Anda di halaman 1dari 31

PROYEKSI RADIOGRAFI

1. POSTERO ANTERIOR (PA)

Proyeksi dimana arah sinar-X dari ventral (depan) menuju dorsal


(punggung) / posisi penderita menghadap arah sinar-X. Posisi
pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position)
dimana bagian belakang dari tubuh menempel pada bidang kaset
dan bagian depan menghadap datangnya arah sinar, arah sinar
(central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

2. ANTERO POSTERIOR (AP)

Proyeksi dimana arah sinar-X dari


dorsal (punggung) menuju
ventral (depan) / posisi penderita membelakangi arah sinar-X.
Posisi ini dapat dilakukan erect / prone
3. LATERAL

Posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position)
dimana bagian lateral kiri dari tubuh menempel pada bidang kaset dan
bagian lateral kanan dari tubuh menghadap datangnya arah sinar,
begitu sebaliknya kalau bagian lateral kanan dari tubuh menempel pada
bidang kaset maka bagian lateral kiri dari tubuh menghadap datangnya
arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

4. OBLIQUE

a. Antero posterior oblique


 RAO (Right Anterior Oblique) : arah sinar tegak lurus
terhadap bidang kaset dimana bagian anterior kanan
menempel atau dekat dengan kaset
 LAO (Left Anterior Oblique) : arah sinar tegak lurus
terhadap bidang kaset dimana bagian anterior kiri
menempel atau dekat dengan kaset.

b. Posterio anterior oblique


 RPO (Right Posterior Oblique) : arah sinar tegak lurus
terhadap bidang kaset dimana bagian posterior kanan
menempel atau dekat dengan kaset
 RPO (Right Posterior Oblique) : arah sinar tegak lurus
terhadap bidang kaset dimana bagian posterior kanan
menempel atau dekat dengan kaset
POSISI
1. POSISI PASIEN

a. Posisi penderita supine

Posisi penderita tidur di atas meja pemeriksaan

b. Posisi penderita prone

Posisi Penderita Tidur Telungkup


c. Posisi trendelenburg

Posisi penderita dimana Kepala Lebih Rendah dari Kaki

d. Posisi fowler’s

Posisi penderita dimana, kaki lebih rendah dari kepala


e. Sim’s position

Tidur miring ke salah satu sisi (kiri) dengan kaki kiri ekstensi
(dilipat) dan kaki kanan menyilang.

f. Lithotomy position
Tidur supine pada meja pemeriksaan dengan knee dan hip joint
flexi dan tungkai atas abductie diatas penyangga ankle.

g. Posisi penderita berdiri / erect

Berdiri dengan salah satu sisi kanan menempel pada kaset atau
film

h. Berdiri/ erect rao


Posisi oblique adalah posisi penderita miring ke salah satu sisi
dengan membentuk sudut ttn terhadap kaset. Posisi ini dapat
dilakukan dengan tidur dan berdiri. RAO / LAO adalah posisi tubuh
bagian depan kanan/kiri dekat film dengan membentuk sudut
tertentu.

i. Berdiri/erect (rpo)

RPO / LPO adalah posisi tubuh bagian belakang kanan/kiri dekat


film dengan membentuk sudut tertentu.
j. Posisi penderita tidur miring
(recumbent)

Recumbent LPO adalah tidur miring dimana sisi kiri belakang


(punggung) menempel meja/kaset dengan membentuk sudut
tertentu dgn kaset. Dapat juga dilakukan RPO

k. Posisi penderita tidur miring


(recumbent)

Recumbent RAO adalah tidur miring dimana sisi kanan depan


(ventral) menempel meja/kaset dengan membentuk sudut
tertentu dgn kaset. Dapat juga dilakukan LAO
l. Recumbent / tidur miring

Tidur miring sisi kanan / kiri menempel meja pemeriksaan

m. Lld position

Posisi penderita tidur miring dengan sisi kiri menempel meja


pemeriksaan dengan arah sinar dari depan (AP Projection)
n. Rld position

Posisi penderita tidur miring dengan sisi kanan menempel meja


pemeriksaan dengan arah sinar dari belakang (PA Projection)

o. Ventral decubitus

Posisi penderita tidur telungkup (prone) dengan salah sisi tubuh


menempel kaset dan arah sinar horizontal dari sisi tubuh yg lain.
Dpt dilakukan dengan LVD
2. POSISI OBJEK

Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari
sebagian dari tubuh pasien yang perlu diatur dalam suatu pemotretan.
Misalnya seorang pasien akan di foto tangannya, maka yang disebut
obyek adalah posisi dari tangan pasien yang akan di foto.

Pada umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu


pergerakan agar obyek tersebut berada pada posisi yang dikehendaki.
Beberapa istilah posisi yang digunakan antara lain :
1. Fleksio : gerakan melipat sendi.
2. Ekstensio : gerakan membuka sendi.
3. Endorotasi : gerakan memutar ke dalam.
4. Eksorotasi : gerakan memutar ke luar.
5. Adduksi : gerakan merapat ke tubuh.
6. Abduksi : gerakan menjauh dari tubuh.
7. Eversion : gerakan memutar ke luar atau lateral
8. Inversion : gerakan memutar ke dalam atau medial
9. Inspirasi : gerakan menarik nafas.
10. Ekspirasi : gerakan mengeluarkan nafas.
A.Sinar X

Sinar x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang


listrik, radio, inframerah panas, cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi
dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar x adalah sesuatu yang penting
untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada
diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak
pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar x lebih pendek, yaitu :

1 A = 1/100.000.000 CM = 10-8 CM.

Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar frekwensinya maka energi yang
berikan lebih banyak. Energi pada sinar x memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya
gigi, tulang dan jaringan disekitar gigi.

B. Sifat-Sifat Sinar X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek
fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat dengan
mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat
difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap
oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat, mempunyai
frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus
Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat
besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung ( besarnya KV) yang digunakan,
makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar
daya tembusnya.

b. Pertebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut
akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau
zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan
tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini
maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar
penyerapannya.

d. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide
memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja.
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar
x sudah dimatikan (after – glow).

e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi
partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang
dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

C. Proses Terjadinya sinar X

1. Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament) dipanaskan
lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan listrik dari
transformator,
2. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,
3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat gerakannya
menuju anoda (target),
4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk panas
(99%) dan sinar X (1%),
5. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut diafragma,
6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.

Sinar-X dari proces kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1. Sinar-X Brehmsstrahlung
Electron dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt) yang mengenai
target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat darastis oleh target
sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan “sinar-x brehmsstrahlung” or
“braking radiation”. Pada waktu muatan (electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi
(mengalami percepatan), karena adanya beda potensial, muatan (electron) akan memancarkan
radiasi elektromagnetik dan ketika energy electron cukup tinggi maka radiasi elektromagnetik
tersebut dalam range sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak dipergunakan untuk XRD (X-Ray Difraction)

2. Sinar-x karakteristik
Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat mengenai
electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron tereksitasi dari atom, kemudian
electron lain yang berada pada sub kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang
ditinggalkan oleh electron tadi, dengan memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding
dengan level energy electron. Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang tertentu
yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam
menentukan struktur material.

ARAH SINAR X

1. Horizontal
2. Vertical
3. Infero Superior
4. Supero Inferior
5. Axial
Arah sinar- X menuju / axis sumbu tubuh dengan membentuk sudut tertentu ( 5 - 15
derajat).

6. Tangential
Arah sinar-X menyinggung bagian atau permukaan tubuh pasien.
7. Cephalad dan Caudad
Cephalad : arah sinar-X menuju ke arah kepala ( Caudo Cranial)
Caudad : Arah sinar-X menuju ke arah kaki (Cranio Caudal)
BODY MOVEMENT

 Ekstensi dan Fleksi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan meluruskan tangan.

Gerakan fleksi adalah gerakan menekuk tangan. Contohnya adalah


posisi tangan ketika kamu memberikan semangat untuk temanmu. Gerak siku,
lutut, ruas jari juga termasuk ke dalam gerakan fleksi. 

 Abduksi dan Adduksi

Gerakan selanjutnya adalah gerakan abduksi dan gerakan adduksi.


Gerakan abduksi adalah gerakan yang menjauhi badan, contohnya gerakan
merentangkan tangan. Sedangkan gerakan adduksi adalah gerakan yang
mendekati badan, misalnya mengembalikan tangan ke posisi semula setelah
merentangkan tangan. 
 Depresi dan Elevasi

Gerakan depresi ini adalah gerakan menurunkan anggota tubuh,


sedangkan gerakan elevasi adalah gerakan menaikkan anggota tubuh.
Contohnya adalah gerakan mengarahkan kepala ke atas dan gerakan
menurunkan kepala ketika sedang berolahraga. 

 Supinasi dan Pronasi

Yang dimaksud dengan gerakan supinasi adalah gerakan


menengadahkan tangan. Sedangkan, gerakan pronasi adalah gerakan
menelungkupkan tangan. 
 Inversi dan Eversi

Gerakan selanjutnya bernama gerakan inversi dan gerakan eversi.


Gerakan inversi adalah gerak memiringkan telapak kaki ke arah dalam tubuh,
sedangkan gerak eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke arah
luar. 
PROTEKSI RADIASI

a. Pada pasien:

1. Pemeriksaan sinar x hanya atas permintaan seseorang dokter.

2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer.

3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya

lebih kuat

4. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek.

Hukum kuadrat terbalik: Intensitas sinar x berbanding terbalik dengan jarak

pangkat dua.

Jarak focus kulit pada:

- sinar tembus tidak boleh kurang dari 45 cm.

- radiografi tidak boleh kurang dari 90 cm

5. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, misalnya dengan menggunakan

konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus).

6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.

Contoh : pemeriksaan sinar tembus tidak boleh melebihi 5 menit pada salah satu

bagian tubuh.

7. Alat-alat kelamin dilindungi.

8. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa radiologik.

9. Peningkatan sistem pertahanan seluler radiasi dengan antioksidan: Cystein,

vitamin E dan vitamin C.

b. Pada dokter pemeriksa dan petugas radiologi:

1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh tidak terlindungi


2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yanqg berlapis Pb dengan

tebal maksimum 0,5 mm Pb.

3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi

4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy)

5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemekrisaan sinar tembus paling sedikit

selama 20 menit.

6. Gunakan alat-alat pengukur sinar Rontgen.

7. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai.

Contoh: Perlindungan terhadap bahaya elektris.

Adanya kebocoran pada tabung pesawat.

Voltage yang aman dan lamanya.

8. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapan-

perlengkapan pelindung berlapis Pb.


KUALITAS GAMBARAN RADIOGRAFI

A. PARAMETER KUALITAS GAMBAR


    Parameter adalah sebuah acuan atau tolak ukur yang dapat digunakan untuk
menetapkan keadaan atau kondisi, maupun kadar atau ukuran kualitas suatu gambar
radiograf.

B.FAKTOR YANG MENJADI PAROMETER KUALITAS GAMBARAN RADIOGRAFI


            Kualitas gambar dapat didefinisikan sebagai rasio antara signal dan noise
       Kualitas Gambar = Signal : Noise
a. Signal adalah informasi yang diperlukan dari sistem pencitraan, misalnya
radiograf
b. Signal dapat didefinisikan sebagai siza minimum objek yang harus terlihat
c. Noise adalah sesuatu yang dapat mengurangi signal pada gambaran
d. Noise, dalam film / screen sistem konvensional, dapat didefinisikan sebagai
graininess gambar
       Telah diketahui bahwa terbentuknya gambaran radiografi adalah disebabkan oleh
sinar-x yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan kristal perak
halide menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi sinar-x dengan layar
pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan pembangkit, tahap processing
selanjutnya membuat gambaran menjadi permanen dan dapat diamati di depan
viewer.Agar gambaran radiografi dapat dilihat dengan jelas,maka gambaran harus
memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya kontras radiografi yang cukup. Kontras
radiografi adalah perbedaan terang diantara berbagai bagian citra, bagaimana sesuai
dengan perbedaan daya serap bagian tubuh terhadap sinar-x. Struktur dari objek tidak
akan terlihat, bila nilai kontras disekitarnya tidak cukup.
Ada empat hal dari citra radiografi yang perlu dibedakan Bentuk jelas / tegas, yaitu :  

1.Detail
      Definition, menunjukan bagian kecil dari objek dapat dilihat (ketajaman),Obyek di
dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka
semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran
obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak mengalami kekaburan),
begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati
(tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang
besar maupun yang kecil dapat kita amati. Kekaburan mempunyai batas untuk mampu
dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan
penglihatan detil gambar.
Ada tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
 a) Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk memperlihatkan detil
anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting dalam penggambaran citra
medik.
b) Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek citra medik.
Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan sebagai pengganti istilah
kekaburan (blurring).
c) Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi bagian
(spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur
dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik
kekaburan dari system dan komponen citra medik. Resolusi digambarkan sebagai
banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang tampak dalam setiap satuan mm.
Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik.
Oleh sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan
(visibility) detil anatomi yang akurat.
2. kontras
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography Kontras radiografi
merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi.
Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti
goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah menunjukkan perbedaan dua film
hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu stepwedge. Gambar radiografi yang atas
memiliki kontras yang lebih tinggi, sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras
yang lebih rendah. Saat keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama,
gambar dengan kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang
mencolok. Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama.
Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang tinggi.

Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras dan detector
kontras atau film radiografi itu sendiri.
1) Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang ditransmisikan
melewati area berbeda dari maerial yang diinspeksi. Hal ini tergantung pada
kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang gelombang radiasi dan
intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back scattering).
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras film
radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar, akan
memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar. Akan
tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi dengan kontras
yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih kecil akan
menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal ini terjadi
karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan, sehingga
perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebaldan tipis akan
lebih besar dengan energi radiasi rendah.
    Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah. Radiographic
latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias tergambar pada film. Hal
ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda akan tampak pada gambar.
Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan latitude yang seimbang, artinya
cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri area inspeksi, tapi juga menyakinkannya
dengan latitude yang baik, sehingga seluruh area dapat diinspeksi dalam satu
gambar radiografi.
2) Film kontras
Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap tipe film
radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175). Penyinaran
radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih tinggi secara
umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva karakteristik film
secara umum ditunjukkan padagambar di bawah. Kurva ini memberi gambaran
tentang respon film terhadap jumlah penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat
dilihat bahwa saat film tidak mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat
kemiringan yangrendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang
besar hanya akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film
relatif rendah.
Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang
memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan
oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari kurva
karakteristik yaitu:
a) Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b) Untuk menilai kontras
c) Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d) Untuk menilai densitas maksimum
e) Untuk menilai daerah solarisasi
f)  Untuk membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890, maka
dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.

Dapat disimpulkan bahwa kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda :


1. Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang dapat
dilihat & dinyatakan dengan angka. Adapun penyebabnya :
o   Faktor radiasi
  Kualitas sinar primer
  Sinar hambur / scatter
o   Faktor film
o   Faktor processing
  Jenis & susunan bahan pembangkit
  Waktu & suhu pembangkitkan
  Lemahnya cairan pembangkit
  Agitasi film
  Reducer
2. Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi tidak dapat
diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat
3.  Ketajaman
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh sebagai akibat
dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila melewatkan sinar
matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk  citra radiografi haruslah dengan
bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat pengaburannya berkurang. Pada praktek
bentuk bayangan sering diikuti oleh pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu
disebabkan oleh beberapa hal, seperti:
1) Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal : ukuran,
jarak)
2) Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat
3) Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam citra.
4) Layar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila terkena sinar-x akan memendarkan
cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk.
5) Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan sudut yang berbeda.
6) Emulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang tiba pada film,
menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra
Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari struktur yang
dapat terlihat  pada citra radiografi. Karena itu, semu faktor mengatur kontras
(perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini bersifat obyektif  karena
dapat diukur. Ketajaman dapatr juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang
disebut faktor subyektif, sangat bervariasi  tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada
di luar. Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang
dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi ketajaman, yaitu:
1) Faktor Citra Radiografi, meliputi:
a) Ketajaman dan kontras objektif
b) Tingkat eksposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati,
walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat
rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih dapat
terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas (ketajaman masih dapat
dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).
Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk
melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk
janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat
adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam masih terlihat walau
bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari
citra radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi dari keduanya.
Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila
terjadi overexposure maka densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi
“kontras obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan
melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena
densitas yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada
lagi cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan
bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini bersifat
subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim
menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
4. DETAIL

Detail adalah kemampuan untuk memperlihatan struktur yang sangat kecil pada
sebuah film.Pada sebuah pemeriksaan radiografi,ada bagian dari gambaran tersebut
yang memiliki struktur sangat kecil namun sangat penting dalam menegakan
diagnosa.Salah satu contohnya adalah pemeriksaan mamografi atau pemeriksaan
payudara.Pada pemeriksaan mamografi,sangat diperluka detai dari film tersebut karena
organ yang diperiksa adalah jaringan sehingga gambaran yang dihasilkan diharapkan
tampak perbedaan antara jaringan tersebut.Untuk membedakan gambaran antara
jaringan memerlukan detai yang sangat tinggi sehingga dengan mudah bisa
dianalisa.Berbeda dengan pemeriksaan radiografi pada tulang,dimana tulang dan
jaringan sekitarnya bisa langsung dibedakan karena memiliki penyerapan intensitas
sinar x yang jauh berbeda.
Pengukuran Detail
     Detail yaitu kemampuan suatu radiograf untuk menunjukkan obyek terkecil atau
yang sekecil-kecilnya. Detail merupakan  gambaran yang dapat dinilai secara obyektif
dengan menggunakan objek test yang sesuai.Objek test harus mengandung garis-
garis radioopaque dan radiolucent yang sangat dekat jarak pisahnya.Garis-garis
tersebut disebut dengan line pairs. Satuan untuk pengukuran ni adalah line
pairs/milimeter(lp/mm).Semakin besar nilai lp/mm maka destainya akan semakin tinggi.

C     PEMBENTUKAN GAMBAR RADIOGRAFI


       Telah diketahui bahwa terbentuknya gambaran radiografi adalah disebabkan oleh
sinar-x yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan kristal perak
halide menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi sinar-x dengan layar
pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan pembangkit, tahap processing
selanjutnya membuat gambaran menjadi permanen dan dapat diamati di depan viewer.
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan.
Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu menembus objek yang
dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang
mampu membentuk gambaran atau bayanga radiografi.
      Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
"Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-
family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;" lang="IN">
1. Panjang gelombang sinar-X
2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
      Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan
difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)
meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih.
Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang
menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan.
Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih.
        Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu
unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak
dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan
suatu unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan
menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan
berkurang 2,5 cm per kubik disbanding air.Mengingat pemeriksaan kesehatan yang
menggunakan sinar-x, satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai
susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat
kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk.
      Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang
lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak
menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit
akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging
dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada
umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi
penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.

D. VIEWER/ILLUIMINATOR (ALAT BACA X-FOTO)


Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor
viewer dapat dilihat dari segi:
a. Penerangan
Penerangan lampu viewer dapat dengan berbagai warna, intensitas, dan
homogenitas; diluminator yang moderen denfgan dilengkapi dengan beberapa lampu TL
yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen, dapat meningkatkan nilai kontras
“kontras-fisual”. X-foto yang overexposure dengan menaikan intensitas penerangan
illuminator akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan  yang underexposure
intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya
viewer dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra
radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup (watt
rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan baik.
b. Penglihatan Pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata kelihatnaya dipengaruhi oleh tingkat penerangan
yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan
cahaya terang tidak dapat mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan
detail. Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang
menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah
cahaya yang menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat
membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk
mengamati bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
c. Distorsi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta
hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila garis
tengah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang tegak lurus dengan
pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray
foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
d. Ukuran Citra Radiografi
Karena sinar-x yang memencar dari focus  sifatnya divergen mengaklibatkan
ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus ke film (FFD), jarak film
ke objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan pusat sinar x.
Menghitung besarnya pembesaran :
ukuran sebenarnya = (ukuran citra x FOD) : FFD
e. Detil dan Ukuran Objek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin kecil ukuran
obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.
Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati
(tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang
dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi
kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita amati.

E.PARAMETER KUALILTAS GAMBAR PADA CT-SCAN


      Gambar pada Ct-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-x  yang
mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor dan dilakukan
pengolahan dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas
gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menegakkan diagnosa.
      Pada CT-scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output
gambar yang optimal (Bushberg,2003).

Adapun parameter tersebut adalah :


a. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa.
Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10 mm sesuai keperluan klinis. Slice thickness
yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan
slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambar dengan detail yang tinggi. Slice
thickness yang tebal akan menimbulkan gambar yang mengganggu seperti garis-garis
dan apabila slice thickness selalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
b. Scan range
Scan range adalah pepaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness yang
bermanfaat untuk mendapatkan ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan
pemeriksaan.
c. Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi, meliputi
tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu (s). Besarnya tegangann tabung
dapat dipilih secara otomatis pada setiap pemeriksaan (Jaengsri,2004)
Tegangan tabung (kV) adalah beda potensial antara tabung katoda dan anoda.
Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus
anoda sehinnga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (mA) adalah kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus
tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (s) adalah lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah
elektron. mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kualitas sinar-x.
d. Field Of  View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambar yang akan direkonstruksi.
Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12cm – 50cm.
Field of view (FOV) kecil akan meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field
of view (FOV) yang kecil mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi
matriks hasilnya lebih teliti.
Field of view (FOV) kecil, antara 100mm – 200mm akan meningkatkan resolusi
sehingga detail ambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of view (FOV) kecil
akan menyebabkan noise meningkat (Nesseth,2000).
Field of view (FOV) sedang, yaitu 200mm diharapkan gambar yang
menghasilkan memiliki spesial resolusi yang baik, noise serta artefak sedikit
(Genant,1982)
Field of view (FOV) besar, antara 350mm – 400mm akan menghasilkan spesial
resolusi yang rendah karena pixel menjadi besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field
of view (FOV) besar akan menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi
meningkat serta dapat dihindari munculnya streak artifact (Genant,1982).
e. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry
(tabung sinar-x dengan detektor). Rentan gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt
bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi, dan
menentukan sudut irisan dari objek yang akan diperiksa. Satuan ukur penyudutan
gantry adalah derajat ( ͦ ).
f. Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang berhubungan dengan suatu kecepatan dan
jarak. Pada CT-Scan helical, pitch didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja
CT-Scan selama satu putaran tabung sinar-x. Pitch digunakan untuk mengitung pitch
ratio yang mana merupakan suatu ratio pada pitch untuk slice thickness/beam
collimation, pitch ratio (pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu ppitch dengan nilali
1 menghasilkan kualitas yang terbaik dalam CT-Scan helical. Pitch ditingkatkan untuk
meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch berada
dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
g. Rekonstruksi matriKS
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel)
dalalm proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu
struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar.
Pada umunya matriks yang digunakan beukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 12
kolom. Pada pemeriksaan CT-Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang
tersedia. Rekonstruksi matriks berpengariuh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi
matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan
h. Rekonstruksi algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakterisktik dari gambar CT-Scan
tregantung dari kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma
yang dpilih maka semakin tinggi resolusi yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini
maka gambaran seperyi tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan
dengan jelas pada layar monitor.
i. Window width
Window width adalah nilai computed tomography yang dikonfersi menjadi gray
scale untuk ditampilakn ke TV monitor. Setelah menyelesaikan pengolahan gambar
melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi
skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini
mempunyai nilai HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU
sampai dengan 400 HU, untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000
HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau subtansi
lain dengan nilai yang berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan
tulang pada monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan subtansi lain
akan dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus
untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi
putih apabila diberi media kontras (Rasad,1992).
j. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan
gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari
struktur objek yang diperiksa. Window level menetukan densitas (derajat kehitaman)
gambar yang dihasilkan. Untk jaringan lunak 30 HU – 40 HU, sedangkan untuk tulang
200 HU – 400 HU .
Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam layar monitor

Anda mungkin juga menyukai