Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

KARSINOMA TIROID

Pembimbing :

dr. Eka Setya Rahardja, Sp.B (K) Onk

Penyusun :

Annisa Haslidianingsih 20190420054

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. RAMELAN SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “ Karsinoma Tiroid “ telah di periksa dan


disetujui oleh pembimbing sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan klinik Dokter Muda di Sub Departemen
Bedah Rumah Sakit Angkatan Laut DR. Ramelan Surabaya.

Surabaya, 20 Mei 2020

Pembimbing

dr. Eka Setya Rahardja, Sp.B (K) Onk

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan kasih-Nya, serta petunjuk-Nya sehingga kami
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan referat yang berjudul
“Karsinoma TIroid”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
kepaniteraan klinik dokter muda di bidang Ilmu Bedah di Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.
Selama penyusunan tugas referat ini, kami menyadari keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman kami tentang Ilmu Bedah. Kami juga
menyadari bahwa tugas referat ini jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan tugas
referat ini.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

BAB II...........................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3

2.1 Anatomi Tiorid.................................................................................3

2.2 Histologi Tiroid................................................................................6

2.3 Fisiologi Tiroid.................................................................................7

2.4 Definisi............................................................................................9

2.5 Epidemiologi.................................................................................10

2.6 Etiologi dan Faktor Resiko............................................................10

2.7 Klasifikasi......................................................................................12

2.8 Manifestasi Klinis..........................................................................15

2.9 Diagnosis......................................................................................15

2.10 Penggolongan Stadium................................................................22

2.11 Diagnosis Banding........................................................................24

2.12 Tatalaksana..................................................................................25

2.13 Prognosis......................................................................................32

BAB III........................................................................................................34

KESIMPULAN............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................35

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Letak Kelenjar Thyroid (dreamstime.com).................................3


Gambar 2 Kapsul yang membungkus Kelenjar Tiroid (Gray, 2013).........................4
Gambar 3 Glandula thyroid pada trigonum cervicale anterior (Gray, 2013)............4
Gambar 4 Arteri, Vena, dan Nervus dari Glandula Thyroid (Gray, 2013)................6
Gambar 5 Histologi Kelenjar Tiroid (ouhsc.edu).........................................................7
Gambar 6 Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis (Hammer, 2013).............................8
Gambar 7 Cara Pemeriksaan Tiroid...........................................................................17
Gambar 8 Pemeriksaan fisik tiroid pada karsinoma tiroid.......................................18
Gambar 9 Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher..............................................19
Gambar 10 USG thyroid yang normal (kiri) dan karsinoma papiler (kanan). (e-
ultrasonography.org).....................................................................................................20
Gambar 11 Pemeriksaan sidik thyroid (ksumsc.com)..............................................21
Gambar 12 Bagan tiroid yang dilakukan Hemitiroidectomy, Total dan subtotal
tiroidectomy....................................................................................................................27
Gambar 13 Tahapan teknik operasi Radical Neck Dissection pada Thyroid
Cancer (Kiri) dan Level KGB leher (kanan) (Researchgate.net).............................28
Gambar 14 Pendekatan Nodul Tiroid dengan fasilitas pemeriksaan FNAB..........31
Gambar 15 Pendekatan Nodul Tiroid tanpa fasilitas FNAB....................................32
Gambar 16 Tabel Skor Prognosis (researchgate.net)..............................................32
Gambar 17 Skor prognosis karsinoma tiroid berdasarkan AGES, AMES, dan
MACIS.............................................................................................................................33

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma tiroid merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang


ditemukan. Dimana sebagian besar pertumbuhan dan perjalanan
penyakitnya lambat, sehingga morbiditas dan mortalitasnya rendah namun
ada yang pertumbuhannya sangat cepat dengan prognosa yang fatal
(Parura, 2016). Karsinoma tiroid merupakan pertumbuhan abnormal dari
kelenjar tiroid dapat berupa tipe papiler, folikular, medular atau tipe
anaplastic (Adham, 2018). Di kebanyakan negara, tingkat kejadiannya
telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan jika terus meningkat
karsinoma tiroid dapat menjadi urutan keempat kejadian kanker pada
tahun 2030 di Amerika (Vecchia, 2014).

Karsinoma tiroid terjadi di kelenjar tiroid, yang berada pada bagian


depan leher sedikit di bawah laring berbentuk kupu – kupu. Prevalensi dari
keganasan tiroid pada pria 0,85% sedangkan pada perempuan sekitar
2,5%. Dengan kata lain karsinoma tiroid lebih sering terjadi pada
perempuan. Umumnya, lebih sering muncul pada usia 20 – 50 tahun,
namun penyakit ini dapat terjadi pada semua usia (Handayani, 2014).
Secara global, pada tahun 2012 perkiraan angka kematian karsinoma
tiroid adalah 27.000 pada perempuan dan 13.000 pada laki – laki, dengan
perbandingan angka mortalitas 0,6/10 0.000 perempuan dan 0,3/100.000
laki – laki. (Vecchia, 2014)

Laporan tentang angka kejadian karsinoma tiroid bervariasi antara


0,5 sampai 10 setiap 100.000 penduduk, serta merupakan 1% dari
seluruh kejadian kanker dan 0,5% dari penyebab kematian karena kanker
(Utama, 2012). Menurut American Cancer Society diperkirakan mencapai
44.670 kasus baru pada tahun 2014, dan data terbaru penderita
karsinoma tiroid di Amerika Serikar tahun 2016 berjumlah 62.980 kasus

1
baru dan 1.890 kematian karena penyakit ini (American Cancer Society,
2016).

Karsinoma tiroid menempati peringkat ke 9 dari 10 kanker


terbanyak di Indonesia sebesar 4,43% pada tahun 2000. Sedangkan pada
tahun 2010 karsinoma tiroid telah menduduki peringkat 5 terbanyak
setelah karsinoma payudara, serviks, kulit, dan rectum. (Riskesdas, 2010)
Serta urutan ke lima setelah keganasan jenis lainnya di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan di Indonesia,
didapatkan 62,9% karsinoma ini terjadi pada perempuan. Angka kejadian
dari karsinoma tiroid cenderung meningkat, hampir 95% tumor kelenjar
endokrin berasal dari tiroid (Tjindarbumi, 2010).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tiorid


Glandula thyroid terletak di anterior pada regio cervicalis di bawah dan
lateral dari cartilage thyroidea. Struktur tersebut terdiri dari 2 lobus lateral
(yang menutup permukaan anterolateral trakea, kartilago tiroid, dan
bagian bawah kartilago tiroid) dengan sebuah isthmus glandulae thyroidea
yang menghubungkan lobus lateral dextra dan sinistra, dan menyilang
permukaan anterior dari cartilagines tracheales kedua dan ketiga
(Gray,2013).

Gambar 1 Anatomi Letak Kelenjar Thyroid (dreamstime.com)

Berada di profundus dari musculi sternohyoideus, sternohyoideus, dan


omohyoideus, glandula thyroidea berada di kompartemen viscerale dari
regio cervicalis. Kompartemen tersebut juga berisis faring, trakea, dan
esophagus dikelilingi oleh lamina pretrachealis dari fascia cervicalis (Gray,
2013).

3
Kelenjar tiroid memiliki 2 lapis kapsul yaitu true fibrous capsule (kapsul
sejati) dan false fascial capsule (kapsul semu). Kapsul sejati langsung
melekat pada permukaan parenkim kelenjar serta mengeluarkan banyak
septula ke dalam parenkim kelenjar, hingga kelenjar tiroid dibagi menjadi
beberapa lobuli. Kapsul semu disebut juga kapsul luar, merupakan
ekstensi dari fasia pre – trakea. Kapsul semu menyatukan badan kelenjar
ke laring dan trakea, sehingga kelenjar tiroid dan tumor di dalamnya dapat
bergerak naik turun sesuai gerekan menelan. Antara kapsul sejati dan
semu terdapat celah tiroid, di dalamnya terdapat jaringan penunjang
longgat. Pada waktu operasi thyroid, pemisahan lebih mudah dilakukan
antara kapsul sejati dan kapsul dan perdarahan lebih sedikit (Desen,
2008).

Gambar 2 Kapsul yang membungkus Kelenjar Tiroid (Gray, 2013)

Gambar 3 Glandula thyroid pada trigonum cervicale anterior (Gray, 2013)

4
Glandula thyroid disupplai oleh 2 arteri, A. thyroidea superior
merupakan cabang pertama arteri carotis externa, arteri ini turun berjalan
di sepanjang tepi lateral musculus thyroideus untuk mencapai polus
superior lobus lateralis glandula thyroidea dimana arteri ini terbagi menjadi
ramus glandularis posterior. A. thyroidea superior ramus glandularis
anterior berjalan di sepanjang tepi superior glandula thyroidea dan
beranastosmosis dengan struktur yang sama dari sisi yang berlawanan
dengan melintasi isthmus. Sedangkan A. thyroidea superior ramus
glandularis posterior berjalan ke sisi posterior dari glandula thyroidea dan
dapat beranastosmosis dengan arteri thyroidea inferior.

Arteri thyroidea inferior merupakan cabang dari truncus thyrocervicalis


yang berasal dari bagian pertama arteri subclavia. Arteria ini berjalan naik
di sepanjang tepi medial musculus scalenus anterior, berjalan posterior
dari vagina carotica, dan mencapai polus inferior dari lobus lateralis
glandula thyroidea, dan kemudian bercabang menjadi Ramus inferior yang
menyuplai bagian bawah glandula thyroidea dan beranastosmosis dengan
cabang posterior dari arteria thyroidea superior. Bercabang juga menjadi
Ramus ascendens yang menyuplai glandula parathyroid.

Terdapat A. thyroidea ima yang kecil muncul dari truncus


brachiocephalica atau arcus aorta dan berjalan naik pada permukaan
anterior trakea untuk menyuplai glandula thyroidea

Drainase vena ada tiga, yaitu Vena thyroidea superior yang berasal
dari A thyroidea superior, kemudian vena thyroidea media dan vena
thyroidea inferior dari sisa bagian glandula thyroidea. Vena thyroidea
superior dan media bermuara ke vena jugularis interna. Vena thyroidea
inferior bermuara ke vena brachiocephalica dextra dan sinistra.

Drainase limfatik menuju nodi di samping trakea (nodi lymphatici


paratrachealis) dan nodi lymphatici cervicales profundi di inferior dari
musculus omohyoideus di sepanjang vena jugularis interna.

5
Inervasi didapatkan dari nervus laryngeus reccurens. Setelah keluar
dari nervus vagus (X) dan membelok di sekitar arteria subclavia di sebelah
kanan dan arcus costae disebelah kiri. Nervus ini naik di antara trakea dan
esophagus pada setiap sisinya. Nervus ini berjalan profundus dari
permukaan posteromedial lobus lateralis glandula thyroidea dan masuk
larynx dengan berjalan profundus dari tepi bawah muscular constrictor
pharynges inferior (Gray, 2013).

Gambar 4 Arteri, Vena, dan Nervus dari Glandula Thyroid (Gray, 2013)

2.2 Histologi Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus.
Jaringan tiroid terdiri atas folikel yang berisi koloid. Kelenjar dibungkus
oleh simpai jaringan ikat longgar yang menjulurkan septa ke dalam
parenkim. Koloid terdiri atas tiroglobulin yaitu suatu glikoprotein yang
mengandung suatu asam amino teriodinisasi. Hormon kelenjar tiroid
disimpan dalam folikel sebagai koloid. Selain sel folikel, sel-sel parafolikel

6
yang lebih besar juga terdapat di kelenjar tiroid. Sel-sel ini terdapat di
dalam epitel folikel atau diantara folikel. Adanya banyak pembuluh darah
di sekitar folikel, memudahkan mencurahkan hormon ke dalam aliran
darah (Junquiera, 2007).

Gambar 5 Histologi Kelenjar Tiroid (ouhsc.edu)

2.3 Fisiologi Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4)


yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3).
Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan
baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali
sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid.
T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk
koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke
sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein
yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau
prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding Prealbumine (TBPA).

7
Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH) memegang
peranan penting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal
sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran
hormone tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel
parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur
metabolism kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap
tulang (De Jong dan Sjamsuhidajat, 2015).

Sekresi hormone tiroid dikendalikan oleh kadar hormone perangsang


tiroid yaitu TSH yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.
Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh
kadar hormone tiroid dalam sirkulasi darah yang bertindak sebagai umpan
balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi
hormon Pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH)
dan hipotalamus (Guyton dan Hall, 2006).

