Jadi kesalahan dengan menggunakan metode euler adalah :

3,21875 − 5,25
𝜀=| | 𝑥 100% = 63,1 %
3,21875
Pada langkah berikutnya, yaitu untuk i=1 persamaan (a.6) menjadi :

𝑦2 = 𝑦1 + 𝑓(𝑥1 , 𝑦1 )∆𝑥
𝑦(1) = 𝑦(0,5) + 𝑓(0,5; 5,25)0,5
𝑦(1) = 5,25 + [−2(0,5)3 + 12(0,5)2 − 20(0,5) + 8,5]0,5
𝑦(1) = 5,875

Untuk langkah selanjutnya yaitu untuk i=2 dan selanjutnya, dilakukan


dengan prosedur seperti diatas.

5
B. Metode Heun (Perbaikan Metode Euler)
Metode Euler mempunyai ketelitian yang rendah karena galatnya besar. buruknya
galat ini dapat dikurangi dengan menggunakan metode Heun, yang merupakan
perbaikan metode Euler (modifified Euler’s method ). Pada metode Heun , solusi dari
metode Euler dijadikan sebagai solusi perkiraan awal (prediktor), selanjutnya solusi
perkiraan awal diperbaiki dengan metode Heun (Corrector).
Metode Heun diturunkan sebagai berikut:
Pandang PDB orde Satu
y ' ( x)  f ( x, y( x))
Integrasikan kedua ruas persamaan dari xi sampai xi+1 :
𝑥𝑖+1 𝑥𝑖+1
∫ 𝑓(𝑥, 𝑦(𝑥))𝑑𝑥 = ∫ 𝑦 ′ (𝑥)𝑑𝑥
𝑥𝑖 𝑥𝑖
= y(xi+1)-y(xi)
= yi+1-yi
Nyatakan yi+1 di ruas kiri dan suku-suku lainnya di ruas kanan:

𝑥
𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ∫𝑥 𝑖+1 𝑓(𝑥, 𝑦(𝑥))𝑑𝑥 (b.1)
𝑖

Suku yang mengandung integral di ruas kanan ,


𝑥
∫𝑥 𝑖+1 𝑓(𝑥, 𝑦(𝑥))𝑑𝑥 (b.2)
𝑖
dapat diselesaikan dengan metode trapesium menjadi

𝑥 [𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦𝑖+1 )]


∫𝑥 𝑖+1 𝑓(𝑥, 𝑦(𝑥))𝑑𝑥 = 2
∆𝑥 (b.3)
𝑖

Substitusikan persamaan (b.1) ke dalam persamaan (b.3) , menghasilkan persamaan

[𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦𝑖+1 )]


𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 2
∆𝑥 (b.4)

Yang merupakan metode Heun.

Dalam persamaan (b.3) suku ruas kanan mengandung yi+1 ini adalah solusi perkiraan
awal (prediktor) yang dihitung dengan metode Euler. Persamaan (b.4) dapat dituls
sebagai:
predictor : 𝑦 0 𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 𝑓(𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 )∆𝑥

6
[𝑓(𝑥𝑖 ,𝑦𝑖 )+𝑓(𝑥𝑖+1 ,𝑦 0 𝑖+1 )]
Corrector : 𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + 2
∆𝑥

Contoh soal:

Selesaikan persamaan berikut:

dy
 f (t , y )   y 2 (c.1)
dt

y ( 0)  1 (c.2)

dengan menggunakan metode Heun dan t = 0,1.

Penyelesaian:

1
Penyelesaian eksak dari persamaan diatas adalah: y 
1 t

Penyelesaian numerik dengan menggunakan metode Heun.

Persamaan (c.1) dapat ditulis dalam bentuk:

yi  1  yi  f (ti , yi ) Δt  yi  yi2 Δt (c.3)

Untuk i = 0, persamaan (c.3) menjadi:

y1  y 0  y 02  t

Kemiringan fungsi di titik ( t0 , y0 ) adalah:

f (t0 , y0 )   y02   (12 )   1.

Perkiraan nilai awal dari y di titik i = 1 adalah:

y10  1  (1 0,1)  0,9.

7
Kemiringan fungsi di titik i = 1 adalah:

y1'  f (t1 , y10 )   y12   (0,92 )   0,81.

Kemiringan rerata:

y0'  y1' (1)  (0,81)


y'     0,905.
2 2

Perkiraan nilai y dititik i = 1 adalah:

y1  1 ( 0,905  0,1)  0,9095.

Untuk i = 1, persamaan (3) menjadi:

y2  y1  y12 Δt

Kemiringan fungsi di titik ( t1, y1 ) adalah:

f (ti , yi )   y12  (0,90952 )   0,82719.

