Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

COPD (Cronic Obstruktif Pulmonary Disease)

(RUANGAN)

Disusun oleh :

Nama : Devia Damayanti

NIM : 1800883

Pembimbing Akademik

Popon Haryeti, S.Kep., Ners., M.HKes

PROGRAM STUDI DIII

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS

SUMEDANG

2020
I. DEFINISI COPD

Cronic Obstruktif Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik


yang ditandai dengan hambatan aliran udara saluran nafas, dimana hambatan aliran
udara saluran nafas bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan
yang bersifat progresif ini disebabkan inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau
gas beracun yang terjadi dalam waktu lama dengan gejala utama sesak napas, batuk
dan produksi sputum. Faktor risiko terjadinya COPD yaitu usia, jenis kelamin,
merokok, hiperresponsif saluran pernapasan, pemaparan akibat kerja, polusi udara,
dan faktor genetik (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut WHO, COPD merupakan salah satu penyebab kematian yang bersaing
dengan HIV/AIDS untuk menempati tempat ke-4 atau ke-5 setelah Penyakit
Jantung Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan Infeksi Saluran Akut (COPD-
International, 2004). Di level global, COPD adalah masalah kesehatan masyarakat
yang signifikan dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab penyakit dan
kematian di dunia, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat
ketiga sebagai penyebab kematian (Papadopoulos, 2011).

II. ETIOLOGI COPD


a. Faktor lingkungan
Merokok merupakan penyebab utama , disertai resiko tambahan akibat
polutan udara di tempat kerja atau di dalam kota. Sebagian pasien memilki
asma kronis yang tidak terdiagnosis dan tidak di obati.
b. Genetik
Defisiensi anitripsin merupakan prdisposisi untuk berkembangnya COPD.
Di Amerika Serikat, iritasi yang paling umum yang menyebabkan COPD
adalah asap rokok. Pipa, cerutu, dan jenis – jenis asap rokok juga dapat
menyebabkan COPD, terutama jika asap yang di hirup. (National Heart
Lung and Blood, 2010)

III. MANIFESTASI KLINIS


Menurut (Smeltzr & Bare, 2001) :
1. Mempunyai gambaran klinik dominan ke arah bronchitis kronis (blue
bloater)
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Sesak nafa saat aktivitas dan nafas berbunyi
5. Mengi atau wheezing
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
8. Penggunaan obat bantu pernafasan
9. Suara nafas melemah
10. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal
11. Edema kaki, asietas dan jari tabuh
IV. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari COPD adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan
edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak
struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan
kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada
ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara
pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada COPD predominan dimediasi
oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil
Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010).
Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya
ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan
adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi
mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol
(Chojnowski, 2003).
V. GAMBAR ATAU PHATWAY

Asma, Bronkhitis Rokok dan polusi


kronis, Enfisema

Inflamasi
COPD

Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim Paru

Batuk

Pembesaran alveoli
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Penyempitan Gangguan
saluram udara pertukaram gas
secara periodik

Infeksi
Ekspansi paru
menurun
Leukosit meningkat

Suplay oksigen tidak Kompensasi tubuh untuk


adekuat keseluruh memenuhi Kebutuhan Imun menurun
tubuh oksigen dengan
meningkatkan frekuensi
pernapasan
Kuman patogen &
Hipoksia endogen difagosit
makrofag
Kontraksi otot
Sesak pernapasan penggunaan
energi untuk Anoreksia
pernapasan meningkat