8
Gambar 6 Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis (Hammer, 2013)

Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung


atau tidak langsung oleh hormone tiroid. Efek T 3 dan T4 dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori : (Sherwood, 2011)

a) Efek pada laju metabolism


Hormon meningkatkan laju metabolism basal tubuh secara
keseluruhan. Hormone ini adalah regulator terpenting bagi
tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi tubuh pada
keadaan istirahat.
b) Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolism menyebabkan peningkatan
produksi panas.
c) Efek pada metabolism perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik
yang terlibat dalam metabolism bahan bakar. Efek hormone
tiroid pada bahan bakar metabolic bersifat multifaset, hormone
ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah
hormone juga dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d) Efek simpatomimetik
Hormone tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran
terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin), zat perantara
kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf simpatis dan
hormone dari medulla adrenal.
e) Efek pada sistem kardiovaskular

9
f) Hormone tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan
kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat.
g) Efek pada pertumbuhan
Hormone tiroid tidak saja merangsang sekresi hormone
pertumbuhan tetapi juga mendorong efek hormone
pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural
baru dan pertumbuhan rangka.
h) Efek pada sistem saraf
Hormone tiroid berperan penting dalam perkembangan dan
aktivitas normal sistem saraf terutama SSP.

2.4 Definisi
Nodul tiroid atau struma atau pembesaran kelenjar thyroid adalah
pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan struktural dengan atau
tanpa perubahan fungsional pada satu atau beberapa bagian dalam
jaringan tiroid normal. Nodul tiroid dapat bersifat jinak atau ganas
(Suyatno, 2014).

Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel tiroid. Keganasan tiroid


dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik, yaitu bentuk
papiler, folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma meduler yang
berasal dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin, dan
karsinoma berdiferensiasi buruk/anaplastik. Karsinoma sekunder pada
kelenjar tiroid sangat jarang dijumpai. Perubahan dari struma endemic
menjadi karsinoma anaplastik dapat terjadi terutama pada usia lanjut (De
Jong dan Sjamsuhidajat, 2015).

Karsinoma tiroid berinsiden relative rendah dan memiliki banyak tipe


patologik. Tumor dengan tipe patologik berbeda memiliki manifestasi
klinik, metode terapi, prognosis, dll, yang berbeda secara signifikan.
Adenokarsinoma tiroid yang tersering ditemukan, atau menempati 60%
lebih, teraoi terutama secara operasi, prognosis cukup baik (Desen,
2013).

10
2.5 Epidemiologi
Insiden kanker tiroid yang bervariasi menurut negara dan Kawasan
yang berbeda. Di Eslandia dan Hawaii, insiden kanker tiroid sangat tinggi.
Di China relative rendah, dewasa ini belum terdapat data statistic lengkap
di China. Menurut data tahun 1988 dari kantor penelitian kanker Shanghai
dan data survei tumor kota Tianjin, insiden kanker tiroid tahunan pada pria
adalah 0,8-0,9/100.000, pada wanita 2,0-2,2/100.000, menempati 0,86-
0,90% dari tumor ganas seluruh tubuh. Menurut data RS Kanker
Universitas Zhongsan, kanker tiroid menempati 1,22% dari tumor ganas
seluruh tubuh, 3,06% dari keganasan kepala dan leher, menduduki urutan
ketiga setelah kanker nasofaring dan kanker laring. Penderita wanita lebih
banyak dari pria terhadap wanita adalah 1:2-4, penyakit tersering terjadi
pada usia 20 – 40 tahun (Desen, 2013).

2.6 Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab pasti karsioma tiroid belum diketahui pasti, pada umumnya
beranggapan karsinoma tiroid berkaitan dengan banyak faktor, termasuk
radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen, jenis kelamin, faktor diet,
dll.

1. Radiasi ionisasi
Hubungan antara paparan radiasi dan kanker tiroid sudah
dikemukakan sejak tahun 1950. Paparan radiasi khususnya
terhadap anak dan remaja, merupakan faktor resiko seumur hidup
bagi timbulnya nodul jinak maupun ganas tiroid. Ada ahli
berpendapat, kontak dengan radiasi merupakan satu – satunya
faktor karsinogen terhadap tiroid yang telah terbukti dewasa ini.
Penelitian menunjukkan pada populasi terpapar sinar X dan radiasi
γ, insidensi karsinoma papilar dan folikular tiroid lebih tinggi
(Desen, 2008).
2. Genetik dan onkogen
Sebagian kasus karsinoma medular tiroid bersifat herediter familial.
Timbulnya karsinoma medular tiroid familial berkaitan dengan
mutase gen RET pada kromosom nomor 10. Lebih dari 95%

11
penderita karsinoma medular tiroid familial memiliki mutase titik
proto – onkogen RET. Penelitian akhir – akhir ini menunjukkan
sebagian kecil karsinoma papilar dan folikular tiroid juga bersifat
heredofamilial, disebut karsinoma tiroid familial nonmedular,
diantaranya sebagian besar adalah karsinoma papilar. Penelitian
menunjukkan, delesi atau rearansemen gen pada lengan pendek
kromosom nomor 3 merupakan defek genetic molecular yang
tersering ditemukan pada karsinoma folikular tiroid. Protein fusi
hasil rearensemen, hibridasi gen RET dan gen PAX-PPARγ
mungkin berperanan kunci dalam timbul dan berkembangnya
karsinoma tiroid (Desen, 2008).
3. Jenis kelamin dan hormonal
Perbedaan jenis kelamin pada karsinoma tiroid relative besar,
hormone wanita mungkin berperanan dalam etiologinya. Ada
penelitian menemukan, pada kelenjar tiroid normal, tumor jinak dan
tumor ganas steroid terdapat reseptor estrogen dalam jumlah
bervariasi. Pada jaringan karsinoma papilar tiroid kandungan
reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PR) tertinggi.
Disimpulkan bahwa ER, PR merupakan faktor penting yang
mempengaruhi insiden karsinoma tiroid pada wanita (Desen, 2008).
4. Faktor diet
Defisiensi Iodium selama ini dianggap sebagai berkaitan dengan
timbulnya tumor tiroid termasuk karsinoma tiroid. Di daerah
pegunungan yang defisiensi berat iodium, insiden karsioma tiroida
relative tinggi. Tapi data epidemiologi menunjukkan, meskipun di
daerah pesisir yang kaya iodium, karsinoma tiroid juga relaitf sering
terjadi. Dua tipe utama karsinoma tiroid (papilar dan folikular)
mungkin secara terpisah berkaitan dengan diet kaya iodium dan
miskin iodium (Desen, 2008). Kurangnya intake iodium
menyebabkan kenaikan sekresi hormone TSH oleh hipofise
anterior disebabkan kurangnya sekresi hormone T 3 dan T4 oleh

12
kelenjar tiroid. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat
berubah menjadi kanker (Tjindarbumi, 2010).
5. Lesi jinak tiroid
Penyakit hyperplasia jinak tiroid seperti struma nodusa dan
adenoma tiroid dapat bertransformasi ganas menjadi karsinoma.
Hal ini berhubungan dengan tipe patologik, adenoma folikular tipe
embryonal dan tipe fetal lebih mudah menjadi ganas (Desen,
2008).

2.7 Klasifikasi
Klasifikasi histopatologi berdasarkan WHO (Peraboi, 2010) :
Tumor epitel maligna :
- Karsinoma folikuler
- Karsinoma papiler
- Karsinoma campuran (folikuler-papiler)
- Karsinoma sel skuamosa
- Karsinoma medular

Tumor non epitel maligna :

- Fibrosarkoma
- Lainnya

Tumor maligna lainnya :

- Sarcoma
- Limfoma maligna
- Hemangioma maligna
- Teratoma maligna

Mc Kenzie membedakan karsinoma tiroid ata 4 tipe untuk


menyederhanakan penatalaksanaannya yaitu karsinoma papiler,
karsinoma folikuler, karsinoma meduler, dan karsinoma anaplastik
(Desen, 2008) :

13
1. Karsinoma papilar
Paling sering ditemukan biasanya < 40 tahun. Tingkat keganasan
realtif rendah, progresif lambat, interval antara ditemukan benjolan
dan datang ke dokter terlama dapat mencapai 20 tahun. Umumnya
tipe ini tumbuh lambat, bertahun – tahun, termasuk golongan yang
berdiferensiasi baik. Tumor umumnya soliter, lesi primer mungkin
sangat kecil. Gambaran makroskopis konsistensi keras, warna
keputihan. Gambaran histopatologi adalah ditemukannya struktur
papiler dari sel – sel ganas yang uniform ukuran dan bentuknya.
Kadang disertai adanya psamoma bodies ditengah struktur papiler.
Penyebaran utamanya melalui kelenjar getah bening regional.
Dapat metastasis ke paru atau tulang. Tumor primer biasanya
menginfiltrasi trakea atau esophagus (Desen, 2008 ; Peraboi,
2010).
2. Karsinoma folikular
Dapat dibagi menjadi 2 subtipe yaitu infiltrasi mikro dan luas. Lebih
ganas dibandingkan papilar. Dapat ditemukan pada semua umur,
tapi lebih banyak pada usia diatas 40 tahun, lebih sering unilateral
daripada bilateral. Penyebaran terutama melalui vascular
(hematogen), metastasis jauh ke tulang, hepar, paru, kulit, jarang
ke KGB regional. Kemungkinan menjadi karsinoma anaplastik dua
kali lebih besa dari tipe papiler. Gambaran histopatologisnya sel –
sel folikel yang neoplastic, yang secara keseluruhan memiliki
komponen solid, trabecular, atau follicular growth pattern
(umumnya memproduksi mikrofolikel) (Desen, 2008 ; Peraboi,
2010).
3. Karsinoma medular
1. Sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun). Karsinoma berasal
dari sel C atau parafolikuler yang banyak mengandung amyloid,
yang merupakan sifat khasnya, disamping itu tumor ini juga
mengeluarkan kalsitonin, ACTH, prostaglandin, dan histamin. Sel C
disebut juga sel APUD (amine precursor uptake dan

14
decarboxylation cell) sehingga tipe ini disebut pula APUDOMA.
Disebut juga karsinoma sodium karena jenis ini sangat keras
seperti batu. Tipe ini bersifat familial dan herediter. Penyebaran
melalui sistem getah bening. Umumnya pasien tidak menderita
ketidaknyamanan spesifik, sebagian dapat menderita disfagia,
suara serak, batuk, sesak nafas, dll. Sebagian kecil bergejala
metastasis jauh. Karena sel kanker berasalh dari sel parafolikular
tiroid (sel C), maka dapat menghasilkan kalsitonin (CT),
prostaglandin (PG), serotonin (5-HT), peptide vasoaktif intestinal
(VIP), dll, sehingga sebagian pasien dapat menderita diare
refrakter, muka merah, dan banyak berkeringat, dll yang dikenal
dengan sindrom karsinoid. (Desen, 2008 ; Peraboi, 2010).
4. Karsinoma tak berdiferensiasi
Disebut juga karsinoma anaplastik dengan tingkat keganasan
sangat tinggi. Berdasarkan morfologi jaringan tumor dibagi menjadi
karsinoma sel kecil, karsinoma sel besar dan karsinoma sel
spindle. Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Dalam
beberapa minggu atau bulan sudah menyebabkan keluhan –
keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma. Sel – sel ini
bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan inti. Banyak ditemukan
mitosis, penyebaran melalui sistem kelenjar getah bening dan
bermetastasis jauh. Pada beberapa kasus, karsinoma ini muncul
dari karsinoma papiler yang tidak diobati atau sudah diobati dengan
radiasi. Tumor dengan cepat mengenai jaringan organ disekitarnya
menimbulkan suara serak, batuk, disafgia, dan nyeri leher dan
gejala lain. Pada waktu pemeriksaan ditemukan massa tumor besar
padat difus di tiroid dan leher, konsistensi keras, terfiksasi, batas
tak jelas, luas menginfiltrasi jaringan sekitarnya. Gambaran
histopatologisnya terdiri dari anaplastik spindle cell, giant cell, dan
small cell. Ketiga sel menunjukkan aktivitas mitosis yang tinggi,
focus necrosis yang luas dan infiltrasi yang nyata (Desen, 2008 ;
Peraboi, 2010).

15
2.8 Manifestasi Klinis
1. Tumor atau nodul tiroid : gejala yang sering ditemukan, sejak dini
dapat diketahui adanya nodul keras dalam kelenjar tiroid, bergerak
naik turun sesuai gerakan menelan.
2. Gelaja infiltrasi dan desakan lokal : ketika tumor membesar sampai
batas tertentu, sering mendesak trakea hingga posisinya berubah,
disertai gangguan bernapas yang bervariasi intensitasnya. Ketika
tumor menginfiltrasi trakea, dapat timbul dyspnea atau hemoptoe;
bila tumor mendesak oesofagus dapat timbul disfagia; bila tumor
menginfiltrasi nervus laringeus rekuren dapat timbul suara serak.
3. Pembesaran kelenjar limfe leher : ketika tumor mengalami
metastasis kelenjar limfe, sering teraba pembesaran kelenjar limfe
leher profunda superior, media, dan inferior (Desen, 2008 ; Peraboi,
2010).

