Pembimbing:
Penyusun:
REFERAT
TATA LAKSANA PNEUMOTHORAKS
Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................4
2.6 Diagnosis..................................................................................
2.8 Penatalaksanaan....................................................................
2.9 Komplikasi.....................................................................
2.10 Prognosis................................................................................
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh
reaksi imun seseorang yang menurun sehingga terjadi mekanisme
makrofag aktif yang menimbulkan peradangan nonspesifik yang luas.
Peradangan yang berlangsung lama ini menyebabkan gangguan faal paru
berupa adanya sputum, terjadinya perubahan pola pernapasan, rileksasi
menurun, perubahan postur tubuh, berat badan menurun dan gerak
lapang paru menjadi tidak maksimal (Irawati, 2013)
2.6 Diagnosis
Diagnosis SOPT di tegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis :
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
2.8 Penatalaksanaan
Pada sebagian bekas penderita TB, masih mengeluhkan batuk dan
timbul sesak bertahun tahun kemudian (SOPT). Gejala ini terjadi karena
adanya kerusakan paru yang permanen, gangguan menetap restriktif dan
sebagian obstruktif pada spirometri. Biasanya penderita SOPT ini
irreversibel pada pemberian obat bronkodilator dan bahkan dengan
kortikosteroid (Mangunegoro, 2003). Namun SOPT termasuk dalam
penyakit obstruksi paru yang gejalanya mirip PPOK. Terapi SOPT
diberikan sesuai kausa. Pilihan terapi untuk SOPT, adalah:
1. Bronkodilator:
a. golongan atikolinergik : ipatropium bromida (0,5 mg)
b. golongan agonis β-2 : salbutamol (2,5 mg)
c. Kombinasi : ipatropium bromida (0,5 mmg) dengan
salbutamol (2,5 mg) nebulasi
d. golongan xantin : aminofilin (200 mg)
2. Antiinflamasi : Prednison atau metil prednisolon
3. Anti-oksidan : N-acetyl cystein
4. Anti biotika (hanya diberikan jika terdapat infeksi) golongan β-
lactam dan makrolid
5. Terapi oksigen
6. Rehabilitasi medik
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada SOPT adalah :
1. Gagal napas
- Gagal napas kronik
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
Gagal napas kronik : Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan
Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan :
- Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu
tidur
- Antioksidan
- Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
- Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
- Sputum bertambah dan purulen
- Demam
- Kesadaran menurun.
Infeksi berulang
Pada pasien SOPT produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi
infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih
rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat
disertai gagal jantung kanan
2.10 Prognosis
Prognosis SOPT bergantung pada keparahan setelah terapi TB
dan ketaan dalam terapi nya.
BAB 3
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Patogenesis sindrom obstruksi difus pada penderita TB paru yang
kelainan obstruksinya menuju terjadinya sindrom obstruksi pasca TB (SOPT),
sangat kompleks kemungkinan nya antara lain :
1) Infeksi TB dipengaruhi oleh reaksi imunologis perorangan,
sehingga dapat menimbulkan reaksi peradangan nonspesifik yang
luas karena tertariknya neutrofil ke dalam parenkim paru makrofag
aktif.
2) Akibatnya timbul destruksi janingan paru oleh karena proses TB.
3) Destruksi jaringan paru disebabkan oleh proses proteolisis dan
oksidasi akibat infeksi TB.
4) TB"paru merupakan infeksi menahun sehingga sistim imunologis
diaktifkan untuk jangkalama, akibatnya proses.proteolisis dan oksidasi
sangat meningkat untuk jangka lama sehingg adestruksi matriks alveoli
terjadi cukup luas menuju kerusakan paru yang, menahun dan
mengakibatkan gangguan faal paru yang dapat dideteksi secara
spirometri.
Daftar Pustaka
Aida,N. 2006. Patogenesis Sindrom Ostruksi Pasca Tuberkulosis. Bagian Ilmu
Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta.
Budiono, I. 2007. Faktor Risiko Gangguan Fungsi paru Pada Pekerja Pengecatan
Mobil. Magister Epidemiologi,Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Rojas R dkk. 2007. Lung Function Growth in Children with Long - Term Exposure
to Air Pollutants in Mexico City. American Journal of Respiratory and Critical Care
Medicine. Volume 176 nomor 4.
Ngahane BH dkk. 2015. Effects of cooking fuel smoke on respiratory symptoms
and lung function in semi-rural women in Cameroon. Int J Occup Environ Health. Volume
21 Nomor 1.