Diajukan oleh:
SINAR JAYA
NIM. P1337430318077
Telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Kasus pada Program Studi
Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang.
NIM : P1337430318077
Pembimbing,
Marjuki, SST.
NIP.196804101992031023
ii
KATA PENGANTAR
iii
10. Teman teman seperjuangan Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Purwokerto angkatan X Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus
Praktik Kerja Lapangan.
Semoga Allah Swt member Rahmat – Nya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini.Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan studi
kasus ini, demi kesempurnaan laporan study kasus ini.Akhir kata semoga
laporan studi kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik
Kesehatan Semarang pada umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN .............................. 28
3.1 Profil Kasus .................................................................. 28
3.1.1 Ilustrasi Kasus ....................................................... 28
3.1.2 Pelaksanaan Pemeriksaan ....................................29
3.2 Proteksi Radiasi ........................................................... 37
3.2.1 Proteksi Pasien ..................................................... 37
3.2.2 Proteksi Bagi Petugas ........................................... 37
3.2.3 Proteksi Bagi Masyarakat ..................................... 37
3.3 Pembahasan ................................................................ 38
BAB IV PENUTUP .......................................................................... 43
4.1 Kesimpulan .................................................................. 43
4.2 Saran ........................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 44
LAMPIRAN..........................................................................................45
vi
BAB I
PENDAHULUAN
saluran kemih yang letaknya ada di bawah dari ginjal dan penyebabnya
maka aliran urin akan terhambat sehingga akan menggenangi ginjal dan
lebih jauh tentang pemeriksaan BNO IVP pada kasus Hidronefrosis bilateral
radiologis dapat mengetahui anatomi serta fungsi ginjal, ureter dan blass.
Moewardi.
atas :
2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, yang berisi landasan teori meliputi
Daftar Pustaka
Lampiran
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Anatomi sistem urinaria tampak anterior dan lateral (Merrill,
2003)
Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal, dua ureter, satu kandung
kemih, dan satu uretra. Dua ginjal dan ureter merupakan organ yang
rendah atau lebih inferior daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan
terdesak oleh organ liver. Pada bagian superior medial tiap ginjal
4
terdapat suprarenal (adrenal) gland. Merupakan kelenjar penting
a. Ginjal
a b
Gambar 2.2 Letak kedua ginjal. A, dilihat dari anterior (Merrill, 2003).
5
B, dilihat dari posterior (Bontrager, 2005).
berat sekitar 150 gram, panjang 4-5 inchi (10-12 cm), lebar 2-3
inchi (5-7,5 cm), dan tebal 1 inchi (2,5 cm). Ginjal kiri agak sedikit
lebih panjang dan lebih tipis dari ginjal kanan (Bontrager, 2005).
saraf, dan ureter. Tiap ginjal memiliki renal cortex di bagian luar
garis, dan terdiri dari 8-15 segmen berbentuk kerucut yang disebut
renal pyramid.
6
1 1. Renal captule
2.Renal cortex
3.Renal sinus
2 4.Renal medula b
5.Renal pyramid
3 6. Renal column
7.Minor colxy
4 8.Major colxy
9.Renal pelvis
1 10.Renal papila
0 5 11.Hlum
1
1 6
9 7
Tiap ginjal berisi sekitar 1 juta struktur tubular dari nefron ini.
b. Ureter
berbeda-beda dari 28-34 cm, pada ureter kanan agak sedikit lebih
7
dari 1 mm-1 cm. Secara normal, terdapat tiga area penyempitan
tiga area ini yang paling banyak terdapat batu ginjal (Bontrager,
2005).
8
superior dari simpisis pubis dan berada tepat di anterior rectum
urin.
tiga lubang ini disebut trigone. Mukosa pada trigone selalu lembut,
9
berbeda dengan bagian yang lain, jika bladderkosong maka akan
d. Uretra
10
Sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadi proses
ion lainnya ke dalam urin, serta menjaga batas ion kalsium melalui
sintesis kalsiterol.
a. Ginjal
11
Ginjal memiliki fungsi antara lain mengeluarkan sisa
b. Ureter
c. Vesika Urinaria
tubuh.
d. Uretra
meatus eksterna.
12
2.2.1 Definisi
tekanan yang amat rendah. Bila alirannya tersumbat maka urin akan
2.2.2 Penyebab
13
Hidronefrosis selama kehamilan terkadang disebabkan oleh
2.2.3 Gejala
mengakibatkan kolik renalis, nyeri yang luar biasa antara tulang rusuk
gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan pinggul.
Nyeri bisa timbul dan hilang akibat pengisian sementara pelvis renalis
demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Bila
14
Pemeriksaan BNO IVP adalah suatu pemeriksaan Radiografi
a. Indikasi
2. Batu
3. Tumor
4. Kelainan kongenital
5. Cystitis
6. Glomerulonephritis
7. Hidronephrosis
8. Pyelonephritis
9. Obstruksi
b. Kontra Indikasi
2. Anuria
3. Gagal ginjal
15
2.3.3 Persiapan Pasien
consent).
usus.
16
diperiksa agar tidak mengganggu gambaran radiograf (Bontrager,
2005).
b. Imaging Plate
c. Marker
d. Timer
f. Spuit
h. Kapas beralkohol
j. Hand scoon
k. Turniket
17
b. Menentukan tempat injeksi dan pasang turniket 3-4 inchi di atas
tempat injeksi.
kapas beralkohol.
45°.
1) Posisi Pasien
diberi bantal.
menempel
18
2) Posisi Objek
pemeriksaan.
area kaset
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
7) Kriteria radiograf
19
masuk pada tepi radiograf bagian bawah. Crista iliaca
1) Posisi Pasien
diberi bantal.
2) Posisi Objek
pemeriksaan.
20
b.Memastikan tidak ada rotasi pada bagian pelvis.
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran Kaset : 24 cm X 30 cm
2005)
7) Kriteria radiograf
kontras.
21
Gambar 2.9 Radiograf 5 menit setelah injeksi (Bontrager, 2005)
c. Foto 15 menit
dari vertebra.
1) Posisi Pasien
22
2) Posisi Objek
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran Kaset : 35 cm X 43 cm
Gambar 2.10 Posisi pasien proyeksi RPO-30°. Kecil, 30° LPO (Bontrager,
2005)
7) Kriteria radiograf
23
Ginjal pada sisi yang terangkat nampak jelas pada posisi
oblik ini dan paralel dengan kaset. Ureter pada sisi yang tidak
mobile.
1) Posisi Pasien
2) Posisi Objek
24
a. MSP berada di pertengahan meja tanpa ada rotasi.
5) FFD : 100 cm
6) Ukuran Kaset : 35 cm X 43 cm
a b
(Bontrager, 2005)
7) Kriteria radiograf
25
Keseluruhan sistem urinaria nampak dan terlihat sisa
radiograf.
penyinaran.
petugas
26
2. Berlindung pada tabir / tirai, saat melakukan eksposi.
27
BAB III
Pada hari jumat, 3 Mei 2019 pasien bernama Tn. P dari Ruangan
coklat seperti teh dan saat buang air kecil ada serpihan batu. Dokter
nama : Tn. P
umur : 38 th
no. RM : 014588**
dokter pengirim :
28
Pada hari Rabu, 8 Mei 2019 pasien Tn. P datang ke Instalasi
a. Persiapan Pasien
29
3) Kemudian pasien puasa, tidak boleh makan, merokok dan
dilakukan.
dalam usus.
1) Persiapan Alat
a) Pesawat sinar – X
Merk : HITACHI
Tipe : D 500 MA
kV maksimum : 150 kV
30
c) CR unit
d) Timer
g) Needle ukuran 21
h) Kapas beralkohol
i) Turniket
2) Persiapan Bahan
c. Teknik Pemeriksaan
berikut:
posisi pasien.
31
a) Posisi Pasien
b) Posisi Objek
c) Arah Sinar
d) Pusat Sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
32
Setelah foto polos AP dan semua bahan kontras telah siap,
a) Posisi Pasien
b) Posisi Objek
c) Arah Sinar
d) Pusat Sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
33
Gambar 3.2 Hasil radiograf foto AP supine 5 menit
a) Posisi Pasien
b) Posisi Objek
c) Arah Sinar
d) Pusat Sinar
34
Pada MSP setinggi crista iliaca.
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
anterior.
a) Posisi Pasien
b) Posisi Objek
c) Arah Sinar
35
d) Pusat Sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
a) Posisi Pasien
b) Posisi Objek
36
MSP tubuh di pertengahan meja pemeriksaan.
c) Arah Sinar
d) Pusat Sinar
e) FFD : 100 cm
f) Ukuran Kaset : 35 cm x 43 cm
penyinaran.
37
10. Waktu penyinaran sesingkat mungkin.
3.3 Pembahasan
Moewardi
hanya boleh makan makanan yang mudah dicerna dan rendah serat,
puasa, tidak boleh makan, merokok dan sebaiknya pasien tidak banyak
pasien dan dipersilahkan untuk buang air kecil terlebih dahulu dengan
tujuan agar media kontras yang nanti dimasukkan pada sistem urinari
38
tidak bercampur dengan urin yang dapat menyebabkan media kontras
awal, kemudian koreksi faktor eksposi serta posisi pasien. Dari foto polos
pemeriksaan masih banyak berbicara dan merokok, tetapi hal ini masih
pada Tn. P digunakan media kontras water soluble yang bersifat non
ionik.
bertujuan untuk melihat pengisian kontras dari ginjal dan ureter dan
39
sebagian telah mengisi VU. Dari radiograf yang dihasilkan tampak
kontras sudah mengisi ginjal dan ureter kanan serta VU sebagian, namun
pada sisi kiri hanya mencapai ureter proksimal dan terlihat lebih besar
terlebih dahulu.
Setelah pasien buang air kecil, maka dilakukan foto AP post miksi
dengan posisi pasien supine. Bertujuan untuk melihat adakah sisa atau
residu kontras pada sistem urinary. Pada radiograf tampak residu kontras
minimal.
Bilateral.
40
- Tak tampak opasitas patologis pada kavum abdomen maupun
pelvis.
Pemeriksaan IVP
distal.
regular.
Kesan
41
Hidroureter 1/3 proksimal hingga 1/3 distal sinistra disertai
BAB IV
PENUTUP
42
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
44
45
46