Anda di halaman 1dari 2

Jaminan mutu kedokteran nuklir

Kedokteran nuklir terdiri atas dua kegiatan, yaitu terapi dan diagnostik. Definisi PJM untuk terapi
kedokteran nuklir tentu dapat dibuat sama dengan PJM Radioterapi. Sedangkan untuk bagian
diagnostiknya, sebagaiaman PJM radiodiagnostik, maka PJM kedokteran nuklir diagnostik dapat
didefinisikan sebagai suatu rangkaian tindakan sistematik dan terencana yang dibutuhkan untuk
memastikan bahwa dosis radiasi yang diberikan kepada pasien adalah efektif (menghasilkan citra
diagnostik yang optimal) dan minimum bagi pasien (tidak melebihi dosis panduan) maupun bagi
jaringan di sekeliling objek pemeriksaan. Dengan demikian, ada tiga hal yang harus dipastikan:
1. Citra diagnostik yang dihasilkan haruslah optimum;
2. Dosis kepada pasien adalah minimum; dan
3. Pengulangan radiodiagnostik harus dicegah. Apabila tetap terjadi, frekuensi pengulangan harus
dievaluasi dan dicarikan penyelesaiannya.

Aspek klinik dari PJM berkaitan dengan diagnose awal dan penentuan pemberian farmaka
radionuklida. Pertimbangan risiko dan keuntungan klinis pada seorang pasien harus dilakukan oleh
dokter spesialis kedokteran nuklir.

Dalam pembahasan aspek fisik, PJM harus pula mencakup prosedur pengujian berkala, yang
dimaksudkan untuk memperoleh cukup keyakinan bahwa pemeriksaan dilakukan secara
memuaskan. Program ini juga harus dikaji ulang secara berkala sekurang-kurangnya setahun sekali.
Selain itu, kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan mutu, pendidikan dan pelatihan, infection
controldan keselamatan juga harus ditetapkan. Uji unjuk kerja awal harus dilakukan setelah instalasi,
sebelum digunakan. Uji ini lebih komprehensif dibandingkan dengan unjuk kerja berkala.
Untuk penggunaan Kamera Gamma ataupun PET Scan, prosedur kerja yang harus tersedia
minimal adalah prosedur kerja yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Pengendalian mutu
secara khusus dilakukan untuk attenuation blanks, detector operation, dan beberapa normalization
scan yang diperlukan. Beberapa hal di bawah ini direkomendasikan untuk dievaluasi secara berkala
setahun sekali, yaitu:
a. In-plane spatial resolution;
b. Unjuk kerja laju cacah termasuk faktor koreksi laju cacah yang hilang.
Waktu mati (dead time) sistem;
Laju cacah versus aktivitas:
i. Prompt coincidences,
ii. Random coincidences,
iii. Background coincidences, dan
iv. Net true coincidences;
c. Sensitivitas (cps/MBq/ml) baik untuk 2 dimensi maupun 3 dimensi;
d. Uniformity;
e. Akurasi kalibrasi attenuation-correction;
f. Linearity of bed motion;
g. Reproducibility of transmission rod motion (extension dan retraction);
h. Reproducibility of lead septa motion (extension dan retraction);
i. Image contrast dan uji keseluruhan sistem (phantom scan);
j. Maximum co-scan range;

Dengan pembahasan tersebut di atas, maka beberapa hal terpenting dalam penetapan dan
pelaksanaan PJM adalah sbb:
1. Tekad atau komitmen manajemen puncak, seluruh jajaran manajemen dan staf yang terlibat untuk
terus meningkatkan mutu dan keselamatan. PJM juga harus difokuskan pada kepuasan pemangku
kepentingan (stakeholder), yaitu setiap orang atau badan yang memiliki kepentingan atas kinerja
suatu fasilitas;
2. Kualifikasi dan rekualifikasi personil yang terlibat, yaitu: dokter spesialis kedokteran nuklir, fisikawan
medik dan dosimerist yang dapat merangkap sebagai petugas pengendalian mutu, perawat
kesehatan, pemelihara peralatan, Petugas Proteksi Radiasi, maupun staf administrasi;
3. Sarana dan prasarana, termasuk semua peralatan proteksi radiasi yang dibutuhkan, serta
perawatan dan kalibrasinya; dan
4. Sistem dokumentasi, termasuk prosedur dan instruksi kerja untuk pengoperasian, perawatan, uji
pengendalian mutu, pengaturan administrasi pasien, maupun kesiapsiagaan dan kedaruratan
nuklir. Sistem dokumentasi juga harus menjamin rekaman penting, seperti rekam medik pasien,
terjaga dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai