Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 1
Dosen Pengampu : Nailil Mawadah Rohma, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2 / 4C
Nama NIM
1. Setya Wijayani 20631967
2. Anis Feby Lestari 20631961
3. Devi Dewi Setyawati 20631947

PRODI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2022 /2023
BAB 1
KAJIAN TEORI
A. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu kelainan yang ditandai
dengan adanya hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Perlambatan
aliran udara umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi yang
abnormal terjadap partikel atau gas iritan. Pada PPOK paru-paru penderita tidak dapat
mengembang sempurna karena adanya sumbatan akibat penumpukan sekret di paru-paru
(Lyndon Saputra, 2010). Hal ini menyebabkan udara terperangkap dan menimbulkan
terganggunya pertukaran gas sehingga akan muncul gejala-gejala batuk, produksi sputum
meningkat, wheezing dan berhubungan dengan respon inflamasi (Suardana, dkk., 2019;
Silalahi & Siregar, 2019).
PPOK tergolong penyakit tidak menular dan menjadi penyebab kematian terbesar
ke-4 di dunia, setelah penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes (WHO, 2010).
Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Karakteristik hambatan
aliran udara pada penyakit Paru-Paru Obstrktif Kronis (PPOK) disebabkan oleh gangguan
antara obstruksi saluran nafas kecil (Obstruksi Kronkiolitis) dan kerusakan parenkim
(Emfisema) yang berfariasi dalam individu. Brinchitis kronik dan Emfisema tidak
termasuk definisi PPOK, karena Bronchitis Kronik merupakan diagnosis klinis,
sedangkan Emfisema merupakan diagnosa patologis (Maisaroh, 2018).
B. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) :
a. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah faktor risiko terpenting untuk PPOK. Prevalensi tertinggi
gangguan pernafasan dan gangguan fungsi paru ditemukan pada perokok. Usia saat
mulai merokok, jumlah bungkus per tahun, dan perokok aktif dikaitkan dengan
kematian. Merokok menyebabkan peradangan kronis, stres oksidatif dan
ketidakseimbangan aktivitas protease-antiprotease yang akan menyebabkan kerusakan
parenkim paru. Kerusakan parenkim paru yang berlanjut akan menyebabkan
remodelling dan fibrosis jaringan paru. Namun, tidak semua perokok akan terus
menderita PPOK, hanya sekitar 20% perokok yang akan mengalami PPOK, hal ini
menunjukkan bahwa faktor lingkungan bukan satu-satunya faktor yang berperan
(Mustofa dan Zuya, 2019).
b. Polusi Udara
Polusi udara terdiri dari polusi dalam ruangan (indoor) seperti asap rokok, asap
kompor, asap kayu bakar dan lain-lain, sedangkan polusi luar ruangan seperti knalpot
industri, knalpot kendaraan bermotor, debu jalan dan polusi dalam ruangan tempat
kerja seperti bahan kimia, debu/iritan, gas beracun dan lain-lain.
c. Riwayat Infeksi Saluran Pernafasan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah infeksi akut yang mengenai saluran
pernafasan, hidung, sinus, faring atau laten. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan
penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak dan juga dapat menyebabkan
kecacatan pada masa dewasa, dimana terdapat hubungan dengan timbulnya PPOK.
d. Bersifat Genetic
Faktor risiko genetik berkontribusi terhadap 13% pasien PPOK (Maisaroh,
2018). Polimorfisme genetik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan progresi PPOK. Polimorfisme genetik adalah adanya dua atau lebih
alel pada bagian tertentu dari kromosom yang relatif sering terjadi dalam suatu
populasi (>1%). Sebuah polimorfisme genetik terdokumentasi dengan baik untuk
PPOK adalah polimorfisme gen SERPINE1 yang menyebabkan defisiensi alpha1-
antitrypsin (HHIP) parah dan berbagai gen lainnya. Namun, peran gen ini masih belum
jelas apakah berhubungan langsung dengan PPOK atau hanya sebagai gen penanda
risiko PPOK. Masih diperlukan banyak penelitian tentang gen lain yang terkait atau
polimorfisme nya menyebabkan PPOK (Mustofa dan Zuya, 2019).
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan napas
tidak efektif (Ikawati, 2016) sebagai berikut :
a. Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari, dan
seringkali terjadi sepanjang hari.
b. Produksi sputum secara kronis.
c. Lelah,lesu
d. Sesak nafas (dispnea) bersifat progresif sepanjang waktu, memburuk jika berolahraga,
dan memburuk jika terkena infeksipernapasan.
e. Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik (cepat lelah,terengah-engah)
Manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah (Padila, 2012) :
a. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan,
udara dingin, atau infeksi.
b. Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang.
c. Dispnea atau sesak napas.
d. Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari keadaan normal dengan frekuensi lebih
dari 24 kali permenit (Tarwoto & Wartonah, 2015).
e. Hipoksia, hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defesiensi oksigen yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler (Tarwoto &
Wartonah,2015).
D. PATOFISIOLOGI