2.9 Diagnosis
a. Anamnesis
- Usia dan jenis kelamin : resiko malignansi tinggi  apabila
nodul tiroid terdapat pada usia dibawah 20 tahun dan pada usia
diatas 50 tahun serta jenis kelamin laki – laki.
- Riwayat paparan radiasi di daerah leher dan kepala : radiasi
pada masa kanak – kanan dapat menyebabkan malignansi
pada tiroid kurang lebih 33 – 37%.
- Ukuran dan laju pertumbuhan tumor di leher : benjolan pada
kelenjar tiroid yang tumbuh lebih cepat pada beberapa waktu
terakhir (anaplastik atau kista tiroid). Pada umumnya, tumor
jinak atau karsinoma tiroid berdiferensiasi memiliki pertumbuhan
yang sangat lambat
- Riwayat gangguan mekanik di leher : ada tidaknya gejala
desakan atau infiltrasi lokal seperti disfagia, sesak nafas
(terutama saat tidur terlentang), perubahan suara dan nyeri
(karena infiltrasi pada saraf atau kulit).

16
- Ada tidaknya manifestasi sindrom karsinoid : terjadi ketika tumor
dapat menghasilkan hormone dan substansi secara berlebihan
dengan gejala kemerahan pada kulit (flushing), banyak
berkeringat, demam, dyspnea karena bronkospasme, mual,
muntah, diare hingga kerusakan katup jantung.
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (Peraboi, 2010).
b. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik tiroid yang dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :

a. Meminta pasien untuk duduk dengan kepala sedikit


menengadah

b. Melakukan inspeksi dari depan pasien dengan


memperhatikan apakah ada benjolan (tonjolan) didaerah
leher bagian depan yang bergerak sesuai Gerakan menelan.
Kulit hiperemi/ tidak.

c. Melakukan palpasi disekitar regio leher depan dengan


membelakangi pasien (posterior approach) dan berhadapan
dengan pasien (anterior approach) dan menilai:

- Difuse atau noduler


- Jumlah (soliter atau multipel, kistik/ tidak)
- Ukuran kelenjar tiroid yang membesar
- Konsistensi (keras, kenyal, kistik)
- Batas (tidak tegas)
- Permukaan
- Mobilitas
- Nyeri tekan

d. Saat palpasi, pasien diminta menelan untuk memperhatikan


apakah benjolan bergerak (mobilitas).

e. Melakukan auskultasi untuk mencari bruit dengan stetoskop

17
Gambar 7 Cara Pemeriksaan Tiroid
- Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau
multiple dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan
keras bergantung pada jenis patologi anatominya.
- Adanya benjolan padat pada tiroid; bisa mono-noduler atau
multinodular (lebih sering mono-noduler karsinoma berasal dari
satu sel/monoclonal); benjolan kistik masih belum menyisihkan
karsinoma tiroid tipe papiler.
- Nodul tidak nyeri, multiple dan dapat digerakkan biasanya
merupakan struma difus atau hyperplasia tiroid. Apabila nodul
multiple tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan dapat
dicurigai keganasan.

18
Gambar 8 Pemeriksaan fisik tiroid pada karsinoma tiroid

- Pemeriksaan kelenjar getah bening leher : ada pembesaran


atau tidak
- Perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang
belakang, klavikula, sternum, dll serta tempat metastasis jauh
lainnya yaitu paru – paru, hati, ginjal, dan otak.

19
Gambar 9 Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher

c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan fungsi tiroid seperti FT3, FT4, dan TSH harus rutin
dilakukan meskipun tidak spesifik untuk karsinoma tiroid.
- Pemeriksaan kadar calcitonin untuk mendiagnosis karsinoma
tipe medullar.
- Pemeriksaan tiroglobulin sebagai tumor marker. Kegunaan
tiroglobulin sebagai alat diagnosis dan skrining tidak dianjurkan.
Tiroglobulin dipergunakan sebagai monitor kekambuhan jika
pada pemeriksaan inisial meningkat.
- Pemeriksaan foto polos leher dengan teknik jaringan lunak,
dapat melihat adanya mikrokalsifikasi, infiltrasi/ pendesakan
jaringan sekitar, pergeseran posisi dan penyempitan trakea.
Pemeriksaan foto barium esophagus juga dapat dilakukan untuk
mengetahui desakan atau infiltrasi ke esophagus. Rontgen
thorax untuk mengetahui ada tidaknya metastasis ke
mediastinum atau paru.
- Pemeriksaan USG : mencakup USG biasa dan dopler warna.
Dapat membedakan nodul solid, kistik atau kistik dengan
pertumbuhan papiler. USG juga dapat digunakan untuk evaluasi
post operatif melihat adanya thyroid remnant. USG dopler
warna juga dapat mengetahui situasi aliran darah di dalam
tumor dan kelenjar limfe.

20
Gambar 10 USG thyroid yang normal (kiri) dan karsinoma papiler (kanan). (e-ultrasonography.org)

- Pemeriksaan CT Scan : karsinoma tiroid pada CT tampak


sebagai bayangan jaringan lunak tidak beraturan dan atau
berlobulasi, kebanyakan berdensitas heterogen, batas tidak
tegas, dapat disertai kalsifikasi. Hasil pencitraan CT lebih baik
pada lesi karsinoma tiroid yang lebih besar, tapi dalam hal
diagnosis lokaliasasi lesi tiroid yang lebih kecil relative lebih
sulit.
- Pemeriksaan sidik tiroid / scanning thyroid : prinsip pemeriksaan
adalah persentase uptake dan distribusi iodium radioaktif J131
dalam kelenjar tiroid. Dapat dilihat dalam pemeriksaan ini besar,
bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta distribusi dalam kelenjar.
Bila nodul dapat menangkap iodium lebih sedikit dari jaringan
tiroid normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama
afinitasnya maka nodul hangat (warm nodule) dan bila
afinitasnya lebih maka nodul panas (hot nodule). Keganasan
biasanya terekam sebagai nodul dingin solitere.

