Anda di halaman 1dari 28

Persamaan Diferensial

Linear Orde Dua


Muhammad reza buanaputra (d022192004)
2.1. Persamaan Diferensial Linear Homogen
Orde Dua
Persamaan Diferensial (ODE) orde dua disebut linier jika ditulis
dengan persamaan:

(1) y” + p(x)y’ + q(x)y = r(x)

dan nonlinier jika tidak dapat ditulis dalam persamaan ini


•Jika
  r(x) ≡ 0 (bahwa, r(x) = 0 untuk semua x yang
dipertimbangkan; (r(x) identik dengan nol), Maka pers.(1)
menjadi:
(2) y” + p(x)y’ + q(x)y = 0

dan disebut homogen. Jika r (x) 0, maka pers.(1) disebut


nonhomogen.
• Sebuah contoh persamaan diferensial linier nonhomogen
adalah:
y” + 25y = e−x cos x,
dan persamaan diferensial linier homogen adalah
xy” + y’ + xy = 0,
ditulis dalam bentuk standar
1
y  y  y  0.

x
Sebuah contoh persamaan diferensial nonlinier adalah
y”y + y’2 = 0.

Fungsi p dan q dalam pers.(1) dan (2) disebut koefisien dari


persamaan diferensial biasa (ODE).
Sebuah fungsi:
y = h(x)
• disebut solusi dari Persamaan Diferensial (ODE) (linier atau
nonlinier) orde dua pada beberapa interval terbuka I jika h
dapat ditentukan dan dapat terdiferensiasi (diturunkan) dua
kali sepanjang interval tersebut dan sedemikian rupa sehingga
persamaan diferensial biasa (ODE) menjadi identitas jika kita
mengganti y yang tidak diketahui dengan h, turunan y’ oleh h',
dan turunan kedua y“ oleh h".
Persamaan Diferensial Linear Homogen:
Prinsip Superposisi
Untuk persamaan yang homogen, struktur ini adalah prinsip
superposisi atau prinsip linieritas, yang menyatakan bahwa kita
dapat memperoleh solusi lebih lanjut dari solusi yang diberikan
dengan menambahkannya atau mengalikannya dengan
konstanta apa pun.
Contoh 1:
Sebuah fungsi y = cos x dan y = sin x adalah solusi persamaan
diferensial linear homogen
y”+y’ = 0 untuk semua x

(cos x)” = - cos x. Maka:


y“ + y’ = (cos x)” + cos x = - cos x + cos x = 0.

(sin x)” = - sin x


y“ + y’ = (sin x)” + sin x = -sin x + sin x = 0
• 
Kemudian cos x kita kalikan konstanta misalkan. 4.7 dan sin x misalkan -2.
Dihasilkan:
(4.7 cos x - 2 sin x)” + (4.7 cos x - 2 sin x)
= - 4.7 cos x + 2 sin x + 4.7 cos x - 2 sin x = 0

Dari contoh tersebut kita dapatkan = cos x dan adalah sebuah fungsi dari
bentuk:
(3) kontanta sembarang

Ini dinamakan kombinasi linear dan . Dari konsep ini disebut prinsip
superposisi atau prinsip linieritas.
Kaidah 1
Kaidah Dasar untuk Persamaan Diferensial Biasa (ODE) Linear Homogen
pers.(2)
Untuk persamaan diferensial (ODE) linier homogen pada pers. (2), setiap
kombinasi linier dari dua solusi pada interval terbuka I juga merupakan
solusi pers. (2) pada I.
Secara khusus untuk persamaan tersebut, penjumlahan dan perkalian
konstanta dari solusi adalah solusinya lagi.
Pembuktian:
•dan
 solusi dari pers. diferensial orde dua homogen pada I. Kemudian dengan
meng-subtitusi
dan diturunkan menjadi persamaan diferensial orde dua homogen, dan
menggunakan aturan dihasilkan:

Karena dan adalah solusi oleh asumsi, ini menunjukkan bahwa y adalah solusi
dari persamaan diferensial orde dua homogen pada I.
Masalah Nilai Awal, Basis (Dasar). Solusi
Umum
Untuk persamaan diferensial linier homogen orde kedua pers. (2), masalah
nilai awal terdiri dari pers. (2) dan dua kondisi awal:

(4) y(x0) = K0, y’(x0) = K1.

