Anda di halaman 1dari 28

REJECT FILM ANALYSIS

DI INSTALASI RADIOLOGI RST TK III SLAMET


RIYADI

Laporan kasus ini disusun guna memenuhi salah satu tugas


Praktik Kerja Lapangan IV di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi

Disusun oleh :
Pranandita Buana Putri Yasmine
NIM. 18230021

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU ADISUTJIPTO


PROGRAM STUDI D-3 RADIOLOGI
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas praktek kerja lapangan
IV D3-Radiologi Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto Yogyakarta :
Nama : Pranandita Buana Putri Yasmine
NIM : 18230021
Judul Laporan : Reject Film Analysis Di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet
Riyadi

Surakarta, Mei 2021


Mengetahui
Dosen Pembimbing Clinical Instructor

DELFI ISKARDYANI, S.Pd., M.Si PELDA AGUS AHMADI Amd. Rad


NIK 011808009 NRP 210000055250180

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah S.W.T. atas berkah
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan kasus dengan
judul “Reject Film Analysis di Instalasi RST TK III Slamet Riyadi” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Reject analysis program adalah suatu sistem yang mendokumentasi film yang
di reject dan menentukan penyebab pengulangan film yang terjadi sehingga dapat
meminimalisir atau mengurangi pengulangan tersebut. Reject analysis adalah suatu
metode yang digunakan untuk menentukan film yang ditolak (reject film), efektifitas
radiografer dan biaya serta bahan dalam menghasilkan radiograf yang berkualitas.
RST TK III Slamet Riyadi terdapat masalah pada quality control yaitu terjadinya
reject film, reject film tersebut sudah di data tapi belum dilakukan analisis secara
maksimal, dimana hal tersebut bisa menurunkan mutu dan kualitas pelayanan di
Instalasi Radiologi. Pembahasan masalah diatas yang menarik penulis sehingga
menyajikan dan menuangkannya dalam laporan kasus.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik penulisan dan
penyusunan laporan kasus Reject Film Analysis di Instalasi Radiologi RST TK III
Slamet Riyadi. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Drs. Purwanto Budi T., M.M, Apt., selaku Direktur Politeknik
Kesehatan TNI AU Adisutjipto.
2. Ibu Delfi Iskardyani, S.Pd, M. Si., Selaku Ketua Program Studi D3-Radiologi
Politeknik Kesehatan TNI AU Adisutjipto serta supervisor.
3. dr. Eko Tjahjo Briatmoko, Sp.Rad. selaku kepala Instalasi Radiologi RST TK
III Slamet Riyadi.
4. dr. Presty Wuri Wardani, Sp.Rad, M.Sc., Selaku dokter spesialis radiologi
RST TK III Slamet Riyadi.

iii
5. Bapak Pelda Agus Ahmadi Amd.Rad., selaku Clinical Instructure di Instalasi
Radiologi RST TK III Slamet Riyadi.
6. Seluruh radiographer di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
namun telah memberikan banyak kemudahan, bantuan maupun fasilitas
sehingga makalah ini selesai sesuai dengan harapan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Penulis
berharap semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.

Surakarta, Mei 2021

Penulis

iv
ABSTRAK

Nama : Pranandita Buana Putri Yasmine


Program Studi : D3-Radiologi
Judul Laporan : Reject Film Analysis di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet
Riyadi

Reject analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat kesalahan


teknik dalam melakukan pemeriksaan atau kesalahan yang timbul oleh peralatan yang
dinilai terhadap film yang terbuang sia-sia. seluruh pemeriksaan yang dilakukan.
Persentase reject film untuk konvensional pada pelayanan Instalasi Radiologi yang
diperbolehkan adalah kurang dari atau sama dengan 2% dari seluruh pemeriksaan
yang dilakukan. RST TK III Slamet Riyadi terdapat masalah pada quality control
yaitu terjadinya reject film, reject film tersebut sudah di data tapi belum dilakukan
analisis secara maksimal, dimana hal tersebut bisa menurunkan mutu dan kualitas
pelayanan di Instalasi Radiologi. Maka perlu dilakukan analisis reject film analysis
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja dalam bidang Instalasi Radiologi.
Film yang digunakan selama periode 10 April-10 Mei 2021 di Instalasi Radiologi
RST TK III Slamet Riyadi sebanyak 670 lembar film. Jumlah film yang diterima
sebanyak 660 dengan persentase 98,5 % sedangkan 10 reject film dengan persentase
1,5. reject film akibat human error sebanyak 6 film, tools error sebanyak 3 film dan
patient error sebanyak 1 film.

Kata Kunci: Reject Film Analysis, Reject, dan Film

v
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ i
HALAMANPENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4
A. Reject Film Analysis............................................................................. 4
B. Film Radiografi..................................................................................... 5
C. Digital Radiography............................................................................. 5
1. Komponen Digital Radiography....................................................... 6
2. Prinsip Kerja Digital Radiography................................................... 6
3. Kelebihan dan Kekurangan Digital Radiography............................. 7
D. Reject Analysis...................................................................................... 7
1. Pengertian Reject Analysis................................................................ 7
2. Faktor Penyebab Reject Film............................................................ 8
3. Tujuan Reject Film Analysis............................................................. 9
4. Manfaat Reject Film Analysis........................................................... 9
5. Langkah Reject Film Analysis........................................................... 9
E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10
129/menkes SK/II/2008........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 11
A. Metode Penelitian................................................................................. 11
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 11
C. Subjek Penelitian.................................................................................. 11
D. Alat dan Bahan..................................................................................... 11
E. Variabel Penelitian................................................................................ 11
1. Variabel Independen......................................................................... 11
2. Variabel Dependen............................................................................ 12
F. Cara Pengumpulan Data....................................................................... 12
G. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 13
A. Hasil...................................................................................................... 13
1. Jumlah Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi.......... 13

vi
2. Penyebab Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi...... 13
B. Pembahasan.......................................................................................... 14
1. Jumlah Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi.......... 14
2. Penyebab Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi...... 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 16
A. Kesimpulan....................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
LAMPIRAN………………………………………………………………. 19

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penerimaan dan Reject Film Pada Periode 10
April-10 Mei 2021.................................................................................................
13
Tabel 4.2 Faktor Penyebab Reject Film Pada Periode 10 April-10 Mei 2021...... 13

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang lebih maksimal. (UU
No.44 Tahun 2009).
Pemeriksaan radiologi adalah salah satu pemeriksaan di bidang medis yang
sangat penting untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit. Hasil kualitas citra
radiografi yang bagus sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
faktor peralatan (unit sinar-X, kaset, dan processing) dan faktor teknik (sumber
daya manusia dan pasien). Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih
baik Instalasi Radiologi sebagai instalasi penunjang diharapkan memiliki
kualitas yang baik, baik itu dalam sumber daya manusia maupun fasilitas pada
instalasi radiologi, maka perlu dilakukan program jaminan mutu Quality
Assurance(QA) secara terpadu. Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah
upaya yang sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur
mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan
kesehatan senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang
disepakati. (Pohan, 2004)
Penerapan QA dalam setiap prosedur radiografi diharapkan mampu memberi
manfaat dalam penanganan pasien, memastikan agar setiap radiograf yang
dihasilkan mempunyai nilai informasi yang akurat. Sedangkan penerapan
program QC sebagai bagian dari program QA radiologi dilakukan dengan
tujuan untuk mendukung program QA. Program kendali mutu (QCP) X-
ray imejing diagnostik lebih berkonsentrasi pada aspek instrumentasi

1
2

imejing dan peralatan. Dengan demikian maka aktivitas QC dapat dimulai


dari evaluasi secara rutin dari fasilitas pemproses gambar, beberapa laporan
dan hasil penelitian terdahulu juga merekomendasikan bahwa untuk
mengawali suatu program kendali mutu (QCP) pada fasilitas X-ray imejing
diagnostik, kiranya perlu dikerjakan terlebih dahulu dengan penuh dedikasi
tentang analisa pengulangan-penolakan film atau lebih dikenal dengan istilah
Reject Film Anaysis (RFA) pada suatu fasilitas pelayanan
radiodiagnostik. (Wibowo, Rochmayanti, & Katili, 2013)
Reject analysis adalah suatu sistem yang mendokumentasi film yang di reject
dan menentukan penyebab pengulangan film yang terjadi sehingga dapat
meminimalisir atau mengurangi pengulangan tersebut.. Presentasi pengulangan
film yang diperbolekan adalah 4% - 6% dari seluruh pemeriksaan yang dilakukan.
(Papp, 2011)
Persentase reject film untuk konvensional pada pelayanan Instalasi Radiologi
yang diperbolehkan adalah kurang dari atau sama dengan 2% dari seluruh
pemeriksaan yang dilakukan (Kepmenkes No. 129 Tahun 2008). Reject film yang
terjadi di Instalasi Radiologi sering kali terjadi melebihi dar yang diperbolehkan,
maka perlu dilakukan identifikasi faktor penyebab reject film, sehingga kerugian
dapat diminimalkan.
Selama penulis melakukan praktik kerja lapangan 4 di Instalasi Radiologi
RST TK III Slamet Riyadi terdapat masalah pada quality control yaitu terjadinya
reject film, reject film tersebut sudah di data tapi belum dilakukan analisis secara
maksimal, dimana hal tersebut bisa menurunkan mutu dan kualitas pelayanan di
Instalasi Radiologi. Maka perlu dilakukan analisis reject film analysis untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja dalam bidang Instalasi Radiologi.
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis ingin
mengkaji dan mengetahui tentang reject analysis film dan tertarik untuk
membahas dan mengangkatnya mejadi laporan kasus yang berjudul “Reject Film
Analysis di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi”.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah
untuk pedoman pembahasan selanjutnya sebagai berikut:
1. Berapakah presentase reject film di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet
Riyadi ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi reject film di Instalasi Radiologi RST
TK III Slamet Riyadi ?

C. Tujuan
Berdasarkan paparan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa tujuan dari
penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui presentase reject film di Instalasi Radiologi RST TK III
Slamet Riyadi.
2. Untuk Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi reject film di Instalasi
Radiologi RST TK III Slamet Riyadi.

D. Manfaat
Berdasarkan paparan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa manfaat dari
penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi
Untuk meminimalisasi penyebab pengulangan film radiograf terkait dengan
Kepmenkes No.129 tahun 2008 dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kinerja di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi.
2. Manfaat bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai reject film
analysis.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Reject Film Analysis


Reject analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat kesalahan
teknik dalam melakukan pemeriksaan atau kesalahan yang timbul oleh peralatan
yang dinilai terhadap film yang terbuang. Proses secara sistematis pengolongan
gambar yang ditolak dan menentukan sebab dari pengulangan tersebut sehingga
kerusakan foto dapat diminimalisir. (Papp, 2011)
Pengulangan adalah suatu metode yang mendokumentasikan film yang
ditolak dan menentukan penyebab reject film yang terjadi sehingga dapat
meminimalisir atau mengurangi reject. Pada digital radiography cara
menganalisis pengulangan pemeriksaan yaitu menggunakan analisis reject dan
pengulangan film merupakan bagian dari program quality assurance yang
memiliki tujuan untuk menampilkan data tentang penggunaan film dan reject film
dalam periode waktu tertentu sehingga dapat diketahui efektifitas penggunaannya.
Program analisis ini adalah menekan reject dan pengulangan pemeriksaan dengan
cara menganalisis data dan menentukan solusinya. (Papp, 2011)
Quality Assurance adalah suatu program manajemen yang digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara melakukan pengumpulan
data kemudian mengkajinya secara sistematis. Tujuan utama dari program quality
Assurance (QA) adalah untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien, teknik
manajemen, kebijakan dari prosedur unit radiologi, efektifitas, efisiensi pelayanan
dan menghasilkan gambaran radiograf tepat waktu. Program ini ditekankan pada
faktor manusia, dalam hal ini adalah radiographer yang dapat menyebabkan
variasi kesalahan. (Papp, 2011).
5

World Health Organisation (WHO) telah menetapkan quality assurance


dibidang radiologi sebagai salah satu upaya yang diselengarakan oleh petugas
untuk memastikan bahwa gambar diagnostic yang dihasilkan memiliki kualitas
yang cukup tinggi, sehingga secara konsisten mereka dapat memberikan
informasi yang baik dengan sedikit paparan radiasi yang diterima pasien.
Untuk menjamin kualitas mutu dalam pelayanan radiologi, perlu untuk
dilakukan reject analysis. Semakin panjang periode untuk analysis ini, nilai
statistik yang diperoleh juga lebih baik. Reject film analysis membutuhkan semua
informasi dari radiografer, dibutuhkan kerjasama dalam hal ini dengan tujuan
(chris gunn, 2002):
1. Untuk mencoba mengidentifikasi dari mana, dan mengapa terjadi reject.
2. Untuk mencoba mengurangi biaya keseluruhan instalasi radiologi.