21
Gambar 11 Pemeriksaan sidik thyroid (ksumsc.com)
- Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) : merupakan
pemeriksaan sitologi. Keberhasilan pemeriksaan ini bergantung
pada faktor ketepatan memilih nodul yang tepat (kadang
diperlukan tuntunan USG), dan pembuatan slide yang baik dan
fiksasi yang tepat serta kemampuan dan pengalaman ahli
sitologi untuk menginterpretasikan slide yang diperiksa.
Kelemahan dari pemeriksaan sitologi adalah jika nodul yang
diperiksa terdiri dari kista (cairan di aspirasi habis, sisa
diperiksa) dan untuk membedakan antara adenoma dan
karsinoma tipe folikuler yang interpretasi keganasannya tidak
tergantung dari morfologi sel/ inti sel, melainkan pada infiltrasi
kapsul dan invasi ke dalam vaskuler yang hanya dapat dilihat
pada pemeriksaan histopatologi.
- Pemeriksaan Histopatologi : pemeriksaan jaringan pembedahan
atau histopatologi merupakan gold standar diagnosa karsinoma
tiroid pasca bedah. Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas
jika :
o Ada risk faktor (usia, laki-laki, paparan radiasi)
o Nodul padat (jika tumbuh cepat kemungkinan karsinoma
anaplastik)
o Ada pembesaran KGB leher yang padat
o Ada tanda – tanda pendesakan organ sekitar
o James Berry Sign, Delphian nodes
o Ada tanda – tanda metastasis jauh (Desen, 2008 ;
Peraboi, 2010).

22
Lawlani, 2007
Evaluasi Klinis Dari Nodul Tiroid

Low Risk High Risk

Riwayat Riwayat keluarga dengan Riwayat kelurga dengan


goiter carcinoma medulare

Riwayat paparan radiasi


kepala leher

Pembesaran tiroid dalam


beberapa waktu terakhir

Suara serak, dysphagia

Epidemiologi Wanita usia lanjut Young adult, laki-laki,


atau anak - anak

Pemeriksaan Soft nodule Solitary, nodul padat


fisik
Multinodular goiter Vocal cord paralysis

Firm lymph nodes

Serum factors High titer of thyroid -


antibodies, hyper- or
hypothyroidism

123
I Thyroid "Hot nodule" "Cold nodule"
scan

Ultrasound of Pure cystic lesion Solid or semicystic lesion


thyroid

Thyroxine Regression Increase in size of mass


therapy

2.10 Penggolongan Stadium


A. Stadium berdasarkan sistem TNM
T (Tumor Primer)
Tx : Tumor tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terbukti ada tumor

23
T1 : Tumor dengan ukuran besar 2 cm atau kurang, masih terbatas
pada tiroid.
T2 : Tumor dengan ukuran terkecil lebih dari 2 cm, dan ukuran
terbesar tidak lebih dari 4 cm, dan masih terbatas pada tiroid.
T3 : Tumor dengan ukuran lebih dari 4 cm, dan masih terbatas pada
tiroid; atau ukuran berapa saja dengan ekstensi minimal ekstra
tiroid (misalnya : ke otot sternotiroid, atau jaringan lunak peritiroid)
T4a : Tumor dengan ekstensi keluar kapsul tiroid dan menginfiltrasi/
invasi jaringan lunak subkutan, laring, trakea, esophagus, n.
laringeus rekuren.
T4b Tumor menginfiltrasi/ invasi fasia prevertebrata, pembuluh
darah mediastinum atau a. karotis
T4a* : (Karsinoma anaplastia) Tumor (dengan ukuran berapa saja)
masih terbatas pada tiroid
T4a* : (Karsinoma anaplasia) Tumor (dengan ukuran berapa saja)
dan ekstensi keluar kapsul tiroid
Catatan : Tumor multifocal dari semua tipe histopatologi harus diberi
tanda “(m)”, ukuran terbesar menentukan klasifikasi T. Contoh T (m).
*semua karsinoma tiroid anaplastik/ undifferentiated termasuk T4
#Karsinoma anaplastik intra tiroid  resektabel secara bedah
Karsinoma anaplastik ekstra tiroid  non resektabel secara bedah

N (Kelenjar getah bening regional)


Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 :Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening
N1 : Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a : Metastasis pada kelenjar getah being cervical level VI (pre-
trakea, paratrakea, Delphian)
N1b : Metastasis pada KGB servikal unilateral, bilateral, kontra –
lateral atau KBG mediastinum
M (Metastase jauh)
Mx : Metastase jauh tidak dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh

24
B. Stadium klinis

Karsinoma papiler atau folikuler, umur < 45 tahun


Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium II Tiap T Tiap N M1
Karsinoma papiler atau folikuler, umur ≥ 45 tahun
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1, T2, T3 N1a M0
Stadium IVa T1, T2, T3 N1b M0
T4a N0, N1 M0
Stadium IVb T4b Tiap N M0
Stadium IVc Tiap T Tiap N M1
Karsinoma anaplastik
Stadium IVa T4a Tiap N M0
Stadium IVb T4b Tiap N M0
Stadium IVc TIap T Tiap N M1

2.11 Diagnosis Banding


a. Adenoma tiroid : umumnya pada orang muda berusia 20 – 30
tahun, wanita lebih banyak, kebanyakan berupa tumor depan leher
yang tumbuh lambat, ketika tumor masih kecil, tanpa gejala
apapun; kadang tumor mendadak membesar dan nyeri, sering kali
disebabkan perdarahan di dalamnya. Pemeriksaan menemukan
umumnya soliter, tepi jelas, permukaan licin, tanpa metastasis
kelenjar limfe leher ataupun metastasis jauh, umumnya tanpa
gejala rudapaksa saraf.
b. Struma nodular : umumnya pada wanita di atas usia setengah
baya, riwayat penyakit dapat mencapai belasan bahkan puluhan
tahun, lesi sering kali mengenai kedua lobus lateral tiroid,
umumnya nodul multiple, ukuran bervariasi, permukaan nodul licin.
Bila riwayat sudah lama dapat timbul perubahan kistik.

25
c. Tiroiditis subakut : lebih sering ditemukan pada wanita setengah
baya sehat, dianggap disebabkan oleh infeksi virus, riwayat
penyakit beberapa minggu atau beberapa bulan, sebelum sakit
sering terdapat riwayat infeksi saluran napas disertai demam
rendah dan gejala fisik lain, setelah berlangsung beberapa minggu
dapat sembuh spontan.
d. Tiroiditis limfositik kronik (Penyakit Hashimoto) : umumnya pada
wanita di atas 40 tahun, yaitu pembesaran kedua lobus lateral tiroid
progresif menahun, konsistensi keras seperti karet, permukaan
nodular, secara klinis sulit dibedakan dari kanker, tapi tidak
adhesive atau terfiksasi ke jaringan sekitar tiroid.
e. Tiroiditis fibrosa (tiroiditis kronis ligneosa) : penyakit hyperplasia
fibrosa kronis, sering pada wanita berusia sekitar 50 tahun, riwayat
penyakit panjang, rata – rata 2 – 3 tahun, kelenjar tiroid tampak
membesar sedang, konsistensi keras seperti kayu, tapi morfologi
semula sering terjaga. Terdapat kecenderungan progresif, sering
terfiksasi ke jaringan sekitarnya dan timbul gejala desakan. Radiasi
tidak efektif, dapat dilakukan eksplorasi bedah dan mengeksisi
bagian isthmus untuk mengatasi atau mencegah gejala desakan.

2.12 Tatalaksana
A. Pembedahan

Kecuali karsinoma tak berdiferensiasi terapi kanker tiroid


terutama adalah operasi. Menurut jenis patologik dan lingkup infitrasi
dipilih model yang berbeda.

- Jika diagnosis karsinoma  operabel  tiroidektomi total


- Jika belum terdiagnosis, nodul tunggal  hemitiroidektomi
(artinya dilakukan tiroidektomi total, ismektomi dan lobektomi
lobus piramidalis
- Jika kemudian terdiagnosis sebagai karsinoma tiroid
berdiferensiasi baik  re-operasi menjadi tiroidektomi total atau
jika skor prognostic baik  observasi dan follow up yang baik

26
(klinis, USG, tiroglobulin). Pada karsinoma folikuler, menunggu
hingga hasil histopatologi jika diperlukan re operasi (sesuai skor
prognosis) harus dilakukan dalam 2 minggu jika lebih sebaiknya
menunggu >3 bulan untuk mengurangi komplikasi operasi.
- Karsinoma medulare  tiroidektomi total
- Karsinoma anaplastik  tiroidektomi total. Jika inoperable maka
tindakan bedah untuk diagnostic dan paliatif
( debulkingisthmectomy)
- Pembesaran KGB mediastinum, thyro-thymic extension 
ekstensi pembedahan hingga mediastinum superior dengan
superior-sternotomy.
- Ekstensi atau infiltrasi pada trakea  eksisi sebagian cincin
trakea atau reseksi sebagian lingkar cincin trakea.

Tindakan bedah diagnostic berupa biopsi insisi atau eksisi,


sedangkan terapeutik bersifat ablatif. Beberapa tindaka pembedahan
terapeutik yaitu :

a. Lobektomi unilateral dan ismektomi/ hemitiroidektomi :


pengangkatan satu lobus lateral dan isthmus serta lobus
paramidalis. Bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid (bila
hasil pemeriksaan pra operasi adalah lesi di satu lobus,
eksplorasi intraoperative menemukan lesi lobus bilateral)
semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan
lobektomi unilateral dan ismektomi. Ketika melakukan ini,
harus memaparkan dan memperhatikan proteksi nervus
laringeus rekuren, secara rutin memeriksa adanya
pembesaran kelenjar limfe pre trakea dan para nervus
rekuren laringeus, bila ditemukan harus dingkat sekaligus.
b. Tiroidektomi total atau subtotal : pengangkatan sebagian
besar lobus kanan dan kiri dari jaringan tiroid dengan
menyisakan masing – masing kapsul posterior kurang lebih
3 gram. Total tiroidektomi yaitu mengangkat seluruh lobus

27
tiroid beserta KGB sekitar. Dilakukan bila lesi tiroid
mengenai kedua lobus atau kanker tiroid sudah memiliki
metastase jauh, memerlukan terapi isotop pasca operasi.

Gambar 12 Bagan tiroid yang dilakukan Hemitiroidectomy, Total dan subtotal


tiroidectomy
c. Radical Neck Dissection (RND) : pengangkatan seluruh
tumor ganas dan KGB sekitar dari level 1 – 5 serta jaringan
limfoid di daerah leher sisi tersebut. Dilakukan bila ada
pembesaran KGB leher karena metastasis dengan infiltrasi
jaringan sekitar. Operasi pembedahan ini tidak boleh
dilakukan jika kanker telah menyebar ke luar kepala dan
leher. dengan batas – batas :
o Batas atas : margo inferior mandibula
o Batas belakang : m. trapezius
o Batas bawah : antara clavicula dengan midline sternum
o Dasar : m. scalenus

Terdapat beberapa bentuk RND ini :

1. RND modifikasi 1 : mempertahankan N. asesorius

28
2. RND modifikasi 2 : mempertahankan N.asesorius dan
vena jugularis interna
3. RND modifikasi 3 : mempertahankan N. asesorius, vena
jugularis interna, dan m. sternokleidomastoideus.

Gambar 13 Tahapan teknik operasi Radical Neck Dissection pada Thyroid


Cancer (Kiri) dan Level KGB leher (kanan) (Researchgate.net)

B. Terapi Non operatif


1. Radioterapi

29
a. Radioterapi eksternal : kanker tiroid berdiferensiasi baik tidak
peka terhadap radioterapi rutin, selain itu organ sekitarnya
seperti kartilago tiroidea, trakea, medulla spinali dan lainnya
kurang tahan terhadap radiasi, sehingga pada umumnya tidak
dianjurkan radioterapi eksterna murni atau radioterapi adjuvant
rutin pasca operasi. Indikasi radioterapi umumnya dianggap
mencakup karsinoma tak berdiferensiasi, karsinoma tiroid
berdiferensiasi pasca operasi dengan remnan lokal, lesi yang
tidak mengambil I – 131, metastasis otak, dll.
b. Radioterapi internal : radiasi I-131 berefek destruktif terhadap
jaringan tiroid, sedangkan sebagian besar karsinoma tiroid
berdiferensiasi bersifat mengambil I-131. Maka secara klinis I-
131 dipakai untuk terapi karsinoma berdiferensiasi khususnya
kasus dengan metastasis jauh dan bersifat mengambil I-131.
2. Terapi hormonal
Pasca operasi karsinoma tiroid berdiferensiasi, pasien pada
dasarnya secara rutin diberikan tiroksin. Dasar teorinya adalah
tiroksin dapat menghambat sekresi TSH sehingga mengurangi
rekurensi dan metastasis karsinoma tiroid berdiferensiasi. Saat ini,
tindakan klinis umumnya adalah pasca operasi menggunakan
tiroksin secara kontinue selama jangka waktu panjang atau relative
panjang, dosis disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH serum
atau mencapai kondisi batas hipertiroid.
3. Kemoterapi
Saat ini masih belum ada kemoterapi yang efektif untuk karsinoma
tiroid berdiferensiasi, maka secara klinis kemoterapi hanya
digunakan secara selektif pada pasien stadium lanjut yang tidak
dapat di operasi atau pasien dengan metastasi jauh, atau dipakai
bersama metode terapi lainnya. Secara relative, karsinoma tak
berdiferensiasi lebih peka terhadap kemoterapi, secara klinis
umumnya dipakai kemoterapi kombinasi.
C. Komplikasi Pasca Operasi

