Disusun Oleh :
NIM : 1811040064
2018
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas
ini termasuk
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan-asap rokok-asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. Infeksi sluran nafas bawah berulang
C. TANDA GEJALA
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas saat aktivitas
4. Mengi atau wheezing
5. Ekspirasi yang memanjang
6. Umur
7. Suara nafas melemah
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAYS
V
Pencetus
(Asma, Bronkhitis kronis, Emfisema) Rokok dan polusi
PPOK Inflamasi
Pembesaran alveoli
Batuk
MK : Gangguan nutrisi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40%
kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi
jalan nafas.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c. Meningkatkan masukan nutrisi.
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisI
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan.
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Primary survey
a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda
asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suaranapas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada
dada.
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, nadi
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
2. Secondary survey
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
namnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past
illness, last meal, dan environment) .Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kontraksi otot pernafasan
meningkat
5. Gangguan nutrisi berhungan dengan Anoreksia
J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
·
4. Intoleransi aktivitas NOC: NIC
berhubungan dengan 1. Activity tollerance Energy management:
kontraksi otot 2. Energy conservation 1. Monitor respon
pernafasan meningkat 3. Nutritional status : kardiorespirasi terhadap
energy aktivitas
2. Monitor pola dan jumlah
jam tidur pasien
Kriteria Hasil: 3. Monitor lokasi
1. Saturasi oksigen ketidaknyamanan atau
ketika beraktivitas nyeri selama bergerak
2. Frekuensi pernafasan 4. Catat aktivitas yang dapat
ketika beraktivitas meningkatkan kelelahan
3. Tekanan darah sistolik 5. Kolaborasikan pada ahli
ketika beraktivitas gizi tentang cara
4. Tekanan darah meningkatkan intake
diastolik ketika makanan tinggi energi
beraktivitas ·
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapore: CV. Mocomedia.