Anda di halaman 1dari 6

Transkip wawancara dengan dokter pengirim

P : “Perkenalkan dok, nama saya Ayu Wulandari, saya mahasiswa dari Poltekkes

Semarang Prodi D3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto. Di sini

saya izin untuk mewawancarai dokter selaku dokter pengirim permintaan foto thorax

pasien dengan klinis CHF di ICU RSUD dr. R. Goeteng Taroendibrata Purbalingga.”

N : “iya, silahkan.”

P: “ Disini saya akan mengajukan 3 pertanyaan, yang pertama mengapa dokter

meminta untuk dilakukan pemeriksaan rontgen thorax pada pasien dengan klinis

CHF sebelum masuk ICU ?

N: “eeee….alasan saya meminta pemeriksaan khususnya rontgen thorax itu

sebenarnya untuk memastikan dari hasil pemeriksaan sebelumnya yang kita

laukukan itu mengarah pada diagnosis CHF. Kemudian yang kedua, kita

memastikan juga dari hasil EKG supaya nanti eee…kita lebih bisa memastikan

apakah benar pasien ini menderita CHF atau tidak, karena tidak cukup dalam

pemeriksaan fisik maupun EKG atau CG, kita harus memastikannya juga

menggunakan foto thorax. Selain itu,, foto thorax itu gunanya tidak hanya untuk

memastikan dia CHF atau tidak, bisa juga kita melihat dari foto thorax itu penyakit-

penyakit yang lain. Kita juga tahu dari foto thorax itu bagian mana sih CHF yang eee

terganggu. Contohnya jantung sebelah mana sih yang terganggu, tidah hanya ada

pembengkakan, tapi kita bisa tahu bagian spesifiknya yang mana yang eee terkena

gangguannya.”
P: “ Berarti untuk semua pasien dengan klinis CHF itu selalu dilakukan pemeriksaan

thorax atau pasien – pasien tertentu saja ?”

N: “ Kalo secara umum kita di RSUD dr. R. Goeteng Taroendibrata Purbalingga,

sebagian besar dan sebagian umum dilakukan foto thorax, tidak hanya EKG, namun

juga untuk memastikan harus foto thorax supaya nanti kita tidak misdiagnosis.

Kadang pasien dating dengan keluhan sesak napas, batuk, itu banyak kemungkinan

tidak hanya CHF tapi ada penyebab – penyebab lain, contohnya mungkin ada

edema pulmo, ada sakit paru yang lain, pneumonia, atau TBC atau lainnya. Mungkin

kita tidak bisa lihat dari foto thorax, jadi foto thorax itu penting, tidak hanya spesifik

untuk CHF, tapi untuk keseluruhan dan memastikan bagian organ yang lain selain

jantung maupun paru – paru.”

P: “ Lalu setelah dilakukan rontgen thorax itu kemudian parameter-parameter apa

saja yang digunakan untuk menentukan bahwa pasien tersebut memang menderita

CHF ?”

N: “ Oke, sebenernya awalnya kita tetap ya anamnesis terlebih dahulu, jadi kita eee

anamnesa kepada pasien, Tanya jawab pasien tentang keluhannya, kemudian kita

lakukan pemeriksaan fisik dari vital sign sampai dengan head to toe secara

tergeneralisir baik dari kepala sampai dengan kaki karena itu berpengaruh atau

menjurus ke arah situ ya, kemudian kita juga eee dari kita ada yang namanya kriteria

framingham untuk CHF sendiri, contohnya ya sesak napas, batuk – batuk kemudian

lebih suka menggunakan bantal yang tinggi saat tidur, mudah lelah kalo misalnya

ee…berjalan jauh kemudian kita apa namanya lakukan pemeriksaan EKG, disitu kita
bisa liat di bagian mana sih yang mengalami gangguan, entah itu pembesaran atau

sebagainya yang menjurus ke CHF. Setelah itu baru kita minta pemeriksaan foto

thorax untuk memastikan apakah benar yang kita sangka CHF dan kita melihat

apakah ada penyakit-penyakit lain.”

P :” Untuk klinis CHF sendiri, apakah pasti selalu cardiomegali dok, soalnya hasil

bacaan pasien kemarin menunjukkan adanya cardiomegali?”

N: “ oke, memang sih tidak semua ya, tidak bisa mengeneralisir kalo pasti. Cuma

90% saya bisa mengatakan kalo dia CHF biasanya cardiomegali, karena itu

berhubungan sama pathogenesis CHF. Kalo missal ada sumbatan pasti akan

berdampak pada organ yang lain atau bagian yang lain terutama bagian jantung,

mungkin bisa juga jantungnya gak kenapa napa tapi paru parunya kena, bisa ajdi

pulmo, nah itu biasanyakarena jantung. Kita juga bisa konfirmasi dari EKG, mungkin

kita lihat dari hasil rontgennya nggak cardiomegali tapi hasil EKG menunjukkan dia

apa namanya CHF, tapi sebagian besar itu rasionya di atas 50%. “

P: “ kalo untuk menentukan bahwa pasien itu harus di rawat di ICU, itu dokter sendiri

atau siapa ?”

