DAFTAR ISI........................................................................................................................................... i
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
BAB 2 ..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI .............................................................................................................................. 3
A. TEORI PPOK............................................................................................................................ 3
B. PATHWAY................................................................................................................................ 4
C. TEORI ASKEP PPOK ............................................................................................................. 5
BAB 3 ..................................................................................................................................................... 9
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................................................... 9
A. PENGKAJIAN .......................................................................................................................... 9
B. RENCANA KEPERAWATAN .............................................................................................. 10
C. IMPLEMENTASI ................................................................................................................... 11
D. EVALUASI .............................................................................................................................. 11
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan
diobati, ditandai oleh keterbatasan aliran udara persisten, bersifat progresif, dan disertai dengan
respons inflamasi kronik pada saluran napas paru akibat gas atau partikel berbahaya.
Eksaserbasi dan komorbid berkontribusi terhadap perburukan penyakit. Penyakit paru
obstruktif kronik merupakan proses inflamasi paru kronik, termasuk bronkitis kronis dengan
fibrosis disertai obstruksi saluran napas kecil, dan emfisema dengan pelebaran rongga udara
disertai destruksi parenkim paru, penurunan elastisitas paru, dan obstruksi saluran napas kecil
(Suradi et al., 2015). PPOK adalah sekelompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama
dan disertai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara (Padila, 2012). PPOK adalah
penyakit yang umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau kelainan
alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan terhadap partikel atau gas yang berbahaya
(GOLD, 2020).
Penyakit paru obstruktif kronik masih menjadi ancaman bagi masyarakat dunia
(Quaderi, S. A., & Hurst, 2018). PPOK akan berdampak negatif terhadap kesehatan penderita.
Penyakit ini memiliki prognosis yang akan terus memburuk seiring dengan bertambahnya
waktu, salah satu dampak yang akan dirasakan oleh pasien adalah adanya batuk produktif yang
terjadi terus menerus. Salah satu faktor risiko PPOK adalah pajanan asap rokok (Kedokteran,
2018). PPOK berhubungan dengan prevalensi tinggi adanya kondisi komorbid yang
selanjutnya akan berdampak negatif pada prognosis dan kualitas hidup. Eksaserbasi merupakan
penyebab morbiditas paling penting pada PPOK. Sekali pasien datang ke instalasi rawat darurat
atau menjalani perawatan di rumah sakit karena perburukan atau eksaserbasi maka akan
berisiko tinggi untuk perawatan kembali dan terjadinya mortalitas. Mortalitas pada pasien yang
dirawat di rumah sakit karena eksaserbasi dengan hiperkapnia dan asidosis diperkirakan
sebesar 10%. Mortalitas sebesar 40% pada pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik 1
tahun setelah perawatan dan mortalitas sebesar 49% oleh karena berbagai sebab 3 tahun setelah
pasien pulang dari perawatan sebelumnya (Suradi et al., 2015).
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko 30 kali lebih
besar dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kematian akibat PPOK terkait dengan usia
1
mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan status merokok yang terakhir saat PPOK mulai
berkembang(Ikawati, 2016). Kebiasaan merokok pada masyarakat Indonesia menjadi ancaman
penyebab utama penyakit paru obstruktif kronik.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. TEORI PPOK
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) adalah suatu penyakit dengan karakteristik
keluhan respiratorik persisten dan hambatan aliran udara akibat abnormalitas saluran napas dan
atau alveolar, umumnya disebabkan paparan signifikan partikel atau gas berbahaya (GOLD,
2017).
Penyakit paru obstruksi kronik terdiri dari emfisema, bronkitis kronis dan penyempitan
saluran napas kecil. Secara anatomis terjadi kerusakan dan pelebaran alveoli yang disebut
emfisema. Batuk dan dahak yang kronis secara klinis disebut sebagai bronkitis kronis. Disebut
sebagai PPOK apabila terdapat obstruksi saluran napas. Hambatan aliran udara pada PPOK
disebabkan gabungan penyakit saluran napas kecil yaitu bronkiolitis obstruktif dan destruksi
parenkim yaitu emfisema yang bervariasi pada tiap individu. Inflamasi kronik dapat
menyebabkan perubahan struktur dan mempersempit saluran napas kecil. Proses inflamasi
merusak parenkim paru sehingga hubungan alveoli ke saluran napas kecil hilang dan
menurunkan elastisitas rekoil paru, menyebabkan hilangnya kemampuan saluran napas terbuka
maksimal saat ekspirasi. Faktor risiko utama terjadinya PPOK adalah asap rokok (PDPI, 2016).
3
B. PATHWAY
PPOK Inflamasi
Sesak Anoreksi
MK : Intoleransi
aktivitas
MK : Gangguan nutris
MK : ketidak efektif
kurang dari kebutuhan
pola nafas
tubuh
4
C. TEORI ASKEP PPOK
Proses keperawatan meliputi
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Perawat menggunakan pangkajian dan penilaian klinis untuk merumuskan hipotesis atau
penjelasan tentang penyajian masalah aktual atau potensial, risiko dan atau peluang promosi
kesehatan.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomor
registrasi.
b. Keluhan utama
Pada umumnya, pasien PPOK mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai sputum.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnua pasien PPOK mengeluhkan sesak napas, kelemahan fisik, dan batuk
yang disertai dengan adanya sputum.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Ikawati 2016 mengataka pada umumnya pada riwayat paparan gas berbahaya seperti
merokok, polusi udara, gas hasil pembakaran dan mempunyai riwayat penyakit seperti
asma
e. Riwayat kesehatan keluarga
5
ada umumnya ditemukan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi (asma)
karna asma merupakan salah satu penyebab dari PPOK.
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada umumnya pada penderita PPOK terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang PPOK.
Ikawati, 2016 mengatakan pada umumnya terdapat riwayat merokok karena
merokok meningkatkan risiko terjadinya PPOK 30 kali lebih besar
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya pada pasien PPOK terjadi penurunan nafsu makan.
3) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya tidak ada keluhan atau gangguan
4) Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat biasanya terganggu karena karena sesak.
5) Pola aktifitas dan latihan
Pasien dengan PPOK biasanya mengalami penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Suzanne, 2001 mengatakan bahwa aktifitas yang membutuhkan mengangkat
lengan keatas setinggi toraks dapat menyebabkan keletihan atau distress
pernafasan
6) Pola persepsi dan konsep diri
Biasa nya pasien merasa cemas dan ketakutan dengan kondisinya.
7) Pola sensori kognitif
Pada umumnya tidak ditemukan gangguan pada sensori kognitif
8) Pola hubungan peran
Pada umumnya terjadi perubahan dalam hubungan intrapersonal maupun
interpersonal .
9) Pola penanggulangan stress
Pada umumnya proses penyakit membuat klien merasa tidak berdaya sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
adaptif.
10) Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah
akan mengalami perubahan
6
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada umumnya adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
mempengaruhi pola ibadah pasien.
g. Pemeriksaan fisik
7
i) Ekstremitas
Pada umumnya didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger) sebagai dampak dari
hipoksemia yang berkepanjangan ( Muttaqin, 2012).
h. Pemeriksaan diagnostik
2) Analisa gas darah. PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat
dengan nilai normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai normal 7,35-7,45
3) Pemeriksaan Laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita
b) 12-14 gr/dl dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat dengan nilai normal
pada wanita 37-43 % dan pada laki-laki 40-48 %
c) Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada
d) 33 wanita 4,2-5,4 jt/mm dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm
e) Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE serum meningkat
dengan nilai normal < 100 IU/ml
f) Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai normal > 95 %.
g) Elektrolit menurun
4) Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran . kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia, hemophylus influenzae.
5) Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral) Menunjukkan adanya hiperinflasi
paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru
8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Nama : Tn. F No. CM : 19xxx
Usia : 54 tahun Diagnosa Medis : PPOK
9
- Tampak adanya
restraksi dinding
dada.
- Focal premitus
paru kanan dan kiri
tidak sama,
- Indeks massa tubuh
16.
- Pasien tampak
pucat dan terlihat
sesak serta
kelelahan.
- TTV :
- Suhu : 36,3C
- TD :120/90mmHg
- RR : 24x/menit
B. RENCANA KEPERAWATAN
No Tujuan Dan Kriteria Hasil (SLKI ) Intervensi Keperawatan (SIKI)
10
C. IMPLEMENTASI
No Hari/tanggal Implementasi Respon TTD
Dx.1 Minggu/11 1. Observasi - Pasien merasa Perawat.
September - Memonitor pola nafas lebih baik Nn
2022 (usaha nafas) - Pasien bisa
- Memonitor bunyi nafas melakukan
tambahan (ronki kering) teknik batuk
- Memonitor spuntum efektif secara
(jumlah) mandiri dan
2. Terapeutik mengeluarkan
- Memposisikan semi batuk secara lega
fowler atau fowler
- Memberikan minuman
hangat
- Melakukan fisioterapi
dada
- Melakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan
- Memberikan oksigen
3. Edukasi
- Menganjurkan asupan
cairan 200ml/hari
- Mengajarkan Teknik
efektif
D. EVALUASI
No Hari/tanggal Evaluasi TTD
Dx.1 Minggu/11 S: Perawat. Nn
September - Pasien mengatakan sesak
2022 napas, batuk berdahak,
lemas
- Pasien mengatakan sudah
agak nyaman setelah
diberi minum air hangat
- Pasien mengatakan sudah
agak nyaman setelah
diposisikan semi fowler
dan setelah dilakukan
fisioterapi dada
- Pasien mengatakan sudah
mengerti apa yang
11
diajarkan perawat
bagaimana cara batuk
efektif dan mengeluarkan
sputum
- Pasien mengatakan susah
makan
O:
- Pasien tampak mengerti
bagaimana cara
mengeluarkan sputum
yang efektif
- Dada pasien masih seperti
dada burung, ada retraksi
dinding dada
- Masih terdengar bunyi
ronchi pada paru-paru
kanan dan kiri
- Sesak napas pasien
berkurang setelah
dilakukan posisi semi
fowler
- Pasien tampak sudah
mengerti dan paham
setelah mendapat arahan
dari perawat
A:
- Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Pemeriksaan fisik bagian
dada
- Monitor sputum
- Monitor bunyi napas
tambahan
- Monitor pola napas
- Monitor asupan makan
12