Anda di halaman 1dari 5

SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Persoalan diferensial merupakan gabungan antara turunan diferensial dan fungsinya yang secara
eksplisit tidak diketahui. Dalam Fisika secara umum persamaan diferensial ditunjukkan seperti
pada persamaan gerak:
d2 x dx
m 2 +c +kx=0
dt dt

Karena x adalah fungsi t maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai:

m x”(t) + c x’(t) + k x(t) = 0


lebih singkat ditulis
m x” + c x’ + k x = 0

dalam persamaan diatas fungsi x(t) tidak diketahui secara eksplisit.

Secara fisis makna dari diferensial adalah “laju perubahan suatu peubah terhadap peubah
lain”.

Persamaan diferensial dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu: persamaan diferensial biasa
(Ordinary Differential Equation) dan persamaan diferensial parsial (Partial Differential
Equation).

A. Persamaan diferensial biasa


Seperti contoh di bawah ini:
dy
1. =x+ y
dx
2. y ' =x 2 + y 2
dy 2
3. 2 + x y − y=0
dx
4. y” + y’cosx – 3y = sin 2x

B. Persamaan diferensial parsial


Seperti contoh di bawah ini:

∂2 u ∂ 2 u x+ y
1. 2
+ 2 =6 xy e ( u = g(x,y))
∂x ∂ y
∂2 u 2
∂u 2 ∂ u
2. =3 sin ( x +t ) + 2 +(1+ x ) 2 ( u = g(x,y,t)
∂t ∂x ∂y

Peubah bebas dari kedua persamaan di atas adalah x dan y untuk pers. 1 dan x, y dan t untuk
persamaan 2. Sedangkan peubah terikatnya adalah u.
Persamaan Diferensial Orde Satu
Bentuk baku dari persamaan diferensial orde satu adalah:

y’ = f(x,y) (1)

dengan nilai awal y(x0) = 0 y’ = dy/dx

Beberapa metode numeric yang sering digunakan untuk solusi persamaan diferensial biasa
adalah:
1. Metode Euler
2. Metode Heun
3. Metode Deret Taylor
4. Metode Runge-Kutta
5. Metode predictor-corrector

A. Metode Euler
Misal diberikan PDB orde satu: y’ = dy/dx = f(x,y) dan nilai awal y(x0) = 0

Missal yr = y(xr) adalah pendekatan nilai y di xr yang dihitung dengan metode Euler. Dalam hal
ini:
xr = x0 + rh, r = 0, 1, 2, …, n

Disini Metode Euler diuraikan dengan cara menguraikan y(xr+1) di sekitar xr ke dalam deret
Taylor:
2
( xr +1−x r ) ' ( x r +1−x r ) (2)
y ( x r+1 ) = y ( xr ) + y ( xr )+ y ( {x} rsub {r} )+…
1! 2!

Jika persamaan 2 dipotong sampai orde 3 maka


2
( xr +1−x r ) ( x r +1−x r )
y (t ; xr< t < xr+1 (3)
'
y ( x r+1 ) = y ( xr ) + y ( xr )+
1! 2!

Berdasarkan Persamaan 1.

y’(xr) = f(xr, yr)

dan
xr+1 –xr = h

maka persamaan 3 dapat dinyatakan sebagai

h2
y ( x r+1 ) ≈ y ( x r ) +hf ( x r , y r ) + y (t (4)
2
Dua suku pertama yaitu:

y ( x r+1 ) ≈ y ( x r ) +hf ( x r , y r ) ; r = 0, 1, 2, ..,n (5)

Menyatakan metode Euler atau Euler-Cauchy. Metode Euler disebut juga Metode Orde Pertama,
karena dari persamaan 4 kita hanya mengambil sampai orde pertama saja. Untuk penyederhaan
persamaan 5 juga dapat dituliskan sebagai:

yr+1 = yr + hfr

Selain dengan deret taylor, metode Euler juga dapat diturunkan dengan cara lain seperti aturan
segiempat untuk mengintegrasikan f(x, y) pada persamaan diferensial.

y’ = f(x, y) ; y(x0) = y0

Integrasikan kedua ruas dalam selang [xr, xr+1];


xr + 1 x r +1
'
∫ y ( x ) dx=∫ f ( x , y ( x ) ) dx
xr xr

Gunakan aturan segiempat untuk mengintegrasikan ruas kanan, menghasilkan:

y ( x r+1 ) − y ( xr ) +hf ¿
atau
y ( x r+1 ) = y ( xr ) +hf ( x r , y r )

yang merupakan Metode Euler

Tafsiran Geometrik Metode PDB

Pikirkanlah kembali bahwa f (x,y) dalam persamaan diferensial menyatakan gradient garis
singgung kurva di titik (x, y). kita mulai menarik garis singgung dari titik (x0, y0) dengan
gradient f(x0, y0) dan berhenti di titik (x1, y1), dengan y1 dihitung dari persamaan (5).
Selanjutnya dari titik (x1, y1) dan berhenti di titik (x2, y2), dengan y2 dihitung dari persamaan
(5). Proses ini kita ulang beberapa kali, misalnya sampai lelaran ke-n, sehingga hasilnya adalah
garis patah-patah seperti ditunjukkan pada gambar berikut

y y = f(x)

Gradient
… f(xn-1, yn-1)

x0 x1 x2 x3 x4 xn-1 xn x

Gambar Tafsiran geometri PDB

Berdasarkan tafsiran geometrik pada gambar geometrik PDB, kita juga dapat menurunkan
metode Euler. Tinjau gambar berikut ini:

yr+1 y(x)
sejati

yr+1 B

yr C
A
h

xr xr+1 x

Gambar Tafsiran geometrik untuk metode Euler

Gradien (m) garis singgung di xr adalah:

∆ y BC y r +1− y r
m= y ' ( x r )=f ( x r , y r )= = =
∆ x AB h ❑

↔ y r+1 = y r +hf (x r , y r )

Yang tidak lain adalah persamaan metode Euler.

Contoh
Diketahui PDB

Dy/dx = x + y dan y (0) = 1

Gunakan metode Euler untuk menghitung y (0,10) dengan ukuran langkah h = 0.05 dan h = 0.02.
Jumlah angka bena = 5. Diketahui solusi sejati PDB tersebut adalah y(x) = ex – x – 1.

Penyelesaian:

(i) Diketahui
a = x0 = 0
b = 0.10
h = 0.05
dalam hal ini, f(x, y) = x + y, dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut menjadi
yr+1 = yr + 0.05(xr + yr)
Langkah-langkah:
x0 = 0 → y0 = 1
x1 = 0.05 → y1 = y0 + 0.05(x0 + y0) = 1 + (0.05) (0 + 1) = 1.0050
Jadi, y (0.10) = 1.05775
Bandingkan dengan nilai sejatinya:
y (0.10) = e0.10 – 0.01 = 1.1103
Sehingga galatnya adalah
Galat = 1.1103 – 1.05775 = 0.05255

(ii) Diketahui
a = x0 = 0
b = 0.10
h = 0.02
Dalam hal ini, f(x, y) = x + y, dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut menjadi
yr+1 = yr + 0.02(xr + yr)
Langkah-langkah:
x0 = 0 → y0 = 1
x1 = 0.02 → y1 = y0 + 0.02(x0 + y0) = 1 + (0.02) (0 + 1) = 1.0200
x2 = 0.04 → y1 = y0 + 0.04(x0 + y0) = 1 + (0.04) (0 + 1) = 1.0408
x3 = 0.06 → y1 = y0 + 0.06(x0 + y0) = 1 + (0.06) (0 + 1) = 1.0624
x4 = 0.08 → y1 = y0 + 0.08x0 + y0) = 1 + (0.08) (0 + 1) = 1.0848
x5 = 0.10 → y1 = y0 + 0.10(x0 + y0) = 1 + (0.10) (0 + 1) = 1.1081
jadi, y(0.10) = 1.1081
bandingkan dengan nilai sejatinya ( 01.1103)
Galat = 1.1103 – 1.1081 = 0.0022
Artinya kita dapat memperkecil galat/error dengan memperbanyak h

(iii)

Anda mungkin juga menyukai