Perkiraan nilai awal dari y di titik i = 2 adalah:

y20  0,9095  (0,827191 0,1)  0,82678.

Kemiringan fungsi dititik i = 2 adalah:

y2'  f (t 2 , y20 )   y2   (0,826782 )   0,68357.


2

Kemiringan rerata:

y1'  y2' (0,82719)  (0,68357)


y'     0,75538.
2 2

Perkiraan nilai y dititik i = 2 adalah:

y1 = 0,9095 – (0,75538  0,1) = 0,83396.

Hitungan selanjutnya dilakukan dengan prosedur diatas dan hasilnya diberikan dalam
Tabel 8.2.
Tabel 8.2. Hasil hitungan dengan metode Heun

8
ti y eksak y perkiraan  t (%)

0,00 1,000000 1,00000 -

0,10 0,909090 0,90950 0,05

0,20 0,833333 0,83396 0,08

0,30 0,769231 0,76977 0,1

0,40 0,714286 0,71507 0,11

0,50 0,666666 0,66746 0,12

C. Metode Poligon

Metode Poligon dapat juga disebut sebagai modifikasi dari metode Euler. Metode
Euler digunakan untuk memprediksi kemiringan nilai y pada titik tengah interval.
Untuk itu pertama kali dihitung nilai yi + 1/2 berikut ini. Gambar 8.5 adalah penjelasan
dari metode tersebut.

Δx
y 1  yi  f ( xi , yi )
i 2
2

Gambar 8.5. Metode Euler yang dimodifikasi (Poligon)

9
Kemudian nilai tersebut digunakan untuk mengestimasi kemiringan pada titik tengah
interval, yaitu :

y' 1  f (x 1 ,y 1 ) (8.17)
i i i
2 2 2

Kemiringan tersebut merupakan perkiraan dari kemiringan rerata pada interval, yang
kemudian digunakan untuk ekstrapolasi linier dari xi ke xi + 1 dengan menggunakan
metode Euler:

yi  1  yi  f ( x 1 ,y 1 ) Δx (8.18)
i i
2 2

Contoh soal:

Selesaikan persamaan berikut dengan metode Poligon untuk x = 0,1.

dy
 f ( x, y )  e x (c.1)
dt

y ( 0)  1 (c.2)

Penyelesaian:

Persamaan (c.1) dapat ditulis dalam bentuk:

yi  1  yi  f ( xi , yi ) Δx  yi  exi Δx (c.3)

Perkiraan nilai y pada titik tengah interval adalah:

Δx 0,1
y 1  y0  e 0  1  (1 )  1,05.
2 2 2

Kemiringan fungsi pada titik tengah interval adalah:

y 1'  f ( x 1 , y 1 )  e 0, 05  1,051271.
2 2 2

Perkiraan nilai y di titik i = 1 adalah:

10
y1  y0  f ( x 1 , y 1 ) Δx  1  (1,051271 0,1)  1,105127.
2 2

Prosedur hitungan tersebut diatas diulangi lagi untuk langkah-langkah berikutnya,


dan hasilnya diberikan dalam Tabel 8.3.

Tabel 8.3. Hasil hitungan dengan metode Poligon

xi y eksak y perkiraan  t (%)

0,0 1,000000 1,00000 -

0,1 1,105171 1,105127 0,004

0,2 1,221403 1,221310 0,008

0,3 1,349859 1,349713 0,011

0,4 1,491825 1,491619 0,014

0,5 1,648721 1,648452 0,016

D. Metode Runge-Kutta

Pada metode Euler memberikan hasil yang kurang teliti maka untuk mendapatkan
hasil yang lebih teliti perlu diperhitungkan suku yang lebih banyak dari deret Taylor
atau dengan menggunakan interval x yang kecil. Kedua cara tersebut tidak
menguntungkan. Penghitungan suku yang lebih banyak memerlukan turunan yang
lebih tinggi dari fungsi nilai y (x), sedang penggunaan x yang kecil menyebabkan
waktu hitungan lebih panjang.

Metode Runge-Kutta memberikan hasil ketelitian yang lebih besar dan tidak
memerlukan turunan dari fungsi, bentuk umum dari metode Runge-Kutta adalah:

yi  1  yi  Φ ( xi , y i , Δx) Δx (8.19)

dengan (xi, yi, x) adalah fungsi pertambahan yang merupakan kemiringan rerata
pada interval.

Fungsi pertambahan dapat ditulis dalam bentuk umum:

11
Φ  a1k1  a2k2  ...  an kn (8.20)

dengan a adalah konstanta dan k adalah:

k1 = f (xi, yi) (8.21a)

k2 = f (xi + p1x, yi + q11 k1x) (8.21b)

k3 = f (xi + p2x, yi + q21 k1x + q22 k2x) (8.21c)

kn = f (xi + pn – 1x, yi + qn – 1, 1 k1x + qn – 1, 2 k2x + + qn – 1, n – 1 kn – 1x) (8.21d)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai k mempunyai hubungan berurutan.

Nilai k1 muncul dalam persamaan untuk menghitung k2, yang juga muncul dalam
persamaan untuk menghitung k3, dan seterusnya. Hubungan yang berurutan ini
membuat metode Runge-Kutta adalah efisien dalam hitungan.

Ada beberapa tipe metode Runge-Kutta yang tergantung pada nilai n yang digunakan.

Untuk n = 1, yang disebut Runge-Kutta order satu, persamaan (8.20) menjadi:

Φ  a1k1  a1 f ( xi , yi )

Untuk a1 = 1 maka persamaan (8.19) menjadi:

yi  1  yi  f ( x i , yi ) Δx

yang sama dengan metode Euler.

Di dalam metode Runge-Kutta, setelah nilai n ditetapkan, kemudian nilai a, p dan q


dicari dengan menyamakan persamaan (8.19) dengan suku-suku dari deret Taylor.

1) Metode Runge-Kutta order 2


Metode Runge-Kutta order 2 mempunyai bentuk:

yi  1  yi  (a1k1  a2 k 2 )Δx (8.22a)

dengan:

12
k1  f ( xi , yi ) (8.22b)

k2  f ( xi  p1Δx, yi  q11k1Δx) (8.22c)

Nilai a1, a2, p1 dan q11 dievaluasi dengan menyamakan persamaan (8.22a) dengan
deret Taylor order 2, yang mempunyai bentuk:

Δx Δx
yi  1  yi  f ( xi , yi )  f ' ( xi , yi ) (8.23)
1 2

dengan f ' ( xi , yi ) dapat ditentukan dari hukum berantai (chain rule) berikut:

f f dy
f ' ( xi , yi )   (8.24)
x y dx

Substitusi persamaan (8.24) ke dalam persamaan (8.23) menghasilkan:

Δx f f dy Δx
yi  1  yi  f ( xi , yi ) (  ) (8.25)
1 x y dx 2

Dalam metode Runge-Kutta ini dicari nilai a1, a2, p1 dan q11 sedemikian sehingga
persamaan (8.22a) ekivalen dengan persamaan (8.25). Untuk itu digunakan deret
Taylor untuk mengembangkan persamaan (8.22c). Deret Taylor untuk fungsi
dengan dua variabel mempunyai bentuk:

g g
g ( x  r , y  s )  g ( x, y )  r s  ...
x y

Dengan cara tersebut, persamaan (8.22c) dapat ditulis dalam bentuk:

f f
f ( xi  p1 Δx, yi  q11k1 Δx)  f ( xi , yi )  p1 Δx  q11k1 Δx  0(Δx 2 )
x y

Bentuk diatas dan persamaan (8.22b) disubstitusikan ke dalam persamaan (8.22a)


sehingga menjadi:

13
f
yi  1  yi  a1 Δx f ( xi , yi )  a2 Δx f ( xi , yi )  a2 p1 Δx 2
x
f
 a2 q11Δx 2 f ( xi , yi )  0 ( Δx 3 )
x

atau

y1  1  yi  a1 f ( xi , yi )  a2 f ( xi , yi )Δx
 f f  (8.26)
 a2 p1  a2 q11 f ( xi , yi )  Δx 2  0( Δx 3 )
 x x 

Dengan membandingkan persamaan (8.25) dan persamaan (8.26), dapat


disimpulkan bahwa kedua persamaan akan ekivalen apabila:

a1 + a2 = 1. (8.27a)

1
a2 p1 = . (8.27b)
2

1
a2 q11 = . (8.27c)
2

Sistem persamaan diatas yang terdiri dari tiga persamaan mengandung empat
bilangan tak diketahui, sehingga tidak bisa diselesaikan. Untuk itu salah satu
bilangan tak diketahui ditetapkan, dan kemudian dicari ketiga bilangan yang lain.
Dianggap bahwa a2 ditetapkan, sehingga persamaan (8.27a) sampai persamaan
(8.27c) dapat diselesaikan dan menghasilkan:

a1  1  a2 (8.28a)

1
p1  q11  (8.28b)
2a 2

Karena nilai a2 dapat dipilih sembarang, maka akan terdapat banyak metode
Runge-Kutta order 2.

Dibawah ini merupakan 3 metode Runge-Kutta order 2 yang sering digunakan.

a) Metode Heun

14
1
Apabila a2 dianggap , maka persamaan (8.28a) dan persamaan (8.28b)
2
dapat diselesaikan dan diperoleh:

1
a1  .
2
p1  q11  1.

