OLEH :
A. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh emfisema dan bronkitis kronis. Menurut American College of Chest
Physicians/American Society (2015) PPOK didefinisikan sebagai kelompok penyakit
paru yang ditandai dengan perlambatan aliran udara yang bersifat menetap. PPOK adalah
penyakit yang membentuk satu kesatuan dengan diagnosa medisnya adalah Bronkhitis,
Emifisema paru-paru dan Asma bronchial (Paramitha, 2020).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif yang
bersifat non reversibel atau reversibel parsial (World Health Organization, 2014).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang timbul akibat
dari adanya respone inflamasi kronis yang tinggi pada saluran nafas dan paru yang
biasanya bersifat progresif dan persisten. (Hidayati, 2021)
B. Epidemiologi
Pada studi populasi di Inggris selama 40 tahun, didapati bahwa hipersekresi
mukus merupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada PPOK, penelitian ini
menunjukkan bahwa batuk kronis, sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekresi
mukus di dapati sebanyak 15-53% pada pria paruh umur, dengan prevalensi yang lebih
rendah pada wanita sebanyak 8-22%.Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai
penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai
penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Di
Eropa, tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat pada negara-negara Eropa Barat seperti
Inggris dan Prancis, dan yang paling rendah pada negara-negara Eropa Selatan seperti
Italia. Negara Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK,
dengan jarak antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai empat kali lipat.,
Menurut World Health Organization (WHO,2015), penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas
(paru-paru) yang tidak sepenuhnya reversibel.3 Laporan WHO Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif dan berhubungan
dengan respons inflamasi kronis pada saluran napas dan paru-paru terhadap partikel atau
gas yang beracun. (Cahyani et al., 2021)
C. Etiologi PPOK
Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus
berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan bronkiolus
dan dinding alveolus. Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat
infeksi saluran nafas saat anak-anak, dan keturunan. Paparan terhadap beberapa polusi
industri tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) (Paramitha, 2020).
C. Patofisiologi PPOK
peradangan bronkus
terjadi akumulasi
secret berlebihan
suplay oksigen
Gangguan mual,muntah dalam jaringan kurang
pertukaran gas
anoreksia kelemahan
3. Sputum yang produktif (batuk berdahak) Pada PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala
yang bertambah parah seperti:
4. Bertambahnya sesak napas
F. Pemeriksaan Fisik
a) Objektif
2) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua fase
respirasi semakin menonjol.
c) Psikososial
G. Pemeriksaan penunjang
Berikut pemeriksaan penunjang pada pasien PPOK menurut (Nurmayanti et al., 2019)
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan
V6 rasio R/S kurang dari1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
H. Diagnosis
1) Batuk sudah berlangsung sejak lama dan berulang. dapat dengan produksi sputum
pada awalnya sedikit dam berwarna putih kemudian menjadi banyak dan kuning
keruh
2) Adanya riwayat merokok atau dalam lingkungan perokok, riwayat paparan zat
iritan dalam jumlah yang cukup banyak dan bermakna
3) Riwayat penyakit emfisema pada keluarga, terdapat faktor predisposisi pada masa
kecil, misalnya berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran pernafasan
berulang, lingkungan dengan asap rokok dan polusi udara
4) Sesak nafas yang semakin memberat terutama saat melakukan aktivitas berat
( terengah-engah), sesak nafas berlangsung lama, hingga sesak yang tidak pernah
hilang sama sekali dengan atau tanya bunyi mengi
I. Penatalaksanaan
Menurut (Saftarina et al., 2017) berikut penatalaksanaan medis dan non medis
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK):
1. Penatalaksanaan non-medis
Edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang ia derita seperti
penyebab penyakit, faktor pemberat dari penyakit, gejala, dan terapi obat-obatan
sehingga pasien dapat mengontrol dari penyakitnya tersebut serta mencegah agar
tidak terjadinya komplikasi dari PPOK.
2. Terapi medis
Terapi medis pada pasien ppok ialah pemberian salbutamol tablet 4mg 3x1,
dexametason tablet 0,5mg 3x1, acetylcysteine tablet 200mg 3x1. Penatalaksanaan
PPOK pada dasarnya dibedakan atas tatalaksana kronik dan tatalaksana eksaserbasi,
yang dimana masing-masing sesuai dengan klasifikasi (derajat) beratnya. Secara
umum, pemberian obatan-obatan pada PPOK ialah:
a. Bronkodilator
A. Pengkajian
1. Data Umum
Identitas pasien meliputi : Nama, umur , jeniss kelamin, agama, alamat, tempat
tanggal lahir, suku, diagnosa medis, No RM, tanggal MRS, golongan darah. Identitas
penanggung jawab meliputi : Nama, hubungan dengan pasien, umur, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan No Hp.
a) Riwayat Kesehatan Saat Ini
2. Riwayat perawatan
3. Riwayat operasi
4. Riwayat pengobatan
6. Riwayat alergi
1. Keadaan umum
Kaji kesadaran pasien apakah composmentis, apatis, somnolen,
sopor, sopor koma, koma. Selain itu kaji wajah, kebersihan secara umum,
tanda-tanda vital pasien.
2. Pemeriksaan per-sistem
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
3. Gangguan Perukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
4. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
5. Intoleransi Aktivitas b.d suplai oksigen menurun
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan ini adalah untuk
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan. Adapun 3 alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai yaitu:
1. Berhasil: perilaku klien menunjukkan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
pada intervensi dan implementasi dan dalam waktu yang ditentukan.
2. Tercapai sebagaian: klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang
diharapkan pada intervensi dan implementasi.
3. Belum tercapai: klien tidak mampu sama sekali dalam menunjukkan perilaku yang
diharapkan pada intervensi dan implementasi yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, R. P., Pujiarto, P., & Putri, N. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien PPOK
Menggunakan Posisi Condong ke Depan dan Latihan Pursed Lip Breathing untuk
Meningkatkan Saturasi Oksigen. Madago Nursing Journal, 1(2), 37–43.
https://doi.org/10.33860/mnj.v1i2.277
Rafidah, S., Al-Kathiri, F., & MUHAMMAD YOGI. (2014). Konsep dasar penyakit ppok.
English Language Teaching, 39(1), 1–24.
http://dx.doi.org/10.1016/j.biochi.2015.03.025%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/
nature10402%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nature21059%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id/
index.php/equilibrium/article/view/1268/1127%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/
nrmicro2577%0Ahttp://
Kent, B. D., Mitchell, P. D., McNicholas, W. T. (2011). Hypoxemia in Patients with COPD.
Cause,
Effects, and Diseases Progression. International Journal of COPD, 6, 199-208s
Nurmayanti, N., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Azzam, R. (2019). Pengaruh Fisioterapi Dada,
Batuk Efektif dan Nebulizer terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen dalam Darah pada
Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 362–371.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.836
Paramitha, P. (2020). Respon Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Ppok) Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Terhadap Penerapan Fisioterapi Dada Di Rumah Sakit
Khusus Paru “Respira.” 8–25. https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2512
World Health Organization. (2014). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD). Global Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. Geneva: WHO Press.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Kenali Penyakit Paru Obstruktif Konik
(PPOK). Diakses dari http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/kenali-penyakit-
paruobstruktif-kronik-ppok