OLEH :
2. Epidemiologi
PPOK lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.
PPOK juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor
yang diturunkan.
Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang tidak
berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOK. Tetapi kebiasaan merokok
pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana
sekitar 10-15% perokok menderita PPOK
3. Penyebab/faktor Prediposisi
PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian
besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90%
kasus PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak
menderita PPOK.
Patofisiologi Emfisema
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi
dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil
elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli
yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang
kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi
karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan
karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis
respiratorius.
Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler
pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan
dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri
pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (cor pulmonal) adalah
salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi
vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk
membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan
kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema
memperberat masalah.
Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik ke aliran masuk dan
aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan heperekspansi kronik.
Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru, dibutuhkan tekanan
negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat yang adekuat harus
dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi. Posisi selebihnya adalah salah satu
inflasi. Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan
membutuhkan upaya otot-otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada
menjadi kaku, dan iga-iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong
(barrel chest) pada banyak pasien ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru
karena adanya kecenderungan yang berkelanjutan pada dinding dada untuk
mengembang.
5. Gejala Klinis
Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun
merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering
disalah-artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal.
Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau
hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering
dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat
melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju,
berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan
berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang
berat sehingga penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada saat
istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah
malfungsi kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah
ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat
pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi
batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak.
Biasanya, pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat
badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan
mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang
menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan
secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu,
pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis
sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin
melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan, penurunan
kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system
gastrointestinal. Pasien PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih
banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
6. Pemeriksaan Fisik
Kondisi fisik yang bisa dijumpai pada pasien dengan PPOK, bisa meliputi
dyspnea, warna kulit pucat, pernafasan mulut yang dangkal dan cepat, dan bernafas
menggunakan otot assesori atau tambahan PPOK menyebabkan peningkatan
diameter anterior-posterior dada sehingga dada tampak mengembung seperti tong.
Karena mengalami kesulitan dalam menghirup udara, maka pasien memiliki fase
ekspirasi yang diperpanjang (lebih dari empat detik). Tes fungsi paru digunakan
untuk mendiagnosa PPOK. Ciri-ciri khusus pasien yang menderita PPOK adalah
mengalami penurunan aliran udara ekspirasi. Pemerikasaan Sinar X di dada tidak
digunakan untuk mendiagnosa PPOK tahap awal karena studi radiografik biasanya
normal dalam tahap yang masih awal. Bersamaan dengan makin memburuknya
kondisi pasien, maka dengan bantuan sinar X, akan tampak diafragma yang makin
mendatar dan gambaran lusens semakin meningkat.
Pada PPOK yang ringan, mungkin tidak ditemukan kelainan selama pemeriksaan
fisik, kecuali terdengarnya beberapa mengi pada pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop. Suara pernafasan pada stetoskop juga terdengar lebih keras. Biasanya
foto dada juga normal. Untuk menunjukkan adanya sumbatan aliran udara dan
untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pengukuran volume penghembusan nafas
dalam 1 detik dengan menggunakan spirometri.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Bronkitis Kronik
1. Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
2. Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
3. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi kuat (FEV), peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total
(TLC) normal atau sedikit meningkat.
4. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat
Emfisema
1. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan
jantung normal
2. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV, penurunan
VC dan FEV
8. Diagnosis
Anamnesa dan Riwayat penyakit.
Mengingat penyakit berjalan dengan sangat lambat, sehingga penderita tetap
asimtomatis bertahun sebelum gejala manifestasi, perku diteliti benar adanya
sifat batuk-batuk, adanya dahak, sehat nafas yang tidak wajar, “wheeze yang
merupakan tanda-tanda dini dari penyakit ini.
Pemeriksaan jasmani.
Pada tingkat penyakit yang dini mungkin tidak ditemukan kelainan apa-apa.
Kemungkinan kelainan dini yang perlu diperhatikan yaitu ekspirasi yang
memajang pada auskultasi di trakea yang dapat dipakai sebahgai petunjuk
adanya obstruksi jalan nafas yang dibuktikan dengan pemerikasaan
spirometri(Husodo, Petty).
10. Therapy/Penatalaksanaan
(a). Ekspektoransia.
Pengenceran dan mobilisasi dahak merupakan tujuan pengobatan yang
penting pada keadaan eksaserbasi dan juga pada keadaan-keadaan
menahun dan stabil yang disertai jalan nafas yang berat.
Ekspektoran oral kecuali glyseril guaicolat dalam dosis tinggi hanya
mempunyai nilai sedikit saja. Obat ini yang mengandung antihistamin
malahan menyebabkan pengentalan dahak. Antitusif tidak dianjurkan pada
penderita ini.
(c) Nebulisasi.--Inhalasi uap air atau dengan aerosol melalui nebuliser, dan
juga ditambahkan dengan obat-obat bronkodilator dan mukolitik dengan
atau tanpa Intermittent Positive Pressure Breathing (IPPB).
Obat-obat bronkodilator.
Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya respon
terhadap bronkodilator yang dinilai dengan spirometri merupakan petunjuk
yang dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.
Kortikosteroid.
Manfaat kortikosteroid masih dalam perdebatan pada pengobatan terhadap
obstruksi jalan nafas pada PPOK namun mengingat banyak penderita
bronkitis yang juga menunjukkan gejala, seperti asma disertai hipertrofi otot
polos bronkus Snider, menganjurkan percobaan dengan obat steroid oral dapat
dilakukan pada setiap penderita PPOK terutama dengan obstruksi yang berat
apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Riwayat sesak dan
wheezing yang berubah-ubah, baik spontan maupun setelah pengobatan.
Riwayat adanya atopi, sendiri maupun keluarga. Polip hidung.
Respons terhadap volume ekspirasi paksa satu detik pada spirometri lebih dari
25% setelah uji bronkodilator. Eosinofil perifer lebih dari 5%. Eosinofil
sputum lebih dari 10%.
Prednison diberikan dalam dosis 30 mg selama 2 sampai 4 minggu.
Obat-obat dihentikan bila tidak ada respons. Methylprednisolon memberikan
manfaat pada bronkitis menahun yang disertai kegagalan pernafasan
mendadak
Antibiotika.
Peranan infeksi sebagai faktor penyebab timbulnya PPOK terutama pada
bronkitis menahun masih dalam perdebatan namun jelas infeksi berpengaruh
terhadap perjalanan penyakit bronkitis menahun dan terutama pada keadaan-
keadaan dengan eksaserbasi. Penyebab eksaserbasi tersering adalah virus,
yang sering diikuti infeksi bakterial. S. pneumonia dan H. influensa
merupakan kuman yang paling sering ditemukan pada penderita bronkitis
menahun terutama pada masa eksaserbasi. Antibiotika yang efektif terhadap
eksaserbasi infeksi ampicillin, tetracyclin, cotrimoxazole, erythromycin,
diberikan 1 - 2 minggu. Antibiotik profilaksik pemah dianjurkan oleh karena
dapat mengurangi eksaserbasi, tidak dapat dibuktikan kegunaannya dalam
pemakaian yang luas. Pengobatan antibiotik sebagai profilasi, hanya
bermanfaat pada mereka yang sering eksaserbasi harus pada musim
dingin/hujan. Perubahan dari sifat dahak merupakan petunjuk penting ada
tidaknya infeksi, dahak menjadi hijau atau kuning.
10. Prognosis
30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu
1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa disebabkan
oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks (masuknya udara ke
dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan arteri yang
menuju ke paru-paru). Penderita PPOK juga memiliki resiko tinggi terhadap
terjadinya kanker paru.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. SIRKULASI
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAP
dada)
Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan
sianosis perifer
Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. INTEGRITAS EGO
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
meninjukkan edema (bronchitis)
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
Penurunan berat badan, penurunan massa otot (emfisema)
Pa;pitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis)
5. HIGIENE
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan
6. PERNAFASAN
Gejala :
Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit
nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas (asma)
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (hijau, puith, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis
kronis)
Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema)
Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan
dalam jangka panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu
batubara, rami katun, serbuk gergaji)
Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang dengan
mendengkur, nafas bibir (emfisema)
Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar,
lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi sepanjang area
paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai
penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara dengan emfisema);
bunyi pekak pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abu keseluruhan;
warna merah (bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasien dengan
emfisema sedang sering disebut “pink puffer” karena warna kulit normal
meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.
Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. KEAMANAN
Gejala :
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
Adanya/berulang infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
8. SEKSUALITAS
Gejala : penurunan libido
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala :
Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress
pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain.
PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT
Penurunan silia
PPOK
Gangguan pertukaran
Bersihan jalan nafas Kelemahan
gas
tidak efektif
ADL dibantu
Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun
antara lain :
1. Tidak efektifnnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi
sputum.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi
sputum berlebih.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas tidak
efektif.
6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.
C. PERENCANAAN
Dari diagnosa di atas dapat di susun perencanaan sebagai berikut :
Memberikan pasien
Dorong/bantu latihan
beberapa cara untuk
napas abdomen atau
mengatasi dan
bibir
mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan
udara.
Observasi karakteristik
Batuk dapat menetap
batuk, mis., menetap,
tetapi tidak efektif,
batuk pendek, basah.
khususnya bila pasien
Bantu tindakan untuk
lansia, sakit akut, atau
memperbaiki
kelemahan. Batuk paling
keefektifan upaya
efektif pada posisi duduk
batuk.
tinggi atau kepala di
bawah setelah perkusi
dada.
Tingkatkan masukan
Hidrasi memebantu
cairan sampai
menurunkan kekentalan
3000ml/hari sesuai sekret, mempermudah
toleransi jantung. pengeluaran.
Pengguanaan cairan
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus. Cairan
selama makan dapat
meningkatkan distensi
gaster dan tekanan pada
diafragma.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai Merilekskan otot halus
indikasi. dan menurunkan kongesti
lokal, menurunkan spasme
Bronkodilator, mis., β-
jalan napas, mengi, dan
agonis: epinefrin
produksi mukosa. Obat-
(Adrenalin,
obat mungkin per oral,
Vaponefrin); albuterol
injeksi, atau inhalasi.
( Proventil, Ventolin);
terbutalin (Brethine, Menurunkan edema
Brethaire); isoetarin mukosa dan spasme otot
(Brokosol, polos dan dapat juga
Bronkometer); menurunkan kelemahan
Xantin, mis.aminofilin, otot dan meningkatkan
oxtrifilin, teofilin. kontraktilitas diafragma.
Menurunkan inflamasi
jalan napas lokal dan
Kromolin (intal),
edema dengan
flunisolida (Aerobid)
menghambat efek
histamin dan mediator
lain.
Kortikosteroid digunakan
Steroid oral, IV, dan
untuk mencegah reaksi
inhalasi;
alergi atau menghambat
metilprednisolon
pengeluaran histamin,
(Medrol);
menurunkan berat dan
deksametason
frekuensi spasme jalan
(Decadral);
napas, inflasi pernafasan
antihistamin mis.
dan dispnea
Beklometason,
triamnisolon; Banyak antimikroba dan
diindikasikan untuk
Antimikrobal; mengontrol infeksi
pernapasan/pneumonia.
Kolaborasi
Awasi/ gambarkan seri PaCO2 biasanya
GDA dan nadi meningkat (bronkitis,
oksimetri emfisema) dan PaO2
secara umum menurun,
sehingga hipoksia terjadi
dengan derajat lebih kecil
atau lebih besar. Catatan:
PaCO2 ”normal” atau
Berikan oksigen meningkat menandakan
tambahan yang sesuai kegagalan pernapasan
dengan indikasi hasil yang akan datang selama
GDA dan toleransi asmatik.
pasien.
Dapat memperbaiki atau
mencegah memburuknya
hipoksia. Catatan:
emfisema kronis,
Berikan penekan SSP mengatur pernapasan
(mis., antiansietas, pasien ditentukan oleh
sedatif, atau narkotik) kadar CO2 dan mungkin
dengan hati-hati. dikeluarkan dengan
peningkatan PaO2
berlebihan.
Digunakan untuk
Bantu intubasi, mengontrol ansietas/
berikan/pertahankan gelisah yang
ventilasi mekanik, dan meningkatkan konsumsi
pindahkan ke UPI oksigen/kebutuhan,
sesuai instruksi untuk eksaserbasi dispnea.
pasien. Dipantau ketat karena
dapat terjadi gagal napas.
Terjadinya/kegagalan
napas yang akan datang
memerlukan upaya
tindakan penyelamatan
hidup.
Diagnosa 3 : Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas
pendek dan produksi sputum.
vitamin/mineral/erlektrolit Mengevaluasi/mengatasi
sesuai indikasi. kekurangan dan mengawasi
keefektifan tiap nutrisi.
Menurunkan
Diskusikan konsumsi/kebutu
han
kebutuhan masukan
keseimbangan
nutrisi adekuat. oksigen dan
Kolaborasi memperbaiki
Dapatkan specimen pertahanan pasien
sputum dengan
terhadap infeksi.
Meningkatkan
batuk atau
penyembuhan.
penghisapan untuk
pewarnaan kuman Malnutrisi dapat
mempengaruhi
Gram,
kesehatan umum
kultur/sensitivitas. dan menurunkan
Berikan
tahanan terhadap
antimikroba sesuai infeksi.
indikasi.
Dilakukan untuk
mengidentifikasi
organism
penyebab dan
kerentanan
terhadap berbagai
antimicrobial.
Dapat diberikan
untuk organism
khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur dan
sensitivitas, atau
diberikan secra
profilaktit karena
resiko tinggi.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dibuat berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat.
E. EVALUASI
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmonal.
Pasien mengatakan tidak sesak.
Pada saat batuk produksi sputum berkurang,
Frekuensi napas normal (16-20 x/menit)
1. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
2. Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta.
EGC.
3. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
4. Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC