2017
Ilyas, Muhammad
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3140
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
MONITORING KENDALI MUTU (QUALITY COTROL)
PADA CITRA CT SCAN BERDASARKAN STANDARD PENGUJIAN
SKRIPSI
MUHAMMAD ILYAS
150821022
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
DiajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelarSarjanaSain
s
MUHAMMAD ILYAS
150821022
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, September 2017
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
SKRIPSI
Saya mengaku bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri.Kecualibeberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkansumbernya.
MUHAMMAD ILYAS
150821022
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pengujian Kedali Mutu (Quality
Cotrol) Pada Citra CT Scan.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Bapak Awan Magfirah
S.Si, M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Fisika FMIPA-USU
Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staf dan Dosen Fisika
FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan – rekan kuliah. Akhirnya tidak
terlupakan kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan
dorongan yang diperlukan. Semoga Allah SWT akan membalasnya.
MUHAMMAD ILYAS
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman
PERSETUJUAN ........................................................................................................i
PERNYATAAN......................................................................................................... ii
PENGHARGAAN ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
2. Kontras Resolusi.
Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003), kontras resolusi adalah
kemampuan untuk membedakan atau menampakkan obyek-obyek dengan
perbedaan densitas yang sangat kecil. Dengan meningkatnya ukuran pixel
maka kontras resolusi akan semakin meningkat. Kontras resolusi
dipengaruhi oleh faktor eksposi, ketebalan irisan, FOV (field of view) dan
3. Noise
Noise adalah fluktuasi atau standar deviasi nilai CT number pada
jaringan atau materi yang homogen. Sebagai contoh adalah air memiliki CT
number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT number pada pengukuran
titik-titik air berarti noisenya tinggi. (Seeram, 2001).Noise akan
mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise maka kontras resolusi
akan menurun (Bushberg, 2003).
Faktor yang menyebabkan noise adalah faktor eksposi, detektor dan
ketebalan irisan.
Noise dapat dikurangi dengan cara menambah:
a. Nilai mAs semakin tinggi maka akan menyebabkan noise semakin
rendah, tetapi sebaliknya semakin rendah nilai mAs maka noise akan
semakin banyak.
b. Ukuran pixel bertambah besar akan menyebabkan noise berkurang,
semakin kecil ukuran pixel maka noise semakin banyak.
c. Slice thickness semakin tebal maka kontras resolusi akan meningkat
sedangkan spasial resolusi akan menurun.
4. Artefak.
Secara umum artefak adalah suatu penyimpangan atau kesalahan pada
suatu gambaran yang tidak berhubungan kepada subyek materi yang
sedang dipelajari. Penampilan ini adalah satu kesalahan didalam gambaran
dan tidak mempunyai hubungan anatomi pada pemeriksaan.
Pada CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan atau
Menurut Jaengsri ( 2004 ) Gambar pada pesawat CT- Scan terjadi dari berkas
sinar-X yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek dan ditangkap
oleh detector kemudian dilakukan pengolahan computer. Mutu gambar
berhubungan dengan ketepatan nilai CT Number, low contrast resolution dan
spatial resolution. Penampilan gambar yang baik sangat bermanfaat untuk
menegakkan diagnosa. Untuk mencapai mutu gambar yang bagus diperlukan
pengaturan parameter ekspose untuk pengontrolan output gambar yang optimal.
Adapun parameter tersebut adalah
1. Slice Thicknes
Slice Thicknes adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang
diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm - 10 mm sesuai dengan
keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan
resolusi kontras yang rendah sebaliknya dengan ukuran yang tipis akan
menghasilkan resolusi kontras yang tinggi. Bila ketebalan meninggi akan
timbul gambaran-gambaran yang mengganggu seperti garis dan bila terlalu
tipis gambaran akan terlihat tidak halus. (Jaengsri, 2004: Bontrager, 2001)
Matriks gambar terdiri dari picture element atau pixel. Sebuah pixel
merupakan elemen dasar dari gambar digital dua dimensi. Setiap pixel pada gambar
CT Scan berhubungan dengan voxel (volume element) pasien. Voxel memiliki
dimensi bidang yang sama dengan pixel tetapi termasuk juga slice thickness. Setiap
pixel pada gambar CT Scan menampilkan rata-rata atenuasi sinar- X dari jaringan
dalam suatu voxel Gambar 3 (Bushberg, 2002).
Dengan slice thickness yang meningkat maka kontras resolusi akan
meningkat sedangkan spatial resolusi akan menurun dan noise akan berkurang.
Sebaliknya slice thickness semakin tipis maka ukuran voxel akan tereduksi sehingga
spatial resolusi dan noise akan meningkat sedangkan kontras resolusi menurun.
3. Range
Range adalah perpaduan / kombinasi dari beberapa slice thickness. Pemanfaatan
range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan
pemeriksaan.
6. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang antara bidang vertical gantry (tabung sinar-X
dengan sektor). Rentang penyudutan antara -300 sampai +300. Penyudutan gantry
bertujuan untuk keperluan diagnosa darimasing-masing kasus yang dihadapi,
mengurangi dosis radiasi organ yang sensitif terhadap radiasi, juga untuk mengurangi
artefak.
7. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matrik adalah deretan baris dan kolom dari picture eleman (pixel)
dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah
satu struktur element dalam memori computer yang berfungsi untuk merekonstruksi
gambar. Pada umumya matriks yang digunakan berukuran 512 X 512 yaitu 512 baris
dan 512 kolom. Rekontruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin
tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan
(Bushberg, 2003).
8. Rekonstruksi Algorithma
9. Window Width
Window Width adalah nilai computed tomography yang dikonversi menjadi
gray scale untuk ditampilkan ke TV monitor. Setelah computer menyelesaikan
pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan
dikonversi menjadi skala numeric yang dikenal dengan nama nilai computed
tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk tulang
mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi
udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang
berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada monitor
menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi
menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah yang
semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika diberi
media kontras (Rasad, 1992).
b. Uji Phantom
Uji phantom (phantom merupakan standarisasi bentuk manusia atau
uji obyek sebagai bentuk yang khusus, ukuran dan strukturnya) digunakan
untuk kalibrasi alat dan mengevaluasidata kinerja/ performance alat CT
Scan.
Data kinerja/ Performance CT Scan dapat dicek melalui penerimaan
uji kualitas setelah pemasangan dan perbaikan hal yang terpenting, dan
menggunakan uji kontrol kualitas periodik semenjak dilakukan standar
operasional.
Uji phantom mencakup beberapa parameter yang dapat diuji, seperti
nilai rata-rata CT number,noise, dosis radiasi dan posisi meja.
1) Uji CT Number in Water
Akurasi nilai CT number in water dapat dibuktikan
kebenarannya melalui pemanfaatan uji obyek scanning (phantom)
dengan parameter standar yang biasa dipakai. Nilai CT numberin
water dipengaruhi oleh voltase tabung sinar-X, filtrasi sinar-X dan
ketebalan obyek.
Nilai CT numberin water dapat diartikan sama hingga 0 HU dan
artinya CT number diukur melebihi Central Region of Interest (ROI)
yang seharusnya nilainya berkisar antara ± 4 HU (Jaengsri, 2004).
Menurut American College of Radiology Acceptance Criteria, Nilai
rata-rata CT number untuk Polyethylene antara -107 HU dan -87
2) Uji Noise
Noise adalah fluktuasi CT number diantara titik (picture
element) pada materi yang seragam, misalkan air. Noise dapat
dideskripsikan dengan standard deviasi (σ) dari nilai-nilai pixel yang
terdapat dalam matriks dari sebuah gambaran CT Scan. Pengukuran
noise dilakukan dengan frekuensi harian dengan nilai antara 2 sampai
7 (Seeram, 2001)
c. Uji Bed Indexing
Frekuensi : Tahunan.
Alat Uji : Film radiografi ukuran 24 X 30 cm.
Hasil yang diharapkan : Jarak dari pertengahan baris yang berdekatan 10
mm.
Hasil suatu pengukuran tidak bisa dijamin tepat karena pada suatu pengukuran,
misalnya dihasilkan angka 4,38 namun jika diulang bisa saja muncul 4,37 atau 4,39
atau 4,38 atau angka lain yang tak dapat dipastikan. Selalu ada ketidakpastian pada
setiap angka yang diperoleh dari pengukuran. Sumbernya berasal dari
ketidaksempurnaan alat, metode atau cara, dan manusia sebagai pelaku pengukuran.
• Kesalahan parallax yaitu kesalahan akibat posisi mata saat pembacaan skala
tidak tepat tegak lurus di atas jarum.
• Kesalahan interpolasi yaitu salah membaca kedudukan jarum diantara dua
garis skala terdekat.
• Penguasaan prosedur dan ketangkasan penggunaan alat. Beberapa peralatan
membutuhkan prosedur yang rumit, misalnya osiloskop, yang membutuhkan
ketrampilan pemakaian yang cukup.
• Sikap pengamat, misalnya kelelahan maupun keseriusan pengamat.
Mulai
2. Analisa Hasil
Data hasil pengukuran dari masing-masing pengujian pada prosedur II
dibandingkan dengan standar internasional. Kemudian di analisa bagaimana
secara deskriptif dari hasil data tersebut. Hasil pengukuran tersebut juga
didokumentasikan sebagai patokan untuk program pengujian kendali mutu
kinerja pesawat CT Scan Merk Toshiba Type Auklet TSX-003 di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Data pesawat CT Scan Merk Toshiba Type Auklet TSX-003 di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Pirngadi Medan dikatakan dalam keadaanbaik dan
aman untuk aplikasi klinik apabila hasil uji kontrol kualitas nilainya tidak
melebihi nilai standar internasional.
Berikut nilai uji Kendali Mutu Standar internasional yang dianggap
normal adalah :
a. Uji kalibrasi CT number in water dapat dikatakan normal apabila nilai
rata-rata hasil pengujian kontrol kualitas CT number in water tidak
melebihi standar internasional yaitu American College of Radiology
Acceptance Criteria /ACR(2003) dengan nilai dibawah ± 5 HU.
b. Pengujian terhadap nilai noise dapatdikatakan normal menurut standar
internasional yaitu ± 5HU menurut ACR(2003)
c. Uji Bed indexing dikatakan normal apabila nilainya tidak melebihi nilai
standar internasional yaitu Radiological Council(2000) bahwa standar
minimal untuk bed indexing meja adalah ± 0.5 mm untuk setiap
peningkatan.
d. Uji Bed Backlash dikatakan normal apabila nilainya tidak melebihi nilai
standar internasional yaitu Radiological Council(2000) menyatakan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 9.Posisi meja pada gantry dan tanda strip pada kedua permukaan meja.
Setelah dilakukan pengujian terhadap pergerakan meja diperoleh hasil
pengukuran sebagai berikut :
4.2 PEMBAHASAN
Pengamatan terhadap visual equipment check didapat data bahwa pesawat
CT Scan Merk Toshiba Type Auklet TSX 003A di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Pirngadi Medan dalam kondisi baik dengan indikator lampu dan tombol
berfungsi dengan baik. Daily warm up dilakukan rutin tiap hari sebelum
dilakukan pemeriksaan pasien dan proses warm up berlangsung normal.Data
kinerja/ Performance dari parameter kontrol kualitas yang diukur adalah Uji
kalibrasi CT number in water, uji terhadap nilai noise, Uji Bed indexing dan Uji
Bed Backlash.
Uji kalibrasi CT number in watersecara ideal adalah 0 HU, sedangkan dari
hasil pengujian kalibrasi CT number in waterdan simpangan bakupada pesawat
CT Scan Toshiba Auklet TSX 003A di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Pirngadi
Medan diperoleh hasil 2,12 ± 0,71 HU. Namun demikian menurut standar
internasional rentang nilai normal yaitu ± 5 HU (ACR,2003). Sehingga Nilai
rata-rata CT number in waterpada pesawat CT Scan tersebut masih dalam batas
normal.
Pengujian terhadap nilai noise diperoleh dari nilai rata-rata standar deviasi
dan nilai simpangan baku yaitu3,72 HU ± 0,072 . Menurut ACR(2003)adalah ≤ 5
HU, sehingga hasil pengujian nilai noise dalam batas normal. Noise
berpengaruh terhadap terhadap kontras resolusi, dimana noise yang meningkat
akan menurunkan kontras resolusi.