B. Film Radiografi
Film Film Rontgen adalah film yang digunakan untuk pengambilan gambar
bagian dalam tubuh, yang biasanya dilakukan di Unit Radiologi. Kualitas
radiograf atau foto rontgen yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi
penyinaran serta proses pengolahan film pengion (sinar-X) dan sinar gamma, jauh
dari bahan kimia seperti developer atau fixer, serta tidak terjadi tekanan mekanik,
baik diantara kotak-kotak film atau oleh benda lain. Ukuran film yang umum
digunakan adalah berukuran 18×24 cm, 24×30 cm, 30×40 cm, dan 35×35 cm.
(Curry, 1990).

C. Digital Radiography (DR)


Digital Radiography (DR) berbeda dari radiografi konvensional,
reseptor gambarnya bukan lagi sebuah film radiografi, tetapi sebuah
detektor. DR menggunakan detektor menerima radiasi dan mengubah
intensitas x - ray menjadi sinyal elektronik yang diproses oleh komputer. Tidak
6

seperti CR yang membutuhkan imager reader , gambar DR langsung


terlihat setelah pemaparan radiasi. (Fauber, 2009)
1. Komponen Digital Radiography
a. X-ray source
Yaitu sumber energi sinar-X yang berasal dari pesawat X-ray
b. Detektor
Berfungsi sebagai pengganti kaset dan film pada radiografi
konvensional, ada 2 jenis detector, yaitu : Flat Panel Detectors (FPDs) dan
High Density Line Scan Solid State Detectors.
1) Flat Panel Detectors (FPDs) merupakan detektor yang dirangkai
menjadi sebuah panel tipis
2) High Density Line Scan Solid State Device merupakan tipe
penangkapan gambar yang kedua pada DR, yang terdiri dari Photo
stimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium
(BaFlBr:Eu) atau Fosfor Cesium Bromida(CsBr).
c. Analog Digital Converter
Fungsinya sebagai pengubah data analog yang dikeluarkan detektor
menjadi data digital yang bisa diinterpretasikan oleh komputer.
d. komputer
Berfungsi sebagai pengolah data, memanipulasi image, menyimpan data
dan menghubungkannya ke output device atau work station
e. Out Put Device
Berfungsi untuk menampilkan gambar (monitor), selain monitor
output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data
dalam bentuk radiograf
2. Prinsip Kerja Digital Radiography
Pada dasarnya, sistem radiography digital terdiri dari sebuah detektor
digital, yang fungsinya seperti film dan kaset yang digunakan dalam
radiography konvensional. Detektor tersebut akan menyerap energi sinar-
7

X yang keluar dari tubuh pasien. Energi ini kemudian berubah menjadi
listrik yang bisa didigitalisasikan dan dapat di tampilkan ke sebuah skala
abu-abu gambar untuk proporsional jumlah energi yang disimpan untuk
proses menjadi gambar digital. (Cruz, 2008)
3. Kelebihan dan Kekurangan Digital radiography
a. Kelebihan Digital Radiography.
1) Lebih cepat untuk menghasilkan gambar, karena tidak
membutuhkan kamar gelap untuk pencetakan gambar.
2) Hasilnya lebih akurat.
3) Perangkat lunak untuk pengaturan image yang digunakan mudah,
sehingga tidak membutuhkan ahli komputer.
4) Reject film dapat berkurang
b. Kekurangan Digital Radiography
1) Membutuhkan dana yang besar untuk mengganti fasilitas
radiografi konvensional menjadi digital.
2) Kesalahan faktor eksposi yang berlebihan tidak dapat diperbaiki.
3) Meskipun diklaim dapat mengurangi dosis ke pasien, DR justru
meningkatkan dosis pasien.
4) Pemberian faktor eksposi yang terlalu berlebihan tidak terdeteksi, oleh
sebab itu radiografer cenderung menambah faktor eksposi.
5) Penggulangan pemeriksaan (sebelum pencetakan) tidak akan
meningkatkan fim reject, sehingga radiografer cenderung tidak hati-
hati.

D. Reject Analysis
1. Pengertian Reject Analysis
Reject analysis dapat dideskripsikan sebagai evaluasi krisis
radiografi yang digunakan sebagai bagian dari layanan pencitraan namun
tidak digunakan dalam proses diagnosis. Beberapa istilah yang digunakan
8

untuk menggambarkan hasil reject analysis,diantaranya; reject rate, retake


rate and repeat rate. (Harvey, 1988)
2. Faktor Penyebab Reject Film
Faktor-faktor penyebab reject film menurut Bushong 2001 yaitu:
a. Pergerakan objek (Patient Error)
Pergerakan pasien dapat menyebabkan terjadinya kekaburan dan
menurunkan nilai detail dari gambar radiograf. Untuk mengurangi
pergerakan pasien yang dapat menyebabkan kekaburan pada gambaran
sebaiknya digunakan waktu eksposi yang singkat, pemberian alat fiksasi,
dan instruksi pada pasien.
b. Posisioning (Human Error)
Pengaturan tabung sinar-x, posisi pasien, dan kolimator dapat
menyebabkan hilannya informasi gambaran anatomi yang ingin dilihat.
c. Artefak (Tools error dan Human Error)
Artefak dapat berasal dari kesaahan faktor pengunaan alat yang tidak
dalam kondisi baik seperti grid dan dry film printer. Artefak juga dapat
dapat berasal dari pasien yaitu seperti kalung, anting, penjepit rambut yang
tidak dilepaskan pada saat pemeriksaan berlansung.
d. Faktor eksposi (Human error)
Faktor eksposi yang digunakan untuk setiap pemeriksaan berbeda-beda,
semakin tebal rapat objek yang akan diperiksa maka membutuhkan
penggunaaan faktor eksposi yang tinggi. Faktor eksposi yang digunakan
akan berpengaruh terhadap tingkat densitas, kontras, detail dan ketajaman
pada gambar radiograf. Penggunaan faktor eksposi yang tepat sangat
diperlukan agar reject film dapat dihindari. Terdapat 2 kondisi yang sering
terjadi apabila pengaturan faktor eksposi kurang tepat yaitu:
1) Under expose
Kondisi gambaran radiograf yang under expose terjadi karena
pemilihan faktor ekposi kV dan mAs yang tidak tepat dan tidak
9

sebanding dengan tebal objek yang diperiksa, sehingga hanya sedikit


intensitas sinar-x yang diteruskan dan diterima oleh film.
2) Over expose
Kondisi gambaran radiograf yang over expose terjadi karena pemilihan
faktor eksposi kV dan mAs yang terlalu tinggi sehingga gambaran yang
dihasilkan hitam atau memiliki tingkat densitas yang tinggi.
3) Double ekposi
Double eksposi mengakibatkan hilangnya data karena ada data data lain
yang dimasukan sebelum dan pertama di proses.
4) Objek asing (Tools Error)
Kotoran dan serpihan pada film dapat menyebabkan bintik-
bintik/artefak.
3. Tujuan Reject Film Analysis
a. Menghitung jumlah film yang terbuang dari total film yang digunakan
(reject rate).
b. Untuk menetapkan acuan dari program QA dan kemudian memantau
efektivitas program.
c. Untuk menyediakan saran deteksi dini perubahan dalam tingkat
reject dan kemungkinan identifikasi penyebabnya.
4. Manfaat Reject Film Analysis
a. Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan
penanganan film dilakukan dengan benar.
b. Memastikan perlengkapan radiografi yang digunakan dalam kondisi
standar.
c. Memastikan penelitian jenis film (film material) yang digunakan tepat.
5. Langkah Reject Film Analysis
a. Persiapan map untuk reject film.
b. Mengumpulkan film reject.
c. Mencatat reject film secara berkala.
10

d. Menghitung dan menganalisis reject film.


