Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

COMPUTED TOMOGRAPHY SCANNER


(CT – SCAN)

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FERRYADI
NIM : 150821007

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA EKSTENSI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga penulisan makalah “CT-Scan” tersusun hingga
selesai, tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi, agar menjadi lebih baik lagi. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap tugas
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2016


Penulis,

MUHAMMAD FERRYADI
NIM. 150821007

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 5
C. TUJUAN ................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6
A. PENGERTIAN CT - SCAN.................................................................................. 6
B. SEJARAH PERKEMBANGAN CT-SCAN ........................................................ 7
C. TUJUAN CT- SCAN ............................................................................................. 8
D. BAGIAN - BAGIAN CT - SCAN .......................................................................... 8
 Sistem Pemroses Citra (Scanner) ............................................................... 10
 Sistem Komputer dan Kendali ...................................................................... 10
 Stasiun Operator dan Stasiun Pengamat ................................................... 11
E. CARA KERJA CT- SCAN DAN PERKEMBANGANNYA ............................. 12
1.Pengoperasian Peralatan Scanner .............................................................. 15
2.Optimalisasi Peralatan Dengan Model Jaringan........................................ 16
F. SISTEM KOMPUTER DAN SISTEM KONTROL .......................................... 17
G.PETA DISTRIBUSI BESARAN FISIS ............................................................. 18
H. KEGUNAAN CT - SCAN ................................................................................... 19
I. KELEBIHAN CT SCAN...................................................................................... 23
J. KEKURANGAN CT SCAN ................................................................................ 24
PENUTUP ..................................................................................................................... 25
KESIMPULAN .............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
CT ditemukan secara independen oleh seorang insinyur Inggris
bernama Sir Godfrey Hounsfield dan Dr Alan Cormack. Hal ini segera
menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit medis. Untuk pekerjaan
besar ini mereka ini, Hounsfield dan Cormack bersama-sama dianugerahi
Hadiah Nobel pada tahun 1979. CT scanner pertama mulai diinstal dan
dioperasikan secara luas pada tahun 1974.
Kedokteran adalah ilmu yang sarat teknologi tinggi dan selalu
berkembang setiap saat. Penggunaan zat-zat radioaktif merupakan bagian
dari teknologi nuklir yang relative cepat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan zat-zat radioaktif mempunyai sifat-sifat
yang spesifik, yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur lain. Dengan
memanfaatkan sifat-sifat radioaktif tersebut, maka banyak persoalan
yang rumit yang dapat disederhanakan sehingga penyelesaiannya
menjadi lebih mudah.
Salah satu sifat dari radiasi nuklir yaitu mampu untuk menembus
benda padat. Sifat ini banyak digunakan dalam teknik radiografi yaitu
pemotretan bagian dalam suatu benda dengan menggunakan radiasi
nuklir seperti sinar-x, sinar gamma dan neutron. Hasil pemotretan tersebut
direkam dalam film sinar-x. Zat radioaktif banyak digunakan dalam bidang
industry dan kedokteran. Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan
untuk mengetahui bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru
dan jantung. Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka
obyek yang diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga
didapatkan pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan
yang tidak diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk
mendiagnosa organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka
dikembangkan teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed

4
Tomography Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti
neutron, sinar gamma dan sinar-x.
Ketepatan suatu diagnosa akan sangat membantu dalam
penanganan terapi suatu penyakit, oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas
yang dapat menunjang prosedur tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan itu
dihadirkan failitas pemeriksaan CT-Scan yang merupakan modalitas
radiodiagnostik canggih.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka adapun yang menjadi rumusan
makalah adalah :
1. Apa pengertian CT Scan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan CT Scan?
3. Apa tujuan dari CT Scan ?
4. Sebutkan bagian-bagian dari CT Scan ?
5. Bagaimana cara kerja CT Scan?
6. Bagaimana system computer dan system control ?
7. Bagaimana peta distribusi besaran fisis ?
8. Apa saja kegunaan dari CT Scan ?
9. Apa kekurangan dari CT Scan ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan tentang pengertian CT Scan
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan CT Scan
3. Untuk menjelaskan tentang tujuan dari CT Scan
4. Untuk mengetahui tentang bagian-bagian dari CT Scan
5. Untuk menjelaskan tentang prinsip kerja CT Scan
6. Untuk menjelaskan tentang system computer dan system control
7. Untuk mengetahui tentang peta distribusi besaran fisis
8. Untuk mengetahui kegunaan dari CT Scan
9. Untuk mengetahui kekurangan dari CT Scan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CT - SCAN
. CT- Scan ( Computed Tomography Scanner ) adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai
sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. CT - Scan merupakan alat
penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal untuk
pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti susunan saraf pusat, otot dan
tulang, tenggorokan, rongga perut.
Alat CT - Scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila
dioperasikan oleh operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan
waktu tertentu. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya
dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
a. Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b. Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark.
c. Brain contusion.
d. Brain atrofi.
e. Hydrocephalus
f. Inflamasi
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus
dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan
CT - Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini
dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan
pemeriksaan CT - Scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien
mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan
selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya
pemeriksaan yang dibutuhkan. Harus dilakukan pengkajian terhadap klien
sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas
dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan
CT - Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras

6
material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam
pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine
harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus
terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.
Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT - Scan yang biasa
digunakan, diantaranya:
a. Computed / Computerized Tomography (CT)
b. Computed Axial Tomography (CAT)
c. Computerized Aided Tomography
d. Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)
e. Recontructive Tomography (RT)
f. Computed Transmission Tomography (CAT)
g. Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of
Roentgenology" dengan istilah Computed Tomography (CT)

B. SEJARAH PERKEMBANGAN CT-SCAN


a. Tahun 1917 , J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari
objek yang tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
b. Tahun 1963 , A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk
menentukan distribusi penyerapan tubuh manusia
c. Tahun 1972 , G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan
gambaran CT pertama kali untuk keperluan klinis
d. Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
e. Tahun 1975 , First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama
kalinya CT-Scan dapat digunakan untuk pemeriksaan seluruh tubuh
f. Tahun 1979 , Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel
g. Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT
h. Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT
i. Tahun 2000, lebih dari 30000 clinical CT Installations

7
C. TUJUAN CT- SCAN
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. . Dengan demikian CT-Scan
hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan
di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto
rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT-Scan
adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif
artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT-Scan
sebaiknya digunakan untuk :
 Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung
koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta
dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
 Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker),
letak kanker, dan jenis kanker.
 Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang
dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila
timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala
gangguan saraf lainnya.
 Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ
pencernaan dll.
 Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran
cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai
“mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan
tindakan.

D. BAGIAN - BAGIAN CT - SCAN


Secara umum CT-Scan terdiri atas empat bagian pokok, yaitu:
1. Sumber radiasi
adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa generator sinar
X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X.

8
2. Sistem deteksi
ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu
contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT-Scan adalah kristal
natrium iodida yang “dikotori” (itu bahasa yang tepat menurutku)
dengan talium (kristal NaI(Tl).
3. Manipulator mekanis
yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran
yang bergantung pada keduduan CT-Scan.
4. Komputer
berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian
ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan
tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi
obyek yang di mayar atau di scan. Serta satu perangkat tambahan
penting yaitu digital printer khusus untuk mencetak hasil obyek yang
sudah di scan

Gambar 1. CT-Scan

Peralatan sistem CT Scan terdiri atas tiga bagian, yaitu:

