Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

Disusun Oleh :

Nama : Suci Murniasih

NIM : 1811040064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
A. DEFINISI

Penyakit paru obstruksi kronis adalah suatu penyakit yang


dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan
perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara
saluran nafas bersifat progresif dan tidak sepenunya reversibel dan
berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru terhadap
gas atau partikel yang berbahaya ( Hariman, 2010).
PPOK adalah suatu kondisi yang ditandai dengan obstruksi napas yang
membatasi aliran udara dan menghambat ventilasi. Bronkritis kronis terjadi
ketika bronkus mengalami inflamasi dan iritasi. Pembengkakan dan produksi
lender yang kental menghasilkan obstruksi jalan napas besar dan kecil
(Hurst,2016).

B. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas
ini termasuk
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan-asap rokok-asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. Infeksi sluran nafas bawah berulang

C. TANDA GEJALA
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas saat aktivitas
4. Mengi atau wheezing
5. Ekspirasi yang memanjang
6. Umur
7. Suara nafas melemah
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal

D. PATOFISIOLOGI

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang


disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang
sehingga sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni


jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi
sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi


bronkus dan juga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus
terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.
Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-
fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan.
Aterosklerosis Trombosit kontriksi arteri koronaria

Beban tekanan Beban tekanan


berlebihan berlebihan

E. PATHWAYS
V
Pencetus
(Asma, Bronkhitis kronis, Emfisema) Rokok dan polusi

PPOK Inflamasi

Perubahan anatomisparenkim paru


V Sputum meningkat

Pembesaran alveoli
Batuk

Hiperatropi kelenjar mukosa


MK : Bersihan jalan nafas
Penyempitan saluran udara secara tidak
periodik efektif

MK : Gg. Pertukaran gas


Ekspansi paru menurun

Kompensasi tubuh untuk memenuhi


Suplay oksigen kebutuhan oksigen dengan
tidak adekuat meningkatkan frekuensi pernafasan Infeksi
keseluruh tubuh

Kontraksi otot pernafasan Leukosit meningkat


Hipoksia penggunaan energi untuk pernapasan
meningkat
Imun menurun
Sesak nafas
MK : Intoleransi Aktivitas Kuman patogen dan
endogen difagosit
makrofag
MK : Pola nafas
Tidak efektif
Anoreksia

MK : Gangguan nutrisi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Faal Paru


a. Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC) Obstruksi
ditentukan oleh nilai FEV1 prediksi (%) dan atau FEV1/FVC (%).
FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila
spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter
walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan
memantau variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
b. Peak Flow Meter
2. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal
melebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih
normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi
juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau
menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
3. Analisa gas darah
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia
kronis kadar hemiglobin dapat meningkat.
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography : Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40%
kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi
jalan nafas.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik
adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
c. Meningkatkan masukan nutrisi.
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisI
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan.

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Primary survey
a. Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda
asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
b. Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suaranapas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada
dada.
c. Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, nadi
d. Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
2. Secondary survey
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
namnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past
illness, last meal, dan environment) .Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kontraksi otot pernafasan
meningkat
5. Gangguan nutrisi berhungan dengan Anoreksia
J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Dx. Keperawatan NOC NIC


1. Bersihan jalan napas NOC NIC
tidak efektif b.d Respiratory status : 1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas
peningkatan produksi Ventilation cairan/hari kecuali terdapat kor
sputum. Respiratory status : Airway pulmonal.
patency 2. Ajarkan dan berikan dorongan
Aspiration Control penggunaan teknik pernapasan
Kriteria Hasil : diafragmatik dan batuk.
1. Mendemonstrasikan 3. Bantu dalam pemberian
batuk efektif dan tindakan nebuliser, inhaler
suara nafas yang dosis terukur
bersih, tidak ada 4. Lakukan drainage postural
sianosis dan dyspneu dengan perkusi dan vibrasi
(mampu pada pagi hari dan malam hari
mengeluarkan sesuai yang diharuskan.
sputum, mampu 5. Instruksikan pasien untuk
bernafas dengan menghindari iritan seperti asap
mudah, tidak ada rokok, aerosol, suhu yang
pursed lips) ekstrim, dan asap.
6. Ajarkan tentang tanda-tanda
2. Menunjukkan jalan dini infeksi yang harus
nafas yang paten dilaporkan pada dokter dengan
(klien tidak merasa segera: peningkatan sputum,
tercekik, irama nafas, perubahan warna sputum,
frekuensi pernafasan kekentalan sputum,
dalam rentang normal, peningkatan napas pendek, rasa
tidak ada suara nafas sesak didada, keletihan.
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2. Pola napas tidak NOC NIC :
efektif berhubungan Respiratory status : Airway suction
dengan napas pendek, Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral /
mukus, Respiratory status : Airway
tracheal suctioning.
patency
Vital sign Status 2. Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil : suctioning.
1. Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada klien dan
batuk efektif dan
suara nafas yang keluarga tentang suctioning
bersih, tidak ada 4. Berikan O2 dengan
sianosis dan dyspneu menggunakan nasal untuk
(mampu
memfasilitasi suksion
mengeluarkan
sputum, mampu nasotrakea.
bernafas dengan 5. Gunakan alat yang steril setiap
mudah, tidak ada melakukan tindakan.
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan Airway Management
nafas yang paten 1. Buka jalan nafas, guanakan
(klien tidak merasa teknik chin lift atau jaw thrust
tercekik, irama nafas, bila perlu
frekuensi pernafasan 2. Posisikan pasien untuk
dalam rentang normal, memaksimalkan ventilasi.
tidak ada suara nafas
3. Identifikasi pasien perlunya
abnormal)
pemasangan alat jalan nafas
3. Tanda Tanda vital buatan .
dalam rentang normal
(tekanan darah (sistole
110-130mmHg dan
diastole 70-90mmHg),
nadi (60-100x/menit),
pernafasan (18-
24x/menit)
3. Gangguan pertukaran NOC : NIC :
gas berhubungan 1. Respiratory Status : Gas
dengan ketidaksamaan exchange Airway Managemen
ventilasi perfusi 2. Respiratory Status :
ventilation. 1. Buka jalan nafas,
3. Vital Sign Status guanakan teknik chin lift
Kriteria Hasil : atau jaw thrust bila perlu
1. Mendemonstrasikan 2. Posisikan pasien untuk
peningkatan ventilasi memaksimalkan ventilasi
dan oksigenasi yang 3. Identifikasi pasien
adekuat
perlunya pemasangan alat
2. Memelihara kebersihan
paru paru dan bebas dari jalan nafas buatan
tanda tanda distress 4. Keluarkan sekret dengan
pernafasan batuk atau suction
3. Mendemonstrasikan 5. Auskultasi suara nafas,
batuk efektif dan suara catat adanya suara
nafas yang bersih, tidak tambahan.
ada sianosis dan 6. Monitor respirasi dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan status O2
mudah, tidak ada pursed
lips) Respiratory Monitoring
4. Tanda tanda vital dalam
rentang normal 1. Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

·
4. Intoleransi aktivitas NOC: NIC
berhubungan dengan 1. Activity tollerance Energy management:
kontraksi otot 2. Energy conservation 1. Monitor respon
pernafasan meningkat 3. Nutritional status : kardiorespirasi terhadap
energy aktivitas
2. Monitor pola dan jumlah
jam tidur pasien
Kriteria Hasil: 3. Monitor lokasi
1. Saturasi oksigen ketidaknyamanan atau
ketika beraktivitas nyeri selama bergerak
2. Frekuensi pernafasan 4. Catat aktivitas yang dapat
ketika beraktivitas meningkatkan kelelahan
3. Tekanan darah sistolik 5. Kolaborasikan pada ahli
ketika beraktivitas gizi tentang cara
4. Tekanan darah meningkatkan intake
diastolik ketika makanan tinggi energi
beraktivitas ·

5. Gangguan nutrisi NOC : NIC :


berhubungan dengan Nutritional Status : food and Nutrition Management
anoreksia Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
tujuan dibutuhkan pasien.
2. Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan. meningkatkan intake Fe
3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
4. Tidak ada tanda tanda vitamin C.
malnutrisi 5. Berikan makanan yang
5. Tidak terjadi penurunan terpilih ( sudah
berat badan yang berarti dikonsultasikan dengan ahli
gizi)

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja


(1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Vol.1. Jakarta:


EGC.

Ikawati, Z. (2016). Penatanlaksanaan Terapi Penyakit Sistem Perapasan


(pertama). Yogyakarta: Bursa ilmu.

M. Bulechek, G., K Butcher, H., M. Dochterman, J., & M. Wagner, C. (2013).


Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Singapore: CV.
Mocomedia.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapore: CV. Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai