Anda di halaman 1dari 8

1

KARAKTERISTIK TAHANAN JENIS DAN INTERPRETASI SATUAN BATUAN


BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN PENGUKURAN GEOLISTRIK KONFIGURASI
SCHLUMBERGER

Tri Gamela Saldy1, Fitri Nauli2 Yohanes Jone3, Alfin P.O.L.Bay4


1 23
Mahasiswa Program Magister Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
4
Mahasiswa Teknik Geofisika UPN Veteran Yogyakarta
3
jhon.jone@rocketmail.com

ABSTRACK
Research has been done at Tanini Village, Takari Subdistric, and Kupang Regency. Research object
is about characteristic or resistivity value of rocks unit undertosurface. This research have purposestoknow
the characteristic of soil or rotten rocks, rocks unit and rocks unit at Formation limit resistivity, also
interpret under-suurface rocks unit spreading according to resistivity value. Using method to know resistivity
characteristic in this research was geoelectric Schlumberger Konfiguration method.
Result of this research showed that soil or rotten rocks has value of resistivity between 4,15 to 20,072
Ω m with thickness 0,23 m to 27,4 m at depth 0 to 27,4 m from surface. Bobonaro Formation that appearance
as clay has range of resistivity value 0,241 to 38,6 Ω m with thickness 2,78 to 187 m at depth 0,23 to 199,5 m.
Whereas, Bobonaro Formation appeared as clay to exotic block to clay has value of resistivity between 50,5
to 388 Ω m. characteristic of Ultrabasa Formation showed from measured of RG3.SB.01 point, said as 52,9 to
396 Ω m, with thickness 30,4 m at depth 1,64 to 32,04 m. Under-surface rocks unit spreading vertically are
covered by Complex of Bobonaro, Maubisse Formation and Ultrabasa Formation.
Keywords: Resistivity, Schumberger, Rocks unit.

ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan di Desa Tanini, kecamatan Takari Kabupaten Kupang. Obyek yang diteliti
adalah karakteristik atau nilai tahanan jenis batuan bawah permukaan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui karakteristik tahanan jenis dari soil atau batuan lapuk, satuan batuan dan satuan batuan
pada batas formasi, serta untuk menginterpretasi sebaran satuan batuan bawah permukaan berdasarkan
tahanan jenis. Metode yang digunakan untuk mengetahui karakteristik tahanan jenis dalam penelitian ini
adalah metode geolistrik Konfigurasi Schlumberger.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soil dan atau batuan lapuk, memiliki nilai tahanan jenis 4,15 –
20,072 Ωm dengan ketebalan 0,23 m – 27,4 m pada kedalaman 0 – 27,4 m dari atas permukaan tanah.
Formasi Bobonaro berupa lempung memiliki nilai tahanan jenis antara 0,241 – 38,6 Ωm dengan ketebalan
2,78 – 187 m pada kedalaman 0,23 – 199,5 m. Formasi Bobonaro berupa lempung - bongkah asing –
lempung memiliki nilai tahanan jenis antara 50,5 – 388 Ωm. Karakteristik tahanan jenis pada Formasi
Ultrabasa pada pengukuran di RG3.SB.01 yaitu 52,9 – 396 Ωm dengan tebal 30,4 m pada kedalaman 1,64 –
32,04 m. Sebaran satuan batuan bawah permukaan secara vertikal terdiri atas Kompleks Bobonaro, Formasi
Maubisse, dan Formasi Ultrabasa.

Kata Kunci: Resistifitas, Schlumberger, Formasi Batuan

1. Pendahuluan yang berbeda di Pulau Timor yang


Pengamatan di lapangan menunjukkan umumnya bersentuhan secara struktur.
bahwa proses perkembangan tektonik Pulau (Rosidi, dkk. 1981). Hal ini dapat dijumpai
Timor terjadi sejak Kapur Akhir-Eosen. di daerah Tanini yang mana terdapat
Pada selang waktu tersebut terjadi Formasi UltraBasa (UB), Formasi Maubisse
perbenturan antara busur kepulauan “Paleo (TRPml) dan Kompleks Bobonaro (Tb).
Timor” dengan kerak Samudera Hindia Nilai tahanan jenis batuan sangat
sebagai akibat dari pergerakan benua dipengaruhi oleh umur, jenis batuan,
Australia ke utara. Pada waktu proses kandungan mineral, adanya rongga dalam
perbenturan atau tektonik yang cukup kuat batuan, kandungan air dalam pori, jenis air
inilah terjadi pengendapan Formasi-formasi (asin atau tawar), kompaksi, struktur geologi
2

(patahan, rekahan, kompa


kompaksi akibat segala arah samaa besar dan besarnya
struktur), serta kontak batuann de
dengan batuan potensial di titik yangng berjarak r dari titik P
disekitarnya. dapat ditentukann melalui Persamaan
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Laplace. Pada penerapan praktis,
karakteristik tahanan jenis soi
soil atau batuan pengukuran dilakukakukan di dua titik seperti
lapuk, Mengetahui karakter kteristik tahanan terlihat pada Gambar bar 1
jenis satuan batuan Mengetahuihui karakteristik Beda potensial yang ng tterdapat antara P1 dan
tahanan jenis satuan batuan uan pada batas P2 yang diakibatkann ol oleh injeksi arus pada
Formasi, Menginterpretasi se sebaran satuan C1 dan C2 dapat pat dirumuskan sebagai
batuan bawah permukaan an berdasarkan berikut:
tahanan jenis. Iρ  1 1   1 1 
V  V (P1 ) V (P2 )        
2π  r1 r2   r3 r4 
2. Dasar Teori
2.1 Metode Geolistrik Dimana:
Metode geolistrik meliputi puti pengukuran r1  Jarak C1 ke P
P1
potensial dan pengukuran arus rus yang terjadi r2  Jarak C2 ke P
baik secara alamiah maupun upun akibat injeksi P1
arus kedalam bumi. (Margow goworo P., Ayu, r3  Jarak C1 ke P
P2
2009). Terdapat tiga maacam metode r4  Jarak C2 ke P
geolistrik yaitu: P2
a. Self-potential (SP)
Metode pengukuran berdasarkan
perbedaan potensial alami yang
umumnya ada diantara du dua elektroda di
atas permukaan. Tujuanny nnya yaitu untuk
menganalisis struktur llapisan bumi
berdasarkan sifat kelist listrikan batuan
dengan tidak memberii medan listrik Sumber: Telford, at.al., 1976
76
eksternal (Parasnis, D.. S, 1972
1972). troda Schlumberger
2.3 Konfigurasi Elektrod
b. Earth Resistivity (ER) Konfigurasi ini
ni memiliki susunan
Resistivitas atau tahanan nan jenis suatu elektroda sama dengann konf
konfigurasi wenner (C1-
batuan merupakan suatu kemampuan P1-P2-C2) yang mana na memakai dua buah
batuan untuk menghambat bat jalannya arus elektroda arus yang dapapat disimbolkan dengan
listrik yang mengalir m melalui batuan A, B yang ditempatkann didiantara dan dua buah
tersebut. Resistivitas re rendah apabila elektroda potensial yang
ang dapat disimbolkan
batuan mudah untuk menga engalirkan arus dengan M, N. Namun ber berbeda dalam hal jarak
listrik dan resistivitass ttinggi apabila antar elektroda dengann w wenner dimana jarak
batuan sulit untuk menga engalirkan arus elektroda arus ke potensi
nsial (C1-P1 atau P2-C2)
listrik. adalah n kali jarak anta
ntar elektroda potensial
c. Induced Polarization (IP) IP) (P1-P2). Agar asumsi si pengukuran gradien
Metode IP bertujuan uan melakukan potensial berlaku dengan
ngan jarak MN berhingga
pengukuran parameter llistrik batuan maka MN/2 harus selalu lu di
dibuat lebih kecil dari
(resistivitas) berdasarka rkan potensial 0,2 AB/2.
ukur antara dua
polarisasi yang terukur figurasi Schlumberger;
Faktor Geometri konfigu
elektroda dalam kondisi si ta
tanpa polarisasi Pengukuran dengan m metode Schlumberger
volume (Parasnis, D. S,, 1972
1972). hanya dapat digunakan an untuk pengukuran
2.2 Potensial di Sekitar Titik A Arus di kearah vertikal (Vertical
cal Sounding). Metode
Permukaan Bumi ini digunakan untukk tujuan mengetahui
Apabila arus searah diinjeksi ksikan ke dalam distribusi harga resistivi
tivitas pada suatu titik
bumi yang homogen isotr sotropik melalui target sounding (datumtum point) di bawah
sebuah elektroda di permuka ukaan di suatu permukaan bumi secara ra vvertikal.
titik P, maka arus itu Aka kan tersebar ke
3

Tempat penelitian be
berada di Desa Tanini,
kecamatan Takari Kabup
bupaten Kupang Provinsi
ur, dengan lama waktu
Nusa Tenggara Timur
penelitian yaitu selam
ama 3 bulan yaitu dari
bulan April – Juni 2013.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam penelitian inini alat dan bahan yang
Sumber: Lean Wijaya, 2009 digunakan adalah; R Resistivitymeter merk
Gambar 4.Teknik akusisi vertika
rtikal sounding Naniura NRD 300 High Frequency,
Besarnya koreksi letak ke
kedua elektroda Elektroda yang terdiri
diri dari2 Buah elektroda
potensial terhadap letak kedua
dua eelektroda arus arus (stainless steel)
l) da
dan 2 buah elektroda
disebut Faktor geometri (Geome
ometrical factor). potensial (tembaga),, A Accu GS premium 24
Perhitungan bilangan konstbbabbanta K untuk volt, sebagai sumberr te
tegangan, Palu, Kabel-
konfigurasi Schlumberger da dapat dilihat kabel penghubung yang terdiri dari: 2 set
dibawah ini. Secara umum rumus us untuk factor kabel @500 m untuk uk kabel arus dan 2 set
geometri adalah sebagai berikut:
kut: kabel @100 m unt untuk kabel potensial,
2π Kompas Geologi seba bagai alat bantu dalam
K=
1 1 1 1
− − − penetapan arah li lintasan pengukuran
Keterangan geolistrik.
r1 = jarak antara C1 dan P11 ((meter) 3.3. Metode Penelitian
r2 = jarak antara C2 dan P11 ((meter) Metode yang digunaka
gunakan adalah dusk study
r3 = jarak antara C1 dan P22 ((meter) dan pengukuran llapangan kemudian
r4 = jarak antara C2 dan P22 ((meter) pengolahan data da dan interpretasi data;
Dari persamaan umum diatas maka Melakukan study lite literatur terhadap hasil
perhitungan faktor geometri (K(K) konfigurasi penelitian olistrik
geolist konfigurasi
schlumberger adalah sebagai berikut
berikut: schlumberger terdahulhulu dan peta geologi
2π regional setempat, MeMerencanakan titik-titik
K=
1 1 1 1 geolistrik di lokasi pepenelitian, Melakukan
− − −
survey permukaan di llokasi penelitian guna
2π memperoleh informasi asi mengenai topografi
K=
1 1 1 1 dan geomorfologi set setempat dan berfungsi
AM − BM − AN − BN
2π dalam pembuatan pe peta geologi detail,
K= Menentukan titik pe pengukuran geolistrik
1 1 1 1
− − + untuk pengambilanan data geolistrik,
− + + −
(L − ) Menentukan arah bent entangan elektroda dan
K=π
2 melakukan akuisi ata atau pengambilan data
Dimana L = dan l = sehingga lapangan menggunakan kan alat resistivitymeter
dapat juga ditulis sebagai
gai be
berikut: dengan gurasi
konfigura schlumberger,
AB MN Pengolahan data berupa perhitungan nilai
− tahanan jenis semuu berdasarkan hasil
2 2
K=π
2
MN pengukuran di lapa apangan menggunakan
2 program excel dan pe pengolahan data untuk
Keterangan:
ahanan jenis sebenarnya
mendapatkan nilai taha
= jarak antar elektroda arusus dihitung dari menggunakan program am IPI2win, Melakukan
datum point identifikasi dan penpenafsiran karakteristik
= jarak antar elektroda pote
potensial dihitung sarkan data hasil olahan
tahanan jenis berdasar
IPI2win, Membuatt penampang bawah
dari datum point  (Phi) = 3,14
permukaan asarkan
berdasa data hasil
identifikasi dan interpretasi untuk
3. Metode Penelitian
mengetahui sebarann sasatuan batuan di bawah
3.1. Waktu dan Tempat
permukaan, Menarik
Men kesimpulan
4

berdasarkan tujuan penelitian dan hasil m. Total ketebalan lapisan setelah
interpretasi data. lapisan pertama dan sebelum lapisan
terakhir adalah 30,4 m.
4. Hasil dan Pembahasan b. Kompleks Bobonaro;Rata-rata nilai
4.1 Pemetaan Geologi Detail tahanan jenis batuan segar Kompleks
Pemetaan geologi detail dilakukan pada Bobonaro 10,13 m rentang nilai tahanan
skala 1:25.000, yang mana dari hasil jenis 0,241 - 182 m dengan rentang
pemetaan geologi detail di lokasi penelitian kedalaman 0,23 – 199,5 m.
diketahui bahwa terdapat tiga jenis formasi 2. Pada dua Satuan Batuan atau lebih
batuan yang tersebar di lokasi penelitian, a. Formasi Ultrabasa dan Kompleks
yaitu Formasi Ultrabasa; Formasi TRPml; Bobonaro;Rata-rata nilai tahanan jenis
dan Kompleks Bobonaro dengan batuan segar 191,34 m, nilai tahanan
penyebaran sebagai berikut: jenis terendah 0,957 m dan tertinggi
1. Formasi Ultrabasa; Formasi Ultrabasa di 353 m pada kedalaman 0,92 - 14,77 m.
lapangan adalah berupa batuan basalt, b. Kompleks Bobonaro dan Formasi
serpentinit dan lerzolit berwarna hijau Ultrabasa;Rata-rata nilai tahanan jenis
muda hingga hijau gelap. Penyebaran batuan segar 32,69 m, nilai tahanan
Formasi Ultrabasa di lokasi penelitian jenis terendah 0,306 dan tertinggi 388
ada dua Blok yang berbentuk bukit. m pada kedalaman 0,64 – 60,69 m.
2. Formasi Maubisse; Formasi Maubisse di c. Kompleks Bobonaro dan Formasi
lapangan adalah berupa batuan gamping Maubisse; Pada dua satuan batuan ini
berwarna putih kehijauan, putih hanya terdapat 1 titik pengukuran yaitu
kecoklatan dan merah. Penyebaran titik RG3.27 yang terdiri atas 3 lapisan.
formasi ini berdasarkan kenampakan di Nilai tahanan jenis batuan segar 4,16 m
lapangan adalah berupa bukit - bukit pada kedalaman 0,73 – 119,73 tebal
kecil yang terbagi dalam 3 Blok. lapisan 119 m.
3. Kompleks Bobonaro;Kompleks Bobonaro d. Kompleks Bobonaro, Formasi Maubisse
di lapangan adalah berupa batulempung dan Formasi Ultrabasa; Pada tiga satuan
bersisik dan bongkah-bongkah asing batuan ini terdapat satu lintasan di titik
berwarna abu-abu, merah tua, kehijauan, RG3.28 yang terdiri atas 3 lapisan. Nilai
abu-abu kebiruan dan merah jambu, tahanan jenis batuan segar di titik
Kompleks Bobonaro ini terletak di RG3.28 yaitu 4,14 m pada kedalaman
sebagian besar lokasi penelitian. 0,92 – 71,62 m tebal lapisan 70,7 m.
Peta geologi detail lokasi penelitian dapat 4.4 Interpretasi
dilihat pada (Gambar 6) 4.4.1 Soil atau Batuan Lapuk
4.2 Penentuan Titik Geolistrik dan Arah Pada lapisan pertama semua titik pengukuran
Bentangan geolistrik diinterpretasikan sebagai soil dan
Pengukuran dilakukan pada 53 titik atau batuan lapuk. Rata-rata nilai tahanan jenis
geolistrik yang dimungkinkan untuk soil dan atau batuan lapuk yaitu 126,59 m,
pengukuran dan bentang elektroda (AB/2) tahanan jenis terendah 4,15 m (RG3.37)
sejauh 200 m di lapangan. Peta Sebaran titik tertinggi 20.072 m (RG3.44), kedalaman /
geolistrik dan bentangannya dapat dilihat ketebalan rata-rata lapisan pertama 2,25 m,
pada Gambar 7. ketebalan terkecil 0,23 m (RG3.44) terbesar
4.3 Karakteristik Tahanan Jenis Hasil 27,4 m (RG3.43). Tahanan jenis soil ini sangat
IPI2win bervariasi (4,15 – 20.072 m) dipengaruhi
1. Pada satu Satuan Batuan kandungan air pori, air perkolasi, adanya
a. Formasi Ultrabasa; Hasil olah data titik longsoran, derajat pelapukan, perubahan
RG3.SB.01 pada Formasi Ultrabasa kandungan mineral, kandungan organisme,
terdiri atas 4 lapisan tahanan jenis. Rata- retakan, batuan lapuk dan lain-lain yang juga
rata nilai tahanan jenis di titik RG3.SB.01 mempengaruhi ketebalan lapisan soil atau
yaitu 224,5 m lapisan dengan tahanan batuan lapuk ini. Umumnya lapisan tahanan
jenis terendah 52,9 m dan tertinggi 396 jenis yang diinterpretasikan soil dan atau
5

batuan lapuk di lokasi penelit nelitian memiliki 2. Apabila terdapat la lapisan yang memiliki
ketebalan lebih tipis dari 5 meteeter. Contoh titk nilai tahanan jeniss < 50 m diatas lapisan
RG3.3; tebal lapisan 5,8 m, RG3.22; 3.22; tebal 12,5 yang memiliki nila
nilai tahanan jenis > 50
m, RG3.37;tebal 9,05 m, RG3.43 3.43;tebal 27,4 m, m namun nilaii ttahanan jenis lapisan
RG3.53; 6,39 m. dibawahnya<50 m maka
4.4.2 Formasi Ultrabasa diinterpretasikan sebagai Kompleks
Khusus pada Blok 2 ya yang dijadikan Bobonaro dengann ke keterdapatan lempung
lokasi pengukuran RG3.SB.01 .01 me
memiliki elevasi atau bongkah asing
ng dididalamnya.
tertinggi yaitu 609 mdpl, elevasivasi terendah di
bagian utara yaitu 500 mdpl,, di bagian timur
537,5 mdpl, di bagian selatan 500 mdpl dan di
bagian barat 450 mdpl. Jika hany nya berdasarkan
Topografi maka ketebalan lapisa pisan formasi ini
yaitu 71,5 meter, dengann ttidak adanya
perlapisan batuan dan formasi si iini merupakan
formasi yang paling tua di Keteba tebalan Formasi
Ultrabasa adalah lebih besar dari ri 159 mm.
Titik RG3.SB.01 merupakaupakan titik ikat
Sumber: Data olahan
an penulis, 2014
yang diukur di Blok 2 Form ormasi Ultrabasa Gambar 8. Interpretasi bo
bongkah asing atau satuan
dengan rentang nilai tahanan jenienis sebesar 52,9 batuan lain di bawahh K
Kompleks Bobonaro
– 396 m, tebal lapisan selainn la lapisan pertama
dan terakhir yaitu 30,4 m meter, elevasi
pengukuran yaitu 605 mdpl. Ka Karena diyakini
ketebalan formasi Ultrabasa lebi lebih besar dari
159 m sehingga pengukuran di tit titik RG3.SB.01
hingga ketebalan 32,04 m dilakuka kukan pada soil
dan atau batuan lapuk dan Form ormasi Ultrabasa.
Karakteristik tahanan jenis Ultraba
rabasa yaitu 52,9
– 396 m.
4.4.3 Kompleks Bobonaro
Dalam interpretasi data ta pengukuran
dilapangan dari 39 titik pengukur
ngukuran geolistrik Sumber: Data olahan
an penulis, 2014
di Kompleks Bobonaro diketahui hui tahanan jenis Gambar 9. Interpretasi Le
Lempung atau Bongkah
Asing pada Kompl pleks Bobonaro
terendah 0,241 m (RG3.9) terti ertinggi 182 m
Berdasarkan caraa interpretasi di atas
(RG3.40). Untuk nilai tahanan je jenis lebih kecil
untuk membedakan antar ntara bongkah asing dan
dari 50 m di interpretasikan seba
sebagai lempung
Formasi Ub atau TRPm Pml maka dari hasil
sedangkan yang lebih besarr dari 50 m
pengukuran geolistrik di lapangan diketahui 4
diinterpretasikan sebagai bongka
bongkah asing dan
titik pengukuran geolistrik
strik (RG3.38, 40, 42 dan
atau satuan batuan lain denga dengan kondisi
56) yang memiliki tahanahanan jenis yang sesuai
interpretasi nilai tahanan jeniss lalapisan sebagai
berikut: dengan kondisi kedua.
1. Apabila terdapat lapisan yyang memiliki 1. RG3.38; Pengukur
ngukuran di titik RG3.38
nilai tahanan jenis < 50 m di atas memiliki nilai tahana
hanan jenis lapisan pada
lapisan yang memiliki nilai tahanan jenis lapisan ketiga yaitaitu 52,9 m dengan
> 50 m berturut-turut ut hingga akhir ketebalan 8,57 m pa pada kedalaman 5,19 –
maka diinterpretasikan sebabagai: 13,76 m. Sedangka ngkan lapisan kedua,
a. Bongkah asing jika nilai tahanan jenis keempat dan kelim lima memiliki tahanan
lapisan seterusnya < 50 m atau jenis < 50 m.. L Lapisan ketiga yang
b. Satuan batuan lain (Fo Formasi TRPml memiliki tahanan nan jenis 52,9 m
atau Ub) jika nilaii ttahanan jenis diinterpretasikan se
sebagai bongkah asing
lapisan seterusnya > 50 m. pada Kompleks B Bobonaro sedangkan
lapisan kedua, ke keempat dan kelima
6

diinterpretasikan sebagai lempung pada 2. Lintasan elektroda pada Kompleks


Kompleks Bobonaro. Bobonaro dan Formasi Ultrabasa
2. RG3.40; Pengukuran di titik RG3.40 a. RG3.49; Pengukuran di titik RG3.49
memiliki nilai tahanan jenis lapisan pada diinterpretasikan sebagai bongkah asing
lapisan ketiga yaitu 182 m dengan pada Kompleks Bobonaro sedangkan
ketebalan 2,58 m pada kedalaman 8,52 – lapisan lainnya diinterpretasikan sebagai
11,1 m. Sedangkan lapisan kedua dan lempung pada Kompleks Bobonaro.
keempat memiliki tahanan jenis <50 m. b. RG3.54; Pengukuran di titik RG3.54
Lapisan ketiga yang memiliki tahanan diinterpretasikan sebagai bongkah asing
jenis 182 m diinterpretasikan sebagai pada Kompleks Bobonaro sedangkan
bongkah asing pada Kompleks Bobonaro lapisan lainnya diinterpretasikan sebagai
sedangkan lapisan kedua dan keempat lempung pada Kompleks Bobonaro.
diinterpretasikan sebagai lempung pada 4.4.5 Sebaran Satuan Batuan di Bawah
Kompleks Bobonaro. Permukaan Secara Vertikal
3. RG3.42; Pengukuran di titik RG3.42 Berdasarkan pengamatan Geologi di
memiliki nilai tahanan jenis lapisan pada lapangan terdapat 3 satuan batuan yaitu
lapisan ketiga yaitu 50,5 m dengan Kompleks Bobonaro, Formasi Maubisse dan
ketebalan 20,9 m pada kedalaman 42.33 - Formasi Ultrabasa serta soil dan atau batuan
63.23 m.. Sedangkan lapisan kedua lapuk yang ada di permukaan. Sedangkan
memiliki tahanan jenis < 50 m. Lapisan untuk sebaran satuan batuan di lokasi
ketiga yang memiliki tahanan jenis 50,5 penelitian secara vertikal yaitu:
m diinterpretasikan sebagai bongkah 1. Area yang dipermukaannya merupakan
asing pada Kompleks Bobonaro Kompleks Bobonaro; Secara vertikal
sedangkan lapisan kedua urutan sebaran lapisan batuan sebagai
diinterpretasikan sebagai lempung pada berikut:
Kompleks Bobonaro. a. Soil dan atau batuan lapuk, memiliki
4. RG3.56; Pengukuran di titik RG3.56 nilai tahanan jenis 4,15 - 20.072 m
memiliki nilai tahanan jenis lapisan pada dengan ketebalan 0,23 m – 27,4 m pada
lapisan keempat yaitu 56 m dengan kedalaman 0 – 27,4 m dari atas
ketebalan 12,6 m pada kedalaman 15,21– permukaan tanah.
27,81 m. Sedangkan lapisan kedua, b. Keterdapatan Kompleks Bobonaro di
ketiga dan keempat memiliki tahanan bawah Soil, berdasarkan interpretasi
jenis < 50 m. Lapisan ketiga yang tahanan jenis lapisan dengan adanya
memiliki tahanan jenis 56 m lempung dan bongkah asing maka dapat
diinterpretasikan sebagai bongkah asing dibedakan menjadi 2 macam kondisi
pada Kompleks Bobonaro sedangkan yaitu:
lapisan lainnya diinterpretasikan sebagai i. Kondisi pertama dimana hanya
lempung pada Kompleks Bobonaro. terdapat lempung saja yang ditunjukan
4.4.4 Pada Batas Formasi pada titik pengukuran di RG3.1, 2, 3,
1. Lintasan elektroda pada Formasi 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
Ultrabasa dan Kompleks Bobonaro 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
a. RG3.19; Pengukuran di titik RG3.19 30, 32, 34, 35, 36, 37, 41, 43, 44, 46,
diinterpretasikan sebagai bongkah asing 47, 48, 51, 52, 53, 57, 58 dan 59 nilai
pada Kompleks Bobonaro sedangkan tahanan jenis antara 0,241 – 38,6 m
lapisan lainnya diinterpretasikan sebagai dengan ketebalan 2,78 – 187 m pada
lempung pada Kompleks Bobonaro. kedalaman 0,23 – 199,5 m.
b. RG3.55; Pengukuran di titik RG3.55 ii. Kondisi kedua dimana terdapat
diinterpretasikan sebagai bongkah asing lempung - bongkah asing - lempung
pada Kompleks Bobonaro sedangkan yang ditunjukan pada titik pengukuran
lapisan lainnya diinterpretasikan sebagai di RG3.19, 38, 40, 42, 49, 54 55 dan
lempung pada Kompleks Bobonaro. 56, nilai tahanan jenis antara 50,5 –
388 m dengan ketebalan untuk
7

lapisan Lempung yaitu 2,68 – 126.99 Formasi Maubisse (tidak dilakukan


m, kedalaman 0,41 – 130,1m pengukuran geolistrik) dan Formasi
sedangkan untuk Bongkah Asing Ultrabasa yang umumnya terdiri atas soil
memiliki tebal antara 2,58 – 20,9 m dan atau batuan lapuk di permukaan –
pada kedalaman 1,71 – 63,23 m. lempung pada Kompleks Bobonaro –
2. Area yang dipermukaannya merupakan Bongkah asing pada Kompleks Bobonaro
Formasi Ultrabasa; Secara vertikal pada dan Formasi Ultrabasa.
Formasi ini urutan sebaran lapisan batuan
paling atas yaitu soil yang memiliki nilai 6. Referensi
tahanan jenis 13 m dengan tebal 1,64 m Asisten Geofisika, 2006. Praktikum Geofisika.
pada kedalaman 0 – 1,64 m. Sedangkan Lab. Geofisika Fakultas Teknologi Mineral
lapisan yang dijadikan titik ikat Formasi UPN. Yogyakarta.
Ultrabasa pada pengukuran di RG3.SB.01 Burger, H., R., 1992. Exploration Geophysics
yaitu 52,9 – 396 m dengan tebal 30,4 m of the Shallow Subsurface. Prentice Hall
pada kedalaman 1,64 – 32,04 m. Inc. New Jersey.
Djoko Santoso. 2002. Pengantar Teknik
5. Penutup Geofisika. ITB. Bandung.
Dari hasil dan pembahasan maka dapat Lilik Hendrajaya dan Idam Arif. 1990.
disimpulkan bahwa: Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
1. Karakteristik tahanan jenis soil dan atau Fisika Bumi. ITB. Bandung.
batuan lapuk ditunjukan pada lapisan Orellana E, Mooney HM. 1966. "Master Tables
pertama, yang memiliki rentang nilai and Curves for Vertical Electrical Sounding
tahanan jenis 4,15 – 20.072 m, ketebalan over layered Structures".Interciencis.
lapisan antara 0,23 -27,4 m. Madrid.
2. Karakteristik tahanan jenis satuan batuan di Surdaryo Broto dan Rohima Sera Afifah. 2008.
lokasi penelitian terbagi atas 2 yaitu: Pengolahan Data Geolistrik Dengan Metode
Karakteristik tahanan jenis batuan pada Schlumberger. Universitas Diponegoro.
Formasi Ultrabasa dan Karakteristik tahanan Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E.,
jenis batuan pada Kompleks Bobonaro. Keys, D.A.,. 1976. Applied Geophysics,
3. Karakteristik tahanan jenis pada batas Edisi 1. Cambridge University Press.
formasi ditinjau dari lintasan elektroda Cambridge.
melalui dua formasi atau lebih maka Telford, W.M., et all. 1990. Applied
diketahui terdapat 4 titik pengukuran Geophysics Second Edition. Cambridge
geolistrik (RG3.19, 49, 54 dan 55) yang University Press. New York - USA.
memiliki keterdapatan bongkah asing pada
Kompleks Bobonaro dengan nilai tahanan
jenis 86,8 – 388 m.
4. Sebaran satuan batuan di bawah permukaan
secara vertikal terbagi atas 3 macam
berdasarkan pengamatan geologi di
lapangan yaitu Kompleks Bobonaro,
8

Sumber: Data olahan penu


enulis, 2014
Gam
ambar 6. Peta geologi detail lokasi penelitian

Sumber: Data olahan pe


penulis, 2014
Gambar 7. Peta seba lokasi penelitian
ebaran titik dan arah bentangan geolistrik di loka

Anda mungkin juga menyukai