Pola nafas tidak


efektif Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Intoleransi Aktivitas
VI. PENATALAKSANAAN COPD
Penatalaksanaan umum COPD (PDPI, 2003) yaitu :
Tujuan penatalaksanaan :
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah eksaserbasi berulang
3. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
4. Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum COPD meliputi :
1) Edukasi
Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien COPD,
memberikan semangat hidup walaupun dengan keterbatasan aktivitas.
Penyesuaian aktivitas dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien COPD.
2) Obat – obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator
dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk
obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat
(slow releas ) atau obat berefek panjang (long acting).
b. Anti inflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250
mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
a) Lini I : amoksisilin, makrolid.
b) Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat, sefalosporin, Kuinolon, dan
makrolid baru.
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada COPD dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan
sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada COPD bronkitis
kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
3) Terapi oksigen
Pada COPD terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler
dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ -organ lainnya.
Indikasi :
a. Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
b. Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan,
sleep apnea, penyakit paru lain.
4) Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik pada COPD digunakan pada eksaserbasi dengan
gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien
PPOK derajat berat dengan napas kronik.
5) Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada COPD, kemungkinan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang
meningkat, karena hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi
hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti COPD karena
berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas
darah.
6) Rehabilitasi
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan
memperbaiki kualitas hidup penderita COPD
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ATAU PENUNJANG
1. Cheest Ex-Ray
Dapat menunjukan hyperinplatio paru, flattened diafragma, peningkatan ruang
udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema), peningkatan
bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode remisi
(asma)
2. Pemeriksaan fungsi paru
Dilakukan untuk menetukan penyebab dari dypsnea menentukan abnormalitas
fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat
disfungsi dan untuk mengevalusi efek dari terapi, misal : bronchodilator.
3. TLC
Meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asma, menurun pada
emfisema.
4. FEVI/FVC
Ratio tekanaan ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital, FVC menurun
pada bronchitis dan asma
5. GDA
Menunjukan proses penyakit kronis, sering kali PaO2 menurun dan PaCO2
normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapu sering kali
menurun pada asma, pH normal atau asidosis, alkalosis respirator ringan
sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).
6. Bronchogram
Dapat menunjukan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps bronchial pada
tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus (bronchitis).
7. Darah komplit
Peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan eosinofil (asma).
8. Sputum kultur
Untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen, pemeriksaan
sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau alergi.
9. ECG
Deviasi axis kanan, gelombang P tinggi asma berat, atrial disritmia (bronchitis),
gelombang pada leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis), emfisema, axis
QRS vertikal (emfisema).
10. Exercise, ECG, Stress Test
Menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan, mengevaluasi keefektifan
obat bronchodilator, merencanakan atau evaluasi program.

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN


A. DATA FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data


yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
Penyakit COPD didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan COPD biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan
keluhan yang sama.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang sama.
5) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
B. ANALISA DATA
DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

DS : Merokok, polusi udara, Ketidakefektifan bersihan


infeksi virus jalan nafas
- Pasien megeluh sesak nafas
dan batuk
DO :
Asap atau virus influenza
- Pernafasan pasien cepat
mengiritasi jalan napas
memanjang pada ekspirasi
- Auskultasi terdengar suara
Hipersekresi lender +
whezing dan krekels
inflamasi
- Terdapat clubbing finger

Fungsi silia menurun

Produksi sekret meningkat

Mukus kental

Batuk berdahak

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

Pola napas tidak efektif


DS : Asma, Bronkhitis kronis,
- Klien mengeluh sesak nafas Emfisema
- Klien mengeluh batuk
DO :
COPD
- Adanya sekret di hidung
- Pernafasan klien terlihat cepat
dan ekspirasi memanjang
Perubahan anatomis
- Bentuk dada klien terlihat
parenkim paru
barrel chest
Pembesaran alveoli

Hiperatropi kelenjar
mukosa

Penyempitan saluran udara


secara periodik

Ekspansi paru menurun

Suplay O2 tidak adekuat


keseluruh tubuh

Hipoksia

Sesak

Pola nafas tidak efektif


Intoleran aktivitas
DS : Iskemia otot jantung

- Klien mengeluh sesak nafas


disertai batuk
Suplai darah dan nutrisi ke
- Klien mengatakan badannya sel-sel otot di seluruh tubuh
lemas menurun

- Klien mengatakan sesak


nafas bertambah saat klien
Gangguan pembentukan
banyak aktivitas
energi
DO :

- Aktivitas tampak dibantu ATP menurun

- Terpasang nasang kanul

Cepat lelah, lemah fisik

intoleransi aktivitas

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Pola napas tidak efektif napas.
3. Intoleran aktivitas

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. penumpukan sekret di jalan napas
2. Pola napas tidak efektif b.d napas pendek, mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan
napas.
3. Intoleran aktivitas b.d sesak nafas
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO. TUJUAN DAN
KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Tujuan : 1. Beri pasien 6 sampai
1. Ketidakefektifan 1. Mencegah
Setelah dilakukan tindakan 8 gelas cairan/hari
bersihan jalan nafas b.d. terjadinya
keperawatan diharapkan kecuali terdapat kor
penumpukan sekret di dehidrasi
jalan nafas kembali efektif pulmonal.
jalan napas
Kriteria Hasil : 2. Ajarkan dan berikan
2. Mengajarkan cara
DS :
• Menunjukkan jalan nafas dorongan
batuk efektif
- Pasien megeluh sesak yang paten penggunaan teknik
nafas dan batuk • Mampu pernapasan
DO : mengidentifikasi dan diafragmatik dan
- Pernafasan pasien mencegah factor yang batuk.
cepat memanjang dapat menghambat jalan 3. Bantu dalam
3. Mengatasi sesak
pada ekspirasi nafas pemberian tindakan
yang dialami
- Auskultasi terdengar • Suara nafas bersih, tidah nebuliser, inhaler
pasien
suara whezing dan ada sianosis dan dyspneu
krekels (mampu bernafas dengan

Terdapat clubbing mudah)

finger

Tujuan : 1. Perhatikan gerakan


2. Pola napas tidak efektif 1. Menunjukan
Setelah dilakukan tindakan dada, amati simetris
b.d napas pendek, keparahan dari
keperawatan gangguan
mucus, bronkokontriksi gangguan respiasi
ketidakefektifan pola nafas
dan iritan jalan napas. yangterjadi dan
teratasi.
menentukan
DS :
Kriteria Hasil :
intervensi yang
- Klien mengeluh sesak
• Sesak berkurang akan diberikan
nafas
• Respirasi dalam batas 2. Observasi suara nafas
2. Mengobservasi
- Klien mengeluh batuk
normal tambahan
suara nafas
DO :
tambahan
- TTV : • Tidak ada sekret di 3. Berikan posisi semi 3. Posisi semi fowler
TD : 130/80 mmHG hidung fowler memungkinkan
R : 26x / menit • Suara nafas normal ekspansi paru
N : Adanya sekret di 4. Ajarkan batuk efektif 4. Fisioterapi dada /
hidung back massage dapat
- Pernafasan klien membantu
terlihat cepat dan menjatuhkan secret
ekspirasi memanjang yang ada di jalan
- Bentuk dada klien nafas
5. Kolaborasi
terlihat barrel chest 5. Bronkodilator
pemberian terapi
meningkatkan
bronkodilator sesuai
ukuran lumen
indikasi
pecabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara

Tujuan : 1. Catat frekuensi jantung 1. Respon klien


3. Intoleran aktivitas b.d
Setelah dilakukan tindakan irama dan perubahan terhadap aktivitas
sesak nafas
keperawatan terdapat TD selama dan dapat
DS :
respon perbaikan dengan sesudah aktivitas mengindikasikan
- Klien mengeluh sesak meningkatnya kemampuan penurunan oksigen
nafas disertai batuk beraktivitas klien otot jantung
Kriteria Hasil : 2. Bantu klien untuk 2. Aktivitas yang
- Klien mengatakan
• Klien menunjukan menidentifikasi terlalu berat, dan
badannya lemas
kemampuan beraktivitas aktivitas yang mampu tidak sesuai dengan
- Klien mengatakan
tanpa gejala-gejala yang dilakukan kondisi klien dapat
sesak nafas
berat memperburuk
bertambah saat klien
• Klien tidak mengalami toleransi terhadap
banyak aktivitas
sesak nafas akibat latihan
DO : beraktivitas
tampak • Klien melakukan 3. Tingkatkan istirahat, 3. Menurunkan kerja
- Aktivitas
aktivitas secara mandiri batasi aktivitas otot jantung dan
dibantu
konsumsi oksigen
- Terpasang nasang
kanul
DAFTAR PUSTAKA

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2009. Global strategy for
diagnosis, management and prevention of chronic obstructive lung disease. Spain :
Barcelona
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. PPOK pedoman diagnosis dan
penatalaksanaan Indonesia. Jakarta: Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai