A. PENDAHULUAN
Computed Tomography (CT Scan) atau Pemindai Tomografi Komputer adalah sebuah
peralatan pencitraan sinar-X yang dipadukan dengan komputer pengolah data sehingga
mampu menghasilkan gambar potongan melintang dari tubuh. Perkembangan CT Scan
dimulai pada awal tahun 1970-an dimana pada tahun 1972, Sir Godfrey Newbold
Hounsfield (28 Agustus 1919 12 Agustus 2004) dan Ambrose yang bekerja di Central
Research Labs. perusahaan rekaman musik Electric and Musical Industries Ltd (EMI,
Ltd) di London, Inggris menghasilkan gambar klinis pertama dengan CT Scan hasil
penemuannya. Pengembangan pesawat CT Scan merupakan saat pertama kali teknologi
komputer memegang peranan utama dalam pengolahan dan pembentukan gambar diagnostik
medis. Diperkenalkannya CT Scan pada tahun 1972 adalah merupakan pekembangan yang
revolusioner dalam bidang pencitraan medis sejak ditemukannya sinar-X oleh Wilhelm
Conrad Rntgen (27 Maret 1845 10 Februari 1923). Kelanjutan perkembangan teknologi
Tomografi Komputer sejak ditemukanya lebih dari 35 tahun yang lalu telah menjadi sangat
dramatis pada masa sekarang ini.
CT Scan telah berkembang menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan
dalam pemeriksaan radiodiagnostik sehari-hari. Teknik ini merupakan metode pencitraan noninvasif pertama yang mampu menampilkan gambar bagian dalam tubuh manusia yang tidak
terpengaruh oleh superposisi dari struktur anatomi yang berbeda. Ini dimungkinkan oleh
karena pada teknik pencitraan ini seluruh informasi dari obyek diproyeksikan pada bidang dua
dimensi dengan menggunakan teknik algoritma rekonstruksi gambar yang diolah dengan
bantuan komputer. Sehingga pada akhirnya diperoleh gambar 2 dimensi seperti yang
umumnya terlihat pada pemeriksaan fluoroskopi tanpa kehilangan informasi 3 dimensinya.
Oleh karena itu, CT Scan menghasilkan gambar dengan kontras yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan gambar yang dihasilkan dengan teknik radiografi konvensional. Selama
tahun 1970-an, teknik ini merupakan sebuah langkah yang sangat mengagumkan menuju
kemajuan teknik radiodiagnostik dalam dunia medis.
B. ARAH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI CT SCAN
Arah pengembangan teknologi tomografi komputer pada saat ini lebih diutamakan ke masalah
peningkatan kecepatan pencitraan dengan detektor multi irisan, peningkatan resolusi gambar,
dan pengurangan dosis radiasi yang diterima pasien. Sedangkan untuk pengembangan
aplikasinya lebih dipengaruhi oleh teknologi pengolahan citra digital baik dalam bentuk 2
dimensi maupun 3 dimensi. Dengan teknologi ini maka banyak jenis pemeriksaan yang
dulunya bersifat invasif dapat digantikan oleh pemeriksaan CT yang bersifat non-invasif
dengan tingkat keakuratan yang dapat dipertanggungjawabkan.
1
Disampaikan dalam rangka Pelatihan Peningkatan Kompetensi Teknik Elektromedik, IKATEMI JAWA
TENGAH di Semarang pada tanggal 5 Maret 2009 dan Pelatihan Dasar CT Scan bagi lulusan Prodi D-III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekes Kemenkes Semarang TA.2009/2010 pada tanggal 24 Juli 2010.
2
Technical Manager, PT. Siemens Indonesia Healthcare Sector, Jakarta; Asisten Ahli Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Bina Nusantara, Jakarta; dan Dosen Tidak Tetap Jurusan Biomedical Engineering - Swiss German
University, Bumi Serpong Damai.
Page 1 of 17
Perkembangan teknologi CT Scan secara komersial dimulai antara tahun 1972 1974. Pada
tahun 1974 perusahaan Siemens dari Jerman memproduksi CT Scan pertamanya yang hanya
dapat digunakan untuk pemeriksaan kepala dan diberi nama Siretom. Pesawat ini bekerja
dengan prinsip gerakan pemindaian translasi dan rotasi (searah dan berlawanan). Pemindaian
dilakukan secara berurutan irisan demi irisan (sekuensial) dengan kecepatan putaran gantri 5
detik/rotasi. Menggunakan 2 baris detektor, sehingga dapat dilakukan pengambilan 2 irisan
sekaligus dalam sekali akuisisi. Gambar yang dihasilkan hanya memiliki resolusi 80 x 80
matriks dan gambar dapat ditampilkan dalam waktu sekitar 5 sampai 7 menit. Sejak itu
dimulaikan inovasi yang sangat hebat dilakukan dalam meningkatkan waktu pemindaian
(kecepatan) dan kualitas gambar.
Pada tahun 1987, perusahaan Siemens memperkenalkan CT Scan dengan teknologi slip ring
yang pertama di dunia yang diberi nama Somatom Plus. Teknologi slip ring memungkinkan
gerakan rotasi tabung sinar-X dan detektor yang terus menerus (kontinu) mengelilingi pasien.
Akuisisi gambar dilakukan secara sekuensial, waktu putar gantri 1 detik, ukuran matriks
gambar hasil rekontruksi ditingkatkan menjadi 512 x 512, dan penampilan gambar dapat
dipercepat hingga 8 detik.
Page 2 of 17
memberikan gambaran pemindaian dinamis (adaptation 4D) yang diberi nama Somatom
Definition AS dengan detektor 16, 40, atau 64 irisan dan CT Scan dengan detektor yang
mampu menghasilkan 128 irisan yang diberinama Somatom Definition AS+. Perkembangan
terakhir pada tahun 2008, perusahaan Siemens mengembangkan DSCT dengan detektor yang
mampu menghasilkan 128 irisan dalam sekali akuisisi yang diberi nama Somatom Definition
Flash.
Gambar 2.
Konstruksi DSCT dengan dua tabung sinar-X dan dua detektor.
C. KOMPONEN CT SCAN
Sebuah sistem CT Scan terdiri dari beberapa komponen. Pada umumnya terdiri dari:
Unit pemindai, yang disebut dengan gantri. Didalamnya terdapat sumber sinar-X dan
unit detektor.
Meja pasien.
Unit komputer pengolah gambar.
Konsol pengendali.
Page 3 of 17
Dalam CT Scan, dua komponen utama yaitu unit pembangkit sinar-X (atau tabung), yang
berfungsi sebagai sumber sinar-X, dan unit detektor, yang berfungsi sebagai komponen
pendeteksi sinar X, dikemas dalam unit yang berbentuk cincin yang disebut dengan gantri.
Dalam gantri, detektor diletakan pada posisi yang saling berhadapan dengan sumber sinar-X.
Meja pasien terletak pada bagian yang paling tengah dari gantri.
Page 4 of 17
Page 5 of 17
Dalam impelentasinya, banyak pendekatan telah didiskusikan dan diikuti. Dalam CT Scan ada
dua prinsip konversi dan jenis detektor utama telah digunakan, yaitu:
a. Bilik Ionisasi (ionization chambers), kebanyakan diisi dengan golongan mulia yaitu
gas xenon pada tekanan tinggi.
Gambar 7. Detektor skintilasi. Saat ini digunakan bahan skintilasi keramik yang cepat.
Sketsa dan prinsip kerja dari kedua jenis detektor ini dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar
7. Sedangkan untuk material semikonduktor, detektor solid state yang menghasilkan sinyal
listrik secara langsung sehingga seringkali disebut sebagai konverter langsung, hingga saat ini
tidak digunakan pada sistem CT scan dalam aplikasi klinis. Pengembangan detektor
semikonduktor ini tidak diharapkan dapat diaplikasikan pada pencitraan klinis dalam waktu
dekat ini.
