P : “Perkenalkan dok, nama saya Ayu Wulandari, saya mahasiswa dari Poltekkes
saya izin untuk mewawancarai dokter selaku dokter pengirim permintaan foto thorax
pasien dengan klinis CHF di ICU RSUD dr. R. Goeteng Taroendibrata Purbalingga.”
N : “iya, silahkan.”
meminta untuk dilakukan pemeriksaan rontgen thorax pada pasien dengan klinis
laukukan itu mengarah pada diagnosis CHF. Kemudian yang kedua, kita
memastikan juga dari hasil EKG supaya nanti eee…kita lebih bisa memastikan
apakah benar pasien ini menderita CHF atau tidak, karena tidak cukup dalam
pemeriksaan fisik maupun EKG atau CG, kita harus memastikannya juga
menggunakan foto thorax. Selain itu,, foto thorax itu gunanya tidak hanya untuk
memastikan dia CHF atau tidak, bisa juga kita melihat dari foto thorax itu penyakit-
penyakit yang lain. Kita juga tahu dari foto thorax itu bagian mana sih CHF yang eee
terganggu. Contohnya jantung sebelah mana sih yang terganggu, tidah hanya ada
pembengkakan, tapi kita bisa tahu bagian spesifiknya yang mana yang eee terkena
gangguannya.”
P: “ Berarti untuk semua pasien dengan klinis CHF itu selalu dilakukan pemeriksaan
sebagian besar dan sebagian umum dilakukan foto thorax, tidak hanya EKG, namun
juga untuk memastikan harus foto thorax supaya nanti kita tidak misdiagnosis.
Kadang pasien dating dengan keluhan sesak napas, batuk, itu banyak kemungkinan
tidak hanya CHF tapi ada penyebab – penyebab lain, contohnya mungkin ada
edema pulmo, ada sakit paru yang lain, pneumonia, atau TBC atau lainnya. Mungkin
kita tidak bisa lihat dari foto thorax, jadi foto thorax itu penting, tidak hanya spesifik
untuk CHF, tapi untuk keseluruhan dan memastikan bagian organ yang lain selain
saja yang digunakan untuk menentukan bahwa pasien tersebut memang menderita
CHF ?”
N: “ Oke, sebenernya awalnya kita tetap ya anamnesis terlebih dahulu, jadi kita eee
anamnesa kepada pasien, Tanya jawab pasien tentang keluhannya, kemudian kita
lakukan pemeriksaan fisik dari vital sign sampai dengan head to toe secara
tergeneralisir baik dari kepala sampai dengan kaki karena itu berpengaruh atau
menjurus ke arah situ ya, kemudian kita juga eee dari kita ada yang namanya kriteria
framingham untuk CHF sendiri, contohnya ya sesak napas, batuk – batuk kemudian
lebih suka menggunakan bantal yang tinggi saat tidur, mudah lelah kalo misalnya
ee…berjalan jauh kemudian kita apa namanya lakukan pemeriksaan EKG, disitu kita
bisa liat di bagian mana sih yang mengalami gangguan, entah itu pembesaran atau
sebagainya yang menjurus ke CHF. Setelah itu baru kita minta pemeriksaan foto
thorax untuk memastikan apakah benar yang kita sangka CHF dan kita melihat
P :” Untuk klinis CHF sendiri, apakah pasti selalu cardiomegali dok, soalnya hasil
N: “ oke, memang sih tidak semua ya, tidak bisa mengeneralisir kalo pasti. Cuma
90% saya bisa mengatakan kalo dia CHF biasanya cardiomegali, karena itu
berhubungan sama pathogenesis CHF. Kalo missal ada sumbatan pasti akan
berdampak pada organ yang lain atau bagian yang lain terutama bagian jantung,
mungkin bisa juga jantungnya gak kenapa napa tapi paru parunya kena, bisa ajdi
pulmo, nah itu biasanyakarena jantung. Kita juga bisa konfirmasi dari EKG, mungkin
kita lihat dari hasil rontgennya nggak cardiomegali tapi hasil EKG menunjukkan dia
apa namanya CHF, tapi sebagian besar itu rasionya di atas 50%. “
P: “ kalo untuk menentukan bahwa pasien itu harus di rawat di ICU, itu dokter sendiri
atau siapa ?”
N: “ kalo untuk menentukan pasien dirawat di ICU kita konsultasi dulu dengan dokter
eee…yang akan kita konsultasikan, entah itu dokter spesialis jantung, pembuluh
darah, atau penyakit dalam yang berkaitan. Kita sebagai dokter umum ya tidak
punya wewenang langsung untuk memasukkan pasien ke ICU selama itu belum ada
perintah daridokter tersebut. Karena itu, nanti kita tetap akan konsultasikan, anetesi
juga selaku dokter BPJP ICU, yah jadi kita gak asal langsung memasukkan ke ICU.
2Tapi kita bisa menanyakan kepada dokter BPJP apakah perlu masuk ICU, karena
kondisi yang sebenernya yang tau kan kita di IGD, bukan dokter BPJP.”
Wawancara Radiografer
N: ”Iya...”
N: “Iya, silahkan..”
P: “Ada 4 pertanyaan yang ingin saya ajukan, yang pertama, Bagaimana cara
memastikan bahwa pada saat dilakukan eksposi itu pasien melakukan inspirasi, kan
N: “Yu… kita liat pas itu saja gerakan dada pasien itu saat tarik nafas itu…nah kalo
bahasa orang jawa itu dicolong, pas inspirasi memungkinkan untuk diambil ekspose,
N: “Kendalanya ya salah satunya mungkin pas membawa alat (mobile x-ray) dari
radiologi ke ICU. Yang kedua itu eee… ditakutkan apabila alat itu kan move ya
pergerakan itu ya, jadi kalo mau rontgen itu dari radiologi ke ICU, yang jadi masalah
itu takutnya ada komponen yang rusak atau eee… tabung x-ray rusak itu kan mahal.
Kemudian dikhawatirkan juga ada radiasi hambur atau radiasi yang tidak sebaiknya
diterima oleh pasien lain yang berada disekitar lingkungan pasien yang di rontgen
itu.”
P: “tadi kan disebutkan bahwa ada pasien disekitar pemeriksaan itu, nah itu proteksi
lapangan kolimasinya dibuat sekecil mungkin yang penting jangan sampai kepotong.
Yang kedua jangan sampai mengulang jadi tidak ada apa yaa… pengulangan foto
jadi otomatis kalau tidak ada pengulangan foto kan radiasi hambur yang diterima
oleh pasien atau sekitarnya lebih sedikit, paling selama ini hanya itu sih.”
P: ”Terus di ICU ka nada petugas ICU itu proteksinya bagaimana, apakah sama?”
N: ”Ya pas kita mau ekspose, kita informasikan kepada petugas ICU atau
pengunjung yang kebetulan pas jam besuk ada disitu, kita suruh keluar semua
kemudian petugas ICU disuruh masuk ke salah satu ruangan yang jauh dari tempat
pemeriksaan.”
P: ”Untuk bapak sendiri pada saat pemeriksaan memakai APD apasaja?”
N: ’’ Ooo yang jelas ya apron yah, kemudian pelindung tiroid, terus jarak ekspose
kita bikin sejauh mungkin tapi kira-kira kita masih bisa melihat pasien untuk
memonitor pasien, melihat pasiennya gerak atau terjadi apa-apa karena pasien itu
harus diawasi.”
N: ”Ya sama-sama.”