Tingkat reject berlebihan sebagai presentase dari jumlah total film reject
dibanding dengan total film reject kemudian dijumlahkan dengan total film
yang baik. (Wiley & Ltd, 1991)

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑚 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡


𝑥100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes


SK/II/2008
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit. Standar
pelayanan minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal, juga merupakan spesifikasi teknik tentang tolak ukur pelayanan
minimum yang diberikan oleh badan layanan umum kepada masyarakat. Rumah
Sakit merupakan sarana keseatan yang menyelengarakan pelayanan kesehatan
perorangan meliputi pelayanan promotif preventif, kuratif dan rehabilitative yang
menyediakan pelayanan rawat inap, jawat jalan dan rawat darurat.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal radiologi menyatakan
bahwa tingkat pengulangan sebesar ≤ 2% setiap bulan. Pengulangan radiograf
yang sering terjadi di Instalasi Radiologi sering kali terjadi melebihi dari yang
diperbolehkan, maka perlu dilakukan identifikasi faktor penyebab penggulangan
film radiograf, sehingga dapat meminimalkan kerugian.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit TK III Slamet
Riyadi Solo. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Kualitatif
deskriptif adalah jenis penelitian melalui wawancara, observasi, foto, dan lainnya.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian yaitu observasi di
Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi dan kajian pustaka.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pengumpulan data dalam penyusunan laporan kasus ini dimulai pada
10 April-10 Mei 2021.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah reject film di Instalasi Radiologi Rumah Sakit TK
III Slamet Riyadi Solo pada 10 April -10 Mei 2021.

D. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam laporan kasus ini yaitu:
1. Alat tulis
2. Data arsip pemeriksaan pasien
3. Map dan Film yang ditolak

E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam laporan kasus ini yaitu:
1. Variabel Independent dalam makalah ini adalah hasil radiograf yang
mengalami reject karena human error, tools error dan patient error.

11
12

2. Variabel Dependent
Variabel dependen dalam Makalah ini adalah presentase reject film.

F. Cara Pengumpulan Data


Penulis melakukan observasi dengan mengamati secara lansung penyebab reject film
di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi untuk melengkapi data identifikasi
kemudian Penulis melakukan perhitungan sesuai dengan rumus reject film yang
selanjutnya dari hasil tersebut dianalisis serta dibandingkan dengan stardar Kemenkes.

G. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diambil adalah data dari film radiografi yang telah melewati proses
output atau printer yang tidak terpakai atau terjadi reject. Data yang telah
di dapat kemudian dikelompokan berdasarkan penyebab reject film kemudian
dimasukan ke dalam tabel. Data yang ada pada tabel di analisis dari
faktor-faktor yang menyebabkan reject film dan menghitung jumlah dari
masing-masing penyebab. Selanjutnya dianalisa menggunakan perhitungan
reject untuk diketahui persentase reject filmdan total film yang digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Jumlah Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi
Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan, maka diperoleh
data bahwa pemakaian film RST TK III Slamet Riyadi selama periode 10
April-10 Mei 2021 sebanyak 670 lembar. Selama periode tersebut terdapat
10 reject film yang dapat di uraikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penerimaan dan Reject Film


Pada Periode 10 April-10 Mei 2021
Ukuran Total Film Film Persentase % Persentase
Film Pemakain Diterima Reject Film Diterima %
Film Reject
28x35 cm 670 660 10 98,5 % 1,5 %
Jumlah 670 660 10 98,5 % 1,5 %
2. Penyebab Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di RST TK III selama
periode 10 April-10 Mei 2021 didapatkan beberapa faktor penyebab reject
film sebagai berikut:
Tabel 4.2 Faktor Penyebab Reject Film Pada Periode 10 April-10 Mei
2021
Ukuran Faktor Penyebab Reject Film Jumlah
Film Human Error Tools Error Patient Error Reject
Film
28x35 cm 6 3 1 10
Jumlah 6 3 1 10

13
14

Dapat diketahui dari tabel 4.2 diatas bahwa reject film akibat human
error sebanyak 6 film, tools error sebanyak 3 film dan patient error sebanyak
1 film.