Uji Bed indexing merupakan uji akurasi pergerakan meja, dan penyebab
kegagalannya adalah Mekanisme pergerakan meja yang buruk/ miskalibrasi
indikator posisi meja. Dari hasil uji Bed indexing pada pesawat CT Scan Toshiba
Auklet TSX-003A adalah selisih nilai terukur = 0 mm. Menurut standar
internasional yaitu Radiological Council(2000) bahwa standar minimal untuk bed
5.1 KESIMPULAN
1. Hasil uji kinerja (uji kendali mutu) terhadap pesawat CT Scan Merk Toshiba
Type Auklet TSX-003A di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan pada beberapa parameter secara umum
baik. Hasil pengamatan visual equipment check didapat data bahwa pesawat
CT Scan dalam kondisi baik dengan indikator lampu dan tombol berfungsi
dengan baik. Daily warm up dilakukan rutin tiap hari sebelum dilakukan
pemeriksaan pasien. Hasil uji CT Number in water dan simpangan baku
adalah2,12 HU± 0,71. Hasil uji terhadap noise diperoleh dari nilai rata-rata
standar deviasi dan nilai simpangan bakunya yaitu3,72 HU ± 0,072 . Hasil
uji bed indexing adalah selisih nilai terukur = 0 mm.Hasil Uji Bed
Backlashdiperoleh hasil selisih nilai terukur 0 mm.
2. Berdasarkan beberapa parameter yang telah diujidan dibandingkan dengan
standar internasional (ACR,2003; Radiological Council,2000)maka kinerja
pesawat CT Scan Toshiba Auklet TSX-003A di RSUD Dr. Pirngadi Medan
telah beroperasi menurut standar internasional dan aman untuk aplikasi
klinik.
AAPM Report No.1, 1997, Phantoms for Performance Evaluation and Quality Assurance
of CT Scanners, American Association of Physicists in Medicine.
Bushberg. J.T. 2003, The Essential Physics Of Medical Imeging, Second Edition.
Philadelphia. USA
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi., 2007, Pedoman Penulisan Tugas Akhir,
Politeknik Kesehatan Semarang : Semarang.
NCRP Report no. 99, 1988, Quality Assurance for Diagnostic Imaging Equipment National
Council on Radiation Protection and Measurements, Maryland, USA
Operation Manual for Whole Body X-Ray CT Scanner Toshiba Auklet TSX-003A, 1997.
Papp, Jeffrey., 2006, Quality Management in The Imaging Sciences, 3rd Edition, Mosby Inc :
St. Louis, Missouri, United States of America.
Rasad, S. Dkk. 1992, Radiologi Diagnostik, Cetakan Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Robb RA, Morin RL: Principles and Instrumentation for Dinamic X-Ray Computed
Tomography, In Marcus JL et al, eds: Cardiac Imaging: a AAPMcomparison to
Braunwald’s heart disease, Philadelphia, 1991, WB Saunders
http://hyghostblue.blogspot.co.id/2009/04/teori-ralat.html?m=1
Lampiran 1
Noise
• CT number in water
Diketahui :
n=5
𝑥𝑥𝑖𝑖 = 10,60
𝑥𝑥𝑖𝑖2 = 24,51
(𝑥𝑥𝑖𝑖 )2 = 112,36
Penyelesaian :
( 5×24,51 )− 112,36
S=�
5(5−1)
122,55 −112,36
S=�
20
10,19
S=�
20
S = �0,51
S = 0,71
Diketahui :
n=5
𝑥𝑥𝑖𝑖 = 18,61
𝑥𝑥𝑖𝑖2 = 69,21
(𝑥𝑥𝑖𝑖 )2 = 346,33
Penyelesaian :
( 5×69,21 )– 346,33
S=�
5(5−1)
346,05 −346,33
S=�
20
0,28
S=�
20
S = √0,01
S = 0,072
1. Power Specifications
Phase Three-phase
2. Toshiba CT System
Model TSX-003A
3. Features
b. Outstanding operability
movement)
4. Scaning Room
Gantry :
Patient couch
Console
kV 120 kV