Anda di halaman 1dari 17

BAB 8

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

8.1 Kelompok Persamaan Diferensial


1. Persamaan Diferensial Biasa (PDB) – Ordinary Differential Equations
(ODE)
PDB adalah persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu peubah
bebas. Peubah bebas biasanya disimbolkan dengan x.
Contoh 8.1:
Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial biasa
(PDB):
𝑑𝑦
1) =𝑥+𝑦
𝑑𝑥

2) 𝑦 ′ = 𝑥 2 + 𝑦 2
𝑑𝑦
3) 2 𝑑𝑥 + 𝑥 2 𝑦 − 𝑦 = 0

4) 𝑦 ′′ + 𝑦 ′ cos 𝑥 − 3𝑦 = sin 2𝑥
5) 2𝑦 ′′′ − 23𝑦 ′ = 1 − 𝑦 ′′
2. Persamaan Diferensial Parsial (PDB) – Partial Differential Equations
(PDE)
PDP adalah persamaan diferensial yang mempunyai lebih dari satu peubah
bebas. Turunan fungsi terhadap setiap peubah bebas dilakukan secara
parsial.
Contoh 8.2
Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial parsial
(PDP):
∂2 𝑢 ∂2 𝑢
1) + = 6𝑥𝑦𝑒 𝑥+𝑦 (yang dalam hal ini, u = g(x,y))
∂x2 ∂y2

∂𝑢 ∂2 𝑢 ∂2 𝑢
2) = 3 sin(𝑥 + 𝑡) + + (1 + 𝑥 2 ) ∂y2 (yang dalam hal ini, u =
∂t ∂x2

g(x,y,t))
8.2 PDB Orde Satu
Bentuk baku PDB orde satu dengan nilai awal ditulis sebagai
y’ = f(x, y) (P.8.4)

dengan nilai awal y(x0) = y0


𝑑𝑦 𝑑𝑦
Catatan: Kadang-kadang y' ditulis sebagai 𝑑𝑥 . Jadi, y' = 𝑑𝑥

PDB orde satu yang tidak mengikuti bentuk baku tersebut harus ditulis ulang
menjadi bentuk persamaan baku, agar ia dapat diselesaikan secara numerik.

Contoh 8.3

Contoh-contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial biasa dan


transformasinya ke dalam bentuk baku PDB orde 1:

1) 2y’ + xy = 100; y(0) = 1

(100−𝑥𝑦)
Bentuk baku: y’ = ; y(0) = 1
2

2𝑦
2) –xy’ + = y’ – y; y(1) = -1
𝑥

2𝑦
𝑥+𝑦
Bentuk baku: y’ = ; y(1) = -1
1+𝑥

Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di xr+1 = xr

+ h, dengan h adalah ukuran langkah (step) setiap lelaran. Pada metode analitik,
nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada
metode numerik nilai awal (initial value) berfungsi untuk memulai lelaran.
Terdapat beberapa metode numerik yang sering digunakan untuk menghitung
solusi PDB, yaitu

1. Metode Euler

2. Metode Heun

3. Metode Deret Taylor

4. Metode Runge-Kutta
5. Metode predictor-corrector

8.3 Metode Euler

Diberikan PDB orde satu,


𝑑𝑦
y' = 𝑑𝑥 = f(x, y) dengan nilai awal y(x0) = y0

Misalkan

yr = y(xr)

adalah hampiran nilai y di xr yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal
ini

xr = x0 + rh, r = 0,1,2,... n.
Metoda Euler diturunkan dengan cara menguraikan y(xr+1) di sekitar xr ke
dalam deret Taylor:

(𝑥𝑟+1−𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1−𝑥𝑟 )2
y(xr+1) = y(xr) + 𝑦 ′ (𝑥 𝑟 ) + 𝑦 ′′ (𝑥𝑟 ) + ⋯ (P.8.5)
1! 2!

Bila persamaan (1) dipotong sampai suku orde tiga, diperoleh

(𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 )2


y(xr+1) ≈ y(xr) + 𝑦 ′ (𝑥 𝑟 ) + 𝑦 ′′ (𝑡), 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1
1! 2!

(P.8.6)

Berdasarkan persamaan (P.8.4),

y’(xr) = f(xr, yr) dan xr+1 – xr = h

Maka persamaan (P.8.6) dapat ditulis menjadi

ℎ2
y(xr+1) ≈ y(xr) + hf(xr, yr) + 𝑦 ′′ (𝑡) (P.8.7)
2

Dua suku pertama persamaan (P.8.7), yaitu

y(xr+1) = y(xr) + hf(xr, yr) ; r = 0, 1, 2,…., n (P.8.8)


menyatakan metode Euler. Untuk menyederhanakan penulisan,
persamaan metode Euler dapat juga ditulis lebih singkat sebagai
yr+1 = yr + hfr
8.3.1 Tafsiran Geometri Metode PDB
Pikirkanlah kembali bahwa f(x,y) dalam persamaan diferensial menyatakan
gradien garis singgung kurva di titik (x,y). Kita mulai menarik garis singgung
dari titik (x0, y0) dengan gradien f(x0, y0) dan berhenti di titik (x1, y1), dengan
y1 dihitung dari persamaan Euler. Selanjutnya, dari titik (x1, y1) ditarik lagi garis
dengan gradien f(x1, y1) dan berhenti di titik (x2, y2), dengan y2 dihitung dari
persamaan Euler. Proses ini kita ulang beberapa kali, misalnya sampai lelaran
ke-n, sehingga hasilnya adalah garis patah-patah seperti yang ditunjukkan pada
Gambar berikut:
Berdasarkan tafsiran geometri pada Gambar di atas, kita juga dapat menurunkan
metode Euler. Tinjau Gambar di bawah ini. Gradien (m) garis singgung di
xr adalah
∆𝑦 𝐵𝐶 𝑦𝑟+1 −𝑦𝑟
m = y’(oxr) = f(xr, yr) = ∆𝑥 = 𝐴𝐵 = ℎ

 yr+1 = yr + hf(xr, yr)

8.4 Metode Heun (Perbaikan Metode Euler)


Metode Euler mempunyai ketelitian yang rendah karena galatnya besar
(sebanding dengan h). Buruknya galat ini dapat dikurangi dengan menggunakan
metode Heun, yang merupakan perbaikan metode Euler (modified Euler's
method). Pada metode Heun, solusi dari metode Euler dijadikan sebagai solusi
perkiraan awal (predictor). Selanjutnya, solusi perkiraan awal ini diperbaiki
dengan metode Heun (corrector).
Persamaan Heun:
ℎ (0)
𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 2 [𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) + 𝑓(𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟+1 )] (P.8.13)

Dalam persaman (P.8.13), suku ruas kanan mengandung yr+1. Nilai yr+1 ini adalah
solusi perkiraan awal (predictor) yang dihitung dengan metode Euler. Karena
itu, persamaan Heun dapat ditulis sebagai
(0)
Predictor: 𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + ℎ𝑓 (𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )
ℎ (0)
Corrector: 𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 2 [𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) + 𝑓(𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟+1 )] (P.8.14)

Atau ditulis dalam satu kesatuan.



𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 2 [𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ) + 𝑓(𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟 + ℎ𝑓(𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 ))] (P.8.15)

8.4.1 Tafsiran Geometri Metode Heun


1
Perhatikan gambar di bawah ini! Dalam selang xr sampai xr + 2 ℎ menghampiri

solusi y dengan garis singgung melalui titik (xr, yr) dengan gradien f(xr, yr), dan
(0)
kemudian meneruskan garis singgung dengan gradien 𝑓(𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟+1 ) sampai x

mencapai xr+1.

Gambar 8.4 Tafsiran geometri metode Heun


8.4.2 Galat Metode Heun
Galat per langkah metode Heun sama dengan galat kaidah trapezium, yaitu:
ℎ3
𝐸𝑝 ≈ − 12 𝑦 ′′ (𝑡), 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1 (P.8.15)

= O(h3)

Contoh 8.5

Diketahui PDB

dy/dx = x + y ; y (0) = 1

Hitung y (0, 10) dengan metode Heun (h = 0.02)


Penyelesaian:

Diketahui

F (x, y) = x + y

a = x0 = 0

b = 0.10

h = 0.02

maka n = (0.10 – 0)/0.02 = 5 (jumlah langkah)

Langkah-langkah:

x1 = 0.02 → y(0)1 = y0 + hf(x0, y0 )

= 1 + 0.02(0 + 1)

= 1.0200

y(1)1 = y0 + (h/2) [f(x0, y0) + f(x1, y(0)1)]

