Metode Euler adalah metode paling sederhana yang diturunkan dari Metode Taylor.
dy
y'= =f ( x , y ) dan nilai awal y ( x 0 )= y 0
dx
Misalkan,
y r = y (x r ) adalah hampiran y di x r yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal ini
Metode Euler diturunkan dengan cara menguraikan y (x (r +1) ) di sekitar x r ke dalam deret Taylor:
2
x r +1−x r ' ( x r+1 −xr ) ' ' (P.8.5)
y ( x r+1 ) = y ( xr ) + y ( xr )+ y ( x r ) +…
1! 2!
y ' ( x r )=f (x r , y r)
dan
x r +1−x r=h
h2
y ( x r+1 ) ≈ y ( x r ) +hf ( x r , y r ) + y ' ' (t ) (P.8.7)
2
y r +1= y r + h f r
Selain dengan bantuan deret taylor. Metode euler juga dapat diturunkan dengan cara yang
berbeda. Sebagai contoh, misalkan kita menggunakan aturan segiempat untuk mengintegrasikan
f (x , y ) pada persamaan diferensial
y ' =f ( x , y ) ; y ( x 0 )= y 0
y ( x r+1 ) − y ( xr )=hf ( x r , y ( x r ) )
Atau
y ( x r+1 ) = y ( xr ) +hf (x r , y r )
' ∆ y BC y r +1− y r
m= y ( x r )=f ( x r , y r )= = =
∆ x AB h
⇔ y r+1= y r +hf ( x r , y r )
Meskipun metode Euler sederhana, tetapi ia mengandung dua macam galat, yaitu galat
pemotongan (truncation error) dan galat longgokan (cumulative error). Galat pemotongan dapat
langsung ditentukan dari persamaan (P.8.7), yaitu
1
E p ≈ h2 y ' ' (t )=O( h2) (P.8.9)
2
Galat pemotongan ini sebanding dengan kuadrat ukuran langkah h sehingga disebut juga galat
per langkah (error per step) atau galat local. Semakin kecil nilai h (yang berarti semakin banyak
langkah perhitungan), semakin kecil pula galat hasil perhitungannya. Perhatikan bahwa nilai
pada setiap langkah ( y r ) dipakai lagi pada langkah berikutnya ( y r +1). Galat solusi pada langkah
ke-r adalah tumpukan galat dari langkah-langkah sebelumnya. Galat yang terkumpul pada akhir
langkah ke-r ini disebut galat longgokan (cumulative error). Jika langkah dimulai dari x 0=a dan
berakhir x n=b maka total galat yang terkumpul pada solusi akhir ( y n ) adalah
n
Etotal =∑
r=1
( 12 ) h y (t)} =n {{h} ^ {2}} over {2} y (t)= {(b−a)} over {2 h} { h} ^ { 2} y left (t right ) = {b-a} o
2
(P.8.10)
Persamaan (P.8.10) menyatakan bahwa galat longgokan sebanding dengan h. Ini berarti metode
Euler memberikan hampiran solusi yang buruk, sehingga dalam praktek metode ini kurang
disukai, namun metode ini membantu untuk memahami gagasan dasar metode penyelesaian PDB
dengan orde yang lebih tinggi. Pengurangan h dapat meningkatkan ketelitian hasil, namun
pengurangan h tanpa penggunaan bilangan berketelitian ganda tidaklah menguntungkan karena
galat numerik meningkat disebabkan oleh galat pembulatan [NAK93].
Contoh :
Diketahui PDB
dy
=x+ y dan y ( 0 )=1
dx
Gunakan metode Euler untuk menghitung y (0,10) dengan ukuran langkah h=0,05 dan h=0,02.
Jumlah angka bena =5. Diketahui solusi sejati PDB tersebut adalah y ( x ) =e x −x−1.
Penyelesaian :
i Diketahui
a=x 0=0
b=0,10
h=0,05
Dalam hal ini, f ( x , y )=x+ y, dan penerapan metode Eular pada PDB tersebut menjadi
y r +1= y r + 0,02(xr + y r )
Langkah-langkah :
x 0=0 → y 0=1
x 1=0,05 → y 1 = y 0+ 0,05 ( x 0+ y 0) =1+ ( 0,05 ) ( 0+1 )=1,0050
x 2=0,10 → y 2= y 1+ 0,05 ( x1 + y 1 ) =1,0050+ ( 0.05 ) ( 0,05+1,0050 )=1,05775
Jadi, y (0,10)≈ 1,05775
ii Diketahui
a=x 0=0
b=0,10
h=0,02
Dalam hal ini, f ( x , y )=x+ y, dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut menjadi
y r +1= y r + 0,02(xr + y r )
Langkah-langkah :
x 0=0 → y 0=1
x 1=0,02 → y 1= y 0+ 0,02 ( x 0 + y 0 ) =1+ ( 0,02 )( 0+ 1 )=1,0200
x 2=0,04 → y 2= y 1 +0,02 ( x 1+ y 1 ) =1,0200+ ( 0,02 ) ( 0,02+1,0200 )=1,0408
x 3=0,06 → y 3=1,0624
x 4 =0,08→ y 4 =1,0848
x 5=0,10 → y 5=1,1081
Jadi, y ( 0,10 ) ≈1,1081
Contoh :
dy
Dikethui =2 x 2 y+ 3 y 2+ x 2 +3
dx
Jawab :
Untuk h=0,2
y r +1= y r + hf (x r , y r )
y 1= y 0 +hf (x0 , y 0 )
x 1=x 0+ h
x 1=1+0,2=1,2
y x=1,2 =2,8
Untuk h=0,1
y 1= y 0 +hf (x0 , y 0 )
x 1=x 0+ h
x 1=1+0,1=1,1
y x=1,1 =1,9
y x=1,1 = y 1+ hf (x 1 , y 1)
y x=1,1 =1,9+0,1[20,72]
y x=1,1 =3,97210
y untuk x=1,1 dengan h=0,1