Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Persamaan differensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau
lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde.
Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu ekonomi dan
berbagai macam disiplin ilmu. Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan
teknologi, bilamana hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara
kontinu dimodelkan oleh fungsi matematika dan laju perubahannya dinyatakan sebagai turunan
diketahui atau dipostulatkan. Ini terlihat misalnya pada mekanika klasik, di mana gerakan
sebuah benda diberikan oleh posisi dan kecepatannya terhadap waktu. Hukum Newton
memungkinkan kita mengetahui hubungan posisi, kecepatan, percepatan dan berbagai gaya
yang bertindak terhadap benda tersebut, dan menyatakannya sebagai persamaan diferensial
posisi sebagai fungsi waktu. Dalam banyak kasus, persamaan diferensial ini dapat dipecahkan
secara eksplisit, dan menghasilkan hukum gerak.
Contoh pemodelan masalah dunia nyata menggunakan persamaan differensial adalah
penentuan kecepatan bola yang jatuh bebas di udara, hanya dengan memperhitungkan gravitasi
dan tahanan udara. Percepatan bola tersebut ke arah tanah adalah percepatan karena gravitasi
dikurangi dengan perlambatan karena gesekan udara. Mencari kecepatan sebagai fungsi waktu
mensyaratkan pemecahan sebuah persamaan differensial.
Teori persamaan differensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan differensial biasa (PDB) adalah persamaan
differensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel
bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi
riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks.
Lebih jauh lagi, persamaan differensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari
turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.
Persamaan differensial parsial (PDP) adalah persamaan differensial di mana fungsi
yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan tersebut juga
melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada persamaan differensial
biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan parabolik,
terutama untuk persamaan differensial linear orde dua, sangatlah penting. Beberapa pesamaan
differensial parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan
sebagai jenis campuran.
Baik persamaan differensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier atau
nonlinier. Sebuah persamaan differensial disebut linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan
turunannya muncul dalam pangkat satu (hasilkali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi
syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.
Melihat seberapa besar penting persamaan differensial dari berbagai macam ilmu, baik
dalam bidang SAINS maupun teknologi. Maka kami menulis makalah yang berjudul
persamaan differensial linier orde satu. Tidak hanya itu makalah ini dibuat sebagai salah satu
kelengkapan mengikuti mata kuliah persamaan differensial biasa yang telah ditugaskan oleh
dosen pengasuh mata kuliah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah agar penguraian makalah lebih terarah dan terfokus
maka rumusan masalahnya adalah :
1. Pengertian Persamaan Diferensial
2. Persamaan Deferensial Biasa
3. Persamaan Diferensial Linier dan Non Linier
4. Solusi Persamaan Deferensial
5. Persamaan Diferensial Biasa Orde 1

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Persamaan Diferensial


2. Mengetahui Persamaan Diferensial Biasa
3. Mengetahui Persamaan Diferensial Linier Dan Non Linier
4. Mengetahui Solusi Dari Persamaan Diferensial
5. Mengetahui Persamaan Diferensial Biasa Orde 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persamaan Diferensial

Persamaan diferensial adalah persaman matematika untuk fungsi satu variabel atau
lebih, yang mengubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang dan metode yang digunakn
bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan
diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel
bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi
riil atau fungsi kompleks, namus secara umum bisa juga berupa fungsi bektor maupun matriks.
Lebih jauh lagi, persamaan diferensial bisa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan
terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang
tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas dan persamaan tersebut juga
melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefenisikan seperti pada persamaan diferensial
biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik dan parabolik
terutama untuk persamaan diferensial linier orde dua, sangatlah penting. Beberapa persamaan
diferensial parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-kategori tadi dan dinamakan sebagai
jenis campuran.

Baik persamaan diferensial biasa maupun parsial dapat digolongkan sebagai linier atau
nonlinier. Sebuah persamaan diferensial disebut linier apabila fungsi yang tidak diketahui dan
turunanannya muncul dalam pangkat satu (hasil kali tidak dibolehkan). Bila tidak memenuhi
syarat ini, persamaan tersebut adalah nonlinier.

2.2 Persamaan Deferensial Biasa

Persamaan diferensial biasa (PDB) Ordinary Differential Equations (ODE) adalah


persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari
variabel bebas tunggal. Peubah bebas biasanya disimbolkan dengan x. Dalam bentuk paling
sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi matriks. Lebih jauh lagi,
persamaan diferensial bisa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap
variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut dan turunannya merupakan turunan
biasa.

Contoh persamaan diferensial biasa :

+ xy = 0

x + – xy = 0

+ + 6y =

+ xy2 = 1

Contoh tersebut merupakan persamaan diferensial biasa, karena variabel tak bebas y
hanya bergantung pada variabel bebas x.

2.3 Persamaan Diferensial Linier dan Non Linier

Persamaan diferensial linier memenuhi dua hal berikut :


1. Variabel terikat dan turunannya paling tinggi berpangkat satu dan tidak terdapat fungsi
transenden dalam bentuk peubah tak bebas, serta an(x) adalah fungsi kontinu.
2. Tidak mengandung bentuk perkalian antara sebuah variabel terikat dengan variabel terikat
lainnya, atau turunan yang satu dengan turunan lainnya, atau variabel terikat dengan sebuah
turunan.
Jadi istilah linier berkaita dengan kenyataan bahwa tiap suku dalam persmaaan

diferensial itu, peubah-peubah y, , , yn berderajat satu atau nol.

Bentuk umum persamaan diferensial linier orde-n adalah :

an (x) yn + an-1 (x) yn-1 + ... + a1(x) + a0 (x) y = f (x)

dimana a0, a1, ..., an,f merupakan fungsi dari x.

Contoh :

1. -2 +y=0
2. + + =x

3. - 2y + x3

4. – 4x + 6y +ex
Persamaan diferensial non linier

Persamaan diferensial F( x, , ..., ) = 0 adalah persamaan differensial non linier


jika salah satu dari berikut dipenuhi oleh F :

1. F tidak berbentuk polinim dalam y, ,,

2. F tidak berbentuk polinom berpangkat lebih dari 2 dalam y, ,,


Contoh :

1. y + = 0 ; persamaan diferensial non linier krena F(x, y, , )

2. sin xy + cos = 0 ; non linier karena F tak berbentuk polinom dalam y, ,

2.4 Solusi Persamaan Deferensial

1. Metode Euler
Perhatikan bentuk persamaan differensial berikut:
y' = f (x, y)
Dengan menggunakan pendekatan nilai awal (x0,y0), maka nilai-nilai y berikutnya dapat
diperoleh dengan :
yn+1 = yn + h.f (xn , yn)
Contoh :
Diketahui persamaan differensial berikut:

+ xy = 1
Maka :
y' = 1− xy atau f (x, y) = 1− xy
2. Metode Taylor
Metode Taylor adalah suatu metode pendekatan yang menggunakan deret Taylor sebagai
bentuk perbaikan nilai untuk nilai fungsi secara keseluruhan pada penyelesaian persamaan
differensial. Perhatikan fungsi dari persamaan diferensial berikut : y' = f (x, y)
Dengan memberikan nilai pendekatan awal (x0,y0), penyelesaian dapat diperoleh dengan :

y(x) = y0 + (x –x0) y' (x0) + (x0) + ... + y(k) (x0)


Contoh :
Diketahui persamaan diferensial :

+ y = sin x
Maka : y' = sin x − y atau f (x, y) = sin x – y

= (x, y) = fx +fy y' = cosx – (1) (sinx –y)


= cosx – sinx + y
y(3) = -sinx – cosx + (1) (sinx – y)
= -cosx – y
Dengan pendekatan awal (0,0) maka untuk x = 1, nilai y dapat dihitung dengan :

Y = 0 + (1 – 0) [sin(0) – 0] + [cos(0) – sin(0) + 0] + [-cos(0) -0) = - =


Catatan:
Pemakaian metode Taylor tidak banyak digemari karena diperlukan perhitungan yang
cukup rumit dalam penyelesaiannya. Tetapi metode ini dapat menunjukkan hasil yang
bagus pada beberapa permasalahan penyelesaian persamaan differensial.

3. Metode Runge Kutta


Metode Runge-Kutta merupakan pengembangan dari metode Euler, dimana
perhitungan penyelesaian dilakukan step demi step. Untuk fungsi dari persamaan
differensial : y' = f (x, y)
Dengan titik pendekatan awal (x0,y0), berdasarkan metode Euler nilai fungsi
penyelesaian diperoleh dengan :
yn+1 = yn + h.f (xn,yn) atau
yn+1 = yn + dy
dimana dy adalah nilai perubahan nilai fungsi setiap step

4. Metode Bernoulli
Bentuk umum dari persamaan diferensial Bernoulli adalah :

+ P(x) y = Q(x) yn

Persamaan Bernoulli akan tereduksi ke persamaan linier orde satu dengan Transformasi :

z=

= (-n +1) y-n .

= (1 - n) yn .

Persamaan linier orde satu

= (1 - n) P(x) y-n = (1 - n) Q(x)

= (1 - n) P(x) z = (1 – n) Q(x)

Dengan faktor integrasi :


Solusi umum :

z= dx + c

2.5 Persamaan Diferensial Biasa Orde 1

Persamaan diferensial adalah suatu hubungan yang terdapat antara suatu variabel
independen x, suatu variabel dependen y, dan satu atau lebih turunan y terhadap x.
Orde dari suatu persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dalam
persamaan tersebut.
 Penyelesaian PDB Orde Satu dgn Integrasi Langsung

Jika PDB dapat disusun dalam bentuk = f(x), maka persamaan tersebut dapat
diselesaikan dengan integrasi langsung.
Contoh :

= 3x2 – 6x + 5
Maka

y= = x3 – 3x2 +5x + c

 Penyelesaian PDB Orde Satu Dengan Pemisahan Variabel

Jika persamaan deferensial berbentuk = f(x,y), yaitu persamaan yang ruas kanannya
dapat dinyatakan sebagai perkalian atau pembagian fungsi x dan fungsi y, maka
penyelesaiaannya dengan cara memisahkan variabelnya senhingga faktor ‘y’ bisa kita
kumpulkan dengan ‘dy’ dan faktor ‘x’ dengan ‘dx’.
Contoh : selesaikan persamaan diferensial berikut

= (1 + x) (1 +y)
Pisahkan berdasarkan variabelnya untuk mendapatkan :

= (1 +x)dx
Jika kita integrasikan kedua ruas menjadi :

=
ln(1 + y) = x + x2 +c
 Persamaan Homogen substitusi y = vx
Tinjau persamaan diferensial :

=
Persamaan di atas tidak dapat diselesaikan dengan cara memisahkan variabelnya.
Dalam hal ini kita laikukan subsitusi y = vx, dengan v adalah fungsi x. Sehingga
penyelesaiannya :
Dari y = vx dideferensialkan menjadi :

=v+x
Sehingga :

=
Persamaan sekarang menjadi :

v+x =

x = –v=
kedua ruas diintegrasikan menjadi :

=
2ln(1 + v) = lnx +c
(1 + v)2 = c . x
Substitusi yang didapatkan :

(1 + )2 = c . x atau (x + y)2 = c . x3

 Persamaan Diferensial Linier dalam bentuk


Untuk PD yang berbentuk dengan P dan Q fungsi x atau konstanta
penyelesaiannya dapat diperoleh dengan mengalikan kedua ruas dengan faktor integrsi

Contoh :

Penyelesaian :

Dari persamaan diperoleh P = -1 dan Q = x

Faktor integrasinya =

Jika kedua ruas persamaan dikalikan dengan maka :

– y) =

– y) = =

{ = →d{
Sehingga penyelesaiannya :

= +

y = -x – 1 + c /
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu


ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu. Teori persamaan diferensial sudah cukup
berkembang, dan metode yang digunakan bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan
diferensial terbagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial
parsial. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang
tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Persamaan
diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui
adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan tersebut juga melibatkan turunan
parsial.
Didalam persamaan diferensial biasa, dipelajari tentang konsep persamaan diferensial
linear dan Persamaan diferensial linear orde satu. Persamaan diferensial linear adalah
persamaan yang mengandung turunan tingkat satu yaitu turunan dengan satu peubah bebas.
Sedangkan Persamaan diferensial linear orde satu adalah persamaan yang mengandung turunan
tingkat satu dimana turunan tertinggi yang terdapat dalam persamaan tersebut adalah satu.
Bentuk persamaan diferensial linear
Bentuk persamaan diferensial linear orde satu
Persamaan diferensial sangat menarik dipelajari, karena persamaan diferensial
memegang peranan penting dalam berbagai macam ilmu. Oleh karena itu sangatlah penting
bagi kita untuk memahami persamaan diferensial, khususnya persamaan diferensial linear orde
satu.

3.2 Saran

Sebaiknya kita harus memahami dan mengerti tentang persamaan diferensial linear orde
2. Karena dengan menguasai persamaan diferensial linear orde 2, kita akan lebih mudah
menyelesaikan permasalahan dalam persamaan diferensial biasa.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/S2-2014-306033-chapter1.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28377/Chapter%20I.pdf;jsessionid=E
21D4525AFC8D34A0D6EC6D93C384BB1?sequence=5
https://noprianikurniati.wordpress.com/makalah-persamaan-diferensial/
https://www.slideshare.net/nafis_apis/makalah-persamaan-differensial
http://tobtim.blogspot.com/2011/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://digilib.unila.ac.id/7747/13/BAB%20II.pdf
http://alfaruqi.lecturer.pens.ac.id/mnumerik/bab7tm.pdf
https://diyarkholisoh.files.wordpress.com/2008/12/penyelesaian-pdb-ivp-doc-dy.pdf
https://www.slideshare.net/MayaUmami/modul-persamaan-diferensial-1
http://syafii.staff.uns.ac.id/files/2011/02/bab-i.pdf
http://maulana.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/BAB-II-PERSAMAAN-DIFERENSIAL-
BIASA-_PDB_-ORDE-SATU.pdf

di Juli 04, 2018


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Persamaan Differensial Orde 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengantar
Persamaan differensial orde 2 adalah persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk : F(x,
y, y’, y”) = 0 atau y” = f(x, y, y’). Untuk persamaan orde 1, y’ = f(x, y), solusinya mempunyai
satu buah konstanta. Karena persamaan differensial orde 2 mengandung turunan kedua, maka
untuk menentukkan solusinya, diperlukan dua kali proses integrasi. Oleh karena itu, solusi
persamaan differensial orde 2 akan mempunyai dua buah konstanta.
Secara umum, solusi persamaan differensial orde n akan mempunyai n buah konstanta,
karena untuk persamaan differensial orde n, diperlukan n kali proses integrasi. Untuk
menentukan solusi tunggal dari persamaan differensial orde 2 diperlukan dua keadaan khusus,
misalnya ditentukkan nilai y0 dan y’0 pada x0. Kondisi ini dinamakan kondisi awal atau syarat
awal. 1[1]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk persamaan umum PD linier orde 2 ?
2. Bagaimana bentuk persamaan umum PD linier orde 2 homogen ?
3. Bagaimana bentuk penyelesaian PD linier orde 2 homogen dengan operator D dan permisalan
akar persamaan karakteristik ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Persamaan
Differensial.
BAB II
PEMBAHASAN

1[1] Heris Herdiana, Sukasno, & Engkus Kusma. 2002. Persamaan Differensial. Bandung: CV PUSTAKA
SETIA. Halaman 63
A. Bentuk Persamaan Umum PD linier orde 2
Bentuk umum persamaan diferensial linier orde 2 adalah :
y” + p(x)y’ + g(x)y = r(x)
dimana p(x) dan g(x) disebut konstanta.
Bila variabel bebas dan turunan-turunannya mempunyai pangkat tertinggi sama dengan 1,
maka persamaan differensial tersebut adalah persamaan differensial linier.

B. Bentuk Persamaan Umum PD linier orde 2 homogen


Perhatikan kembali persamaan berikut ini :
y” + p(x)y’ + g(x)y = r(x)
Jika r(x) bernilai nol [r(x) = 0], maka persamaan tersebut dinamakan persamaan differensial
homogen, karena tiap sukunya mengandung variable y atau turunannya. Tetapi jika r(x) tidak
sama dengan nol, maka persamaan tersebut dinamakan persamaan differensial tak homogen,
karena ada suku yang tidak bergantung y atau turunannya. 2[2]

Contoh : + 3x - 2y = 0

Jika r(x) tidak sama dengan nol maka disebut PD linier tak-homogen orde dua.
Contoh : y” + 4y = e-x sinx

Persamaan differensial linier homogen orde kedua selalu mempunyai dua solusi dasar
u1(x) dan u2(x), yang berdiri sendiri atau tidak bergantung satu sama lain.3[3]
Solusi Persamaan differensial homogen dinyatakan dalam bentuk kombinasi linier dari
dua solusi y1 dan y2 :
y = c1y1+c2y2
Bukti bahwa bentuk kombinasi linier dari y1 dan y2 dalah benar solusi dari persamaan
differensial homogen dapat diperoleh dengan cara mensubstitusikan persamaan y = c1y1+c2y2
ke dalam persamaan y” + p(x)y’ + g(x)y = 0 :

 y” + p(x)y’ + g(x)y = 0
 (c1y1+c2y2)” + p(x)(c1y2+c2y2)’ + g(x)(c1y1+c2y2) = 0

2[2] Heris Herdiana, Sukasno, & Engkus Kusma. 2002. Persamaan Differensial. Bandung: CV PUSTAKA
SETIA. Halaman 74

3[3] Edwin J. Purcell, Dale Varbeg, Steven E. Rigdon. 2004. KALKULUS Jilid Dua Edisi kesembilan.
Jakarta: Erlangga. Halaman 396-37
 c1y1”+ c2y2”+ p(x) c1y1’+ p(x) c2y2’+ g(x) c1y1+ g(x) c2y2 =0
 c1(y1”+ p(x) y1’+ g(x) y1) + c2(y2”+ p(x)y2’+ g(x)y2) = 0
 c1(0) + c2(0) = 0
0=0
Solusi Persamaan differensial orde kedua dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu solusi
umum (jika koefisien c1 dan c2 berupa sembarang konstanta) dan solusi khusus (jika koefisien
c1 dan c2 berupa angka spesifik).4[4]

C. Bentuk Penyelesaian PD Linier Orde 2 Homogen dengan Operator D dan Permisalan


Akar Persamaan Karakteristik

1. Operator D
Operator D adalah operator differensial. Jika dapat ditulis sebagai D maka = Dy dan

= D2y.

Persamaan umum dari operator differensial orde dua adalah ;


L = P(D) = AD2+BD+C
Dimana L menyatakan “linier”, P menyatakan “polinom” dan A, B, C adalah sebarang
konstanta.
Apabila L diterapkan pada fungsi y, maka diperoleh :
L[y] = P(D)y = (AD2+BD+C)y
= (AD2y+BDy+Cy)
= (Ay”+By’+Cy)
Kita ketahui bahwa (Ay”+By’+Cy) merupakan bentuk dari persamaan differensial orde
dua. Selanjutnya, kita akan membahas bentuk dari persamaan differensial homogen orde dua.

4[4] Jurnal oleh Dwi Prananto. 2015. Persamaan Differensial Biasa: Persamaan Differensial Orde
kedua. Halaman 1
Persamaan umum differensial homogen orde dua adalah Ay”+By’+Cy = 0. Dengan
menerapkan operator D, maka diperoleh persamaan differensial homogen orde dua :5[5]

L[y] = P(D)y = (AD2+BD+C)y = Ay”+By’+Cy = 0

2. Permisalan Akar Persamaan Karakteristik


Pandang persamaan yang berbentuk :
ay” + by’ + cy = 0
dengan a, b, c adalah konstanta sembarang. Jika andaikan m adalah akar persamaan
karakteristiknya yaitu :
am2 + bm + c = 0
maka akar-akar karakteristiknya dapat diselesaikan dengan rumus abc pada persamaan kuadrat
yaitu :

m1,2 =

Karena a, b, c adalah bilangan real sehingga akar-akar karakteristiknya mempunyai tiga kasus
yakni :
1) Dua akar real yang berbeda
Diskriminan (D) = b2-4ac > 0
Sehingga akar-akar kuadratnya adalah bilangan real. Jadi penyelesaian umum PD nya adalah :
y = c1em1x + c2em2x
dengan c1 dan c2 adalah konstanta yang sesuai.
2) Dua akar yang sama
Diskriminan (D) = b2-4ac = 0
Sehingga akar-akar kuadratnya adalah m1 = m2 = m
Jadi, penyelesaian umum PD nya adalah :
y = c1em1x + c2xem1x

3) Dua akar komplek konjugat


Diskriminan (D) = b2-4ac < 0
Jika persamaan karakteristik mempunyai akar-akar gabungan kompleks i, maka solusi
umumnya adalah :

5[5] Esa148.weblog.esaunggul.ac.id. diakses pada hari Minggu, 29 Oktober 2017


y = c1 cos + c2 sin

Contoh Soal :

1. Carilah penyelesaian umum PD y” + y’ - 6y = 0


Penyelesaian :6[6]
Persamaan karakteristiknya :
m2+m-6 = 0
(m+3) (m-2) = 0
Mempunyai akar-akar persamaan m1 = -3 dan m2 = 2. Karena e-3 dan e2 adalah solusi yang
berdiri sendiri, maka solusi umum untuk persamaan differensial tersebut adalah y = c1e-
3x
+c2e2x.
2. Tentukan solusi umum untuk y”+7y’+12y = 0
Penyelesaian : Persamaan karakteristik
m2+7m+12 = (m+3)(m+4) = 0
mempunyai dua akar -3 dan -4. Karena e-3 dan e-4 adalah solusi yang berdiri sendiri, maka
solusi umum untuk persamaan differensial tersebut adalah y = c1e-3x+c2e-4x
3. Selesaikan y”-6y’+9y = 0
Penyelesaian : Persamaan karakteristiknya
m2-6m+9 = (m-3)(m-3) = 0
mempunyai dua akar yang sama yaitu m1 = m2 = m = 3.
Jadi solusi umumnya adalah y = c1e3x+c2xe3x.
4. Selesaikan y”-4y’+13y = 0
Penyelesaian : akar-akar dari persamaan karakteristik m2-4m+13 = 0 adalah 2 3i. Dengan
demikian, solusi umumnya adalah y = c1 cos + c2 sin

6[6] I Ketut Sukarma dan Syahrir. 2014. Modul Persamaan Differensial. Mataram: LPP Mandala.
Halaman 58
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bentuk umum persamaan diferensial linier orde 2 adalah :
y” + p(x)y’ + g(x)y = r(x)
dimana p(x) dan g(x) disebut konstanta. Jika r(x) = 0 maka persamaan tersebut dinamakan
persamaan differensial homogen.
Ketika kita menemukan suatu persamaan operator D homogen orde duamaka kita dapat
mencari penyelesaian umum dari persamaan operator homogeny orde dua dengan
mengubahnya kedalam bentuk :
L[y] = P(D)y = (AD2+BD+C)y = Ay”+By’+Cy = 0
Artinya, mengubah bentuk operator D ke dalam bentuk persamaan homogeny orde dua.
Selanjutnya kita dapat mencari penyelesaian umum dari suatu persamaan operator differensial
dengan cara yang sama seperti mencari penyelesaian umum dari persamaan homogen orde dua.

Penerapan Persamaan Differensial Biasa Orde II Pada Fisika Pada Pegas dan Rangkain Listrik
Pada sebuah pegas lilit yang panjangnya l,tergantung pada suatu bidang.HukumHooke
menyatakan bahwa panjang akibat pegas itu di tarik atau di tekanoleh gaya vertikal F adalah
berbandinglurusdengan|F|;yaitu
|F| = k.s
dimana k adalah faktor pembanding.Faktor kini unik untuk tiap pegas dan tergantung pada
bahan.Ketebalan dan sifat lain dari pegas itu. Misalkan suatu benda A denganberat w diikatkan
pada bagian bawah pegas dan di biarkan sistem ini mencapai keseimbangan.Andaikan ada
suatu sumbu koordinat tegak harus yang searah positifnya kebawah dan titik asalnya terletak
pad agaris datar melalui titik paling rendah P pada pegasi itu. Benda A di tarik sejauh x0
kemudian di lepaskan.Selanjutnya gerak yang di hasilkan oleh titik yang paling rendah pegas
itu akan di bicarakan pada bagian berikut ini.

1. GerakHarmoni Sederhana Andaikan tidak ada hambatan udara dan gesekan lain pada
bendaA di lepaskan,maka timbul gaya ke atas pada P yang terjadi
akibatreganganpegasitu.Gayaini cenderung mengembalikanPke posisi seimbang.Dari
hukumHooke,besarnyagayaadalah –kr. Tetapi dari hukum kedua Newton gaya ini sama dengan
m.a, dimana m= w/g (massabendaA), a percepatan dan g percepatangravitasi.

2. GetaranYang Diredam Dalam uraian diatas diandaikan tidak ada gesekan.Padahal dalaam
kenyataannya gesekan selalu ada yaitu gesekan yang di timbulka noleh hambatan udara atau
hambatan yang lain yang menyebabkan gerak yang di maksud bukan lagi gerak harmoni
sederhana.Gaya penghambat ini dapat di hampiri dengan mengikut sertakan dalam persamaan
diffrensialnya.Suatu suku yang sebanding dengan kecepatan.Gaya penghambat hambatan
udara bekerja berlawanan arah dengan arah gerak partikel yang bergetar.Sehingga persamaan
hukum Hooke dapat di tulis menjadi F = -kx – qv

3. Rangkaian Listrik Banyak masalah dalam rangkaian listrik merupakan persamaan


differensial linier.Suatu rangkaian listrik adalah suatu lintas tertutu p sembarang adas uatu
jaringan lisrtik. Tahanan ,kumparan dan kondensator menggunakan energi yang di berikan oleh
sumber gaya elektromotif E. Sebuah tahana nenergi dalam menghambat arus listrik yang
melaluinya.Hal ini serupa dengan gesekan yang menghambat arus air di dalam sebuah
pipa.Sebuah kumparan cenderung menstabilkan arus listrik dengan melawan sembarang
penambahan atau penurunan arus dan dengan demikian menyimpan dan melepaskan energi.
Sebuah kondensator(kapasitor) terdiri atas pelat-pelat yang di pisah-pisahkan dengan bahan
isolator,ia menyimpan muatan listrik.Notasi yang di gunakan
q muatan listrik(coulomb) yang di simpan atau di timbulkan dalam suatu unsur pada suatu
rangkain listrik.
t waktu(detik)
i arus listrik(ampere) yang merupakan laj uperubahan muatan listrik terhadap waktu ketika
mengalir dari suatu unsur ke unsur yang lain pada sebuah rangkaian,sehingga
i = dq/dt
E gaya elektromotif (volt)
C kapasitansi (farad); konstant pada tiap kondensator
R tahanan atu resistan(ohm);konstan pada tiap tahanan(resistor)
L koefisien imbas atau koefisien induktansi (henry);konstan untuk tiap kumparan(induktor)

Anda mungkin juga menyukai