Kondisi ini menentukan nilai yang diberikan K0 dan K1 dari solusi dan
turunan pertamanya (kemiringan kurva) pada saat yang sama diberikan
pada x = x0 dalam interval terbuka yang dipertimbangkan.
Kondisi pers. (4) digunakan untuk menentukan dua konstanta sembarang c1
dan c2 dalam solusi umum dari persamaan diferensial biasa (ODE):
(5) y = c1y1 + c2y2

di sini, y1 dan y2 adalah solusi yang sesuai dari persamaan diferensial biasa.
Ini menghasilkan solusi unik, melewati titik (x0, K0) dengan K1 sebagai arah
singgung (kemiringan) pada titik tersebut. Solusi ini disebut solusi khusus
dari persamaan diferensial biasa homogen (pers. (2)).
Contoh Masalah Nilai Awal:
• 
Selesaikan Masalah Nilai Awal:
Langkah pertama adalah solusi umum.
Fungsi cos x dan sin x adalah solusi dari
PDB (pada contoh 1 slide 9):

Langkah kedua adalah solusi khusus.


Turunkan sehingga dihasilkan nilai awal,
cos 0 = 1 dan sin 0 = 0

Ini memberikan solusi dari masalah nilai


awal solusi khusus. Gambar menunjukkan bahwa pada
x = 0 memiliki nilai 3,0 dan
kemiringan (slope) -0,5, sehingga
garis singgung (tangen)-nya
berpotongan
sumbu x di x = 3,0/0,5 = 6.0. (skala
pada sumbu berbeda!)
• 
Tinjauan:
Pilihan dan cukup umum untuk memenuhi kedua Kondisi awal. Selanjutnya diambil dua
solusi proporsional sebagai gantinya, dan . Sehingga . Maka dapat ditulis dalam bentuk:
di mana

Karena tidak dapat memenuhi lagi dua kondisi awal hanya dengan satu konstanta C
sembarang. Akibatnya, dalam mendefinisikan konsep solusi umum, kita harus meniadakan
proporsionalitas. Dan dilihat pada saat yang sama mengapa konsep dari solusi umum
adalah penting sehubungan dengan masalah nilai awal.
Definisi
Solusi Umum, Basis (Dasar), Solusi Khusus
Solusi umum Persamaan diferensial pada pers. (2) pada interval terbuka I
adalah solusi pers.(5) di mana y1 dan y2 adalah solusi dari pers.(2) pada I
yang tidak proporsional, dan c1 dan c2 adalah konstanta yang berubah-ubah.
y1, y2 ini disebut sebagai basis (atau sistem fundamental) dari solusi pers. (2)
pada I.
Solusi khusus dari pers. (2) pada I diperoleh jika kita menetapkan nilai
spesifik ke c1 dan c2 di pers.(5).
Untuk definisi pada sebuah interval dapat dilihat pada e-Book
Bagian 1.1. (Konsep dasar. Permodelan PDB orde 1). Seperti
biasa, y1 dan y2 disebut proporsional pada I jika untuk semua x
pada I,
(6) (a) y1 = ky2 atau (b) y2 = ly1
di mana k dan l adalah angka, nol atau bukan nol.
Perlu dicatat bahwa (a) berarti (b) jika dan hanya jika k ≠ 0).
Dua fungsi y1 dan y2 disebut bebas linier pada sebuah interval I di mana
mereka didefinisikan jika:
(7) k1y1(x) + k2y2(x) = 0 dimana pada I berarti k1 = 0 and k2 = 0.
Dan y1 dan y2 disebut dependen linier pada I jika pers. (7) juga berlaku untuk
beberapa konstanta k1,k2 keduanya tidak nol.
Kemudian, jika k1 ≠ 0 atau k2 ≠ 0, kita dapat membaginya dan melihat bahwa y1
dan y2 adalah sebanding (proporsional),
k2 k1
y1   y 2 or y 2   y1 .
k1 k2

Sebaliknya, dalam kasus independensi linier, fungsi-fungsi ini tidak


proporsional karena kita tidak dapat membagi pers.(7).
Definisi
Basis (Direformulasi)
Sebuah solusi Basis dari pers.(2) PDB orde 2 homogen pada
interval terbuka I adalah pasangan dari solusi linear bebas dari
pers (2) PDB orde 2 homogen pada I.
Contoh Basis, Solusi Umum, Solusi Khusus
•   x dan sin x pada contoh masalah nilai awal (Slide ke 15) adalah bentuk sebuah basis
Cos
dari solusi PDB y”+y’ = 0 untuk semua x karena hasil baginya cot x konstan ( atau tan x
konstan). Oleh sebab itu, adalah sebuah solusi umum.
Solusi pada masalah nilai awal adalah solusi khusus (partikular).
Menemukan Sebuah Basis (Dasar) Jika Salah
Satu Solusi Diketahui. Pengurangan Orde
Sering terjadi bahwa satu solusi dapat ditemukan dengan
pemeriksaan atau beberapa cara lain. Kemudian solusi bebas
linier kedua dapat diperoleh dengan menyelesaikan persamaan
diferensial (PDB) orde pertama. Ini disebut metode pengurangan
orde (reduksi orde).
Contoh Pengurangan Orde Jika Sebuah Solusi Diketahui. Basis
(Dasar)
Temukan basis (dasar) dari sebuah solusi PDB:
(x2 − x)y” − xy’ + y = 0.
Solusi:
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa y1 = x adalah solusi karena y’1 = 1 dan y”1 = 0,
sehingga suku pertama dihilangkan secara identik dan suku kedua dan ketiga dihapus.
Ide dari metode ini adalah untuk subtitusi:
y = uy1 = ux, y’ = u’x + u, y” = u”x + 2u’
Ke dalam PDB, menghasilkan:
(x2 − x)(u”x + 2u’) − x(u’x + u) + ux = 0.
ux dan –xu ditiadakan dan didapatkan PDB berikut, pisahkan x, urutkan, dan
sederhanakan:
(x2 − x)(u”x + 2u’) − x2u’ = 0, (x2 − x)u” + (x – 2)u’ = 0.
Persamaan diferensial (PDB) dari orde pertama ini dalam v = u’,
yaitu
(x2 − x)v’ + (x – 2)v = 0.
Pemisahan variabel dan integrasi menghasilkan:

dv x2  1 2
 2 dx     dx ,
v x x  x 1 x
x 1
ln v  ln x  1  2 ln x  ln 2 .
x
•   tidak memerlukan integrasi yang konstan karena kita ingin
Kita
mendapatkan solusi khusus (partikular); demikian pula pada integrasi
berikutnya. Dengan mengambil eksponen dan mengintegralkannya lagi,
diperoleh:
x 1 1 1 1
v 2
  2 , u   v dx  ln x 
x x x x
hence y 2  ux  x ln x  1.

Sehingga: v 
x 1

1

1
, u   v dx  ln x 
1
x2 x x2 x
hence y 2  ux  x ln x  1.

Karena dan adalah linier bebas (hasil baginya tidak konstan), diperolah
solusi basis (dasar), berlaku untuk semua x positif.
Reduksi Orde PDB Linear Homogen
• 
Reduksi Orde untuk PDB Orde 2 Linear Homogen:
y” + p(x)y’ + q(x)y = 0
asumsikan solusi pada persamaan diatas, pada interval terbuka I, untuk diketahui dan
untuk mencari basis (dasar). Hal ini dibutuhkan solusi linier bebas kedua PDB Orde 2
linear homogen pada I. Untuk mendapatkan , subtitusi:

Kedalam persamaan PDB Orde 2 Linear Homogen


•Kumpulkan
  u”, u’, dan u:

Karena adalah solusi dari PDB orde 2 linear homogen, pernyataan di akhir
tanda kurung adalah nol (0). Karena u hilang, maka tinggalkan pada PDB
dalam u’ dan u”. Bagi PDB yang tersisa dengan dan tetapkan u’= U, dan u”
= U’.

Ini merupakan PDB orde pertama yang diinginkan, Reduksi PDB. Pisahkan
variabel dan integrasikan:
• 
Dengan memasukkan eksponen diperoleh:

(9)

maka . Solusi kedua yang diinginkan:

Hasil bagi tidak dapat dikonstankan (U > 0) , jadi dan merupakan bentuk
dari sebuah solusi basis.

Anda mungkin juga menyukai