Bilik ionisasi xenon memberikan beberapa kuntungan: secara prinsip konstruksinya sudah
baik, dan sensitifitas masing-masing kanal detektor secara individu secara tepat adalah sama
karena tekanan gas yang konstan pada seluruh elemen detektor. Tanggapan waktu dari xenon
dengan peluruhan yang cepat dan afterglow yang rendah telah sering dinyatakan sebagai
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 6 of 17
tambahan keuntungan penggunaan detektor xenon. Karakteristik temporal akan dijelaskan dan
didiskusikan berikut ini serta perbandingannya dengan sistem detektor semikonduktor (solid
state).
Efisiensi kuantum yang rendah telah didaftarkan sebagai salah satu kelemahan dari detektor
xenon bila dibandingkan dengan material detektor solid sate. Ini tidak berarti bahwa secara
umum sistem detektor xenon berkualitas lebih rendah daripada sistem detektor skintilasi.
Seluruh faktor yang mempengaruhi harus dipertimbangkan. Efisiensi total dari sistem detektor
tidak hanya diberikan oleh efisiensi penyerapan kuantum material detektor saja, karena ada
sejumlah faktor lainnya yang berperan. Efisiensi geometris juga penting dan kebanyakan
ditentukan oleh ruang mati antar (dead space) masing-masing elemen detektor. Nilai ini
umumnya dalam orde antara 0,1 hingga 0,2 mm dalam arah berkas kipas untuk elemen
detektor dengan lebar 1 hingga 2 mm. Detektor xenon dapat berbeda secara nyata dalam
unjuk kerjanya tergantung pada rancangannya. Efisiensinya dapat jauh berbeda tergantung
pada tekanan gas, kedalaman ruang bilik elemen detektor, ketebalan dari jendela sebagai pintu
masuk radiasi dan detail konstruksi lainnya.
Kualitas gambar secara umum, khususnya dalam hal tingkah laku artefak yang diakibatkan
oleh tipe detektor, mempengaruhi kemampuan pendeteksian resolusi kontras rendah (lowcontrast) dan juga secara langsung atau tidak langsung menentukan efisiensi dosis radiasi
terhadap sistem secara keseluruhan. Detektor xenon memberikan keuntungan dalam hal ini
oleh karena distribusi gas yang homogen dan resultan tanggapan yang serba sama (uniform).
Sifat ini merupakan alasan mengapa detektor xenon dipilih sebagai detektor sistem CT scan
dalam periode waktu yang cukup lama. Dengan kombinasi dengan tanggapan temporal, ini
juga menjelaskan bagaimana beberapa pabrik mengubah sistemnya dari detektor solid sate
menjadi detektor xenon pada akhir tahun 1980-an, ketika dibutuhkan sistem pemindaian yang
lebih cepat.
Kebutuhan untuk waktu peluruhan (decay time) yang sangat singkat menjadi sangat penting
dengan dikembangkannya sistem dengan waktu pemindaian kurang dari 1 detik (subsecond
scan time). Untuk mengilustrasikan sifat ini dapat dilihat pada grafik berikut ini (Gambar 8).
Gambar 8.
Karakteristik penurunan level sinyal berbagai jenis material detektor setelah mendapatkan
pulsa sinar-X yang singkat.
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 7 of 17
Peluruhan sinyal secara temporal setelah pulsa radiasi yang pendek adalah ditentukan oleh
dua buah fenomena:
a. Peluruhan (decay), kecepatan penurunan amplitudo sinyal dari nilai maksimum
menjadi nilai minimumnya.
b. Afterglow, fase peluruhan kedua yang jauh lebih lambat dengan kontribusi yang
lebih rendah terhadap sinyal yang dapat diperkirakan secara bersama-sama dengan
pendekatan fungsi multi eksponensial.
Karakteristik yang unggul dari bahan UFC (ultra fast ceramic), sebuah bahan keramik yang
dihasilkan dari proses sintering (pembuatan obyek dari bahan bubuk yang dipanaskan
dibawah titik leburnya hingga menyatu membentuk bahan padat) dari bahan dasar
gadolinium oksisulfida (Gd2O2S) yaitu bahan dengan waktu peluruhan 10-6 detik.
Pengaruhnya pada resolusi ruang gambar yang dihasilkan dan kualitas gambar dapat
didemonstrasikan secara simulasi seperti pada Gambar 9 berikut ini.
Page 8 of 17
geometris harus diterima untuk deretan detektor dengan jarak pemisahan antar elemen
detektor yang lebih tipis dalam arah sumbu-z.
Contoh dari susunan detektor multi-row dapat dilihat pada Gambar 12 sampai dengan Gambar
15 berikut ini. Jenis detektor ini diperkenalkan pada pasar tahun 1988 untuk pesawat CT scan
4 irisan. Oleh karena pertimbangan biaya, masing-masing elemen detektor tidak diberikan
kanal elektronik lengkap yang sepenuhnya terpisah untuk tiap elemen. Bagaimanapun juga
tebal irisan yang lebih besar dari lebar maising-masing elemen detektor akan diperoleh
dengan penggabungan sinyal dari beberapa elemen sekaligus dalam arah sumbu-z yang
kemudian diperkuat dan diubah menjadi bentuk digital. Ini berdampak pada kemampuan
untuk mendefinisikan lebar irisan dengan kombinasi sinyal secara elektronik, dimana berkas
sinar-x dikolimasikan pada sisi sumber radiasi dengan cara yang sudah umum.
Page 9 of 17
Page 10 of 17
dihasilkan secara simultan, dalam kasus ini 4 irisan dengan ketebalan 0,5 mm, 1 mm, 2 mm, 4
mm, atau 8 mm secara berurutan.
Sebuah solusi alternatif yang secara prinsip menggunakan pendekatan yang hampir mirip,
tetapi dicoba untuk meminimumkan ruang mati, telah dikembangkan oleh Siemens
bekerjasama dengan Elscint dan diterapkan pada Siemens SOMATOM VOLUME ZOOM
dan pada MARCONI Mx8000. Rancangannya dikenal dengan nama adaptive array yang
dapat dilihat pada gambar, dimana hanya dua baris yang paling tengah memiliki ketebalan 1
mm, sementara baris lainnya yang menjauhi pusat detektor memiliki ketebalan yang makin
meningkat. Ketebalan irisan gambar disini juga ditentukan oleh kolimator yang terletak pada
sisi tabung sinar-x (pre-patient collimator) dan kolimator pada sisi detektor (post-patient
collimator) secara bersama-sama. Tentu saja tambahan kolimator pada sisi detektor dapat
ditambahkan dengan mudah untuk keperluan ini. Sebuah keunggulan yang penting dari
konfigurasi detektor adaptive array adalah elemen detektor yang paling luar memiliki
ketebalan yang paling tebal, dalam kasus ini 5 mm, tidak memilki septa dan tidak
menyebabkan pengurangan efisiensi geometris. Pemilihan irisan yang sangat tipis adalah
dimungkinkan dengan mengecilkan bukaan kolimator pada sisi tabung sinar-x dan
pembatasan hanya disebabkan oleh dua baris detektor yang paling tengah.
Gambar 13.
Konfigurasi Adaptive Array Detector yang tersusun secara anisotropik 8 baris 4 irisan.
Dua buah konsep detektor yang dijelaskan di sini, yaitu detektor dengan struktur regular yang
isotropik dan detektor dengan struktur anisotropik (adaptive array), menunjukan kemajuan
teknologi yang menyakinkan dalam perkembangan teknologi detektor CT scan. Pembuatan
detektor 2 baris cukup mudah dan telah diterapkan pada CT scan saat pertama kali
dikembangkan tahun 1974. Penguasaan teknologi susunan detektor pertama kali dicapai
dengan keberhasilan perancangan sistem pemindaian 4 irisan yang selanjutnya berkembang
dengan jumlah irisan yang makin meningkat. Solusi produk seperti ini tersedia dipasaran saat
ini. Sebagai contoh sisten CT Scan dengan 40 baris detektor yang dapat mengakusisi 64 irisan
seperti yang ditunjukan pada gambar berikut, yang merupakan konsep dari pesawat Siemens
Sensation 64. Kombinasi dari susunan isotropik diperlihatkan disini, kadang-kadang disebut
sebagai susunan campuran (hybrid array), yang saat ini nampaknya lebih dipilih sebagai
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 11 of 17
solusi secara teknis yang digunakan oleh banyak pabrik. Dengan meningkatnya jumlah baris
dan jumlah irisan yang dapat diakuisisi secara bersamaan lebih lanjut kita dapat melihat
meningkatnya susunan isotropik. Sebuah contoh pengembangan detektor yang dilakukan oleh
Toshiba Medical System seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15, sebuah prototipe detektor
256 baris yang dapat melakukan akuisisi gambar 256 irisan dengan tebal 0,5 mm secara
simultan.
Gambar 14.
Susunan detektor campuran 40 baris yang memungkinkan akuisisi 64 irisan dengan teknik zflying focal spot (Siemens Somatom Sensation 64).
Gambar 15. Susunan detektor untuk CT scan 256 irisan dari Toshiba.
Seluruh usaha pengembangan yang lebih baru juga mencerminkan kecenderungan untuk
mencapai irisan yang semakin tipis, sebagai contoh adalah usaha untuk memberikan resolusi
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 12 of 17
yang makin tinggi dalam arah sumbu-z. Pengenalan konsep double z-sampling bekerja pada
arah yang sama dan memberikan alternatif yang sangat efektif dan elegan daripada ekspansi
sistem detektor secara fisik yang sangat memakan biaya. Pada saat yang bersamaan, konsep
ini juga akan menghindari kerugian dalam efisiensi geometris yang disebabkan ketika septa
tambahan diberikan pada detektor sebagai sebuah solusi alternatif untuk mendapatkan
cuplikan yang lebih halus.
Konsep alternatif pengembangan detektor selanjutnya muncul dari teknologi panel datar (flat
panel detector) yang dikembangkan pada bidang radiografi digital. Penggunaannya dan
kemampuannya dalam pencitraan CT scan sedang diteliti dengan intensif pada saat ini.
Gambar 16.
Prototipe CT Scan dengan detektor panel datar (flat panel detector) dan contoh gambar yang
dihasilkannya.
E. TABUNG SINAR-X
Pabrik pembuat sistem CT Scan menggunakan tabung sinar-X dengan ukuran titik fokus yang
variabel. Serupa pada dunia fotografi: gambar dengan kontras rendah memerlukan ukuran
titik fokus yang besar, sedangkan untuk gambar dengan resolusi tinggi dengan irisan yang
tipis memerlukan titik fokus yang kecil. Berkaitan dengan daya yang diperlukan, tabung yang
digunakan pada CT scan moderen memiliki tingkat daya antara 20 hingga 80 kW pada
tegangan 80kV hingga 140kV. Tentu saja pesawat CT hanya dapat beroperasi pada daya
maksimum dalam periode waktu yang terbatas. Keterbatasan ini ditentukan oleh sifat dari
anoda putar tabung dan generator pembangkit sinar-X yang digunakan. Untuk mencegah
terjadinya beban yang berlebihan pada unit sinar-X, maka daya harus dikurangi pada saat
dilakukan pemindaian dalam waktu yang lama. Pengembangan sistem detektor banyak irisan
(multislice detector systems) secara praktek berusaha untuk mengurangi keterbatasan ini,
karena sistem detektor yang demikian lebih efisien digunakan dengan daya tabung yang
tersedia.
Sejak ditemukannya sinar-X, para insinyur tidak pernah berhenti untuk mencoba
meningkatkan kapasitas penyimpanan panas dari tabung pembangkit sinar-X dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan tabung dalam membangkitkan sinar-X secara kontinu. Pada
tahun 2003, Siemens telah menetapkan standar acuan baru dalam teknologi tabung
pembangkit sinar-X dengan memperkenalkan teknologi STRATON yang revolusioner.
Teknologi ini didasarkan pada sistem pendinginan langsung pada keping anoda putar tabung
sinar-X.
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 13 of 17
Gambar 17.
Tabung sinar-X STRATON bila dibandingkan dengan sebuah telepon genggam.
Tabung sinar-X konvensional menggunakan anoda putar yang berada dalam ruang vakum.
Pertukaran panas yang terbatas antara anoda dengan oli pendingin mengakibatkan kecepatan
pendinginan yang lambat dan menimbulkan penimbunan panas pada kebing anoda. Jadi,
anoda yang besar diperlukan agar mampu menyimpan panas dalam jumlah yang besar yang
dihasilkan selama pemeriksaan dengan sinar-X dilakukan.
Page 14 of 17
Gambar 19.
Konstruksi tabung sinar-X STRATON dengan sistem pendinginan langsung.
Gambar 20.
Arah berkas elektron yang dikendalikan oleh medan elektromagnetik
pada tabung STRATON Z.
Page 15 of 17
perangkat lunak aplikasi klinis secara umum dapat dibagi menjadi 4 bagian (engine),
Aplikasi Neuro
Aplikasi Jantung
Aplikasi Onkologi
Aplikasi Perawatan Gawat Darurat (acute care)
G. PENUTUP
MSCT saat ini menjadi alat bantu pencitraan medis yang berdaya guna tinggi yang
kemampuannya terus dikembangkan dengan meningkatnya jumlah baris susunan detektor dan
peningkatan teknik pemrosesan gambar yang dihasilkan dengan perangkat lunak komputer.
Kecepatan dan jakauan volume yang dapat diakuisisi membuat MSCT sangat ideal untuk
digunakan pada pemeriksaan pasien dengan multi trauma. Kualitas gambar yang belum
pernah tercapai sebelumnya, bahkan dengan keberadaan bahan implan logam atau peralatan
fiksasi dalam tubuh pasien membuat MSCT sangat ideal untuk pemeriksaan struktur tulang
kerangka tubuh, jaringan lunak, dan kelainan tulang rawan.
Dengan peningkatan kemampuan resolusi temporal MSCT antara 135 ms hingga 175 ms
maka dapat dilakukan pemeriksaan jantung dengan denyut antara 60 hingga 70 pulsa per
detik. Untuk mencapai denyut nadi yang rendah dan konstan diperlukan pemberian obat beta
blocker pada pasien. Sedangkan dengan DSCT, resolusi temporal yang dapat dicapai adalah
83 ms dengan kecepatan rotasi gantri 0,33 detik/putaran. Pemeriksaan jantung dengan sistem
ini dapat dilakukan tanpa menggunakan beta blocker sehingga mempercepat persiapan
pemeriksaan dan lebih nyaman bagi pasien. Bahkan untuk pasien dengan denyut jantung yang
tidak regular pun dapat diperiksa dengan sistem DSCT ini.
Hingga saat ini perkembangan teknologi CT Scan telah berhasil melakukan pencitraan
jantung pada denyut yang normal dan bahkan untuk pasien dengan kondisi denyut jantung
yang tidak regular dapat dilakukan pemeriksaan dengan DSCT. Keluarga DSCT dengan dua
tabung sinar-X dan dua detektor dapat mencapai resolusi temporal dibawah 100 ms. Selain itu
dengan penggunaan dua buah tabung sinar-X dalam satu gantri memungkinkan
(c) Daniel Kartawiguna, 2009
Page 16 of 17
dikembangkan aplikasi dual energy yang mampu melakukan pendeteksian jenis jaringan
sehingga sebagai contoh dapat dilakukan pemisahan jaringan tulang dan jaringan lunak secara
otomatis. Dari segi cakupan detektor maka dengan penggunaan MSCT multi irisan
dimungkinkan melakukan pencitraan organ dalam hanya sekali rotasi. Terakhir, dengan
berkembangnya teknologi tabung sinar-X yang lebih kompak dan efisien dalam proses
pendinginannya maka dapat dilakukan pemeriksaan untuk pasien obesitas dengan kualitas
gambar yang prima dan mampu melakukan pemeriksaan dengan jangkauan daerah yang lebih
luas dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Buzug, Thorsten M. 2008. Computer Tomography - From Photon Statistics to Modern ConeBeam CT. Berlin Heidelberg: Springer-Verlag.
Kalender, Willi A. 2005. Computed Tomography: Fundamentals, System Technology, Image
Quality, Applications. Erlangen, Jerman: Publicis Corporate Publishing.
=== /// ===
Page 17 of 17