1. Sistem Pemroses Citra


2. Sistem Komputer dan Kendali
3. Stasiun Operasi dan Stasiun Pengamat

9
 Sistem Pemroses Citra (Scanner)

Gambar 2. Diagram blok dari scanner mesin CT Scan

Sistem pemroses citra terdapat dalam frame pipa dari mesin dan
merupakan bagian sistem yang langsung berhadapan dengan
objek/pasien. Scanner terdiri atas sumber sinar-x, collimator, detektor, dan
bagian akuisisi data. Diagram blok dari scanner mesin CT Scan dapat
dilihat pada Gambar.
Sumber sinar-x (x-ray tube dalam gambar di atas) menembakkan
sinar-x ke arah pasien. Collimator adalah penghalang sinar radiasi dan
berfungsi memfokuskan sinar-x yang ditembakkan oleh x-ray tube pada
satu slice (potongan) saja. Detektor radiasi biasanya berupa detektor
ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ditembus oleh radiasi maka akan
terjadi ionisasi gas-gas di dalamnya. Ionisasi tersebut menimbulkan arus
listrik pada keluaran detektor yang sebanding dengan intensitas sinar
radiasi yang mengenai receiver detektor. Keluaran detektor kemudian
dikirim ke bagian akuisisi data yang berfungsi mengubah besaran-besaran
listrik dari detektor menjadi sinyal analog yang kemudian akan melalui
konversi Analog-to-Digital. Hasil pengkonversian A/D itu dikirim ke bagian
komputer dan kendali untuk di-compile oleh komputer.

 Sistem Komputer dan Kendali


Bagian komputer bertanggung jawab atas rekonstruksi gambar
dan system kendali seluruh sistem CT Scan. Sistem Komputer dan
Kendali ini terdiri atas prosesor, sistem I/O, dan hard disk.Processor atau

10
CPU (unit pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan
menginterprestasikan instruksi, melakukan penghitungan, dan menyimpan
hasil-hasil dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data
16,32 atau 64 bit. Tipe computer yang digunakan bisa mikro komputer dan
bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja dan kebutuhan
sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan data
dan software.

 Stasiun Operator dan Stasiun Pengamat


CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor
dan keyboard. Masing-masing sebagai operator station dan viewer station
dan keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Operation Station
mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk mengontrol beberapa
parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus
filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi
system pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang
dihubungkan dengan system keluaran seperti hard copy film, magnetic
tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan untuk
menganalisa hasil scanning.

Manfaat dari penggunaan CT Scanner antara lain:

1. CT scan tidak menimbulkan rasa sakit, non-invasif dan akurat.


2. Keuntungan utama dari CT Scan adalah kemampuannya untuk
pencitraan tulang, jaringan lunak dan pembuluh darah, semua pada
waktu yang sama.
3. CT scan memberikan gambar sangat rinci dari banyak jenis jaringan
seperti paru-paru, tulang, dan pembuluh darah.
4. Pemeriksaan CT Scan cepat dan sederhana dan dalam kasus-kasus
darurat dapat menunjukkan luka atau pendarahan dengan cukup
cepat untuk membantu menyelamatkan nyawa.
5. Diagnosis dengan CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk
eksplorasi operasi dan biopsi bedah.

11
6. Tidak ada radiasi yang masih berada dalam tubuh pasien setelah
pemeriksaan dan Sinar-X yang digunakan dalam CT scan biasanya
tidak memiliki efek samping.

Selain itu terdapat beberapa resiko dari penggunaan CT Scan, antara lain:
1. Ada sedikit kemungkinan timbulnya kanker dari paparan radiasi
yangberlebihan. Namun, manfaat dari diagnosis yang akurat jauh
melampaui risiko.
2. CT scan tidak dianjurkan untuk wanita hamil, kecuali jika secara medis
diperlukan karena potensi resiko bagi bayi sedangkan pemeriksaan
pada ibu yang sedang dalam masa menyusui harus menunggu
selama 24 jam setelah injeksi bahan kontras sebelum melanjutkan
menyusui.

E. CARA KERJA CT- SCAN DAN PERKEMBANGANNYA


Adapun cara kerja CT scan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Selama CT scan bekerja, generator sinar X memberi daya ke tabung sinar
X, sinar X dihasilkan oleh tabung sinar X dan diemisikan seperti diputar
mengelilingi pasien. Kemudian sinar X dilewatkan melalui tubuh pasien ke
detektor, yang mana ini sangat tergantung pada jenis dan model CT
scanner, mungkin terdiri dari ionisasi gas xenon atau kristal (seperti
cesium-iodine atau cadmium-tungsten). Selama satu putaran detektor
menghasilkan sinyal listrik, yang dibangkitkan setelah penyinaran sinar X.
Sinyal listrik ini ditransfer ke komputer, diproses dan direkonstruksi ke
dalam gambar menggunakan algoritma yang telah deprogram
sebelumnya. Setiap putaran tabung sinar X dan detektor direkonstruksi ke
dalam gambar yang direferensikan sebagai irisan. Irisan dipresentasikan
berupa potongan melintang dari detail anatomi tubuh, dan memungkinkan
susunan anatomi di dalam tubuh dapat divisualisasikan hal yang tidak
mungkin dengan radiography pada umumnya. Collimator ditempatkan
didekat tabung sinar X dan pada setiap detektor untuk memperkecil
sebaran radiasi dan berkas sinar X yang tepat dalam penggambaran pada

12
saat scan. Tinggi collimator ditentukan untuk mendapatkan ketebalan
irisan yang diinginkan.
Saat ini terdapat beberapa jenis CT scanner untuk penggunaan
maupun konfigurasi melakukan scanning berikutnya yang berbeda. CT
scanner konvensional yang telah dikenalkan pada tahun 1970,
mempunyai kabel yang diletakkan pada susunan detektor, dan oleh
karena itu pada akhir putaran tabung sinar X, perakitan harus
dikembalikan untuk menghindari kebingungan kabel, CT konvensional
yang kecepatan scanningnya paling rendah. adalah CT scan spiral, yang
juga dinamakan scanner helical atau volumetric dimana mempunyai
konfigurasi gelang seret yang memungkinkan rotasi satu putaran kontinyu.
Dalam scaning spiral meja pasien digerakkan melalui gantry, sementara
tabung sinar X dan detektor berputar seperti gerakan spiral mengelilingi
pasien. Kecepatan scanning lebih cepat jika irisan lebih tipis dan
diperlukan breathhold pasien yang lebih pendek dari pada CT
konvensional. CT scan spiral dikenalkan pada tahun 1989, sejak
dikenalkan dapat memberi keuntungan dalam hal penggambaran CT,
meningkatkan kecepatan dan kualitas scanning dibandingkan dengan CT
scanner konvensional.

Gambar 3. Tabung dasar mesin CT scan

Scanner multi irisan telah dikenalkan sejak tahun 1998 dipandang


sebagai pengembangan lanjut dalam penggambaran CT, detektor

13
mempunyai arah gerakan multi row yang memungkinkan akuisisi multi
irisan gambar selama satu putaran tabung sinar X. Tergantung pada
model pabrikasi, scanner multi irisan mungkin delapan kali lebih cepat dari
pada scanner spiral irisan tunggal dan irisan dapat setipis setengah irisan
yang tipis yang dapat dicapai oleh scanner spiral. Teknologi multi irisan
masih dalam tahap pengembangan sejak tahun 2001. Berkas elektron CT
scanner, juga dinamakan CT scanner ultra cepat, menggunakan teknologi
scanning yang berbeda dari pada CT scanner yang lain, dimana putaran
tabung sinar X secara mekanis. Berkas elektron CT scanner tidak memiliki
bagian yang bergerak, yang demikian ini memungkinkan melakukan scan
dengan cepat. Berkas elektron yang dibangkitkan dari elektron gun
difokuskan pada putaran sinar X dan berkas sinar X dikendalikan
sepanjang ring sasaran tungsten. Waktu scan mendekati sepuluh kali
lebih cepat dari pada scaner multi irisan karena hanya berkas elektron
yang bergerak selama scanning. Berkas elektron CT scan telah
dikenalkan pada pertengahan tahun 1980 dandirancang untuk
penggambaran jantung dan penggambaran bagian tubuh yang bergerak
lainnya (seperti paru-paru) dan mempunyai kecepatan scaning tinggi.

Gambar 4. CT scan multi irisan

Peralatan CT imaging sering disuplay dengan piranti pengarsipan


gambar (CD, pita kaset), untuk piranti gambar hardcopy (film sinar X,
gambar laser) dan kemampuan jaringan, tergantung pada fasilitas

14
kebutuhan. Karena CT menggunakan cara digital, CT scanner seringkali di
buatkan jaringan dengan perangkat digital lainnya, seperi sistem MRI,
untuk memfasilitasi dalam memudahkan perbandingan gambar pada
penglihatan monitor.

Gambar 5. Jaringan sistem managemen gambar

Sebagaimana putaran scanner, detektor mengambil sejumlah


snapshot yang dinamakan profil. Pada umumnya dalam setiap satu
putaran diperoleh sekitar 1000 profil. Setiap profil dianalisa komputer dan
satu set profil penuh dari setiap rotasi membentuk irisan gambar dua
dimensi.

1. Pengoperasian Peralatan Scanner


Setelah operator scanning menyiapkan dan memposisikan pasien
pada meja scanning dengan tepat, operator berpindah ke ruang control
dan memulai scan dengan menggunakan control komputer. Biasanya
scanning protocol komputer telah diprogram sebelumnya untuk jenis scan
pada umumnya (abdomen dan tulang panggul, dada , kepala) dan
beberapa komputer memungkinkan dipesan scan protocol untuk
dimasukkan. Selama scaning, operator menginstruksi pasien melalui
sistem intercome mengenai breathhold dan posisi. Selanjutnya
pengaturan komputer secara otomatis memindahkan meja pasien sesuai
dengan parameter scanning yang dipilih. Proses scan sendiri mungkin
hanya membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit, namun total pemeriksaan

15
mungkin membutuhkan waktu sampai di atas 30 menit, karena pasien
harus disiapkan dan diposisikan.

Gambar 6. Ruang kontrol operator scanning

Bila pemeriksaan telah lengkap, operator memproses data gambar


menggunakan komputer workstation. Tergantung fasilitas, gambar
mungkin dikirim ke prosesor film sinar X atau laser imager untuk dicetak
sebagai hardcopy dan diberikan ke ruang pembacaan atau mungkin
disimpan dalam disket atau ditransfer melalui sistem manajemen gambar
digital untuk dipresentasikan memalui penglihatan monitor.

Gambar 7. Pelaksanaan proses scanning

2. Optimalisasi Peralatan Dengan Model Jaringan


Sebelum pasien dipindahkan dari meja, operator radiologi dapat
mereview gambar yang dikehendaki untuk meyakinkan kualitasnya cukup
memenuhi untuk keperluan diagnose. Gerakan artifak, yang berupa
lapisan, embun atau ketidak tepatan lain dalam gambar, mungkin terjadi

16
jka pasien melakukan gerakan pada saat scan dilaksanakan atau bila
susunan gambar bergerak(seperti jantung, paru-paru). Pengurangan
ketebalan irisan gambar yang dikehendaki, mengubah waktu dari suntikan
bahan kontras dan memperpendek waktu breathhold pasien dapat
membantu mengurangi kejadian gerakan artifak. Operator radiologi akan
memilih protocol scanning yang akan memberikan kualitas gambar
maksimum dan dosis radiasi minimum. Dosis radiasi pada umumnya
untuk CT scan mendekati sama dengan radiasi latar belakang alami , rata-
rata orang kebanyakan dalam waktu satu tahun. Dosis radiasi pasien dari
CT scan sedikit lebih tinggi dari pada prosedur sinar X pada umumnya.
Scanner multi irisan yang lebih baru secara signifikan menghantarkan
dosis radiasi yang lebih tinggi dari pada scanner spiral irisan tunggal,
dosis lebih tinggi ini berkaitan dengan pasien pediatric khusus. Asosiasi
Ahli radiologi di Amerika Serikat (ASRT) telah mengeluarkan pernyataan
protocol scanning untuk scanning pediatric dan merekomendasikan bahwa
protocol scanning khusus untuk pasien pediatric dan pabrikasi perangkat
CT scan mengembangkan cakupan parameter yang disarankan untuk
pasien pediatric didasarkan pada berat. ASRT mendorong
teknolog/operator CT scan untuk sadar akan dosis radiasi untuk kasus
pediatric jika diperlukan dapat menggunakan tameng radiasi, atau
mengatur posisi pasien menggunakan filter dosis tertentu dan menambah
pitch ratio (kecepatan meja/rotasi gantry) pada CT scan spirall.

F. SISTEM KOMPUTER DAN SISTEM KONTROL


Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT
Scanner, yaitu mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan
mengkonstruksi gambar tomografi. Komputer terdiri atas processor, array
processor, harddisk dan sistem input-output. Processor atau CPU (unit
pemroses pusat) mempunyai fungsi untuk membaca dan
menginterprestasikan instruksi, melakukakaan eksekusi, dan menyimpan
hasil-hasil dalam memory. CPU yang digunakan mempunyai bus data
16,32 atau 64 bit. Tipe komputer yang digunakan bisa mikro komputer dan
bisa mini komputer, namun harus memenuhi unjuk kerja dan kecepatan

17
bai sistem CT Scanner. Harddisk mempunyai fungsi untuk menyimpan
data dan software.
CT Scanner pada umumnya dilengkapi dengan dua buah monitor
dan keyboard. Masing-masing sebagai operator station dan viewer station
dan keduanya mempunyai tugas yang berbeda. Operation Station
mempunyai fungsi sebagai operator kontrol untuk mengontrol beberapa
parameter scan seperti tegangan anoda, waktu scan dan besarnya arus
filamen. Sedangkan viewer station mempunyai fungsi untuk memanipulasi
sistem pemroses citra. Bagian ini mempunyai sistem kontrol yang
dihubungkan dengan sistem keluaran seperti hard copy film, magnetic
tape, dan paper print out. Dari bagian ini dapat dilakukan pekerjaan untuk
mendiagnosa hasil scanning.

G. PETA DISTRIBUSI BESARAN FISIS


Citra yang dihasilkan oleh CT-Scan secara matematis dapat
dipandang sebagai peta distribusi spasial parameter fisis f(x,y) dalam
bidang dua dimensi tampang lintang obyek, tegak lurus sumbu z.
Parameter fisis ini, yang besarnya dinyatakan dengan angka-angka,
ditampilkan pada perangkat display dalam representasi warna, biasanya
dalam derajat keabuan (grayscale) sehingga peta ini tampak sebagai
gambar hitam putih di layar monitor. Bagian gambar yang memiliki warna
paling gelap atau derajat keabuan paling tinggi merepresentasikan nilai
parameter fisis yang kecil, sebaliknya bagian gambar yang paling terang
atau derajat keabuan paling kecil merepresentasikan nilai parameter fisis
yang besar. Parameter fisis yang ditampilkan ini bersesuaian dengan
besaran fisis yang disebut koefisien atenuasi linear (linear attenuation
coefficient) dan diberi lambang mu. Besarnya mu ditentukan oleh jenis
bahan yang merujuk pada nomor atom (Z) dan energi radiasi (E). Jumlah
intensitas radiasi terusan, selain ditentukan oleh tebal bahan, juga
ditentukan oleh harga mu ini.
Singkatnya, gambar/citra yang dihasilkan oleh CT-Scan dapat
dipandang sebagai peta distribusi besaran fisis, sehingga perbedaan

18
tampilan warna atau derajat keabuan pada citra rekonstruksi menunjukkan
perbedaan peta distribusi kerapatan internal obyek yang di scan.

H. KEGUNAAN CT - SCAN
CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat
memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-
ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan
memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh
seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya .
Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh sehingga
dokter Radiologi bisa melihat dengan detail pada daerah tertentu. CT scan
sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada,
perut, panggul, dan sinus.
1. CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal
potongan : 4 – 5 mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata
7mm. Lesi dimidline sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai
tambahan. Kondisi tulang pada kasus trauma/ suspect fraktur tulang
kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan vaskuler mencari AVM,
aneurysma.
2. CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan
dengan axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm
bila lesi kecil /mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal ; 5mm bila
tumor besar/ makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus
clinoideus anterior sampai dorsum sellae.
3. CT-SCAN TELINGA / os.PETROSUM
Teknik : High Resolusi CT / kondisi tulang
a. kasus non-tumor/trauma basis cranii: potongan axial dan coronal 2mm
sejajar dengan axis os.petrosum. mencakup seluruh tulang
os.petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang tinggi)
b. kasus tumor / infeksi (abses ) potongan axial 2-5mm mencakup
seluruh os.petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan

19
soft tissue. Potongan coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam
kondisi tulang dan soft tissue. Mencakup seluruh os.petrosum dan
proses abnormalnya.
4. CT-SCAN ORBITA
Tumor/ infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding
superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan
garis infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat
potongan coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita :
potongan coronal dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi
soft tissue dan tulang pada daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5. CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter
agak tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis,
sudut sejajar pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian
dilanjutkan dengan potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis
dari C2 s/d C6 F.O.V 200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah
itu dibuat potongan coronal 3-5mm, tergantung besar –kecilnya kelainan
dari choana sampai cervical vertebrae sejajar dengan dinding posterior
nasoprynx F.O.V. 250mm, potongan coronal kadang perlu dibuat dalam
kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah,
garis axial dimulai dari mandibula keatas.
Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya dengan sepotong
gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan pallatum.
Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya
harus mencakup seluruh daerah lidah.
Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah lebih baik dibuat coronal
dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian dibuat axialnya.
Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah, sebaiknya dibuat axial dahulu
baru cornal. Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan
memberi informasi baik.

20
6. CT-SCAN LARYNX / PITA SUARA
Potongan pre kontras : axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2,
sejajar dengan pita suara.
Potongan dengan kontras : axial 2-3mm didaerah pita suara, mulai dari
batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat
potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm,
tanpa dan dengan bolus kontras.
7. CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian
bawah biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan
dengan bolus kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk
mendapatkan batas lesi dan tambahan informasi yang lebih baik setelah
seluruh kelenjar mengalami penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan : untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik
MPR (Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya,
untuk itu harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras
sepanjang daerah yang diperlukan untuk potongan coronalya.
8. CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi
Sinusitis:
Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2 bagian
posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx, potongan
axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa
bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200)
F.O.V 200-250mm
Tumor sinus :
Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai
nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial
3-5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh
tumor, kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan
WW yang rendah.

21
9. CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan
axial prekontras/ polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal
potongan 10, index 10-15. Bolus kontras diberikan mulai dari arkus aortae
samapi hilus inferior, tebal potongan 5-8mm. Bila proses dibawah hilus
potongan post kontras diteruskan kebawah sampai mengenai seluruh
proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2 macam: kondisi parenkim
paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus untuk parenkim paru
dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung disease /
emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan
2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai
diafragma.
Tumor esophagus : pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras
sampai didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus
yang lebar dan yang sempit sebagai batas atas tumor.Bolus kontras
diberikan pada daerah tumor mulai batas atas sampai batas bawah,
dicetak dalam kondisi mediastinum. Potongan coronal dan sagital dapat
diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat potongan tipis 2-3mm
sewaktu dibolus).
10. CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan
10, index 10-15mm. Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi
tujuan pemeriksaan. Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar,
lien): tebal potongan 10mm, index 8-12mm. Organ / kelainannya sedang
(ginjal, lambung, usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ /
kelainannya kecil (pancreas, kandung empedu,……..) tebal potongan 2-
5mm. Pada kasus tertentu seperti tumor yang hipervaskuler/hemangioma
khusus untuk hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed scan apbila dicurigai
ada kelainan pada bolus kontras.Pada alat spiral / helical CI, untuk hepar
dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk
mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase
cortex dan medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk

22
mendapatkan fase equilibrium(untuk hepar) dan fase excresi (untuk ginjal)
dimana system pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas
pakai kontras negatife (minum air saja).
11. CT-SCAN ABDOMEN BAWAH / PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate.
Prekontras : tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada
kelainan, tebal potongan tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya
dipakai tebal potongan 5mm. Persiapan pasien sering tidak sampai
mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu dimasukkan kontras rectum.
Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III, dibuat potongan 3mm
pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan bila: batas
tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui
teknik MPR.
12. CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras
intrathecal, disebut CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya
didaerah ruang discus, sejajar dengan discus, tebal potongan 2-4mm.
Kondisi soft tissue dan tulang bila perlu. Untuk penilaian canal stenosis,
dapat dibuat satu potongan tepat ditengah korpus vertebrae, tegal lurus
dengan axis corpus. Untuk kasus tumor/spondylylitis/metastasis tulang:
potongan sejajar dengan corpus vertebrae didaerah yang ada
kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang . Bila perlu (umumnya harus)
diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral atau
untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.

I. KELEBIHAN CT SCAN
 Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
 Tidak invasive (tindakan non-bedah).
 Waktu perekaman cepat.
 Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer
sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

23
J. KEKURANGAN CT SCAN
 Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari
radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib
memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan
dilakukan.
 Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi
terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama
perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau
sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
 Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu
tampilan gambar.

24
PENUTUP
KESIMPULAN

CT atau CAT scan adalah tes x-ray khusus yang dapat


memproduksi gambar penampang tubuh dengan teknik menggunakan x-
ray dan bantuan komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan
memungkinkan seorang ahli radiologi, untuk melihat bagian dalam tubuh
seperti Anda akan melihat bagian dalam roti dengan cara mengirisnya .
Jenis sinar-x khusus, mengambil “gambar” dari potongan tubuh.
Dalam bidang kedokteran, radiografi digunakan untuk mengetahui
bagian dalam dari organ tubuh seperti tulang, paru-paru dan jantung.
Dalam radiografi dengan menggunakan film sinar-x, maka obyek yang
diamati sering tertutup oleh jaringan struktur lainnya, sehingga didapatkan
pola gambar bayangan yang didominasi oleh struktur jaringan yang tidak
diinginkan. Hal ini akan membingungkan para dokter untuk mendiagnosa
organ tubuh tersebut. Untuk mengatasi hal ini maka dikembangkan
teknologi yang lebih canggih yaitu CT-Scanner (Computed Tomography
Scanner) dengan menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar
gamma dan sinar-x. Sehingga dokter Radiologi bisa melihat dengan detail
pada daerah tertentu.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad Ilyas DKK, The Role of Computed Tomography


Scans(CT Scans) In Predicting Outcome of Patients With Acute
Ischemic Stroke, Physiology Department, Medical Faculty,
Hasanuddin University, Makassar, Indonesia, 2009
2. Andi Nuruljihad, X-ray computated tomography scan, Jurusan Elektro
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar, 2011
3. http://dessydoank.community.undip.ac.id/2010/09/26/aplikasi-fisika-
dalam-kehidupan-sehari-hari/
4. http://margionobdil.blogspot.com//
5. http://keladitikus.info/pemeriksaan-a-pengobatan

26

Anda mungkin juga menyukai