Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA RADIODIAGNOSTIK

RADIOGRAPHIC QUALITY

(Kontras Subjek, Kontras radiasi, Kontras Radiografi, dan Konras Film)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Radiodiagnostik

Dosen Pengampu : Siti Daryati, S. Si, M. Sc

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2 KELAS 2B

1. Dwiki Daffa Setiabudi (P1337430117049)


2. Erly Indriani (P1337430117053)
3. Tirta Della Veria (P1337430117055)
4. Galih Tama Ramadhani (P1337430117063)
5. Ayu Budi Warsiti (P1337430117064)
6. Aulia Rosa Fibrianta (P1337430117066)
7. Valerian Setyo Adi Nugroho (P1337430117071)
8. Galang Primadacosta (P1337430117083)
9. Eko Suryono (P1337430117084)
10. Desi Sagita (P1337430117085)
11. Faris Afif (P1337430117088)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Radiographic
Quality (Kontras Subjek, Kontras radiasi, Kontras Radiografi, dan Konras Film”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika
Radiodiagnostik di Semester IV, Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Semarang, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Siti
Daryati, S.Si, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Fisika Radiodiagnostik yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan makalah ini. kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna
memperbaiki makalah berikutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sendiri maupun pembaca yang budiman.

Semarang, 07 Februari 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

A. Kualitas Gambar Radiografi ....................................... Error! Bookmark not defined.

B. Subjek Kontras.............................................................. Error! Bookmark not defined.

C. Film Kontras……………..……………………..……………………….……………...6
BAB III.................................................................................................................................... 13

PENUTUP ............................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 13

B. Saran .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu upaya kegiatan medis dalam


menegakkan diagnosa. Keberhasilan menghasilkan radiograf yang berkualitas dan
memiliki standar estetika radiografi dipengaruhi oleh berbagai faktor.Pemeriksaan
dengan menggunakan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama
kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgenpada tanggal 8 November 1895.

Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan
hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia
yang sebelumnya tidak pernah tercapai. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan.

Menghasilkan kualitas radiograf yang berkualitas di pengaruhi oleh banyak hal


antara lain adalah cara penyimpanan film yang baik, processing film , keamaanan safe
light, faktor eksposi dan lain – lain. Kita sebagai radiografer yang baik harus bisa
membuat radiograf yang berkualitas yang bagus , sehingga hasil dari radiograf bisa
meberikan banyak informasi kepada dokter spesialis radiologi yang sebagai mitra kerja
kita sehinnga diagnosa yang diberikan bisa lebih tepat. Apabila kualitas yang dihasilkan
radiografer tidak bagus maka dokter akan sulit dalam mengdiagnosa suatu penyakit atau
bahkan bisa salah diagnosa, maka bagi dokter spesialis radiologi akan sulit untuk
menentukan keperawatan yang cocok untuk suatu diagnosa penyakitnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan kualitas radiograf yang baik?
2. Apa yang dimaksud dengan kontras subjek?
3. Apa yang dimaksud dengan kontras radiasi?
4. Apa yang dimaksud dengan kontras radiografi?
5. Apa yang dimaksud dengan kontras film?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kualitas radiograf yang baik?
2. Untuk mengetahui kontras subjek
3. Untuk mengetahui kontras radiasi
4. Untuk mengetahui kontras radiografi
5. Untuk mengetahui kontras film

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kualitas Gambar Radiografi

Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio antara signal dan noise

Kualitas Gambar = Signal : Noise

a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya radiograf
b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat
c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai graininess
gambar

Eksposi dan proses pada film akan menghasilkan derajat dan pola penghitaman film yang
tergantung dari berbagai factor. Beberapa kualitas gambar yang dapat dilihat pada hasil
gambaran radiografi adalah:

a. Densitas Radiografi

Menurut Stuart dan Michael, densitas radiografi adalah keseluruhan derajat


penghitaman pada film radiografi yang telah dieksposi dan mengalami proses pencucian.

b. Kontras Radiografi

Menurut Stuart dan Michael, kontras radiografi biasanya melukiskan jarak atau
perbandingan hitam dan putih pada gambaran radiografi.

c. Detail Radiografi

Detail radiografi adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan


struktur yang kecil dari organ yang difoto.

3
d. Ketajaman

Ketajaman adalah hasil gambaran radiografi yang mampu memperlihatkan batas


yang tegas bagian-bagian objek yang difoto sehingga struktur organ terlihat dengan baik.

Adapun pembahasan tentang:

a. Densitas Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography Densitas film
adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted
density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yangdiukur sejak saat cahaya
ditransmisikan melewati film. Densitas merupakanfungsi logaritma yang menjelaskan suatu
perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara
intensitas cahaya yang masuk kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati
film (It).

D=logI0It6

Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana,
densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung
banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara
sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.

b. Kontras Radiografi

Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras


radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi.
Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti
goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film
hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas
memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras
yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama,
gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang
mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama.
Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.

4
Gambar 1. Radiografi dengan kontras tinggi dan kontras rendah.

Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detektor
kontras atau film radiografi itu sendiri.

1) Subjek kontras

Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan


melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada kemampuan
serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan intensitas radiasi
serta hamburan balik radiasi (back scattering).

Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film
radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan
memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan tetapi,
dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras yang
berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan menghasilkan
gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena energi radiasi
yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga perbandingan foton yang
ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan lebih besar dengan energi
radiasi rendah.

5
Gambar 2. Visualisasi penyinaran radiasi stepwedge dengan kV berbeda

Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic
latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal ini
berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar. Gambar
radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya cukup kontras
untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga menyakinkannya dengan latitude
yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi.

2) Film kontras

Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film
radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran
radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara umum
akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film secara
umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran tentang respon
film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film
tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yangrendah.
Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya akan memberi
sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif rendah.

Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang


memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan oleh
serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva
karakteristik yaitu:

6
a) Untuk mengetahui besar kecilnya fog level

b) Untuk menilai kontras

c) Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude

d) Untuk menilai densitas maksimum

e) Untuk menilai daerah solarisasi

f) Untuk membandingkan kecepatan film

Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka dari
itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.

Gambar 3. Kurva Karakteristik

Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :

· Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat dilihat &
dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya :

o Faktor radiasi

 Kualitas sinar primer


 Sinar hambur / scatter

o Faktor film

7
o Faktor processing

 Jenis & susunan bahan pembangkit


 Waktu & suhu pembangkitkan
 Lemahnya cairan pembangkit
 Agitasi film
 Reducer

· Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat diukur,
tergantung dari pemirsa/pengamat

a. Ketajaman

Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat


dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar
matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra radiografi haruslah dengan
bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek
bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu
disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,


jarak)

2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat

3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.

4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan
cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.

5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.

6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film,
menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra

Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang


dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras (perbedaan
densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif karena dapat

8
diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut
faktor subyektif, sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar.
Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud
adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:

1) Faktor Citra Radiografi, meliputi:

a) Ketajaman dan kontras objektif

b) Tingkat eksposi

Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati,
walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat
rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat
terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat dilihat,
walaupun detail struktur tidak optimal).

Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk melihat
struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin
terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat adanya
perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau bentuknya
tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra
radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat
eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi
overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras
obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan
cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas yang
demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari
viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan bahwa kontras visual
berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat
diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim menyebabkan kontras
obyektif dan subyektif menjadi kurang.

9
2) Faktor Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)

Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor


viewer dapat dilihat dari segi:

a) Penerangan

Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan


homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL
yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras
“kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan
illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure
intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer
dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra radiografi
yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt rendah)
sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.

b) Penglihatan Pemirsa

Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat


penerangan yang diadaptasi, dan oleh silauny a cahaya viewer. Mata yang beradaptasi
dengan cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan
detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang
menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah
cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat
membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk
mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.

b. Distorsi

Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta
hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis
tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan
pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray
foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.

10
c. Ukuran Citra Radiografi

Karena sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen mengaklibatkan


ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya. Adapun
pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film ke objek
(FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x.

Menghitung besarnya pembesaran :

ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD

d. Detil dan Ukuran Objek

Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran
obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.

Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati
(tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang
dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi
kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati. Sekarang
bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan?

Kekaburan mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga
kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.

Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:

1) Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil


anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra medik.

2) Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik.
Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah
kekaburan (blurring).

3) Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian


(spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan
mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari
system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah

11
pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm
biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab itu resolusi
bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility) detil anatomi yang akurat.

Film rontgen adalah film yang digunakan sebagai tempat terciptanya gambar radiograf
dalam ilmu radiologi.
Adapun jenis-jenis film sinar x terbagi atas:

1. Jenis film menurut lapisannya.


2. Jenis film menurut sensitivitasnya.
3. Jenis film menurut butir emulsi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam kualitas radiografi, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu gambaran radiografi baik kontras maupun non kontras. Di dalam gambaran
radiografi kontras itu sendiri dipengaruhi salah satunya kontras subjek, kontras film,
kontras radiasi dan kontras radiografi. Dalam mengetahui faktor gambaran
radiografi,maka kita harus mengetahui Intensitas keseluruhan dari satu gambaran yang
dipengaruhi oleh tiga faktor, mA, jarak dan kV. Bila mA atau jarak digunakan sebagai
faktor pengontrol intensitas maka perubahan kontras subyek (bahan) tidak terjadi. Tetapi
bila kV digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas maka terjadinya perubahan
kontras subyek selalu muncul dalam hubungannya dengan perubahan intensitas.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya
didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek,
kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak
tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.

B. Saran

Sebaiknya dalam pembuatan citra seorang radiografer memperhatikan sebaik


mungkin faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar sehingga gambar memiliki
kualitas yang maksimal baik gambarna kontras maupun non kontras..

13
DAFTAR PUSTAKA

Desai, N., Singh, A., and Valentino, D. J. (2010). Practical Evaluation of Image Quality in

Computed Radiographic(CR)

Imaging System. (E. Samei and N. J. Pelc, Eds.)Proc. SPIE7622, Medical Imaging: Physics of

Medical Imaging, 1(c), 76224Q–76224Q–10. doi:10.1117/12.844640

Hendee, W. R., and Ritenour, E. R. (2002). Medical Imaging Physics. New York: Wiley-Liss,

Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai