Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATEMATIKA

APLIKASI DIFERENSIAL DALAM BIDANG RADIOLOGI

DISUSUN OLEH :
1. Ana Septiana

(01)

2. Anjar Puji Astuti

(03)

3. Dara Delia Wulandari (08)


4.Dhoni Setiawan

(12)

5. Dony Roynaldi

(14)

6. Ferizka Amalia A

(16)

7. Festy Ana Ujiaty

(17)

8. Gusti Anandi

(18)

9. M.Indra Megantara P

(23)

10. Vinanti Diraesti

(32)

11. Windani Indah p

(43)

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2012/2012

Kata Pengantar
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kegadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah matematika ini
yang berjudul APLIKASI DIFERENSIAL DALAM BIDANG RADIOLOGI.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Sri mulyati, S.Si, MT, selaku dosen pembimbing mata kuliah matematika
Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes
Semarang,
2. Rekan-rekan mahasiswa Prodi D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Poltekkes Kemenkes Semarang,
3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Seperti kata pepatah Tiada Gading yang Tak Retak, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis masih memerlukan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Desember 2012


Penulis

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan meluasnya penggunaan sirkuit digital, simulasi komputer, dan metode numerik
akhir akhir ini membuat topik ini menjadi penting, karena semua itu menggunakan
persamaan diferensial sebagai konsep dasarnya.
Pengertian persamaan diferensial sendiri adalah persamaan yang di dalamnya terdapat
suku-suku diferensial dalam matematika diartikan sebagai suatu hubungan yang
mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui, yang merupakan fungsi dari beberapa
variabel bebas, dengan turunan-turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud.
Diferensial pada abad ke-17 sebagian besar dipengaruhi oleh masalah menemukan
gradien garis singgung di sebuah titik pada suatu kurva yang diketahui dan menentukan
kecepatan sesaat sebuah partikel yang bergerak sepanjang garis lurus dengan laju yang
berubah. Kalkukus juga bisa digunakan untuk mencari tingkat perubahan. Misalnya
pembalap F1 untuk mengetahui kecepatannya pada suatu waktu tertentu, berapa tinggi
maksimum dari bola yang dilempar, dan sebagainya. Penyelesaian masalah-masalah tadi
akan menjurus ke konsep turunan (derivatif). Menentukan turunan (derivatif) adalah
pengerjaan dasar dalam kalkulus diferensial.
Konsep turunan telah didapat dan dipelajari sejak SMA. Konsep turunan juga ditemui lagi
dalam radiologi. Ternyata konsep turunan tidak berakhir pada teori saja namun dapat
diaplikasikan dalam ilmu radiologi. Penghitungan Dosis Serap Radiasi, Komponen Sistem
Pengukur Radiasi ( sistem pencacah diferensial), Menghitung aktivitas sinar-x, dan Hukum
Peluruhan Radioaktif dapat dicari dengan konsep turunan.
Dalam makalah kali ini, kami akan membahas mengenai konsep turunan dan penerapan
konsep turunan dalam ilmu radiologi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan persamaan umum diferensial linear tak homogen konstan


2. Bagaimana persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstan dan
dengan menggunakan metode koefisien tidak diketahui dan metode transformasi-Z.
3. Bagaimana aplikasi persamaan diferensial dalam bidang radiologi.

1.3 TUJUAN
1. Menentukan persamaan umum diferensial linear homogen konstan
2. Menentukan persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien konstan dan
dengan menggunakan metode koefisien tidak diketahui dan metode transformasi-Z.
3. Menentukan aplikasi persamaan diferensial dalam bdang radiologi.
4. Untuk memenuhi tugas akhir makalah matematika aplikasi diferensial dalam bidang
radiologi.

1.4 MANFAAT
Untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang persamaan diferensial
khususnya diferensial linear homogen dengan koefisien konstan, metode koefisien tidak
diketahui, metode transformasi-Z dan yang paling utama mengetahui aplikasi persamaan
diferensial dalam bidang radiologi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar teori
1. Definisi Turunan
Turunan adalah suatu objek yang berdasarkan atau dibuat dari suatu sumber
dasar. Turunan didasari dari teori turun menurun yang ditemukan oleh 4 Sekawan
apank.Cheebodh.Ubaid & ardizzoro. Arti ini penting dalam linguistik dan etimologi,
dimana bentuk turunan dari suatu kata terbentuk dari beberapa kata dasar.
Dalam kimia, turunan adalah senyawa yang terbentuk dari beberapa senyawa.
Dalam finansial, turunan adalah kependekan dari jaminan turunan.proses dari
menirunkan disebut diferensiasi
Perhatikan gambar :
x mengalami
Nilai
perubahan,
yang
(
a+h
)
a=h
besarnya
.
Nilai
fungsi
juga
mengalami
perubahan
yang
besarnya
f ( a+ h )f (a) .
Laju

perubahan
f : x f ( x ) atau

fungsi

y=f ( x ) di x=a ,
'

f (a) ,

ditulis

disebut

turunan atau derivatif di


x=a . Turunan f (x)
di

x=a

dengan :

f ' ( a ) = lim

h0

f ( a+h )f (a)
h

dirumuskan

Jika fungsi

f (x)

dalam domain

diferensiabel (mempunyai turunan) untuk setiap nilai

D dengan

D R , maka turunan fungsi

f (x)

ditulis

f ' (x)

dinyatakan dengan rumus :


f ' ( x )=lim

h0

a.

f ( x +h ) f (x )
h

f ' ( x) disebut fungsi turunan dari


f ' (x)

b. Proses menentukan

dari

f ( x)

c. Notasi lain untuk turunan dari fungsi


df (x)
dx

atau

Bentuk-bentuk

f (x)
disebut penurunan

y=f ( x)

adalah

y'

( diferendial ) .
atau

dy
dx .
df (x)
d (x)

atau

dy
dx

disebut

notasi Leibniz

untuk

turunan.

2. Turunan fungsi pangkat


Misalnya

f ( x )=a x n dengan

bilangan bulat positif. Fungsi ini disebut fungsi

pangkat. Turunan fungsi tersebut adalah :

f ' ( x )=lim

h0

f ( x +h ) f (x )
h
a( x +h)n +ax n
lim
h
h0

a lim
h 0

( x n +C ( n , 1 ) x n1 h+C ( n , 2 ) x n2 h2 +C ( n+3 ) x n3 h3 ++h n )x n


h

a lim

C ( n , 1) x

h0

a lim

n1

n2

h+C ( n , 2 ) x

h +C ( n , 3 ) x
h

n3

h + + h

( C ( n ,1 ) x n1 +C ( n ,2 ) x n2 h+C ( n ,3 ) x n3 h2+ +hn 1 ) h


h

h 0

aC ( n , 1 ) x n1

(semua suku yang memuat

bernilai nol)

an x n1 .
Jadi, jika

f ( x )=a x n , untuk bilangan bulat positif, maka

f ' ( x )=an x n1 .

3. Turunan Fungsi Trigonometri


Fungsi trigonometri ( sinus dan cosinus ) merupakan fungsi kontinu, sehingga limit
fungsi sinus dan cosinus di setiap titik sama dengan nilai fungsinya, yaitu :
lim sin xsin a dan lim cos xcos a
x a

x a

Turunan dari fungsi sinus dapat diperoleh dari definisi, yaitu :


a
sin

a
sin

dx
d
2 sin

( h2 ) =1 maka

h
Karena lim
ha

Sedangkan untuk turunan fungsi cosinus diperoleh berikut:


a
cos

Untuk turunan fungsi trigonometri yang lain dapat diperoleh dengan menerapkan
rumus perhitungan turunan :
x
tan

d
1.
x
cot

d
2.

x
sec

d
3.
x
csc

d
4.

Untuk menentukan / menghitung limit fungsi trigonometri di tak hingga dan limit tak
hingga , digunakan sifat atau teorema yang diberikan tanpa bukti berikut.
3. Teorema
Misal f(x) g(x) h(x) berlaku untuk setiap x di dalam domainnya.
Bila lim f ( x )= lim h ( x )= L maka lim g ( x )= L
x

Contoh
Hitung limit berikut ( bila ada )
sin x
1. lim
x
x
1+ cos x
sin x
a . lim
+

x0

Jawab :
a . Misal f ( x )=

sin x
1 sin x 1
. Dari1 sin x 1 maka

. Karena
x
x
x
x

1
1
sin x
=lim =0 maka lim
=0.
x
x
x
x
x
x
lim

b. Bila x mendekati nol dari arah kanan maka 1 - cos x mendekati 2, sedangkan
nilai sin x akan mengecil atau mendekati nol. Oleh karena itu, bila 2 dibagi dengan
bilangan
positif kecil sekali ( mendekati nol ) maka akan menghasilkan bilangan yang
sangat
besar ( mendekati tak hingga ).
4. Notasi, Orde, Dan Derajat
Bentuk umum persamaan diferensil sebagai berikut :
F( x, y, dy , d2y, ..dny ) = 0 notasi (1.1)
dx dx2
dxn
dengan f adalah suatu fungsi real dalam (n+2) argument-argumen x,y, dy , d2y,
..dny .
dx dx2
dxn
notasi (1.1) menyatakan hubungan antara variable bebas x dan variable terikat y dan
berbagai variasi turunan-turunannya. Persamaan variable bebas x dan variable
terikat y sering dinyatakan dalam bentuk :
a0 (x) dny + a1 (x) dn-1y +an-1 (x) dy + an(x)y = b(x)
(1.2)
n
n-1
dx
dx
dx
Orde persamaan diferensial adalah tingkat dari turunan tertinggi yang termuat
dalam persamaan tersebut. Persaman diferensial 1.1 dan 1.2 adalah persamaan
diferensial orde-n sebab turunan tertinggi yang terlibat dalam persamaan tersebut
adalah turunan ke-n. Sedangkan derajat atau pangkat atau tingkat persamaan
diferensial adalah pangkat tertinggi dari turunan tertinggi pada persamaan diferensial
tersebut.
Disamping itu persamaan diferensial ada yang homogen dan ada yang tidak
homogen. Pada persamaan .2 merupakan persamaan homogen karena b = 0, bila b
0 disebut persamaan tidak homogen. Persamaan diferensial
dy + a(t)y = 0
dx
adalah persamaan diferensial linear orde-1 homogen.
dy + a(t)y = b(t), b(t) 0
dx
adalah persamaan diferensial linear orde-1 tidak homogen.
5.Macam-macam persamaan diferensial :
A. Persamaan Diferensial Orde Satu
a. Persamaan diferensial terpisah

Bentuk :
Selesaian:

b. Reduksi ke Bentuk Terpisah


Persamaan tak terpisah yang berbentuk
di mana g suatu fungsi (y/x) yang diketahui, dapat diubah menjadi terpisah dengan
substitusi
sehingga menjadi bentuk terpisah

c. Persamaan Diferensial Eksak


Suatu PD orde satu yang berbentuk
disebut PD eksak jika memenuhi

Jika tidak demikian, maka disebut PD tak eksak.


Selesaiannya berbentuk
dimana

dengan k(y) suatu fungsi dari y saja. Untuk menentukan k(y), kita turunkan
gunakan kesamaan
= N(x,y) untuk mendapatkan dk/dy, kemudian integralkan.
Secara sama, u dapat ditentukan dengan

Untuk menentukan l(x) kita turunkan

dan gunakan kesamaan

= M(x,y)

untuk mendapatkan dl/dx, kemudian intergralkan.