B. Pembahasan
1. Jumlah Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi
Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi menggunakan film
ukuran 28x35 cm untuk mencetak segala jenis pemeriksaan digital
radiography. Film yang digunakan pada periode 10 April-10 Mei 2021
sebanyak 670 lembar. Jumlah film yang diterima sebanyak 660 lembar
dengan persentase 98,5 %. Persentase reject film didapatkan dari perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑚 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡


𝑥100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑚 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

Berdasarkan hasil dari observasi bahwa terdapat 10 lembar reject film


dengan persentase 1,5% di instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi
pada periode 10 April-10Mei 2021. Nilai reject film di Instalasi Radiologi
RST TK III Slamet Riyadi ≤ 2%, hal ini sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 129
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa tingkat
pengulangan sebesar ≤ 2% setiap bulan.
2. Penyebab Reject Film Radiografi di RST TK III Slamet Riyadi
Terdapat beberapa penyebab reject film menurut bushong 2001 yaitu
human error (kesalahan posisioning, artefak pehiasan atau logam pada pasien,
faktor eksposi), patient error (pergerakan objek) dan tools error (artefak pada
detektor atau grid, dan dry film printer). Langkah yang dilakukan untuk reject
analysis film yaitu menyiapkan map dan film yang direject pada periode 10
15

April-10 Mei 2021 lalu dicatat alasan reject film serta dihitung menggunakan
rumus total film reject dibagi dengan total film yang digunakan lalu dikalikan
seratus persen.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan 10 film reject. 6 film karena
human error dengan rincian 4 film karena double print, 1 film karena
kesalahan editing dan 1 karena pemilihan faktor eksposi. 3 film karena tools
error yaitu dry film printer bermasalah dan 1 film karena patient error yaitu
pergerakan objek saat pemeriksaan berlangsung.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan laporan kasus diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Film yang digunakan selama periode 10 April-10 Mei 2021 di Instalasi
Radiologi RST TK III Slamet Riyadi sebanyak 670 lembar film. Jumlah film
yang diterima sebanyak 660 dengan persentase 98,5 % sedangkan 10 reject
film dengan persentase 1,5 %. Nilai reject film di Instalasi Radiologi RST TK
III Slamet Riyadi ≤ 2%, hal ini sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa tingkat pengulangan
sebesar ≤ 2% setiap bulan.
2. Faktor penyebab reject film di Instalasi Radiologi RST TK III Slamet Riyadi
yaitu human error, tools error dan patient error. Total reject film pada periode
10 April- 10 Mei 2021 sebanyak 10 film diantaranya 6 film karena human
error dengan rincian 4 film karena double print, 1 film karena kesalahan
editing dan 1 karena pemilihan faktor eksposi. 3 film karena tools error yaitu
dry film printer bermasalah dan 1 film karena patient error yaitu pergerakan
objek saat pemeriksaan berlangsung.

B. Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan laporan kasus diatas adapun saran yang
akan diberikan sebagai berikut:
1. Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk melihat objek yang diperiksa
sesuai dengan keadaan pasien.
2. Melakukan pengecekan sebelum mencetak film dengan melihat identitas dan
objek yang diperiksa.

16
17

3. Meningkatkan komunikasi sesama petugas agar tidak terjadi kesalahan double


print.
DAFTAR PUSTAKA

Bushong, C.S., 2001, Radiologic Science for technologist Physics, Biology and
protection, 7th Edition, CV. Mobsy Company, Washington DC.

Curry. 1990. Densitas dan Tingkat Kehitaman Film. Jakarta: Universitas Indonesia

Gunn, Chris., 2002, Radiographic Imaging, London : Churchill Livingstone

Harvey, M. M. . (1988). Assurance of Quality in the Diagnostic X-ray Department.


London: The British Institute of Radiology.

Menteri Kesehatan RI, 2008, Surat Keputusan Menkes No. 129 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Nirmalasari, D., 2010, Quality Assurance, diakses pada tanggal 23 April 2021
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/5581838446_abs.pdf.

Lloyd, Peter J., 2001, Quality Assurance Work Book for Radiographers and
Radiological Technologist, Ganeva: WHO

PAPP, J., 2012, Quality Management in the imaging Science Third Edition. Mosby:
St.Louis.

Presiden Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang No. 44 Tentang Pelayanan


Rumah Sakit.

Wiley, J., & Ltd, S. (1991). Practical Guide To Quality Assurance in Medical
Imaging. Britain: Guildford and King’s Lyyn Publication.

19
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pesawat X-Ray Konvensional

Lampiran 2. Computer console

19
Lampiran 3. Computer dan Printer DR

Lampiran 4. Grayscale Film

20

Anda mungkin juga menyukai