Anda di halaman 1dari 26

REFARAT

MUHAMMAD YUSMANSYAH LUBIS

JUDUL
CARA MEMBACA CT-SCAN KEPALA

Pembimbing

dr. M. Winardi S Lesmana, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ANESTESIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

CT (Computed Tomography)Scan merupakan modalitas imejing kesehatan


yang cepat dan akurat dalam memperlihatkan abnormalitas jaringan atau detail
organ dalam tubuh manusia yang diperiksa. CT-Scan merupakan sinar-X yang
menggunakan metode pencitraan tomografi dengan proses digital untuk membuat
citra tiga dimensi organ internal tubuh dari akuisisi sejumlah citra dua dimensi[1].
Sejak ditemukan oleh Hounsfield dan Cormack pada tahun 1972 CT-Scan
mengalami perkembangan yang cukup pesat, diantaranya yaitu mengalami
kemajuan dalam akuisisi geometri, teknologi detektor dan desain tabung sinar-X.
Hal ini menyebabkan waktu scanning dapat dilakukan dalam waktu yang lebih
singkat. Kemajuan teknologi dibidang komputer juga memberikan daya dukung
komputasi yang memungkinkan rekonstruksi data citra secara real time.
Saat ini pemanfaatan CT Scan digunakan di berbagai aplikasi klinis,
misalnya dibidang neurologi digunakan dalam pemeriksaan intra kranial, dibidang
onkologi dimanfaatkan untuk diagnostik, staging dan treatment planning di
bidang radioterapi. Selain itu, CT Scan juga dimanfaatkan untuk keperluan
kardiologi, angiografi, virtualendoscopy dan sebagai image guidance pada
prosedur intervensional.
Berbeda halnya dengan pemeriksaan radiografi konvensional,dalam hal
citra yang dihasilkan, CT Scan mampu memberikan informasi yang lebih lengkap
dibandingkan dengan hasil citra planar pada radiografi konvensional. Hal ini
disebabkan CT Scan mampu memproyeksikan anatomi tubuh dengan mudah, dan
dapat membedakan antar jaringan atau organ, karena saat ini CT Scan sudah
dilengkapi dengan multidetektor yang mencapai 320 barisan detektor dan
wakturotasi yang kurang dari 0,5 detik. Namun, salah satu kekurangan teknik
pemeriksaan ini adalah dosis radiasi yang diterima pasien jauh lebih besar
dibandingkan dengan radiografi konvensional. Hal tersebut membuat CT Scan

2
menyumbang dosis radiasi yang sangat besar terhadap dosis kolektif medis.Pada
tahun 2010 di Inggris, kontribusi dosis radiasi CT Scan terhadap dosis kolektif
medis adalah sebesar 68% dari jumlah pemeriksaan CT Scan dan hanya 11% dari
total jumlah pemeriksaan yang menggunakan sinar-X.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. DEFINISI

Computerized tomography (CT) adalah suatu teknik tomografi sinar X dimana


pancaran sinar X melewati sebuah potongan aksial yang tipis dari berbagai tujuan
terhadap pasien.
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x dan televisi sehingga
mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan atau slice.
Prinsip kerja CT Scan menggunakan sinar-x sebagai sumber radiasi.
Awal perkembangan CT-Scan bermula dari tanggal 11 Agustus 1895, yaitu
dengan ditemukannya radiasi sinar-x oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman
yang bernama Wilhem Conrad Rontgen (1845-1923).
Sinar-x memungkinkan orang pertama kali untuk melihat struktur dari tubuh
manusia bagian dalam tanpa melakukan operasi / pembedahan. Namun sinar-x pada
masa ini juga memiliki keterbatasan, yaitu, gambar yang dihasilkan merupakan
superimposisi (overlap) dari obyek yang diamati dan juga tidak dapat
menggambarkan jaringan lunak.

1. Komponen Dasar CT Scan

CT-Scan mempunyai dua komponen utama yaitu scan unit dan operatir
konsul. Scan unit biasanya berada didalam ruang pemeriksaan sedangkan operator
konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol.

1) Scan unit terdiri dari dua bagian yaitu gentry dan couch (meja pemeriksaan).
a) Gentry
Didalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja
tersebut bergerak menuju gentry. Gentry ini terdiri dari beberapa
perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan
suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-x,
kolimator dan detector.
b) Couch (Meja Pemeriksaan)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja
ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka
sinar-x yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke
detector. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk
menopang tubuh pasien selama meja bergerak kedalam gentry.