N: “ kalo untuk menentukan pasien dirawat di ICU kita konsultasi dulu dengan dokter

eee…yang akan kita konsultasikan, entah itu dokter spesialis jantung, pembuluh

darah, atau penyakit dalam yang berkaitan. Kita sebagai dokter umum ya tidak

punya wewenang langsung untuk memasukkan pasien ke ICU selama itu belum ada

perintah daridokter tersebut. Karena itu, nanti kita tetap akan konsultasikan, anetesi

juga selaku dokter BPJP ICU, yah jadi kita gak asal langsung memasukkan ke ICU.
2Tapi kita bisa menanyakan kepada dokter BPJP apakah perlu masuk ICU, karena

kondisi yang sebenernya yang tau kan kita di IGD, bukan dokter BPJP.”

P: “ Terima kasih dok, atas waktu dan jawannya dok.”

N: “ ya, sama – sama.”

Wawancara Radiografer

P: “Perkenalkan pak, saya ayu wulandari mahasiswa TRR Purwokerto”

N: ”Iya...”

P: “Saya disini ingin mewawancarai Bapak terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan

rontgen thorax di ICU kemarin, kemarin kan pelaksanaannya sama Bapak”

N: “Iya, silahkan..”

P: “Ada 4 pertanyaan yang ingin saya ajukan, yang pertama, Bagaimana cara

memastikan bahwa pada saat dilakukan eksposi itu pasien melakukan inspirasi, kan

kalo pasien di ICU tidak kooperatif?”

N: “Yu… kita liat pas itu saja gerakan dada pasien itu saat tarik nafas itu…nah kalo

bahasa orang jawa itu dicolong, pas inspirasi memungkinkan untuk diambil ekspose,

ya ekspose, tapi perlu dipertimbangkan jangan sanpe goyang”

P: “Biasanya dalam sebulan Bapak melakukan pemeriksaan di ICU berapa kali?

N: “Ya sekitar 3-4 kali lah dalam sebulan”


P: “Kendalanya apa sih pak yang bapak alami selama melakukan pemeriksaan

thorax di ICU RSUD Goeteng?”

N: “Kendalanya ya salah satunya mungkin pas membawa alat (mobile x-ray) dari

radiologi ke ICU. Yang kedua itu eee… ditakutkan apabila alat itu kan move ya

pergerakan itu ya, jadi kalo mau rontgen itu dari radiologi ke ICU, yang jadi masalah

itu takutnya ada komponen yang rusak atau eee… tabung x-ray rusak itu kan mahal.

Kemudian dikhawatirkan juga ada radiasi hambur atau radiasi yang tidak sebaiknya

diterima oleh pasien lain yang berada disekitar lingkungan pasien yang di rontgen

itu.”

P: “tadi kan disebutkan bahwa ada pasien disekitar pemeriksaan itu, nah itu proteksi

radiasinya bagaimana pak, mengingat di ICU Goeteng tidak ada tabir?”

N: ”ya… untuk proteksi pasien disekitar ya paling kita meminimalisasi dengan

lapangan kolimasinya dibuat sekecil mungkin yang penting jangan sampai kepotong.

Yang kedua jangan sampai mengulang jadi tidak ada apa yaa… pengulangan foto

jadi otomatis kalau tidak ada pengulangan foto kan radiasi hambur yang diterima

oleh pasien atau sekitarnya lebih sedikit, paling selama ini hanya itu sih.”

P: ”Terus di ICU ka nada petugas ICU itu proteksinya bagaimana, apakah sama?”

N: ”Ya pas kita mau ekspose, kita informasikan kepada petugas ICU atau

pengunjung yang kebetulan pas jam besuk ada disitu, kita suruh keluar semua

kemudian petugas ICU disuruh masuk ke salah satu ruangan yang jauh dari tempat

pemeriksaan.”
P: ”Untuk bapak sendiri pada saat pemeriksaan memakai APD apasaja?”

N: ’’ Ooo yang jelas ya apron yah, kemudian pelindung tiroid, terus jarak ekspose

kita bikin sejauh mungkin tapi kira-kira kita masih bisa melihat pasien untuk

memonitor pasien, melihat pasiennya gerak atau terjadi apa-apa karena pasien itu

harus diawasi.”

P: ”Udah terimakasih ya pak atas jawabannya.”

N: ”Ya sama-sama.”

Anda mungkin juga menyukai