Parameter tersebut apabila disubstitusikan ke dalam persamaan (8.22a) akan


menghasilkan:

1 1
yi  1  yi  ( k1  k 2 ) Δx (8.29a)
2 2

dengan:

k1  f ( xi , yi ) (8.29b)

k2  f ( xi  Δx, yi  k1Δx) (8.29c)

dimana k1 adalah kemiringan fungsi pada awal interval dan k2 adalah


kemiringan fungsi pada akhir interval. Dengan demikian metode Runge-
Kutta order 2 adalah sama dengan metode Heun.

b) Metode Poligon (a2 = 1)

Apabila a2 dianggap 1, maka persamaan (8.28a) dan persamaan (8.28b) dapat


diselesaikan dan diperoleh:

a1  0.
1
p1  q11  .
2

Parameter tersebut apabila disubstitusikan ke dalam persamaan (8.22a) akan


menghasilkan:

yi  1  yi  k 2 Δx (8.30a)

15
dengan:

k1  f ( xi , yi ) (8.30b)

1 1
k 2  f ( xi  Δx, yi  k1 Δx) (8.30c)
2 2

c) Metode Ralston

2
Dengan memilih a2 = , akan menghasilkan kesalahan pemotongan
3
2
minimum untuk metode Runge-Kutta order 2. Dengan a2 = , didapat:
3

1
a1  .
3
3
p1  q11  .
4

sehingga :

1 2
yi  1  yi  ( k1  k 2 ) Δx (8.31a)
3 3

dengan:

k1  f ( xi , yi ) (8.31b)

3 3
k 2  f ( xi  Δx, yi  k1 Δx) (8.31c)
4 4

Contoh soal:

Selesaikan persamaan diferensial berikut ini dengan metode Raltson.

dy
  2 x 3  12 x 2  20 x  8,5.
dx

dari x = 0 sampai x = 4 dengan menggunakan langkah x  0,5. Kondisi awal


pada x = 0 adalah y = 1.

16
Peyelesaian:

Langkah pertama adalah menghitung k1 dan k2 dengan menggunakan persamaan


(8.31b) dan persamaan (8.31c):

k1  f ( x0 , y0 )   2(03 )  12(0 2 )  20(0)  8,5  8,5.


3 3
k 2  f ( xi  Δx, yi  k1 Δx)  f (0,375 ; 14,1875).
4 4
  2( 0,375 )  12( 0,375 2 )  20(0,375)  8,5  2,58203125.
3

Kemiringan rerata adalah :

1 2
Φ (8,5)  (2,58203125)  4,5546875.
3 3

Nilai y (0,5) dihitung dengan persamaan (8.31a):

y0,5  y0  Φ Δx  1  4,5546875(0,5)  3,27734375.

Tabel 8.4. Perbandingan penyelesaian persamaan dengan berbagai metode


EULER HEUN POLIGON RUNGE-KUTTA
I X YE
Y  t (%) Y  t (%) Y  t (%) Y  t (%)
1 0.00 1.00000 1.00000 - 1.00000 - 1.00000 - 1.00000 -
2 0.50 3.21875 5.25000 63.11 3.43750 6.80 3.27734 1.82 3.21875 0.00
3 1.00 3.00000 5.87500 95.83 3.37500 12.50 3.10156 3.39 3.00000 0.00
4 1.50 2.21875 5.12500 130.99 2.68750 21.13 2.34766 5.81 2.21875 0.00
5 2.00 2.00000 4.50000 125.00 2.50000 25.00 2.14063 7.03 2.00000 0.00
6 2.50 2.71875 4.75000 74.71 3.18750 17.24 2.85547 5.03 2.71875 0.00
7 3.00 4.00000 5.87500 46.88 4.37500 9.38 4.11719 2.93 4.00000 0.00
8 3.50 4.71875 7.12500 50.99 4.93750 4.64 4.80078 1.74 4.71875 0.00
9 4.00 3.00000 7.00000 133.33 3.00000 0.00 3.03125 1.04 3.00000 0.00

17
BAB III

KESIMPULAN

1. Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling
sederhana.Metode euler atau disebut juga metode orde pertama karena
persamaannya kita hanya mengambil sampai suku orde pertama saja.
Misalnya diberikan PDB orde satu,
𝑦 , = dy/dx = f(x,y) dan nilai awal y(x0) = x0
Persamaan metode euler yaitu :
yi = yi-1 + f(xi-1, yi-1) Δx

2. Metode Runge-Kutta memberikan hasil ketelitian yang lebih besar dari metode
euler ,heun, dan poligon dan tidak memerlukan turunan dari fungsi.

18

Anda mungkin juga menyukai