30
1. Perdarahan
Bila darah pada botol drain > 300 ml/jam perlu dilakukan re-
open. Bila merupakan perdarahan arterial, drain kurang cepat
menampung darah dan menggumpal di leher dan menekan
trakea sehingga penderita sesak nafas.
2. Lesi N.Laringeus Recurren dan Laringeus externus superior
Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan
tonus suara dan cabang internus mengakibatkan penderita
tersedak bila minum air.
3. Hipoparatiroidisme
Hipokalsemia transien terjadi 1-2 hari pasca bedah. Bila timbul
gejala parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi IV kalsium
glukonas 10% sebanyak 10 ml disertai kalsium peroral.
Hipoparatiroidism permanen bila kelenjar terambil sebanyak 2
atau lebih atau terjadi kerusakan vaskularisasinya. Sehingga,
perlu dilakukan autotransplantasi kelenjar paratiroid pada m.
sternokleidomastoideus.
4. Hipotiroidisme
5. Infeksi

31
Gambar 14 Pendekatan Nodul Tiroid dengan fasilitas pemeriksaan
FNAB

32
2.13 Prognosis
Prognosis karsinoma tiroid bervariasi, ada yang tumbuh lambat, sangat
sedikit membawa kematian; ada yang tumbuh cepat, angka kematian
tinggi. Faktor yang berpengaruh menonjol terhadap prognosis karsinoma
tiroid terutama mencakup : jenis patologik, stadium dan metastasis jauh.
Menurut data dari RS Kanker Universitas Kedokteran Zhongsan, pada
karsinoma tiroid berdiferensiasi, angka survival 5 tahun dan 10 tahun,
masing – masing adalah 93,6% dan 87,5%. Karsinoma medular dan
karsinoma tak berdiferensiasi memiliki survival 5 tahun masing – masing
68,75% dan 16,81%. Selain itu, usia, jenis kelamin, ukuran lesi dan
stadium T juga berpengaruh pada prognosis karsinoma tiroid. Terdapat
beberapa skoring untuk mengetahui pertimbangan pengobatan. Dapat
berdasarkan AGES, AMES, dan MACIS.

33
Gambar 17 Skor prognosis karsinoma tiroid berdasarkan AGES, AMES, dan
MACIS

BAB III

KESIMPULAN

Karsinoma tiroid merupakan pertumbuhan abnormal dari kelenjar


tiroid, yaitu pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan struktural

34
dengan atau tanpa perubahan fungsional pada satu atau beberapa bagian
dalam jaringan tiroid normal menempati urutan ke 5 terbanyak setelah
karsinoma payudara, serviks, kulit dan rectum. Pentingnya faktor resiko,
seperti riwayat keluarga pasien yang pernah mengalami kanker tiroid
sebelumnya serta riwayat terpajan radiasi saat anak – anak.

Karsinoma tiroid secara klinis dibagi menjadi karsinoma papilar,


folikular, medular, dan anaplastik. Penggolongan stadium karsinoma tiroid
dapat dibagi berdasarkan TNM dan AJCC. Gejala utama pada karsinoma
tiroid adalah adanya nodul/ tumor pada tiroid yang dapat dinilai ukuran,
batas, konsistensi, permukaan, dan laju pertumbuhan tumor, adanya
gejala desakan tumor, serta pembesaran kelenjar limfe di leher.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain fungsi tiroid,
calcitonin, tiroglobulin, USG, sidik tiroid dan histopatologis sebagai gold
standart.

Tatalaksana karsinoma tiroid, tergantung dari apakah tumor


tersebut operable atau inoperable. Salah satu teknik operasi yang
dilakukan adalah tiroidectomy. Terdapat total tiroidectomy, subtotal
tiroidectomy, dan hemitiroidectomy. Prognosis dapat berdasarkan
AGES,AMES, ataupun MACIS.

DAFTAR PUSTAKA
Parura, Yolanda; Pontoh victor; Marselus Merung. 2016. Pola Kanker
Tiroid Periode Juli 2013 – Juni 2016 di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado. Journal e-Clinic. Vol 4. No 2.

Vecchia Carto La; Malvezzi Matteo; Cristina B..2014. Thyroid Cancer


Mortality and Incidence : A Global Overview. International Journal of
cancer.

35
Adham M.; Noval Aldino. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma
Tiroid Berdifferensiasi. ORLI Jurnal Vol 48 No 2.

Handayani SHS, Purnami SW. 2014. Pendekatan Metode Klasifikasi dan


Regresi Tree untuk Diagnosa Tigkat Keganasan Kanker pada pasien
Kanker Tiroid. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3:24-29.

American Cancer Society. 2016. Cancer of Thyroid.


http://www.cancer.org/cancer/thyroid

Utama, Yohanes Dona Christi. 2012. Nilai Diagnostik Karakteristik Klinis


Dibandingkan dengan Biopsi Patologi anatomi dalam Mediagnosis
Karsinoma Tiroid. Jurnal Media Medika Muda.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar.


http://www.depkes.go.id/resource/download/general/riskesdas

Tjindarbumi D., 2010. Karsinoma Tiroid. Dalam : Reksoprodjo S.


Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu Bedah FK UI/ RS Cipto
Mangunkusumo. 345-52.

Desen, Wan. 2008. Buku ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

https://www.eultrasonography.org/journal/view.php?
doi=10.14366/usg.16048

36

Anda mungkin juga menyukai