Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Rekayasa Hayati Rekayasa hayati (Bio-engineering) merupakan interdisiplin ilmu

biologi (Bio-sciences) dan teknik Want impact? dalam (engineering) yangbig diaplikasikan
perekayasaanUse berbasis biosistem untuk big image. meningkatkan efisiensi fungsi dan
manfaat biosistem untuk bioindustri (Bio-industry). Orang yang ahli dalam bidang rekayasa
hayati disebut dengan Bio-engineers.

Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang pesat selama beberapa dekade
terakhir ini, dalam bidang pertanian, kesehatan, industri obat-obatan, makanan-pakan,
menuntut pengembangan tahap hilir untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas agen
hayati dalam skala industri.

Bio-engineering sangat dibutuhkan untuk perancangan sistem dan produksi massal dari
biomaterial dan bioproduk, seperti misalnya enzim, therapeutic proteins, senyawa bioaktif,
bioenergi, biomembran ataupun biodegradable plastics.

Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan penguasaan ilmu teknik yang terkait terutama
dalam perancangan sistem produksi massal, perhitungan struktur,mekanisasi, labor /SDM dan
teknologi proses hilir. Karena itu, diperlukan daya dukung dari rekayasa hayati (Bio-engineering)
yang melakukan perekayasaan berbasis sistem hayati.

Sejarah Rekayasa Hayati ( Bio-engineering) Berdasarkan definisi diatas, sejarah Bioengineering


dimulai sebelum perang Dunia II. Bio-engineering baru saja mulai diakui sebagai cabang teknik
dan merupakan konsep yang sangat baru bagi masyarakat pada saat itu. Pasca Perang Dunia II,
cabang ilmu ini mulai tumbuh cepat, sebagian karena istilah "Bioteknologi" yang diciptakan oleh
ilmuan Inggris dan penyiar radio Heinz Wolff pada tahun 1954 di British National Institude for
Medical Research. Wolf lulus pada tahun yang sama yang menjadi direktur Divisi Biological
Engineering di universitas tersebut. Iji adalah pertama kalinya Bio-engineering diakui sebagai
cabang ilmu sendiri di universitas.

Istilah rekayasa hayati (Bio-engineering) juga dapat diterapkan untuk modifikasi lingkungan
seperti perlindungan tanah permukaan, stabilisasi lereng, aliran air dan perlindungan garis
pantai, penahan angin, hambatan vegetasi termasuk penghalang kebisingan dan layar visual,
dan peningkatan ekologis suatu daerah. Karena disiplin ilmu lain juga menangani organisme
hidup, istilah rekayasa biologinyang dapat diterapkan secara lebih luasbuntuk memasukkan
teknik pertanian. Program studi rekayasa hayati (Bio-engineering) pertama kali dibuat di
University of California, San Diego paada tahun 1966 dan menjadi kurikulum rekayasa hayati
(Bio-engineering) pertama di Amerika Serikat. Baru kemudian menyusul program ini diluncurkan
di MIT dan Utah State University. Banyak jurusan teknik pertanian lama di Universitas-Universitas
di dunia yang telah mengubah diri mereka sebagai menjadi rekayasa pertanian dan biologi atau
rekayasa pertanian dan biologi atau rekayasa pertanian dan biosistem,

Rekayasa Hayati (Bio-engineering) dan revolusi industri 4.0 Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana tevolusi generasi pertama telah mengukir
sejarah ketika tenaga biologis manusia dan hewab digantikan tenaga mekanis. Salah satunya
ditemukannya mesin uap abad ke-18. Revolusi ini dicatat sejarah berhasil mendongkrak
kenaikan perekonomian secara spektakuler.

Selama dua abad setelah revolusi industri terjadi, peningkatan rata-rata enam kali lipat
pendapatan per kapita negara-negara di dunia. Sedangkan revolusi industri generasi kempat
(4.0) ini ditandai hadirnya teknologi super kompute, robot pintar, kendaraaan tanpa pengemudi,
tekayas genetik dan perkembangab neoroteknologi yang memungkinkan manusia lebih
mengoptimalkan fungsi otaknya.

Kemajuan teknologi di bidang biologi tersebut, mempengaruhi cara pandang ilmuan terhadap
biologi. Perkembangan bioteknologi dan Bio-engineering mendorong ilmuan melihat proses
biologi secara lebih rinci sebagai proses sistem hayati yang kompleks yang menjalar di seluruh
dunia. Perubahan cara pandang ini mengakibatkan terjadinya pula proses pergeseran bidang
ilmu yang dipelajari di lingkup biologi. Dimana, ilmu Teknik Pertanian atau Agricultural
Engineering dianggap berjasa melahirkan keberhasilan dalam pelaksanaan rekayasa
engineering, yang bergeser ke arah teknik sistem hayati (Biosystem Engineering). Di bidang
Teknik Sistem Hayati, proses perekayasaan masuk skala lebih kecil dan kompleks, sesuai
kompleksitas sistem hayati dan habitat hidupnya.

Perkembangan teknologi bidang biologi ini sangat tergantung pada perkembangan tiga
teknologi yaitu: 1. Teknologi informasi 2. Teknologi hayati 3. Teknologi nano

Perubahan yang nampak tersebut menunjukkan bahwa sudah terjadi peralihan paradigma
biologi di kalangan profesional ke level teknologi bidang sistem hayati dengan cakupan material
benda hidup dan lingkungan. Perubahan paradigma ini menuntut konsekuensi pengembangan
teknologi bersifatcmikro/nano untuk menghasilkan pengetahuan teknis dan produk teknologi
mampu mengoptimalkan kinerja sistem industri berbasis biologi, sekaligus menekan risiko
kerusakan lingkungan yang dapat mengancam keberlanjutan sistem bioindustri pertanian.

Peranan Rekayasa Hayati (Bio-engineering) bagi keanekaragaman hayati Indonesia Rekayasa


hayati memang sangat penting jika dikaitkan dengan kekayaan hayati di negeri ini. Indonesia
merupakan negara nomor dua terbesar didunia setelah Brasil yang memiliki keanekaragaman
hayati. Bukan itu saja, secara spesifik dua negara berkembang ini saling bersaing dalam
menunjukkan kekayaan hayati yang dimilikinya, Brasil mempunyai jumlah keanekaragaman
mamalia terbesar di dunia. Bedanya, Brasil adalah negara yang mempunyai daratan yang sangat
luas yaitu hutan Amazonia.

Sedangkan Indonesia mempunyai jumlah pulau dan laut yang luas. Indonesia merupakan
negara, memang telah lama memperhitungkan pengembangan potensi bioteknologi.
Sedangkan beberapa negara dengan kawasan yang kecil, seperti Israel, Jepang, Thailand dan
Singapura sudah sangat jauh lebih dahuku mengembangkan bidang ini. Saat ini di Singapura,
misalnya, telah memiliki pusat pengembangan rekayasa hayati yang dinamai Biopolis yaitu
untuk mengembangkan obat-obatan, sedangkan di Malaysia didirikan Bio Valley yang berfokus
pada pengembangan minyak sawit dan karet. Selain itu, negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Australia, telah lama mengadakan riset terpadu di bidang bioteknologi,
bahkan mereka telah menjual produk-produk baru dengan hak paten dari hasik biotek dan
rekayasa genetika seperti antibiotik, obat-obatan, bahan nnkosmetik bahkan bahan makanan
serta tanaman transgenik

Terimakasih untuk perhatiannya Semoga hasil pembahasan kami mampu menambah wawasan
kita semua

11

Anda mungkin juga menyukai