Etiologi Faktor Predisposisi Faktor Pencetus


(Riwayat merokok, (Bronchitis Kronik,
polusi udara, Emfisema)
ISP,Genetik)

PPOK

Iritasi saluran nafas


perubahan anatomis
perenkim paru
Peningkatan sekret bronkiolus,
Sel Goblet meningkat,
Bronchiolus menyempit
Fungsi silia menurun

Elastisitas paru menurun


Batuk

MK: Risiko Infeksi Fibrosis Alveoli


MK: Bersihan jalan nafas
tidak efektif Dinding bronchial rusak
(kehilangan struktur
pendukung)

Bronchiolus Kolaps Sputum kental

Dinding alveolus Obstruksi jalan nafas


mengalami kerusakan

Gangguan disfusi O2 Kompensasi tubuh untuk Suplai O2 menurun, CO2


memenuhi keb.O2 meningkat
meningkatkan frekuensi
MK: Gangguan pernafasan
pertukaran gas Hipoksia
Kontraksi otot
pernafasan , penggunaan Sesak Nafas
energi untuk perna fasan
meningkat MK: Pola nafas tidak
efektif
MK: Intoleransi
Aktifitas
E. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah sebagai berikut:
a. Pemberian obat-obatan
1. Bronkodilitator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistematik
2. Anti inflamasi
Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednisone. Untuk penggunaan
jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada eksasebasi
dapat dugunakan dalam bentuk oral atau sistematik.
3. Antibiotik
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotic pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.
4. Mukolitik
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan simptomatik
bila terdapat dahak yang lengket dan kental.
5. Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan secara
rutin merupkan kontraindikasi.
b. Pengobatan penunjang
1. Rehabilitasi
a. Edukasi
b. Berhenti rokok
c. Latihan fisik dan respirasi
d. Nutrisi
2. Terapi oksigen
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang atau
pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati-hatia dapat menyebabkan
hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka panjang pada PPOK
stabil derajat berat dapat memperbaiki kualiti hidup.
3. Ventilisasi mekanik
Ventilisasi mekanik invasive digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilisasi
mekanik noninvasive digunakan diruang rawat atau di rumah sebagai perawatan
lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat.
4. Operasi paru
Dilakukan bulektomi bila terdapat bulla yang besar atau transplantasi paru (masih
dalam proses penelitian di negara maju)
5. Vaksinasi influenza
Untuk mngurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabi. Vaksinasi influenza
diberikan pada :
a). Usia diatas 60 tahun
b). PPOK sedang dan berat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain:
1. Radiologi (foto toraks)
2. Spirometri
3. Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia
kronik)
4. Analisa gas darah
5. Mikrobiologi sputum diperlukan untuk pemilihan antibiotic bila terjadi eksaserbasi.
BAB 2
ASKEP TEORI
2. 1.Asuhan Keperawatan Menurut Teori
a. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Pada klien penderita PPOK diantaranya usia > 40 tahun. Pasien PPOK
biasanya bekerja sebagai karyawan pabrik rokok dan karyawan pabrik
furniture.
b. Identitas Penanggung Jawab
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering dirasakan para pasien PPOK biasanya adanya sesak
nafas, batuk tak kunjung sembuh.
a. Keluhan Utama Saat MRS
Data fokus yang dirasakan saat masuk rumah sakit.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Data fokus yang dirasakan pasien saat pengkajian.
3. Diagnosa Medis
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien dan mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
klien dibawa ke Rumah Sakit Umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahan serta data yang didapat saat
pengkajian.
b. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit menular yang lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluarga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit
yang lain yang ada di dalam keluarga.
Gambarkan genogram keluarga klien.
5. Riwayat Keperawatan Klien
a. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
1) Pola kebutuhan nutrisi dan cairan
Pengkajian tentang status nutrisi pasien meliputi jumlah, frekuensi
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya.Pada
pasien sesak nafas sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.Hal ini karena terjadi dipsnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasan yang di alami pasien.
2) Pola Eliminasi (BAK dan BAB)
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun
gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK.
3) Pola Istirahat Tidur
Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat pasien yang
meliputi berapa lama pasien tidur dan istirahat, serta berapa besar
akibat kelelahan yang dialami pasien Adanya wheezing, sesak, dan
ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.
4) Pola Kebersihan Diri (PH)
5) Aktivitas Lain
Perlu dikaji tentang aktivitas keseharian pasien seperti olahraga,
bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas juga dapat mejadi faktor
pencetus PPOK.
b. Riwayat Psikologis
c. Riwayat Sosial
d. Riwayat Spiritual
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu, perlu
pemeriksaan GCS, untuk menentukn tingkat kesadaran pasien apakan
kompos mentis, somnolen atau koma.
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
c. Pemeriksaan Wajah
d. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam
e. Pemeriksaan Thoraks / Dada
1) Paru-paru
Inspeksi : pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan
usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan
otot bantu nafas (stroknokleidomastoid). Pada saat
inspeksi, biasanya dapat terlihat pasien mempunyai
bentuk dada barrel chest akibat udara yang
terperangkap, penipisan massa otot, bernafas dengan
bibir yang dirapatkan, dan nafas abnormal yang tidak
efektif. Pada tahap lanjut, dyspnea terjadi pada saat
beraktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-
hari seperti makan dan mandi
Auskultasi : sering didapatkan adanya bunyi nafas ronkhi dan
wheezing sesuai tngkat keparahan obstruksi pada
bronkhiolus.
Palpasi : pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus
biasanya menurun
Perkusi : pada perkusi, didapatkan suara abnormal sampai
hipersonor sedangkan diafragma mendatar /menurun.
2) Jantung
Perawat perlu memonitor dampak ppok pada status kardiovaskuler
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan
CRT.
f. Pemeriksaan Abdomen
g. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
Pengukuran Output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguria,
karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok
h. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang
i. Pemeriksaann Ekstremitas / Muskuloskeletal
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) akan
mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya
penurunan BB dan penurunan massa otot.
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada
ekstremitas karena dapat merangsang serangan PPOK.
j. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran / Penghidu / Tenggorokan
k. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
l. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
m. Pemeriksaan Kulit / Integument
Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kaar, kering,
kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,
perdarahan, pruritus, eksim, danadanya bekas atau tanda urtikaria atau
dermatitis.
Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi,
mengingat hal-hal tersebut dapat merangsang serangan PPOK.
n. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rutin : faal paru, darah rutin, radiologi.
b) Pemeriksaan khusus (tidak rutin) : faal paru, uji latih
kardiopulmoner, uji provokasi bronkus, uji coba korttikosteroid,
analisis gas darah, radiologi, elektrokardiografi, ekokardiografi,
bakteriologi, kadar alfa-1 antitripsin.
7. Tindakan Dan Terapi
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihkan jalan nafas b.d peningkatan sekret
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan disfusi O²
3. Pola nafas tidak efektif b.d sesak nafas
c. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Intervensi Kriteria hasil

D.0001 I.01006 L.01001


Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
Definisi : Melatih pasien Setelah dilakukan
Definisi : Ketidakmampuan yang tidak memiliki intervensi keperawatan
membersihkan secret atau kemampuan batuk secara selama 3x 24 jam, maka
obstruksi jalan napas untuk efektif untuk status kenyamanan
mempertahankan jalan membersihkan laring, meningkat, dengan
napas tetap paten. trakea dan bronkiolus dari kriteria hasil :
secret atau benda asing di 1. Produksi sputum
jalan napas. 2. Mengi
Etiologi : 3. Wheezing
- Fisiologis Tindakan : 4. Meconium (pada
1. Spasme jalan napas Observasi neonates)
2. Hipersekresi jalan - Identifikasi kemampuan 5. Dispnea
napas batuk 6. Ortopnea
3. Disfungsi - Monitor adanya retensi 7. Sulit bicara
neuromuskuler sputum 8. Sianosis
4. Benda asing dalam - Monitor tanda dan gejala 9. Gelisah
jalan napas infeksi saluran napas 10.Frekuensi napas
5. Adanya jalan napas - Monitor input dan output 11.Pola napas
buatan cairan Terapeutik
6. Sekresi yang tertahan - Atur posisi semi Fowler
7. Hyperplasia dinding atau Fowler
jalan napas - Pasang perlak dan
8. Proses infeksi bengkok di pangkuan
9. Respon alergi pasien
10. Efek agen - Buang secret pada tempat
farmakologis (mis. sputum
anastesi)
- Situasional Edukasi
1. Merokok aktif - Jelaskan tujuan dan
2. Merokok pasif prosedur batuk efektif
3. Terpajan polutan - Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
Gejala dan Tanda Mayor selama 4 detik, ditahan
- Subjektif selama 2 detik, kemudian
(tidak tersedia) keluarkan dari mulut
- Objektif dengan bibir mencucu
1. Batuk tidak efektif selama 8 detik
2. Tidak mampu batuk - Anjurkan mengulangi
3. Sputum berlebih tarik napas dalam hingga
4. Mengi, wheezing dan/ 3x
atau ronkhi kering - Anjurkan batuk dengan
5. Meconium di jalan kuat langsung setelah
napas (pada neonatus) tarik napas dalam yang
ke- 3
Gejala dan Tanda Minor
- Subjektif Kolaborasi
1. Dyspnea - Kolaborasi pemberian
2. Sulit bicara mukolitik atau
3. Ortopnea ekspektoran, jika perlu
- Objektif
1. Gelisah I.01014
2. Sianosis Pemantauan Respirasi
3. bunyi napas menurun
4. frekuensi napas Definisi : Mengumpulkan
berubah dan menganalisis data
5. pola napas berubah untuk memastikan
kepatenan jalan napas dan
Kondisi Klinis Terkait keefektifan pertukaran gas.
1. gullian barre syndrome
2. sklerosis multiple Tindakan
3. myasthenia gravis Observasi
4. prosedur diagnostic - Monitor frekuensi,
(mis. bronkoskopi, irama, kedalaman, dan
transesophageal upaya napas
echocardiography - Monitor pola napas
[TEE]). - Monitor kemampuan
5. Depresi system saraf batuk efektif
pusat - Monitor adanya
6. Cedera kepala produksi sputum
7. Stroke - Monitor adanya
8. Kuadriplegia sumbatan jalan napas
9. Sindrom aspirasi - Palpasi kesimetrisan
meconium ekspansi paru
10. Infeksi saluran - Auskultasi bunyi napas
napas - Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks

Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
- Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
D.0005 I.01011 L.01004
Pola Napas Tidak Efektif Manajemen Jalan Napas Pola Napas

Definisi : Inspirasi dan/ Definisi : Mengidentifikasi Setelah dilakukan


atau ekspirasi yang tidak dan mengelola kepatenan intervensi keperawatan
memberikan ventilasi jalan napas selama 3x 24 jam, maka
adekuat status kenyamanan
Tindakan meningkat, dengan
Etiologi : Observasi kriteria hasil :
1. Depresi pusat - Monitor pola napas 1. Ventilasi semenit
pernapasan (frekuensi, kedalaman, 2. Kapasitas vital
2. Hambatan usaha napas usaha napas) 3. Diameter thoraks
(mis. nyeri saat - Monitor bunyi napas anterior-posterior
bernapas, kelemahan tambahan 4. Tekanan ekspirasi
otot pernapasan) - Monitor sputum 5. Tekanan inspirasi
3. Deformitas dinding Terapeutik 6. Dispnea
dada - Pertahankan kepatenan 7. Penggunaan otot
4. Deformitas tulang jalan napas dengan head- bantu napas
dada tilt dan chin-lift 8. Pemanjangan fase
5. Gangguan - Posisikan semi-fowler ekspirasi
neuromuskuler atau fowler 9. Ortopnea
6. Gangguan neurologis - Berikan minum hangat 10. Pernapasan pursed-
7. Imaturitas neurologis - Lakukan fisioterapi dada, tip
8. Penurunan energi jika perlu 11. Pernapasan cuping
9. Obesitas - Lakukan penghisapan hidung
10. Posisi tubuh yang lender kurang dari 15 12.Frekuensi napas
menghambat ekspansi detik 13.Kedalaman napas
paru - Lakukan hiperoksigenasi 14.Ekskursi dada
11. Sindrom hipoventilasi sebelum penghisapan
12. Kerusakan inervasi endotrakeal
diafragma (kerusakan - Keluarkan sumbatan
saraf C5 ke atas) benda padat dengan
13. Cedera pada medulla forsep McGill
spinalis - Berikan oksigen, jika
14. Efek agen perlu
farmakologis
15. Kecemasan Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
Gejala dan Tanda Mayor 2000 ml/hari, jika tidak
- Subjektif kontraindikasi
1. Dispnea - Ajarkan teknik batuk
efektif
- Objektif
1. Penggunaan otot Kolaborasi
bantu pernapasan - Kolaborasi pemberian
2. Fase ekspirasi bronkodilator,
memanjang ekspektoran, mukolitik,
3. Pola napas abnormal jika perlu

Gejala dan Tanda Minor 1.01014


- Subjektif Pemantauan Respirasi
1. Ortopnea
Definisi : mengumpulkan
- Objektif dan menganalisis data
1. Pernapasan pursed-lip untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan
keefektifan pertukaran gas.

Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
nafas
- Monitor pola nafas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-Stokes,
Biot, ataksik)
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya produksi
sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AG D
- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
klien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
BAB 3
NILAI KEISLAMAN
3.1 NILAI KEISLAMAN
Pada perspektif AL-Quran mengenai ilmu penerapan kesehatan sangat diperlukan
untuk membawa kita dalam kesehatan didunia sebagai mana disebutan dalam firmaan
Allah surat (Ali imran;139).
َ‫َواَل تَ ِهنُوْ ا َواَل تَحْ َزنُوْ ا َواَ ْنتُ ُم ااْل َ ْعلَوْ نَ اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين‬

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Ali Imran: 139)
Ayat ini menghendaki agar umat Islam tidak lemah dan bersedih hati, meskipun
mereka menderita pukulan keras dan penderitaan yang agak pahit dalam perang Uhud,
karena kalah atau menang dalam perang adalah hal biasa yang termasuk dalam ketentuan
Allah. Kaum muslim yang berperang sebenarnya berpikiran kuat dan semangat yang
tinggi serta lebih unggul jika mereka benar-benar beriman. Dan Sebagaimana firman
Allah, dan didalam surat Al An’am ayat 125
ُ ‫ك يَجْ َع ُل هّٰللا‬
َ ِ‫ص َّع ُد فِى ال َّس َم ۤا ۗ ِء َك ٰذل‬
َّ َ‫ضيِّقًا َح َرجًا َكاَنَّ َما ي‬ َ ْ‫ضلَّهٗ يَجْ َعل‬
َ ‫ص ْد َر ٗه‬ ِ ُّ‫ص ْد َر ٗه لِاْل ِ ْساَل ۚ ِم َو َم ْن ي ُِّر ْد اَ ْن ي‬
‫هّٰللا‬
َ ْ‫فَ َم ْن ي ُِّر ِد ُ اَ ْن يَّ ْه ِديَ ٗ•ه يَ ْش َرح‬
َ‫س َعلَى الَّ ِذ ْينَ اَل يُْؤ ِمنُوْ ن‬ َ ْ‫ال ِّرج‬

Artinya; “Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,
seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orangorang yang tidak beriman”
Ayat ini artinya (Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah niscaya ia akan
membuka dadanya untuk memeluk Islam) memancarkan cahaya hidayah di dadanya
sehingga ia akan secara sadar menerima Islam dan akan membuka hatinya. demikianlah,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. (Dan siapa yang dikehendaki) Allah
(kesalahannya niscaya Allah pasti menjadikan dadanya sesak) dengan membaca takhfif
dan tasydid yang terasa sesak menerimanya terasa sesak sekali, dengan membaca surat
kasrah huruf ra-nya menjadi kata sifat dan membaca fathah sebagai mashdar yang
menerima kata sifat dengan arti mubalaghah (seolah-olah mendaki) menurut bacaan
qiraat yashsha`adu di kedua bacaan berarti mengidgamkan ta asal dalam surat tersebut.
Menurut qiraat lainnya membacakan surat shadnya sukun (ke arah langit) ketika iman
dikenakan padanya karena tampaknya sangat berat baginya. (Yaitu) sebagaimana adanya
(Allah memberikan hukuman) yang merupakan azab atau Setan, dengan pengertian azab
atau Setan yang mengendalikannya (kepada orang-orang yang kafir).
DAFTAR PUSTAKA
Khamelia. 2020. Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Dikutip dari
http://bangka.tribunnews.com/2020/01/22/asma-dan-penyakit-paru-obstruktif-kronik-
ppok . Di akses pada 14 Maret 2020
Kurniawan, Natalia Rianti & Poerbantanoe, Benny. 2019. Instalasi Rehabilitasi Medis Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Kabupaten Malang. Jurnal eDimensi Arsitektur. vol 7
(2) hal. 1-8.
Maisaroh, Iis. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
dengan Masalah Gangguan Pertukaran Gas”. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Insan
Cendekia Medika. Jombang.
Youni cornelis.2018. karya tulis ilmiah : asuhan keperawatan PPOK. Politeknik kesehatan
kementerian kesehatan Yogyakarta: prodi D-3 keperawatan

Anda mungkin juga menyukai