= 1 + (0.02/2) (0 + 1 + 0.02 + 1.0200)

= 1.0204

X2 = 0.04 → y(0)2 = y1 + hf(x1, y1 )

= 1.0204 + 0.02(0.02 + 1.0204)

= 1.0412

y(1)2 = y1 + (h/2) [f(x1, y1) + f(x2, y(0)2)]

= 1.0204 + (0.02/2) (0.02 + 1.0204 + 0.04 + 1.0412)

= 1.0416

X5 = 0.10 → y(0)5 = y4 + hf(x4, y4 )


y(1)5 = y4 + (h/2) [f(x4, y4) + f(x5, y(0)5)]

= 1 + (0.02/2) (0 + 1 + 0.02 + 1.0200)

= 1.1104

Jadi, y (0.10) ≈ 1.1104

Bandingkan:

Nilai sejati : y(0.10) = 1.1103

Euler (Contoh 8.4) : y(0.10) = 1.1081

Heun (Contoh 8.5) : y(0.10) = 1.l104 → lebih baik dari Eulerr

8.5.3 Perluasan Metode Heun

Metode Heun dapat diperluas dengan meneruskan Ielarannya sebagai berikut :

y(0)r+1 = yr + hf(xr + yr)

y(1)r+1 = yr + h/2 [f(xr + yr) + f(xr+1 + y (0)r+1)]

y(2)r+1 = yr + h/2 [f(xr + yr) + f(xr+1 + y (1)r+1)]

y(3)r+1 = yr + h/2 [f(xr + yr) + f(xr+1 + y (2)r+1)]

y(k+1)r+1 = yr + h/2 [f(xr + yr) + f(xr+1 + y (k)r+1)]

Kondisi berhenti adalah bila

y(k)r+1 – y(k-1)r+1 < ↋

dengan ↋ adalah batas galat yang diinginkan. Jika lelarannya dilakukan satu kali
(sampai dengan y(1)r+1 saja), maka lelarannya dinamakan lelaran satu lemparan
(shot iteration). Metoda Heun adalah lelaran satu lemparan

8.6 Metode Deret Taylor

Kita sudah melihat bahwa metode Euler diturunkan dengan menggunakan deret

Taylor. Deret Taylor pada penurunan metode Euler dipotong sampai suku orde

pertama sehingga solusinya kurang teliti. Kita dapat meningkatkan ketelitian

dengan mermotong deret sampaisuku yang lebih tinggi lagi. Metode deret Taylor

adalah metode yang umum untuk menurunkan rumus-rumus solusi PDB. Metode

Euler merupakan metode deret Taylor yang paling sederhana.

Diberikan PDB

y’(x) = f(x, y) dengan kondisi awal y(xo) = yo

Misalkan

yr+1 = y(xr+1), r = 0,1, …, n

adalah hampiran nilai y di xr+1. Hampiran ini diperoleh dengan menguraikan yr+1di
sekitar xr sebagai berikut:

(𝑥𝑟+1+𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1+𝑥𝑟 )2 (𝑥𝑟+1+𝑥𝑟 )3


y(xr+1) = y(xr) + y’(xr) + y”(xr) +
1! 2! 3!

(𝑥𝑟+1+𝑥𝑟 )𝑛
y’”(xr) + … + Y(n)(xr)
𝑛!

atau

ℎ2 ℎ3 ℎ (𝑛) 𝑦 (𝑛)
y(xr+1) = y(xr) + hy’(xr) + y”(xr) + y”’(xr) + … + xr
2 6 2

(P.8.19)
Persamaan (P.8.19) menyiratkan bahwa untuk menghitung hampiran nilai yr+1, kita
perlu mengitung y’(xr), y”(xr), … , y(n)(xr) yang dapat dikerjakan dengan

Rumus

y(k)(x) = p(k-1) f(x, y)

(P.8.20)

yang dalam hal ini, P adalah operator turunan,

𝜕 𝜕
P = (𝜕𝑥 + 𝑓 𝜕𝑦 )

(P.8.21)

Contoh 8.3

Diketahui PDB

1 1
dy/dx = 2 𝑥 - 2 𝑦 ; y(0) = 1

Tentukan y(0.50) dengan metode deret Taylor (h = 0.25)

Penyelesaian:

x0 = 0 → y0 = 1

x1 = 0.25 → y1 = ?

ℎ2 ℎ3 ℎ (𝑛)
y(x1) = y(x0) + hy’(x0) + y”(x0) + y”’(x0) + … + y(0) x0 + …
2 6 𝑛!

Misal kita hanya menghitung y(x1) sampai suku orde ke-4 saja

1 1
y’(x) = 2𝑥 -2𝑦

𝑑 1 1
y”(x) = 𝑑𝑥 (2 x - 2 y)

1 1
= 2 + f.(- 2)
1 1 1 1
= 2 −(2 𝑥 - 2 𝑦). 2

1 1 1
= 2 - 4𝑥 + y
4

𝑑 1 1 1
y”’(x) = ( − x - y)
𝑑𝑥 2 4 4

1 1
= − 4 + f.(4)

1 1 1 1
= 4 −(2 𝑥 - 2 𝑦). 4

1 1 1
= 4 - 8𝑥 + y
8

𝑑 1 1 1
Y(4)(x) =𝑑𝑥 (4 - 8 𝑥 + y)
8

1 1
= − 8 + f.(8)

1 1 1
= 8 - 16 𝑥 + y
16

Diperoleh:

y(xo) = y(0) = 1

1 1 1
y’(xo) = y’(0) = 2 x 0 - 2 x 1 = - 2

1 1 1 3
y”(xo) = y”(0) = 2 - 4 x 0 + 4 x 1= 4

1 1 1 3
y’”(xo) = y”’(0) = − 4 + 8 x 0 + 8 x 1= - 8

1 1 1 3
y(4)(xo) = y(4)(0) = 8 - 16 x 0 + 16 x 1= 16

sehingga

1 3 3 3
y(x1) = 1 + 0.25(-2) + ((0.25)2/2)( 4) + ((0.25)3/6)(- 8) + ((0.25)4/24)( 16)

= 0.8974915
X2 = 0.50 → y2 = ?

ℎ2 ℎ3 ℎ (𝑛)
Y(x2) = y(x1) + hy’(x1) + y”(x1) + y”’(x1) + … + y(1) x1+ …
2 6 𝑛!

Diperoleh:

y(x1) = 0.8974915

y’(x1) = -0.3237458

y”(x1) = 0.6618729

y’”(x1) = -0l3309634

y(4)(x1) = 0.1654682

Sehingga,

Y2 = 0.8974915 + 0.25 (-0.3237458) + (0.252/2)(0.6618729) + (0.253/6)(-


0.3309634) + (0.254/24)(0.1654682)

= 0.8364037

Jadi, y(0.50) ≈ 0.8364037

(Bandingkan dengan sohusi sejati, >(0.50) 0.8364023)

Galat Metode Deret Taylor

Galat perlangkah metode deret Taylor setelah pemotongan ke-n adalah

ℎ (𝑛+1) 𝑓(𝑛+1)
E1 ≈ (t), x0 < t < xr+1
(𝑛+1)!

= O(hn+1)

(P.8.22)

Pada Contoh 8.1, galat per langkahnya adalah


ℎ 5 (5)
Ep ≈ f (t), 0<t<0.50
5!

Karena t tidak diketahui, kita hanya dapat menghitung batas atas dan batas bawah

galat Ep, dalam selang-buka (0, 50).

Galat longgokan total metode deret Taylor adalah:

ℎ (𝑛+1)
EL = 𝑓 (𝑛+1) (t)
(𝑛+1)!

𝑏−𝑎 ℎ (𝑛+1)
= 𝑓 (𝑛+1)(t)
ℎ (𝑛+1)!

𝑓(𝑛+1)
= (𝑏 − 𝑎) (𝑛+1)! ℎ𝑛

= O(hn)

(P.8.23)

8.7 Orde Metode PDB

Orde metode penyelesaian PDB menyatakan ukuran ketelitian solusinya. Makin


tinggi orde metode, makin teliti solusinya. Orde metode PDB dapat ditentukan dari
persamaan galat per langkah atau dari galat longgokannya.

1.Jika galat longgokan suatu metode PDB berbentuk Chp, C tetapan, maka metode

tersebut dikatakan berorde p.

Sebagai contoh,

𝑏−𝑎 𝑏−𝑎
metode Euler → Galat longgokan = y”(t)h = Ch, C = y”
ℎ 2

= O(h) →orde metode Euler = 1

−(𝑏−𝑎) −(𝑏−𝑎)
metode Heun →Galat longgokan = 12
y”(t)h2 = Ch2, C = 12
y”(t)
= O(h2) → orde metode Euler = 2

2. Jika galat per langkah suatu metoda PDB berbentuk Bhp+1, B konstanta, maka

metode tersebut dikatakan berorder p. Dengan kata lain, jika galat per langkah

O(hp+1) maka galat longgokan = O(hp).

Sebagai contoh,

1 1
metode Euler →Galat per langkah = y” (t)h2 = Bh2, B = y”(t)
2 2

= O(h2) →orde metode Euler = 2-1 = 1

1 1
metode Heun → Galat per langkah = − 12 y” (t)h3 = Bh3, B = − 12 y”(t)

= O(h3) →orde metode Euler = 3-1 = 2

Menentukan Galat per Langkah Metode PDB

Galat per langkah metode PDB diperoleh dengan bantuan deret Taylor. Kita

sudah pernah menurunkan galat per langkah metode Heun dengan bantuan deret

Taylor. Sekarang, prosedur untuk menentukan galat per langkah suatu metode

PDB dapat ditulis sebagai berikut:

(1) Notasi nilai y hampiran di xr+1 adalah yr+1

(2) Notasi nilai y sejati di xr+1 adalah yr+1

(3) Uraikan yr+1di sekitar xr

(4) Uraikan yr+1 di sekitar xr

(5) Galat per langkah adalah= (4) - (3)


Contoh 8.4

Hitung gala per langkah metode PDB

yr+1 = yr + hfr (metode Euler)

Dan tentukan orde metodenya.

penyelesaian:

Hampiran : yr+1 = yr + hfr

Sejati : yr+1

Uraikan yr+1 hampiran di sekitar xr:

Ruas kanan persamaan yr+1 sudah terdefinisi dalam xr, jadi yr+1 tidak
perlu diuraikan lagi.

Uraikan yr+1 di sekitar xr :

(𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 ) (𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 )2


yr+1 = Y(xr+1) = y(xr) + y’(xr) + y”(xr) + …
1! 1!

ℎ2
= yr + hy + yr” + …
2

ℎ2
= yr + hy + yr’ + …
2

Galat per langkah EP, = yr+1 - yr+1

ℎ2
= Fr’ + …
2

ℎ2
= y’(t), xr < t < xr+1
2

= O(h2)

Orde metode 2-1=1


Contoh 8.5

Hitung galat per langkah metode PDB


yr+1 = yr + 12 (23 fr- 16fr-1 +5fr-2)

dan tentukan orde metodenya.

Penyelesaian:


Hampiran : yr+1 = yr + 12 (23 fr - 16fr-1 +5fr-2)

Sejati : yr+1

Uraikan yr+1 di sekitar xr :

23 fr = 23 fr

1 ℎ3
- 16fr-1 = - 16 (fr –hfr’ + 2 h2 fr”- fr’” + … )
6

4 8ℎ3
5fr-2 = 5 (fr – 2hfr’ + 2 h2 fr”- fr’” + … )
6

24ℎ3
23 fr - 16fr-1 + 5fr-2 = 12 fr + 6 hfr’ + 2h2 fr” - fr’” + …
6


yr+1 = yr + (23 fr - 16fr-1 + 5fr-2)
12

ℎ 24ℎ3
= yr + 12 (12 fr – 6hfr’ + 2h2 fr” - )
6

1 1 1
= yr + ℎ𝑓𝑟 + 2 h2 fr’ + 6 h3 fr”- 3 h4 fr’” + …

Uraikan yr+1 di sekitar xr ;

ℎ2 ℎ3 ℎ4
yr+1 = yr + ℎ𝑦𝑟′ + yr” + yr ′ ” + 24 y(4)r+ …
2 6

ℎ2 ℎ3 ℎ4
= yr + ℎ𝑓𝑟 + fr + fr " + 24 yr’”+ …
2 6
1 1
Galat per langkah Ep = yr+1 - yr+1 = 24 h4 fr’” + 3 h4 fr’” + …

9
= 24 h4 fr’” + …

9
= h4 fr’”(t), xr-2 < t < xr+1
24

Orde metode = 4- 1 = 3

Anda mungkin juga menyukai