2) Operator kontrol terdiri dari 3 bagian, yaitu sistem kontrol, sistem pencetak
gambar, dan sistem perekam gambar.
a) Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat nengontrol parameter-parameter yang
berhubungan dengan beroperasinya CT-Scanseperti pengaturan kV,
mA, waktu scanning, ketebalan irisan (slice thicknes), dan lain-lain.
Juga dilengkapi dengan keyboard untuk memasukkan data pasien dan
pengontrolan fungsi tertentu pada komputer.
b) Sistem Pencetak Gambar
Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan
ke dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera
multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di
monitor dan memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambar di film
dapat mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasanya
8x10 inchi atau 14x17 inchi).
c) Sistem Perekam Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data-data pasien
yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat.

2. Sejarah Perkembangan CT Scan


Perkembangan CT-Scan dari satu generasi ke generasi yang lain dapat
dibedakan berdasarkan jumlah detektornya, sistem pergerakan tabung sinar-X
(Xray tube) dan detektor, serta lamanya waktu scanning untuk memperoleh
resolusi pencitraan yang optimal.
1. CT Scan generasi I

Diperkenalkan pertama kali oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1971. Generasi
pertama dari CT Scan hanya menggunakan detektor tunggal/single detektor yang akan
menangkap sinar-X, pergerakannya translasirotasi, objek akan di scan pada arah translasi
kemudian akan diputar sebesar 60° dan bergerak ke arah translasi dan seterusnya. Karena
hanya menggunakan detektor tunggal dengan sendirinya proses scan sampai menghasilkan
gambar memerlukan waktu scan yang cukup lama. Berkas sinar-X berbentuk pencil beam.

2. CT Scan generasi II

CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975. CT-Scan generasi kedua ini
menggunakan jumlah detektor yang lebih banyak dibandingkan dengan CT-Scan generasi
pertama dengan pergerakan tetap translasi dan rotasi. Waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan gambar lebih singkat dibanding dengan generasi sebelumnya. Berkas sinar-X
berbentuk partial fan beam.
3. CT Scan generasi III

CT Scan generasi ke-III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT Scan generasi keII
muncul. Generasi ketiga menggunakan detektor yang jauh lebih banyak (>300 buah), dengan
demikian jumlah data gambar yang dihasilkan jauh lebih banyak, waktu untuk menghasilkan
gambar juga bisa lebih dipersingkat. Pergerakannya tidak lagi translasirotasi tetapi
rotasirotasi dan rotasi kontinyu. Rotasi-rotasi artinya sistem akan berputar searah jarum jam
dan menghasilkan gambar, kemudian akan berputar balik dan menghasilkan gambar. Untuk
supply tegangan operasional digunakan kabel tegangan tinggi. Rotasi-Kontinyu artinya
sistem akan berputar terus (searah jarum jam atau sebaliknya) sambil menghasilkan gambar.
Berkas sinar berbentuk fan beam (kipas).

4. CT Scan generasi IV

Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munculnya CT Scan
generasi ke-III. Generasi ini menggunakan jumlah detektor jauh lebih banyak, detektor
disusun melingkar 360°, detektor statis, dan tabung sinar-X yang berputar didepan detektor.
Berkas sinar berbentuk kipas (fan beam).

3. Prinsip CT Scan
Prinsip kerja CT-Scan hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan
melintang (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka
gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali sehingga didapatkan
gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek
tersebut. 5
Suatu skala untuk mengukur koefisien atenuasi jaringan pada CT disebut Hounsfield
Unit (HU). Hounsfield Unit juga sering disebut sebagai CT numbers.
Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan gambaran secara serial dengan
menggunakan metode tomography dimana tiap-tiap gambaran berasal dari potongan-
potongan pokok tomography, serta untuk mendapatkan gambaran yang tajam dan
bebas superposisi dari kedua struktur di atas dan di bawahnya. Computer Radiography
Scanner (CT-Scanner) yang juga dikenal dengan nama Computerized Axial
Tomography (CAT), Computerized Aided Tomography (CAT), Computerized
Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive Tomography (RT) dan
Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan teknik pengambilan gambar
dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan sagital dimana berkas sinar
mengitari objek. Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek
diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menangkap
perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi
signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh
Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah
kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian
masuk ke dalam sistem komputer dan diolah oleh komputer. Kemudian Data
Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital
atau numerik.

4. Parameter CT Scan
Gambar pada CT Scandapat terjadi sebagai hasil dari berkas berkas sinar
X yang mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor, dan
dilakukan pengolahan dalam komputer. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan
output gambar yang optimal. Adapun beberapa parameter dalam CT Scan Sebagai
Berikut :

a) Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa.
Nilainya dapat di pilih antara 1mm-10mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran
yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detai yang rendah sebakliknya
ukuran yang tipis akan menghasilkan detai yang tinggi. Jika ketebalan meninggi
akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
b) Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada
satu lapangan pemeriksaan.
c) Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa.
Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir objek yang
akan diiris semakin besar.
d) Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah factor-faktor yang berpengaru terhadap eksposi meliputi
tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu eksposi (s). Biasanya
tegangan tabung bisa dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.
e) Filed Of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.
Biasanya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil
akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu mereduksi ukuran
pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila
ukuran FOV lebih kecil, maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
f) Gantry tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gentry
(tabung sinar-x dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 derajat sampai +25
derajat. penyudutan gentry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-
masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
g) Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matrikxs adalah deretan baris dari kolom picture elemen (pixel)
dalam pproses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan
salah satu struktur elemen dalam lemori komputer yang berfungsi untuk
merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks berpengaruh terhadap resolusi
gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.
h) Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis yang digunakan dalam
merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT-Scan
tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi
yang gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran
seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas
pada layar monitor.
i) Window Width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang di konversi
menjadi gray levels untuk di tampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma
maka hasilnya akan di konversi menjadi sekala numerik yang dikenal dengan
nama nilai computed tomography.
j) Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan
gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik pelemahan dari
struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar.

1. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan

Pemotretan awal atau permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan


diam, sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak digerakkan. Hasilnya adalah
sama dengan foto Röntgen biasa, dan disebut sebagai topogram atau skanogram.
Skanogram ini dibuat untuk memogramkan potongan-potongan mana saja
yang akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut program tersebut.
Dalam hal inilah pasien tetap diam di tempat, sehingga arah scan dapat ditentukan
dengan tepat, sedangkan tabung-detektornya (generasi ketiga) atau tabung (generasi
keempat) memutari pasien.
Prosedur CT dapat dijalankan dengan atau tanpa menggunakan kontras.
Maksud pemberian kontras pada umumnya adalah untuk melihat apakah ada jaringan,
yang menyerap kontras banyak, sedikit, ataukah tidak sama sekali, dibandingkan
dengan jaringan sehat sekitarnya. Hal ini biasa disebut dengan penyangatan atau
dalam bahasa asing enhancement.
Penyangatan dapat dibagi atas penyangatan normal dan penyangatan
patologis. Umpamanya setelah suntikan terjadi penyangatan normal pada hepar,
limpa, ginjal, dan pankreas. Penyangatan patologis dapat sangat membantu dalam
pemeriksaan scaning.
5. Risiko Pemeriksaan CT Scan
Risiko terhadap pemeriksaan CT-Scan terdiri dari risiko terhadap paparan
radiasi sinar X dan risiko reaksi alergi terhadap pemakaian kontras. CT-Scan
memberikan paparan sinar X yang lebih besar daripada foto Röntgen biasa.
Penggunaan sinar X dan CT-Scan yang berkali-kali dapat meningkatkan risiko
terkena kanker. Akan tetapi, risiko dari sekali pemeriksaan CT-Scan adalah kecil.
Seseorang yang mempunyai riwayat alergi terhadap pemakaian kontras sebelumnya
harus berhati-hati bila akan menjalani prosedur pemeriksaan CT-Scan dengan kontras.
Umumnya kontras yang digunakan untuk penggunaan melalui vena mengandung
iodine.

2. CT Scan Kepala
CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan menggunakan
pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan media kontras guna
mengetahui kelainan atau penyakit di daerah kepala (cranium). Pada pemeriksaan ct
scan kepala non kontras dilakukan dengan dua tahapan yaitu pertama plan scanning
kepala dibuat dengan posisi tabung detektor berada di samping kepala pasien yang
berbaring terlentang. Kemudian di buatlah scan slice per slice menurut program,
barulah dalam hal ini pasien diatas meja pemeriksaan bergerak sesuai dengan gerakan
tabung detektor berputar mengelilingi sambil exposed.
Pemeriksaan CT scan pada kepala adalah metode pencitraan tomografi
terkomputasi menggunakan sinar-X untuk mendapatkan gambar tiga dimensi dari
tengkorak, otak, dan bagian terkait lain dari kepala. CT scan bisa menghasilkan
gambar yang lebih detail dibanding pemindaian sinar-X biasa, yang umumnya dokter
lakukan untuk mengecek pembuluh darah dan jaringan lunak dalam tubuh.
Pemeriksan CT Scan kepala Menurut Nesseth (2000); Seeram (2009)
menggunakan dua range, range pertama dari basic cranii sampai pars petrosum
dengan slice thickness 2-5 mm, range kedua dari pars petrosum sampai vertex dengan
slice thickness 10 mm. Dengan slice thickness yang tebal akan mengurangi ketajaman
pada bidang / axis craniocaudal, ketajaman pada tepi struktur organ juga berkurang
pada gambar transaxial dan semakin tebal slice thickness kemungkinan terjadinya
partial volume artefak semakin besar sehingga gambar tampak kabur (Bushberg,
2003). Untuk meningkatkan spatial resolusi dan mengurangi partial volume artefak
sebaiknya digunakan tebal irisan yang lebih tipis (Seraam, 2009). Semakin tipis slice
thickness, maka semakin baik detail gambar yang diperoleh, keakuratan tinggi serta
kalsifikasi dapat ditampakkan, namun dengan slice thickness yang tipis juga dapat
menghasilkan noise yang tinggi pada gambar dan meningkatkan dosis radiasiyang
diterima oleh pasien (Ballinger,2003).

A. Indikasi Pemeriksaan CT kepala


1) Primer:
a. Trauma kepala akut
b. Suspek perdarahan intracranial akut
c. Penyakit vascular obstruktif/ vasculitis (termasuk penggunaan CT angiografi
dan atau venografi
d. Evaluasi aneurisme
e. Deteksi atau evaluasi kalsifikasi
f. Evaluasi post operasi imediet akibat tumor, perdarahan intracranial atau lesi
perdarahan
g. Lesi vaskuler yang diobati atau tidak diobati
h. Suspek malfungsi shunt atau shunt revisi
i. Perubahan status mental
j. Tekanan intracranial yang meningkat
k. Sakit kepala
l. Deficit neurologis akut
m. Suspek infeksi intracranial
n. Suspek hidrosefalus
o. Lesi kongenital (makrocefali, mikrocefali dan craniosinostosis)
p. Evaluasi penyakit psikiatrik
q. Herniasi otak
r. Suspek tumor atau massa, abses
s. Metastasis otak
2) Sekunder:
a. Bila MRI tidak tersedia atau kontraindikasi atau bila CT lebih dianjurkan
untuk digunakan.
b. Diplopia
c. Disfungsi saraf kranial
d. Kejang
e. Apnea
f. Sinkop
g. Ataksia
h. Suspek penyakit neurodegenerative
i. Disfungsi neuroendokrin
j. Ensefalitis
k. Keracunan obat
l. Dysplasia kortikal dan abnormalitas migrasi atau abnormalitas morfologi otak.

B. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui.

C. Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
b. Posisi Objek
Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepaladiposisikan sehingga
mid sagital plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan
interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien
diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk mengurangi pergerakan dahi
dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada head holder dan
meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.
c. Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pada umumnya:
1) Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut hemisphere. Kriteria
gambarnya adalah tampak :
a) Bagian anterior sinus superior sagital
b) Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)
c) Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)
d) Sulcus
e) Gyrus
f) Bagian posterior sinus superior sagital
2) Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut tingkat medial ventrikel.
Kriteria gambarnya tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
c) Nucleus caudate
d) Thalamus
e) Ventrikel tiga
f)Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g) Posterior horn dari ventrikel lateral kiri
3) Potongan Axial VI
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga. Kriteria gambar
yang tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn ventrikel lateral kiri
c) Ventrikel tiga
d) Kelenjar pineal
e) Protuberantia occipital interna

4) Potongan Axial VII


Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang orbita. Struktur
dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan baik dalam CT-scan.
Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala dilakukan untuk mendapatkan
gambarannya adalah tampak :
a) Bola mata / occular bulb
b) Nervus optic kanan
c) Optic chiasma
d) Lobus temporal
e) Otak tengah
f)Cerebellum
g) Lobus oksipitalis
h) Air cell mastoid
i) Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid
D. Cara Membaca CT Scan Kepala

a. Membaca CT Scan dari lapisan luar kepala menuju ke lapisan dalam, Scalp →
Tulang → parenkim
b. Pada pembacaan scalp, mencari adanya chephal hematom, dan tentukan dengan
tepat bagian mana yang terkena.
c. Pada pembacaan tulang, mencari adanya tanda fraktur, impresi atau linier,
bedakandengan garis sutura yang ada.
d. Pada pembacaan parenkim, mencari adanya perdarahan epidural, subdural,
contusional, intraserebral, intraventrikel, hidrochepalus.
a) Perhitungan volume perdarahan (semua ukuran dalam cm, yang di foto CT
Scan biasanya mm dikonversi ke cm)
b) Pada pengukuran adanya perdarahan, yang diperhatikan adalah ketebalan
hematom pada slice yang paling tebal.
c) Pergeseran/midline Shift dapat dihitung dengan menarik garis lurus dari crista
galli ke Protuberansia oksipitalis interna, tegak lurus dengan septum
pellucidum.
e. Mencari tanda patah tulang basis, terlihat dari adanya fraktur pada os. sphenoid,
os. petrosa, os. paranasalis dan perdarahan sinus.
f. Menentukan tanda edema otak, dapat terlihat dari adanya 3 hal yaitu:
a) melihat sistem ventrikel yang ada
b) melihat sistem sisterna, terutama sisterna basalis
c) melihat adanya perbedaan lapisan white matter dan grey matter
g. Kesimpulan hasil pembacan, disebutkan dari yang paling memiliki arti klinis
penting diikuti oleh hal yang lain.
Pemeriksaan CT scan pada kepala umumnya berlangsung untuk mendeteksi berbagai
masalah medis pada area kepala, misalnya:

a) Cedera kepala dan tengkorak retak serta perdarahan pada pasien yang mengalami
luka pada kepala
b) Perdarahan akibat pecah atau bocornya pembuluh darah otak yang disertai rasa
sakit kepala hebat yang mendadak muncul
c) Gumpalan darah atau perdarahan pada otak pasien dengan gejala stroke
d) Tumor otak
e) Pembesaran rongga otak pada pasien hidrosefalus
f) Kelainan bentuk tengkorak

Prosedur CT scan kepala berbeda-beda tergantung kondisi pasien dan tujuan


pemeriksaan. Umumnya, prosedur itu meliputi:

a) Memasukkan cairan kontras lewat pembuluh darah pada lengan atau lewat oral
jika pemeriksaan membutuhkan cairan tersebut.
b) Pasien berbaring pada meja pemeriksaan yang akan masuk ke mesin pemindai.
c) Operator berada dalam ruang terpisah, tapi masih bisa berkomunikasi dengan
pasien.
d) Selagi pemindai berputar, sinar-X akan melalui tubuh selama beberapa saat.
e) Pemindai mendeteksi gambar dari organ tubuh yang menyerap sinar-X, lalu
mengirimnya ke komputer. Komputer kemudian mengolahnya menjadi gambar
untuk interpretasi.
f) Pasien tak boleh bergerak selama prosedur. Pasien mungkin harus beberapa kali
menahan napas dalam pemeriksaan.

Keuntungan (kelebihan) penggunaan pesawat CT-Scan antara lain:

1) Informasi citra yang ditampilkan oleh CT Scan tidak tumpang tindih (overlap)
sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak
lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT Scan dapat menampilkan
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Citra penggunaan pesawat CT Scan
lebih mudah dianalisis
2) Penggunaan pesawat CT-Scan keunggulan pemeriksaan yang non invasive/tidak
menimbulkan rasa sakit.

Kekurangan menggunaan pesawat CT-Scan antara lain :

1) Dosis radiasi yang diterima oleh pasien dengan menggunakan pesawat CT-Scan jauh
lebih tinggi
2) Biaya pemeriksaan yang dibebankan jauh lebih banyak dengan menggunakan pesawat
CT-Scan
Membaca Hasil CT Scan Kepala (Normal)

Warna pada gambaran CT Scan tergantung dari densitas bagian yang di CT Scan. Pada CT Scan kepala
dibagi jadi 3, yaitu; isodense, hypodense, dan hyperdense. Jaringan otak yang normal berwarna isodense.
Tulang yang memiliki densitas tinggi berwarna hyperdense (berwarna lebih putih) hypodense adalah
gambaran yang berwarna lebih gelap daripada warna jaringan otak. Biasanya terlihat pada CT Scan CSF
dan udara.
DAFTAR PUSTAKA

Abel tasfir, 2012, CT-scan computed tomography scanner, http://abeltasfir. blogspot.com/2012/05/ct-

scan-computed-tomographyscanner.html. akses tanggal 22 agustus 2013. Ajunk Arta wijaya,2012,

Faktor Penyebab Perubahan Bentuk Pada Citra Radiografi.htm Ballinger, Philips W,1986, is

Merril’s Atlas of Roentgenograpic Position and Radiologic Procedures,Eight Edition. CV.Mosby.

Bontrager, Kenneth L, 2001, Text Book of Radiographic positioning and Related Anatomy ,Fifth

Edition. Mosby. Meredith, J W and Massey, JBS, 1977, Fundamental Phsycis of Radiologi

Withington, Manchester Rasad, Sjahriar, 2005, Radiologi Diagnostik , FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai