Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


Anatomi Sistem Respirasi

1. Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakhea
5. Bronkhus
6. Bronkhiolus
7. Alveoli
8. Paru-paru
Fisiologi Sistem Respirasi
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari
inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru).
2. Difusi
Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan darah pada
kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Saat inspirasi maka oksigen akan
masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli
untuk dibuang ke atmosfer.
3. Transportasi
Proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida
sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara
berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma.
4. Perfusi
Merupakan proses pertukaran oksigen dan karbondioksida dikapiler pembuluh darah dan sel.
Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. PPOK terdiri dari beberapa jenis penyakit diantaranya : Asma
Bronkial, Bronkhitis Kronis, dan Emfisema Paru. Penyakit ini sering disebut juga dengan istilah COPD
(Chronic Obstructive Pulmonary Disease). (Soemantri, 2007).

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan keadaan irreversible yang ditandai adanya sesak nafas pada
saat melakukan aktivitas dan terganggunya aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru (Farrell, et al,. 2013).

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi kronis pada saluran napas dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang beracun (GOLD, 2017).

Dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit yang
menyerang paru-paru yang bersifat progresif yang terdiri dari beberapa penyakit seperti asma bronchial,
bronchitis kronis, dan emfisema, yang ditandai dengan adanya sesak nafas dan terganggunya aliran udara yang
masuk dan keluar paru-paru.
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama dari PPOK, dengan risiko 30
kali lebih besar pada perokok dibandingkan dengan bukan merokok dan
merupakan penyebab dari 85-95% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20% akan
mengalami PPOK.
2. Pekerjaan
Etiologi PPOK Para pekerja tambang emas atau batu bara dan pekerja yang terpapar
debu katun dan debu gandum mempunyai risiko yang lebih besar dari pada
Menurut Ikawati (2016) yang bekerja ditempat selain yang sudah disebutkan diatas.
3. Polusi Udara
Polusi ini bisa berasal dari luar rumah seperti asam pabrik, asap
kendaraan bermotor maupun polusi yang berasal dari dalam rumah misalkan
asap dapur. Pasien PPOK yang mempunyai disfungsi paru akan semakin
memburuk gejalanya dengan adanya polusi udara.
4. Infeksi
Kolonisasi pada saluran pernapasan secara kronis merupakan suatu
pemicu imflamasi atau peradangan neutrofilik pada saluran nafas, terlepas dari
paparan rokok. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian
inflamasi yang dapat diukur dari peningkatan jumlah sputum, peningkatan
frekuensi eksaserbasi, dan percepatan penurunan fungsi paru, yang semua ini
meningkatkan risiko terjadinya PPOK.
Manifestasi Klinis
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi kronis pada sistem
pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin
menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan
produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan
produksi dahak yang semakin banyak. Terdapat bunyi napas tambahan pada pasien PPOK adalah ronchi dan
mengi (wheezing). Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan
yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah,
penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan (isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan
sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI) gastrointestinal. Pasien dengan PPOK lebih
membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
Sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara
fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari.

Patofisiologi PPOK menyusul ada di word


Tes Diagnostik
1. Chest X-ray
2. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
3. TLC
4. Kapasitas Inspirasi
5. FEV1/FCV
6. Analisa Gas Darah
7. Bronkogram
8. Darah lengkap
9. Kimia Darah
10. Sputum Kultur
Komplikasi
1. Hipoksemia
2. Asidosis Respiratori
3. Infeksi saluran pernapasan
4. Gagal jantung
5. Disritmia jantung
6. Status Asmatikus
Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara.
2. Terapi eksasebrasi akut dilakukan dengan:
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenzae
dan B. Catarhalis yang memproduksi beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksasebrasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dam membantu mempercepat kenaikan peak flow rate.
d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas
terhadap CO2.
e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik.
3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
g. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian
eksasebrasi akut.
h. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini
dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
i. Fisioterapi latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
j. Mukolitik dan ekspektoran.
k. Rehabilitasi pada pasien PPOK adalah fisioterapi, rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
dispnea(bisa sampai berhari-hari atau berbulan- bulan), batuk , dan mengi (wheezing)

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


faktor predisposisi, antara lain : riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran napas bagian
bawah.
Pemeriksaan Fisik
 Subjektif
Sukar bernapas, sesak, dan tidak nafsu makan
 Objektif
a) Batuk produktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
c) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit di
keluarkan
d)Bernapas menggunakan otot napas tambahan
e) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus
f) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing
g) Penurunan berat badan

 Psikologi
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi
penyakitnya
c) Data tambahan (medical terapi)
D0003 Ganguan Pertukaran Gas.
 Subjektif : Dispnea.
 Objektif :
SLKI : Pertukaran Gas.
M 1. PCO2 meningkat / menurun. Kriteria Hasil: Keseimbangan Asam-basa,
AY
O
2. PO2 menurun. Konservasi Energi , Perfusi
3. Takikardia.
R
4. pH arteri meningkat/menurun. Paru, Respons Ventilasi Mekanik
5. Bunyi napas tambahan.

Subjektif : Pusing, penglihatan kabur. SIKI – Intervensi Utama :


Objektif : Pemantauan Respirasi
M
IN 1. Sianosis. Terapi Oksigen
2. Diaforesis.
O
3. Gelisah.
SIKI – Intervensi Pendukung
R
4. Napas cuping hidung. :
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, 1. Dukungan Berhenti Merokok
regular/iregular, dalam/dangkal). 2. Dukungan Ventilasi
6. Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan). 3. Edukasi Berhenti Merokok
7. Kesadaran menurun. 4. Edukasi Pengukuran Respirasi
5. Edukasi Fisioterapi Dada
D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
 Subjektif : Dispnea. SLKI : Pola Nafas
M
 Objektif :
Kriteria Hasil:Kapasitas vital , Kapasitas
1. Penggunaan otot bantu pernapasan. thoraks anterior-posterior , Tekanan
AY
2. Fase ekspirasi memanjang. ekspirasi, Tekanan inspirasi ,
O
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, Dispnea, Penggunaan alat bantu
R
hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes). napas

SIKI – Intervensi Utama :


Subjektif : Ortopnea 1. Manajemen jalan napas
Objektif : 2. Pemantauan respirasi
M
IN 1. Pernapasan pursed-lip. SIKI – Intervensi Pendukung :
O 2. Pernapasan cuping hidung. 3. Pengaturan posisi
R 3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
4. Terapi oksigen
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun 5. Pemberian obat inhalasi
6. Tekanan ekspirasi menurun 6. Fisiotherapi dada
7. Tekanan inspirasi menurun 7. Edukasi fisotherapi dada
8. Ekskursi dada berubah 8. Dukungan kepatuhan program pengobatan
Thank You

Anda mungkin juga menyukai