OLEH:
P07120216053/ 13
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan factor
faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Infeksi paru-paru berulang
d. Umur (semakin tua semakin berisiko)
e. Jenis kelamin
f. Ras
g. Pemajanan tempat kerja ( batu bara, kapas, padi-padian)
3. Patofisiologi/Pathway
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang
berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu terjadinya
PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-bahan alergen
menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus ataupun bronkiolus akibat
bronkospasme, edema mukosa ataupun hipersekresi mukus yang kental. Karena
perubahan anatomis tersebut menyebabkan kesulitan saat melakukan ekspirasi
dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus berlangsung lama,
semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama bertahun-tahun dapat
menyebabkan PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara
menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel goblet
akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus
terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil
(bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi
paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan (Brannon, et al, 1993).
4. PATHWAY
Pencetus
Rokok dan Polusi
Asma, Bronkitis, emfisema
Inflamasi
PPOK
Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru Batuk
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Penggunaan energi untuk
Sesak pernafasan meningkat Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
Ketidakefektifan Pola kebutuhan tubuh
Nafas Intoleransi Aktifitas
5. Gejala Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
a. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak napas
d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e. Mengi atau wheeze
f. Ekspirasi yang memanjang
g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
h. Penggunaan otot bantu pernapasan
i. Suara napas melemah
j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
k. Edema kaki, asites dan jari tabuh.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan
pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang
bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP
bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah.
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis,
terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia
yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan
polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan
jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab
payah jantung kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1
dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase
akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi
lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau
pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret
bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita
dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
a. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan mucus berlebih, terpajan
asap, benda asing dalam jalan napas, sekresi yang bertahap, dan perokok.
c. Ketidakefektif Pola Napas berhubungan dengan ansietas, posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, keletihan, dan nyeri.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, imobilitas, dan fisik tidak bugar.
e. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, asupan diet kurang.
3. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
No
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
Tanda-tanda vital
Monitor Pernafasan
4. Tanda tanda vital dalam rentang normal
1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan
kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas tambahan, seperti dengkur,
ngorok
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
10. Berikan bantuan terapi napas jika perlu
(misalnya nebulizer)
Terapi Oksigen
Tanda-tanda vital
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
3. Monitor peralatan oksigenasi yang diberikan
4. Monitor efektifitas terapi oksigen dan aliran
oksigen
5. Sediakan oksigen bila pasien dibawa/
dipindahkan
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
kebutuhan oksigenasi
Terapi Aktivitas
1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
medik lainnya dalam merencanakan progran
terapi yang tepat.
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
social yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Bantu untuk mendapatkan transportasi dan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
6. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur
(misalnya berpindah dan kebersihan diri) sesuai
kebutuhan
7. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 2. Monitor adanya penurunan berat badan
8. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
berarti dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor mual dan muntah
9. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
10. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
11. Monitor kalori dan intake nutrisi
Daftar Pustaka
Brannon, F.J., Foley, M. W., Starr, J. A. et al. 1993. Cardiopulmonary Rehabilitation: Basic
Theory and Application, F. A. Davis, Philadelphia.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC) Edisi Keenam. CV
Mocomedia : Elsevier Inc.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3,
Jakarta: EGC.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Barcelona : Medical Communications Resources.
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi Kelima. CV
Mocomedia : Elsevier Inc.
NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta :Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sylvia A. Prince. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC.