Anda di halaman 1dari 50

21/10/2020

“LAPORAN PENDAHULUAN“
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)

Oleh :

Nama : Sri Wahyuni


Nim : 2014901015

Program Studi Pendidikan Ners


Universitas Fort de Kock
Bukittinggi
2020
A.Definisi

Penyakit paru obstruksi kronik adalah istilah yang


sering digunakan untuk sekelompok paru yang
berlangsung lamma dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebaga gambaran
patofisiologi utamanya. PPOK adalah penyakit paru
kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran nafas yang bersifat progresif non reversibel
atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis
kronik dan emifiesema atau gabungan dari keduanya
B.Etiologi
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung
dari jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu
selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan
bermotor - debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas
beracun)
a. Infeksi saluran nafas bawah berulang
C.Manifestasi klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang
biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk bersifat
produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu
kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari.
Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada
awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah
menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Tanda dan gejalanya adalah :

1. kelemahan badan
2. batuk
3. sesak nafas
4. whezing
5. ekspirasi memanjang
6. produksi sputum yang bertambah
D. Anatomi fisiologi
Suatu penghantar udara hingga mencapai paru paru
adalah hidung, laring, faring, trakea, bronus dan
bronkiolus
1. Hidung
Terdiri ats bagian eksternal dan internal. Bagian
eksternal menonjol dan wajah yang disangga oleh
tulang hidung dan kartilago. Hidung internal adalah
rongga berlorong. Hidung berfungsi sebagai
penyaring kotoran dan melembabkan udara yang
dihirup ke paru paru.
2. Faring
Udara dari rongga hidung msauk ke faring. Faring
merupakan percbbangan 2 saluran, yaitu percabangan
saluran pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan
saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.

3. Laring
Tempatya pita suara. Masuknya udara melalui
faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. Laring berperan untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas
terhadap masuknya makaknan dan cairan.
4. Trakea
Tenggorokan berupa pipa panjangnya sekitar 10-
12 cm dengan diameter 2,5 cm, teletak sebagian di
leher dan sebagian di dada. Dinding tenggotokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan dan
pada bagiann dalam rongga bersilia. Silia slia ini
berfungsi menyaring benda benda asing yang msuk ke
dlam saluran pernafasan.
5. Bronkus
Percabangan dari trakea terbagi menjadi kanan
dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina.
Bronkus kanan lebih pendek lebar dan lebih dekat
dengan trakea.
6. Bronkiolus
Bronkiolus memiliki gelembung-gelembung halus yang
siebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis tidak
bertulang rawan dan tidak bersilia. Mengandung kelenjar sub
mukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
yang tidak terputus putus untuk melapisi bagian dalam jalan
nafas
7. Alveolus
Tempat pertukaran O2 dan CO2. Alveolus berselaput
tipis dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan
terjadinya difusi gas pernafasan.
8. Paru-paru
Paru paru terletak pada rongga dada di bagian atas,di
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah
dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
E. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya
usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan
dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih
lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan juga dapat
berkurang sehingga sulit bernafas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen
seseorang. Yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah
dalam paru paruuntuk digunakan didalam tubuh.
Konsumsi oksiigen sangat erat hubungannya dengan arus
darah ke paruparu. Berkurangnya fungsi paru paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi
seperti fugsi ventilasi paru.
Faktor – faktr resiko diatas akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkna kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan
mengakibatkan penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang msuk ke alveoli pada saat inspirasi,
pada saat ekspirsi banyak terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara (air traping). Hal inilah yang
mengakibatkan ada nya keluhan sesek nafas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasiakan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. fungsi paru sebagai ventilasi,
difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus
dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar
dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang
menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi
yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan radiologi
2. Corak paru yang bertambah
3. Pemeriksaan faal paru
4. Analisis gas darah
5. Pemeriksaan EKG
6. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab
infeksi.
7. Laboratorium darah lengkap
H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:


1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi
gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga
fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam
melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila
penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai
berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera
menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila
tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan.
Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan
kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen
harus diberikan dengan aliran 1 - 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu


pengeluaran secret bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar
bisa melakukan pernapasan yang paling efektif.
3. Latihan dengan olah raga tertentu, dengan tujuan
untuk memulihkan kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan
terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula.
I. Komplikasi

1. Hipoxemia
2. Asidosis Respiratory
3. Infeksi Respiratory
4. Gagal jantung
5. Cardiac Disritmia
6. Status Asmatikus
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif b/d napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia,
mual muntah.
6. Kurang perawatan diri b/d keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Laporan Kasus
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
Kasus
Seorang pria berusia 67 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis
medis PPOK dengan eksaserbasi ec pneumonia. Hasil pengkajian pada tanggal 17
Oktober 2020: klien masuk RS dengan keluhan sesak nafas berat sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, batuk berdahak kental dan banyak serta sesak bertambah saat
berjalan/beraktifitas. Klien adalah seorang perokok sejak remaja.