Jika suatu PD itu eksak, maka kita bisa mengubah menjadi tak eksak dengan
membagi dengan suatu fungsi tertentu. Sebagai contoh,

adalah PD eksak, tetapi dengan membagi dengan y akan diperoleh PD tak eksak

Demikian juga suatu PD tak eksak, mungkin bisa diubah menjadi eksak dengan
dibagi/dikalikan dengan suatu fungsi tertentu (yang cocok).
d. Faktor Integral
PD tidak eksak
P(x,y)dx+Q(x,y)dy = 0,
bisa dibuat eksak dengan mengalikan dengan fungsi (yang cocok) yang berbentuk
Fungsi ini disebut faktor integrasi.

Teorema 1 (Faktor integrasi hanya bergantung pada satu variabel)


Jika P(x,y)dx+Q(x,y)dy = 0 suatu PD tak eksak sedemikian hingga:

B. Persamaan Diferensial Orde 2


Pandang persamaan diferensi linear homogen dengan koefisien konstan
dengan a, b, dan c sembarang konstanta.
Untuk menyelesaikan persamaan ini, dengan mencoba suatu solusi dalam bentuk

dengan r 0 dan r konstanta yang tidak diketahui.


Dengan mensubtitusikan yn = rn ke dalam persamaan (A.5) diperoleh:
rn (arn + br + c) = 0.
persamaan ini memenuhi untuk semua n = 0, 1, 2, jika dan hanya jika r memenuhi
persamaan karakteristik

6. Pengertian Transfromasi-Z
seperti halnya Transformasi Laplace merupakan suatu metode atau alat matematis
yang sangat bermanfaat untuk mendesain, menganalisa dan memonitoring suatu
sistem. Transfromasi-Z mirip dengan Transformasi Laplace namun bekerja pada
domain diskrit dan merupakan generalisasi dari transformasi Fourier dari fungsi
khusus. Pengetahuan tentang Transformasi-Z sangat diperlukan sekali pada saat kita
mempelajari filter dijital dan sistem.
Transformasi Laplace sebagaimana telah dijelaskan di awal dapat digunakan untuk
mendapatkan solusi masalah nilai awal atau persamaan diferensial, sedangkan
transformasi-z dapat digunakan untuk mendapatkan solusi dari persamaan diferen.
Pada domain diskrit, yang dalam aplikasi pada signal merupakan diskrit dari waktu,
dinyatakan sebagai suatu barisan dalam bentuk x(n), dengan n merupakan bilangan
bulat. Notasi,
x x(n) ...,x(2),x(1),x(0),x(1),x(2),...

\
Misal diberikan sebuah barisan seperti pada (18.1), maka didefinisikan suatu fungsi
polinomial X(z),

X(z) x n zn
n

7.Aplikasi Persamaan Diferensial Dalam Bidang Radiologi


Di dalam bidan radiologi, aplikasi persamaan diferensial diterapkan dalam:
a. Dosis Serap Radiasi
Jumlah energi radiasi pengion yang diberikan pada satu satuan massa bahan
tertentu. Satuan SI untuk dosis serap adalah gray (Gy), dengan 1 gray ekivalen
dengan penyerapan energi 1 joule per kilogram pada bahan tertentu (1Gy = 1 J/kg).
Hubungan matematiknya adalah hasil bagi

oleh dm, dengan

adalah energi

rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion kepada bahan dengan massa dm.

Contoh :
Suatu pesawat radiologi memancarkan energi radiasi rata-rata sebesar 500x J/kg,
berapakah dosis serap radiasi bila massa ion adalah 20y kg?
Penyelesaian :

D = d500x
d20y
lalu persamaan tersebut diturunkan menjadi :
D= 500 = 25
20
b. Komponen Sistem Pengukur Radiasi ( sistem pencacah diferensial)
Pencacah diferensial digunakan untuk mengukur jumlah radiasi dalam selang
energi tertentu. Sebagai contoh, dua jenis zat radioaktif yang berbeda akan
memancarkan radiasi dengan tingkat energi yang berbeda sehingga bila ingin
mengukur aktivitas salah satu zat radioaktif tersebut maka diperlukan suatu sistem
pencacah diferensial.
2
Rs
k
=
Dengan rumus
Rb
k = faktor pembanding, Rs= laju cacahan yang bersumber dari radiasi(laju cacah
total dikurangi laju cacah latar belakang), sedang R b adalah laju cacahan yang
berasal dari latar belakang (tanpa sumber).
Contoh:
Dua unsur radioaktif memancarkan suatu energi dengan tingkat energi yang
berbeda, unsur pertama dari sumber radiasi memancarkan energi sebesar 5x 2+2x+5
J dan unsur kedua tanpa sumber memancarkan energi sebesar 200J, berapakah
perbandingan aktivitas radiasi antra kedua unsur tersebut?
Penyelesaian :

k = Rs2
Rb
k = 7002
200
= 4900 = 49 : 2

c. Menghitung aktivitas sinar-x


Persamaan diferensial juga dapat digunakan untuk menghitung aktivitas nuklida
sinar-x, dengan rumus :

dN
dt

A : Bagian dari sejumlah nuklida radioaktif( sinar-x)


N: yang mengalami transformasi nuklir spontan selama interval waktu tertentu
t: dibagi interval waktu tersebut

contoh1 :
10 x2 +6 x +6 nuklida sinar-x mengalami transformasi nuklir spontan dalam waktu
5 x2 +3 x

sekon. Berapakah aktivitas sinar-x tersebut?

Penyelesaian :
dN
dt

A=

10 x 2+6 x +6
5 x2 +3 x

Penurunannya menjadi :
'

A=

20 x+6
10 x+3

2 ( 10 x+3 )
10 x+ 3

2
Contoh2:
15x4 + 10x + 15 nuklida sinar-x mengalami transformasi nuklir spontan dalam
waktu 2x2 + 5x sekon. Berapakah aktivitas sinar-x tersebut?
Penyelesaian :

dN
dt

A= 8x2+20x+ 15
2x2 + 5x
Diturunkan menjadi
A = 16x + 20
4x +5
= 4 (4x + 5)
4x + 5
=4
d. Hukum Peluruhan Radioaktif
merupakan laju pengurangan fraksi jumlah atom radionuklida tertentu adalah
konstan, tidak bergantung pada umur atau lingkungannya, dan merupakan
karakteristika radionuklida tersebut:
1 dN

N dt
N = jumlah radionuklida pada saat t
l = konstanta peluruhan radionuklida
Contoh :
Suatu radioisotop x mempunyai waktu paruh 15 hari setelah disimpan selama 60
hari, maka berat radioisotop tersebut akan tersisa sebanyak?
Penyelesaian :
dNt = ( 1 ) t/t2
dNo
2
dNt = ( 1 ) 60/15
dNo
2
= 1/16
= 6,25 %

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. Fungsi turunan merupakan suatu objek yang berdasarkan atau dibuat dari
suatu sumber dasar yang sering diistilahkan sebagai diferensiasi atau
diferensial.
2. Jenis-jenis turunan yakni :
a) Turunan fungsi pangkat
b) Turunan fungsi trigonometri
3. Penerapan fungsi turuna dalam bidang radiologi diantaranya :
a. Dosis Serap Radiasi
b. Komponen Sistem Pengukur Radiasi ( sistem pencacah diferensial)
c. Menghitung aktivitas sinar-x
d. Hukum Peluruhan Radioaktif

Daftar Pustaka
Noormandiri, B.K, Muji Darmanto (ed.).2004.Matematika untuk SMA Kelas XI
Program Ilmu Alam. Jakarta : Erlangga.
Suprijanto, Sigit, et al.2009. Matematika SMA Kelas XI Program IPA. Jakarta :
Yudistira.
Leithold, L. 1991. Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik. Jakarta : Erlangga.
Farlow, S.J. (1994). An Introduction to Differential Equations and Applications. New
York : McGraw-Hill, Inc.
Leithold, L. 1991. Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik. Jakarta : Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Turunan
danangmursita@stisitelkom.ac.id http://www.stisitelkom.ac.id

Anda mungkin juga menyukai