Pada pemeriksaan fisik saat ini didapatkan frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 92x/mnt,
TD 160/90 mmHg.Klien tampak lemah dan terpasang oksigen nasal kanul 2 liter
permenit. Sela iga melebar, retraksi +, fremitus kanan = kiri, sonor, rhochi +/+,
wheezing +/+, ekspirasi memanjang. Pasien direncanakan pemeriksaan rontgen dada
dan kultur sputum. Setelah stabil pasien direncanakan dilakukan pemeriksaan
spirometri.

Hasil Lab : Hb : 11,4 g/dl, Leuko : 16.100 /mm Ht 31,7% GDS : 156 Trombosit :
406.000/mm. Pasien mendapat terapi : O2 3 L/m kanul, Infus asering 16 tpm +
Aminofilin 1amp/500 cc Asering, Injeksi Cefotaksim 2 x 1 gram iv, Injeksi Ranitidin
3 x 1 ampul, Salbutamol 3 x 2 mg, Ambroxol 3 x 1 tab dan Nebulizer yang terdiri dari
Bisolvon, Berotec,
Atrovent 3 x
Pengkajian
1. Data Demografi:
Nama lengkap : Tn. R
Nama Panggilan : Tn. R
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Kampung Baru
Status Mental : Orientansi baik dan sadar
Tanggal MRS : 16-10-2020
Jam MRS : 13.00 wib
Nama Penanggung Jawab : ny. P
Hubungan : Istri
Diagnosa medis : PPOK
No Medical Reord : 307-78-57
2. Status Umum dan Tanda – tanda Vital
Status kesadaran (GCS) : E4 M6 V5
Keadaan umum : Lemah
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 64 kg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36°C
Pernapasan : 30 x/menit dengan nasal kanul 2
TD/tekanan darah : 160/90 mmHg
3. Keluhan utama / alasan MRS
Alasan MRS: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas 2
hari SMRS. Batuk berdahak kental dan banyak, klien
mengeluh sesak bertambah saat berjalan atau beraktifitas.
4. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluhkan sesak
bertambah saat berjalan, beraktifitas, klien tampak lemah, sesak
nafas berat dan batuk berdahak.
5. Riwayat kesehatan masalalu :
a. Penyakit : Pneumonia
b. Pola hidup : Merokok
c. Riwayat kesehatan keluarga : tidak adanya riwayat
keluarga yang sakit
B. Fisiologis
Data subjektif :
1. Pasien mengatakan sesak nafas berat sejak 2 hari SMRS
2. Pasien mengatakan batuk berdahak kental dan banyak
3. Pasien mengatakan sesak bertambah saaat berjalan/
beraktifitas
4. Pasien mengatakan merokok saat remaja

C. Fisiologis
1. Pernafasan
a. Dispnea berhubungan dengan batuk / sputum : ya
b. Perokok : klien adalah perokok aktif sejak remaja
c. Riwayat penyakit paru sebelumnya : Pneumonia
2. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi : ada , masalah jantung : tidak
ada, demam rematik : tidak ada
b. Edema mata kaki : tidak ada, batuk/ hemaptisis :
ya/tidak, nyeri dada: ya
3. Frekuensi nafas 30x/mnt, simetris : ya, bunyi nafas :
ronchi +/+, wheezing :+/+
a. Karakter sputum : kental dan banyak, gelisah : ya
b. Bunyi jantung : ritme
c. Akral : hangat
d. Mukosa bibir : normal
D. Hasil labor yang menunjang
Hb : 11,49 gram/dl
Leukosit : 16,100 /mm
Ht : 31,7
GDS : 156
Trombosit : 406, 000/mm
EKG
Pemeriksaan sputum
E. Obat – obat (terapi)
1. O2 3L/m Kanul
2. Infus asering 16 tpm + aminofilin 1 amp/500cc
3. Injeksi cefotaksim 2x1 gram iv
4. Injeksi Ranitidin 3x1 ampul
5. salbutamol 3x2 mg
6. Ambroxol 3x1 tab dan Nebulizer yang terdiri dari
bisolvon, berotec dan atrovent 3x

F. Makanan dan Cairan


1. Kehilangan selera makan
2. Tidak ada alergi
G. BAB : lancar , diare (-) , BAK: lancar
Warna BAK : kuning, tidak terpasang kateter

H. Aktivitas dan istirahat


Pada tidur kurang baik karena merasa sesak saat tidur
berbaring

I. Proteksi
Alergi (-), kulit tidak ada luka, luka bakar (-), integritas kulit
(-)
, pasien beresiko jatuh.
J. Indera / sensori
Penglihatan : kurang
Pendengaran : baik / normal
Perabaan : normal
Penciuman : normal
Pengecapan : normal

K. Neorologi
Sakit kepala (-) , pusing (-)
Kesadaran : compos mentis E4, M6, V5
L. Endokrin : tidak ada riwayat DM
Tidak ada nyeri
N. Seksualitas tidak ada gangguan
1. Konsep Diri
Citra tumbuh : baik dan spritual diri : baik
Emosional : baik
2. Mode fungsi pasien
Sewaktu sehat pasien ikut berpatisipasi dalam kegiatan
masyarakat
Analisa Data
 Data Fokus
DS :
• Klien mengatakan sesak nafas
• Klien mengatakan batuk berdahak
• Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktifitas
DO :
• Klien tampak batuk
• Klien tampak sesak
• Suara nafas terdengar
• Ronchi dan wheezing
 Etiologi
Sekresi yang tertahan
 Masalah Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Data Fokus
DS :
• Klien mengeluh sesak nafas saat beraktifitas
• Nafas terdengar ronchi dan wheezing
• Klien mengatakan sesak nafas berat
DO :
• klien tampak lemah
• klien tampak terpasang oksigen nasal kanul
• RR 30x/menit
 Etiologi
Ketidak seimbangan antara suplasi dan kebutuhan
 Masalah Keperawatan
Intoleransi aktifitas
 Data Fokus
DS :
• Klien mengeluh sesak nafas berat
• Nakar klien berbunyi/terdengar ronchi dan wheezing
DO :
• Klien tampak lemah
• Klien terpasang oksigen
• Frekuensi nafas 30x/menit sela iga melebar
• Retroksi +
• Fretus kanan kiri
• Hipersonu seluruh lapangan
• Vesikuler
• Ronchi x/x , wheezing +
 Etiologi
Ventilasi perfusi
 Masalah Keperawatan
Gangguan pertukaran gas
 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi
yang tertahan
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak samaan
ventilasi perfusi
4. Pola nafas tidak efektif
Intervensi

 SDKI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang
tertahan

 SIKI
Setelah dilakukan intervensi selama x24 jam diperoleh
outcome :
• Bersihan jalan nafas kriteria hasil
• Batuk efektif meningkat
• Produksi sputum menurun
• Suara nafas ronchi dan wheezing menurun
• Jalan nafas paten
 SIKI
Managemen jalan nafas :
1. Posisikan semifouler/fouler
2. Berikan minuman air putih hangat
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Ajarkan pasien untuk batuk efektif
5. Ajarkan teknik nafas dalam
6. Berikan tindakan nebulizer terapi (bisolvon,
berotec, atrovent 3x)
7. Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan
 SDKI
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

 SIKI
Setelah dilakukan intervensi selama x24 jam diperoleh outcome :
• Saturasi oksigen meningkat
• Kemudahan melakukan aktivitas sehari – hari meningkat
• Kecepatan berjalan meningkat
• Jarak berjalan meningkat
• Kekuatan tubuh atas dan bawah meningkat
• Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
• Dispnea saat beraktivitas menurun
• Perasaan lemah menurun
• Tekanan darah membaik
• Frekuensinapas membaik
 SIKI
Managemen energi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Sediakan lingkungan nyaman
5. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

Managemen aktifitas :
1. Identifikasi defisit tingkat aktifitas
2. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
3. Koordinasikan pemilihan aktifitas sesuai usia
4. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktifitas
 SDKI
3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidak samaan ventilasi
perfusi.
Pola nafas tidak efektif

 SIKI
Setelah dilakukan intervensi selama x 24 jam diperoleh
outcome:
• Dispnea menurun
• Bunyi nafas tambahan menurun
• Gelisah menurun
• Napas caping hidung menurun
• Pola napas membaik
 SIKI
Pemamtauan respirasi :
1. Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas
2. Monitor kemampuan batuk efektif
3. Monitor adanya sputum
4. Monitor adanyasputum jalan nafas
Terapi Oksigen :
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
3. Bersikan sekret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5.Ajrkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
Implementasi
 Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi
yang tertahan

 Implementasi
• Mengatur posisi semi fowler/ fowler
• Memberikan minuman air hangat
• Melakukan fisioterapi dada bila perlu
• Menganjurkan klien untuk batuk efektif
• Memberikan tindakan nebulizer terapi
• Pemberian antibiotik sesuai anjuran
 Evaluasi
S. Pasien mengatakan masih sesak nafas
batuk berdahak dan sedikit kental
O. Pasien terpasang oksigen 2L, nafas
23x/menit, nadi 85x/menit, TD, pasien tampak
batuk berdahak dan sesak nafas
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif
P. Intervensi dilanjutkan
 Diagnosa
2. Intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Implementasi

• Mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas


• Memvasilitasi fokus pada kemampuan bukan
defisit yang dialami
• Mengkoordinasikan pemilihan aktifitas yang
sesuai usia
• Menganjurkan keluarga untuk membantu
beraktifitas
 Evaluasi
S. Klien mengatakan badan masih terasa
lemas dan letih saat beraktifitas
O. Klien tampak lesu
A. Intoleransi aktivitas
P. Intervensi dilanjutkan
 Diagnosa
3. Pola nafas tidak efektif
 Implementasi

• Memonitor frekuensi irama kedalaman dan upaya nafas


• Monitor kemampuan efektif
• Monitor adanya sputum
• Monitor adanya sumbatan jalan nafas
• Monitor kecepatan aliran oksigen
• Monitor integritas mukosa
• Membersihkan sekret pada mulut, Hidung dan trakea jika
perlu
• Mempertahankan kepatenan jalan nafas
• Mengajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
 Evaluasi
S. Klien mengatakan masih sesak nafas
O. Klien tampak sesak nafas dan batuk
A. Pola nafas tidak efektif
P. Intervensi dilanjutkan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai